AKIBAT POLA DIDIK YANG KERAS TERHADAP ANAK USIA DINI UNTUK
KEBERLANGSUNGAN MENTAL ANAK DI USIA YANG AKAN MENDATANG
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
NIM.21022047/2021
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga Makalah dengan judul “Akibat Pola
Didik Yang Keras Terhadap Anak Usia Dini Untuk Keberlangsungan Mental
Anak Di Usia Yang Akan Mendatang” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Proposal Mata Kuliah ini saya buat dengan tujuan untuk memberikan gambaran
mengenai Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga
Makalah dengan judul “Akibat Pola Didik Yang Keras Terhadap Anak Usia Dini
Untuk Keberlangsungan Mental Anak Di Usia Yang Akan Mendatang . Hal ini
sangat bermanfaat untuk melengkapi pengetahuan mahasiswa agar mampu mengatasi
konflik yang mungkin terjadi, dengan dosen Pengampu Sari Dewi, M.Pd,.
Meskipun upaya semaksimal sudah dilakukan dalam penyusunan proposal ini, namun
saya menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang ditemukan. oleh
karena itu, saya mohon adanya kritik dan saran yang bersifat membangun guna
melengkapi makalah ini.
Penulis
i
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
a. Latar Belakang....................................................................................................1
b. Identifikasi Masalah...........................................................................................6
c. Pembatasan Masalah...........................................................................................6
d. Rumusan Masalah...............................................................................................7
e. Tujuan Masalah..................................................................................................7
f. Manfaat Masalah................................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................9
A. Pengertian PAUD...............................................................................................9
B. Tujuan dan Fungsi PAUD................................................................................10
C. Pendidik Anak Usia Dini..................................................................................13
D. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini..................................................16
E. Beberapa Problematika Pendidikan Anak Usia Dini........................................17
BAB III METODELOGI PENELITIAN....................................................................20
a. Jenis Penelitian.................................................................................................20
b. Sifat Penelitian..................................................................................................21
c. Subjek dan Objek Penelitian.............................................................................21
d. Instrumen Penelitian.........................................................................................21
e. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................22
f. Teknik Analisis Data........................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
dapat berguna bagi nusa dan bangsa. Usia dini adalah usia yang berharga dalam
menanamkan jiwa dengan nilai agama, moral, nasionalisme, etika, dan sosial
menerus serta bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang
kemampuan sosial yaitu memiliki dua ciri penting yaitu kemampuan bersosial dan
1
2
(Hanny, 2010).
yang dapat dipengarui oleh biologis maupun pengalaman seorang anak di masa
lalu. Dimana ketika anak mengekspresikan senang, sedih, marah, takut ataupun
Penelusuran pengalaman ini biasanya dijadikan modal oleh seorang guru atau
Anak usia 3-6 tahun berada pada tahap perkembangan sosial emosional
menurut Erikson yaitu inisiatif vs rasa bersalah. Pada tahap ini anak mulai
mengalami kegagalan pada tahap ini, maka anak akan merasa bersalah dan
Setiap orang memiliki beragam pola perkembangan emosi. Begitu pula dengan
emosi anak yang memiliki perbedaan dengan emosi orang dewasa. Karakteristik
emosi yang dimiliki anak adalah emosi yang kuat, emosi yang ditampakkan,
emosi anak dapat dilihat dari perilaku anak dan emosi tersebut bersifat sementara.
Pada usia dini maupun tahapan selanjutnya, emosi memiliki peranan yang penting
dalam proses tumbuh kembang anak karena dapat berpengaruh pada perilaku
yang dimiliki oleh anak. Kebutuhan emosional tentunya dibutuhkan oleh setiap
3
Perkembangan emosional pada anak usia dini termasuk hal yang penting
tentunya dapat berjalan dengan baik karena adanya stimulasi yang diberikan dari
secara rutin kepada anak sejak dini. Hal tersebut dilakukan agar perkembangan
tentunya diberikan mulai dari orang terdekat anak yaitu diberikan oleh keluarga
terutama ibu dan ayah. Stimulasi juga bisa didapatkan anak dari sekitar, misalnya
pada anggota keluarga di luar inti, lingkungan sekitar, dan juga masyarakat di
sekitarnya.
Keluarga diartikan sebagai inti yang paling kecil dalam masyarakat dan
merupakan bagian yang tidak akan terpisahkan dari seseorang. Keluarga inti
terdiri dari ayah, ibu, dan anak dan kesemuanya itu memiliki peran masing-
masing sesuai tugasnya. Dalam keluarga, orang tua akan dijadikan sebagai role
model yang akan dijadikan sebagai gambaran untuk dicontoh oleh anak. Orang
tua atau parents ialah pemegang tanggung jawab terbesar kepada anak, mulai dari
kewajiban dalam pemberian emosi dan juga kasih sayang (Asih), dan juga
penting untuk anak. Keluarga yang baik akan membentuk anak dengan
perbuatan yang baik kepada anak. Sebagaimana fungsi orang tua yang telah
dipaparkan oleh M.Arifin bahwa orang tua memiliki dua fungsi yaitu: 1) orang
tua bertugas sebagai pendidik didalam unit keluarga, 2) orang tua sebagai
pemelihara dan pelindung keluarga. Maka dari itu, orang tua memiliki peranan
Orang tua merupakan faktor utama dalam pembentukan anak dan memiliki
tanggung jawab dalam mendidik dan mencontohkan anak dengan perilaku yang
baik, jika hal tersebut dilakukan maka anak juga akan berkembang dengan pribadi
yang baik. Pada dasarnya anak mudah sekali untuk mencontoh sikap, perlakukan
dan juga perkataan yang ia dapatkan dari orang-orang yang berada di sekitarnya.
5
Karena tanpa disadari anak akan mengikuti dan mempelajari berdasarkan apa
Berbagai dampak emosional bisa dirasakan oleh anak dengan orang tua yang
memiliki pola asuh toxic. Dampak yang akan dialami oleh anak seperti anak
tersebut bisa dialami anak baik jangka pendek maupun jangka panjang pada anak,
berkepanjangan yang akan dialami oleh anak. Anak dapat mengalami trauma
seharusnya dialami pada anak seusianya. Jika dibiarkan untuk jangka panjang,
trauma tersebut berpotensi dan berpengaruh pada pola kehidupan yang akan ia
tua yang dipandang kurang baik terhadap anak mereka seperti melabeli anak
asuh orang tua dan juga perkembangan emosional anak yang tanpa disadari
dilakukan oleh beberapa orang tua. Jika hal tersebut dibiarkan maka akan
6
sebuah penelitian dan mengkaji penelitian yang berjudul “ Akibat Pola Didik Yg
diharapkan mampu memberikan efek positif untuk orang tua dalam menerapkan
pola asuh untuk anak serta dapat menyarankan solusi dalam menghadapi perilaku.
b. Identifikasi Masalah
1. Orang tua terlalu memaksakan kehendak anak, tidak bisa berkompromi dan
3. Keterbatasan pengetahuan orang tua mengenai pola asuh yang tepat dan baik
kepada anak.
c. Pembatasan Masalah
1. Dalam penelitian ini, peneliti memiliki kriteria khusus yaitu pada orang tua
yang memiliki pola didik yang berkaitan dengan mental perilaku emosional
2. Dalam penelitian ini, bisa menjadi pijakan serta contoh pada guru dan orang
d. Rumusan Masalah
dirumusakan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah akibat pola didik yang
keras terhadap anak usia dini yang signifikan terhadap mental anak usia dini”.
e. Tujuan Masalah
Tujuan penelitian ini untuk melihat apakah terdapat pengaruh akibat pola
didik yang keras terhadap anak usia dini yang signifikan terhadap mental anak
usia dini.
f. Manfaat Masalah
1. Secara teoritis
Dari penelitian ini dapat menjadi suatu kajian serta menambah ilmu
Perkembangan pola didik yang keras terhadap anak usia dini yang signifikan
2. Secara praktis
a. Bagi Akademik
Perkembangan pola didik yang keras terhadap anak usia dini yang
Hasil dari penelitian ini bisa memberi fungsi berupa ilmu ataupun kajian
c. Bagi Masyarakat
membaca hasil penelitian ini, serta memberi wawasan untuk pola didik
yang keras terhadap anak usia dini yang signifikan terhadap mental anak
usia dini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian PAUD
Pengertian anak usia dini memiliki batasan usia dan pemahaman yang beragam,
tergantung dari sudut pandang yang digunakan. Secara tradisional pemahaman tentang anak
sering diidentifikasikan sebagai manusia dewasa mini, masih polos dan belum bisa apa-apa,
atau dengan kata lain belum mampu berpikir. Pemahaman lain tentang anak adalah
merupakan manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak
memi-liki karakteristik yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa seutuhnya. Menurut
National Assosiation Educational for Young Children (NAEYC) bahwa anak usia dini adalah
sekelompok individu yang berada pada rentang usia antara 0-8 tahun.
(Hartati, 2005:7) Berdasarkan definisi tersebut anak usia dini merupakan kelompok
manusia yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Anak usia dini adalah
individu yang unik, ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik,
tentang Sisdiknas dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagi anak
sejak lahir sampai enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan
dasar. Lebih lanjut pada Bab 1 pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
9
10
Khususnya di Indonesia, saat ini, pengembangan dan pembina-an potensi anak usia dini
sedang mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dan berbagai pihak. Mereka mulai
menyadari bahwa anak usia dinilah yang akan menjadi generasi penerus di masa yang akan
datang. Generasi penerus yang unggul, tangguh serta mampu bersaing menghadapi
kehidupan di masa mendatang diperlukan upaya pengembangan dan pembinaan anak yang
sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangan-nya. Sebagaimana tertuang dalam hasil
konferensi Genewa tahun 1997, aspek-aspek pengembangan yang perlu diperhatikan pada
anak usia dini adalah kognitif, bahasa, sosial, moral, emosi, kepribadian serta motorik
(Sumantri, 2005:3).
Secara umum pendidikan anak usia dini bertujuan untuk mengem-bangkan berbagai
potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya (Sujiono, 2009:42) Lebih lanjut tujuan khusus pendidikan anak usia dini,
yaitu agar anak mampu: a. Melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan Tuhan dan
mencintai sesama.
c. Menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara
keragaman sosial dan budaya serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif
f. Memiliki kepekaan terhadap irama, nada, birama, berbagai bunyi, bertepuk tangan, serta
(1) Untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan
optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta meng-arungi kehidupan di masa dewasa.
(2) Untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
(3) Intervensi dini dengan memberi-kan rangsangan sehingga dapat menumbuhkan potensi-
(bahasa, intelektual, emosi, sosial, motorik, konsep diri, minat, dan bakat).
(4) Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadi gangguan dalam pertumbuhan dan
Fungsi pendidikan anak usia dini sebagaimana dikemukakan oleh Sujiono (2009: 46) sebagai
berikut:
(1) Mengem-bangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahapan
perkembangannya
(8) Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang pendidikan anak usia dini; penyiapan
bahan perumusan standar, kriteria, pedoman, dan prosedur bidang pendidikan anak usia dini;
pemberian bimbingan teknis dan evaluasi bidang pendi-dikan anakusia dini; pelaksanaan
pemberdayaan peran serta masyarakat bidang pendidikan anak usia dini; dan pelaksanaan
Berdasarkan tujuan pendidikan anak usia dini dapat ditelaah beberapa fungsi program
(1) fungsi adaptasi, berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan
berbagai kondisi lingkung-an serta menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri,
(2) fungsi sosialisasi, berperan dalam membantu anak agar memiliki keterampilan sosial
yang berguna dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari di mana anak berada.
(3) fungsi pengembangan, berkaitan dengan pengembangan berbagai potensi yang dimiliki
anak,
(4) fungsi bermain, berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk bermain karena
pada hakikatnya bermain itu sendiri merupakan hak anak sepanjang rentang kehidupannya.
(5) fungsi ekonomik, pendidikan yang terencana pada anak merupakan investasi jangka
Terlebih investasi yang dilakukan berada pada masa the golden age yang akan memberikan
Dalam pendidikan anak usia dini, terdapat sebutan yang berbe-da untuk istilah pendidik,
akan tetapi memiliki makna yang sama. Untuk tingkat TK dan SD, yang mengajar di sana
disebut dengan panggilan guru, istilah pamong belajar dipergunakan bagi mereka yang
bermain. Selain itu, ada istilah lain yang maknanya sama yaitu tutor, fasilitator, bunda, ustad.
Semua istilah tersebut mengacu pada pengertian satu, yaitu para pendidik anak usia dini.
Istilah pendidik pada hakikat-nya terkait sangat erat dengan istilah guru secara umum.
(1) orang yang memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani,
(2) orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan
mendidik anak,
(3) orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata
dinyatakan bahwa pendidik adalah tenaga berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
serta melakukan peneli-tian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. (UU No.20/2003, Pasal 39 ayat 2). Pendidik profesional adalah pekerja
14
atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan
yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau keca-kapan yang memenuhi standar mutu dan
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. (UU No 14/2005 Pasal 1 Butir 14).
Adapun prinsip profesionalisme berdasarkan UU No. 14 Pasal 7 ayat 1, seperti dikutip oleh
(3) kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai bidang tugas,
yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, mempunyai komitmen secara
profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan memberi teladan dan menjaga nama
baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan keperca-yaan yang diberikan
Pendidikan BAB VI, dituntut memiliki sejumlah kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis,
Memotivasi peserta didik untuk partisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi
(6) menguasai konsep, prinsip, prosedur dan strategi bimbingan belajar peserta didik, dan
(8) menguasai prinsip, alat, dan prosedur penilaian dan hasil belajar.
(1) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, mantap, stabil, dewasa, berwibawa serta arif
dan bijaksana,
(2) berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat sekitar,
(4) memiliki komitmen terhadap profesi serta menjunjung kode etik pendidik.
(2) berkomunikasi dan bergaul secara efektif dan santun dengan peserta didik,
(3) berkomunikasi dan bergaul secara kolegial dan santun dengan sesama tutor dan tenaga
kependidikan,
16
(4) berkomunikasi secara empatik dan santun dengan orang tua/wali peserta didik serta
masyarakat sekitar,
(6) bekerja sama secara efektif dengan peserta didik, sesama tutor dan tenaga kependidikan
(2) menguasai konsep dan teori perkembangan anak yang mena-ungi bidang-bidang
pengembang-an,
(5) memanfatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri dan profesi.
Penyelenggaraan PAUD dapat dilakukan dalam bentuk formal, nonformal, dan informal.
bentuk formal adalah TK atau RA dan lembaga sejenis, jalur nonformal diselengga-rakan
oleh masyarakat atas kebutuhan masyarakat sendiri, khususnya bagi anak yang tidak
terlayani pada jalur formal. Sedangkan jalur informal diseleng-garakan oleh keluarga atau
menanam-kan nilai budaya, nilai moral, etika, dan kepribadian, estetika serta peningkatan
pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendi-dikan
nasional.
17
Adapun satuan pendidikan bagi anak usia dini yang dikenal oleh masyarakat kita
sekarang ini adalah TK atau Raudhatul Atfhal (RA), kelompok bermain, Taman Penitipan
Anak (TPA), Pos PAUD. Setiap satuan pendidikan anak usia dini memiliki karakteristik yang
berbeda, baik layanan program, persyaratan tenaga edukatif, dan lain-lainnya. Namun, pada
dasar-nya tujuan utamanya sama yaitu mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki oleh
anak.
Perhatian berbagai pihak terhadap pendidikan anak usia dini saat ini begitu antusias.
pendidikan anak usia dini di Indonesia. Namun demikian, pendidikan anak usia dini masih
(6) kualitas pendidik PAUD rendah.Dan menurut hemat penulis permasalahan yang tak
Pertama, secara kuantitas penduduk Indonesia masih banyak yang hidup dalam taraf
kemis-kinan. Menurut data BPS sebagai banyak dilansir oleh media masa, pada tahun
18
2009 kurang lebih 32,7 % rakyat Indonesia miskin. Dengan demikian, lebih dari 32,7 %
anak usia dini hidup dalam keluarga miskin. Dalam keadaan ekonomi yang begitu sulit,
orang tua si anak tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak. Selain itu,
banyak anak usia dini yang seharusnya mendapatkan bantuan mengembangkan potensi
Misalnya, di kota-kota besar terlihat anak usia dini yang berprofesi sebagai pengemis,
pemulung, dan lain-lain. Dengan begitu, anak tidak mendapat pelayanan pendidikan yang
benar karena tidak memiliki biaya, yang akhirnya sibuk mencari uang untuk membantu
ekonomi keluarganya. Selain itu, begitu banyak anak usia dini yang tidak dapat minum
susu yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya. Anak hanya meminum ASI
ibunya, itupun mungkin hanya setahun karena banyak anak usia 1 tahun mempunyai adik
lagi. Kualitas ASI pun mungkin sangat rendah karena asupan gizi si ibu sendiri pun
kurang. Selain itu, kualitas makanannya pun tidak memenuhi kebutuhan gizi hariannya.
Pertumbuhan badan dan kecer-dasan anak terhambat. Tak dapat kita bayangkan
bagaimana kehi-dupan bangsa dengan banyak generasi penerus dengan kondisi seperti
ini. Oleh karena itu, perlulah kiranya pemerintah untuk mengubah kehidupan rakyat
miskin. Rakyat miskin harus segera dikurangi sehingga anak-anak dapat memenuhi
kebutuhan gizinya dengan baik sehingga generasi penerus bangsa adalah generasi yang
cerdas dan sehat. Kedua, akhir-akhir ini, di media masa diberitakan masih banyak kasus
ibu yang tega membuang anaknya begitu ia dilahirkan, bahkan tega membunuh anak
kandungnya sendiri. Begitu banyak alasan yang mereka kemukakan mengapa mereka
19
melakukan tindakan tersebut, mulai dari rasa malu karena bayi tersebut merupakan hasil
hubungan gelap sampai kepada rasa khawatir karena tidak akan mampu merawat,
mengurus dan membiayainya. Hal ini membuktikan tingkat kualitas asuhan terhadap
Tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi ibu dan calon ibu turut memperparah
keadaan ini. Banyak ibu yang tidak tahu bagaimana cara memberi makan, cara
mengasuh, dan mendidik anak. Karena tingkat ekonomi yang rendah, banyak ibu dan
calon ibu yang tidak sempat membaca buku-buku tentang merawat dan mendidik anak.
Alih-alih untuk membeli buku-buku tersebut, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pun
mereka harus bekerja keras. Ketiga, program intervensi untuk membantu keluarga dengan
beberapa daerah hampir tidak dilaksanakan. Istilah yang tepat untuk kehidupan Posyandu
adalah hidup enggan mati tak mau. Sebagai bukti nyata, terdapat banyak bayi yang
kekurangan gizi tidak terdeteksi oleh petugas kesehatan. Keberadaan mereka dapat
ini tidak seideal dengan tujuan program semula. Belakang ini Posyandu, di beberapa
tempat, dilaksanakan oleh para pengurus RW dan RT tanpa didampingi oleh para ahli
kepada mereka. Mereka tidak mendapat bantuan makanan pokok, susu untuk anak-anak
ketika anak mengalami kekurangan gizi. Bantuan amat terbatas sehingga tidak
a. Jenis Penelitian
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Karena fokus penelitian ini bertujuan untuk
berbahasa Anak Usia Dini melalui metode bercerita di TK Islam Nurhasanah Sukabumi
Bandar Lampung maka penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan format deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau uraian dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
post positivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara proposive dan snowball teknik
pengumpulan dengan gabungan analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi sedangkan menurut John
W.Creswell yang dikutip oleh Hamid Patiliam penelitian kualitatif adalah: “sebuah proses
penyelidikan untuk memahami masalah sosial berdasarkan pada penciptaan gambar holistic
yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pendapat informan secara terperinci dan
disusun dalam sebuah latar ilmiah”. selanjutnya Bogdan dan Taylor mendefinisikan
penilitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan pelaku yang diamati.
20
21
b. Sifat Penelitian
Sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan
verbal, kalimat fenomena-fenomena, dan tidak berupa angka-angka. Deskripsi ini digunakan
Dalam penelitian kualitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri
atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan
oleh penelitian kemudian ditarik kesimpulanya. Menurut pendapat Spradley dalam Sugiyono,
penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi dan sampel tetapi dinamakan social
situation atau situasi? Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan objek atau subjek penelitian
yang ingin dipahami yang lebih mendalam apa yang terjadi didalamnya. Berdasarkan dari
pemikiran Spradley tersebut di atas bahwa populasi dan sampel disebut dengan istilah subjek
dan objek penelitian, subjek penelitian dalam penelitian ini adalah responden (15 siswa dan 2
guru Jln. Padat Karya Kampung Sukajadi No. 08 Way Ggubak Kec. Sukabumi Bandar
Lampung) yang dapat memberikan informasi tentang masalah yang diteliti, misalnya, guru,
d. Instrumen Penelitian
Penelitian adalah instrumen yang paling utama dalam penelitian kualitatif. Melakukan
wawancara dan dokumentasi, analisis data. Yang akan diobservasi oleh peneliti di sini adalah
cara guru-guru dalam pengolahan kosa kata anak usia dini melalui metode tanya jawab. Yang
22
akan dijelaskan dibagian lampiran lembar observasi. jenis wawancara yang digunakan adalah
“interview bebas berstruktur” dan jelasnya lagi dapat dilihat dibagian lampiran “panduan
wawancara”.
Pada bagian ini dikemukakan bahwa, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
suatu pengamatan yang sengaja dan sistematis tentang fenomena-fenomena sosial dengan
gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Observasi adalah alat pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala
yang diselidiki.
Data yang telah dikumpul kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui mengenai
pentingnya perkembangan berbahasa anak usia dini melalui metode. Dalam penelitian ini
data dianalisis dengan menggunakan deskriptif kualitatif, guna memperkuat data, maka
dilengkapi dengan teori dari para ahli dan pendapat dari peneliti sendiri.
23
DAFTAR PUSTAKA
Sukatin Sukatin et al., “Analisis Perkembangan Emosi Anak Usia Dini,” Golden Age: Jurnal
Slamet Suyanto, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Depdiknas, 2005),
Eprilia dan Ummi Hany, Perkembangan Nilai Moral, Agama, Sosial, dan Emosi pada Anak Usia
Santrock dan J.w, Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi Kesebelas (Jakarta: PT. Erlangga, 2007), 7.
George S. Morrison, Pendidikan Anak Usia Dini Saat Ini Edisi Ke-13 Pearson (Boston 2015)
Abdul Salam Nurlaila, Asri Hente, “Pola Asuh Orang tua Dalam Pembentukan Kepribadian
Anak Usia Dini,” Journal of Chemical Information and Modeling 110, no. 9 (2017):
1689–1699.
Syafi’ah, “Peran Kedua Orang Tua Dan Keluarga (Tinjuan Psikologi Perkembangan Islam
Dalam Membentuk Kepribadian Anak),” Jurnal Sosial Budaya 9, no. 1 (2012): 109–120.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif dan R&D, (Bandung, Alfabeta,
2008), h. 3
Tohirin. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan Dan Bimbingan Konseling, (Jakarta,
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta, Rineka Cipta, 1991),