DISUSUN OLEH:
DEPOK, 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan rahmatnya, sehingga makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Klien Sehat Jiwa pada Anak Usia Sekolah dan Remaja” dapat
diselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini disusun sebagai hasil studi pustaka
dan diskusi Focus Group 3 untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah keperawatan
dasar.
Tujuan makalah ini dibuat untuk menjadi sumber bacaan tentang tahap
perkembangan dan asuhan keperawatan pada anak usia sekolah dan remaja.
Bahasan ini juga perlu diketahui oleh seorang perawat karena perawat perlu
memahami model asuhan keperawatan bagi anak usia sekolah dan remaja juga
tahap perkembangannya agar tidak memberikan asuhan keperawatan yang salah.
Makalah ini tidak dapat terbentuk dengan baik tanpa adanya bantuan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Fasilitator Keperawatan Jiwa I Kelas C, yaitu bapak Ns. Giur Hargiana, S.Kep.,
M.Kep., Sep. KepJ. yang telah memberi pengajaran yang sangat membantu kami
dalam pembuatan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
2.2.1 Pengkajian...............................................................................6
2.2.2 Diagnosis..................................................................................6
2.2.3 Perencanaan............................................................................6
2.2.4 Implementasi...........................................................................7
2.2.5 Evaluasi...................................................................................8
2.4.1 Pengkajian.............................................................................11
iii
2.4.2 Diagnosis................................................................................12
2.4.3 Perencanaan..........................................................................13
2.4.4 Implementasi.........................................................................13
2.4.5 Evaluasi.................................................................................14
2.5.2 Remaja...................................................................................16
3.1 Kesimpulan......................................................................................18
3.2 Saran................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................19
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Erikson dalam Santrock (2011), usia anak sekolah (6-12 tahun)
berada dalam tahap industry vs inferiority atau bisa juga disebut dengan percaya
diri lawan rendah diri dalam aspek perkembangan psikososialnya. Usia Remaja
(12-18 tahun) berada dalam tahap identity vs role confussion atau bisa disebut
dengan identitas dan kekacauan identitas. Anak dan remaja akan mulai keluar dari
lingkungan keluarganya dan mulai mengenal lingkungan luar, seperti sekolah.
Perkembangan tahap perkembangan ini, pada anak akan mengembangkan rasa
inisiatif yang akan menghasilkan pengalaman-pengalaman baru, sedangkan pada
remaja akan menjadi faktor pendukung untuk mengenali identitasnya ataupun
tidak. Dukungan dari orang tua dan lingkungan sangat berpengaruh dalam
perkembangan mental. Jika, terjadi kesalahan dalam mengidentifikasi pemikiran-
pemikiran anak dan remaja, maka kemungkinan terjadinya rasa rendah diri dan
kekacauan identitas dapat terjadi (Santrock, 2011).
1
anak sekolah menuju tahap usia remaja dan rema menuju dewasa muda. Perawat
dapat memberikan tindakan asuhan keperawatan kepada anak, remaja, keluarga
maupun kelompok. Asuhan keperawatan yang diberikan bertujuan untuk
mengasah kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif pada anak, sedangkan
remaja peningkatan citra tubuh, kesadaran diri, dan harga diri. (Keliat., 2011).
Makalah ini terdiri dari empat bab, antara lain sebagai berikut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Anak diartikan sebagai individu dengan usia kurang dari 18 tahun dan
sedang berada dalam masa tumbuh kembang baik fisik, psikologis, sosial, maupun
spiritual. Sedangkan anak usia sekolah atau anak usia pertengahan adalah anak
dengan rentang usia 6 – 12 tahun yang beradaptasi dengan lingkungan lain selain
keluarga. Periode usia sekolah dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu tahap awal 6-7
tahun, tahap pertengahan 7-9 tahun, dan tahap pra-remaja 10-12 tahun (Potter &
Perry, 2013).
Pada tahap ini anak-anak mulai keluar dari lingkungan keluarga menuju
lingkungan sekolah dan sudah terlibat aktif dalam interaksi sosial. Oleh sebab itu,
tidak hanya orang tua yang menentukan konsep dirinya namun orang-orang di
sekitarnya yang juga ikut berperan seperti guru dan teman barunya (Videbeck,
2013). Orang tua harus belajar membiarkan anak mengambil keputusan,
memperoleh tanggung jawab, dan belajar dari pengalaman hidup (Potter & Perry,
2013).
3
Pada usia 12 tahun anak akan mampu meningkatkan keterampilan halus
dengan menggambar dengan detail, menulis karangan, melukis, dan bermain
komputer (Potter & Perry, 2009). Pencapaian motorik halus ini akan membuat
anak mandiri dalam melakukan mandi, berpakaian, merawat dirinya, dan
membangun pemilihan secara pribadi dalam pemenuhan kebutuhannya. Oleh
sebab itu dukungan dan kebebasan orang tua akan mendorong anak untuk
melakukan kegiatan dan perawatan sendiri.
4
kepercayaan diri. Interaksi anak dengan kelompok akan dapat mendefinisikan
pencapaian diri dengan membandingkan pencapaian orang lain untuk membangun
citra diri yang positif (Potter & Perry, 2013). Perkembangan moral pada anak usia
awal sekolah, anak menginterpretasikan bahwa peraturan adalah hal yang harus
ditaati, namun seiring pertumbuhannya, anak mulai membangun pertimbangan
dan mengevaluasi peraturan dan penerapannya dalam situasi tertentu (Potter &
Perry, 2013).
Pada anak usia sekolah, hubungan kelompok yang sesama jenis lebih
disukai dibandingkan lawan jenis (Potter & Perry, 2009). Umumnya, anak
memiliki pandangan negatif tentang lawan jenisnya. Tingkah laku, gaya
berpakaian, pola berbicara akan dipengaruhi oleh kelompoknya (Potter & Perry,
2009).
Identitas seksual pada anak usia sekolah merupakan periode laten karena
anak belum memiliki ketertarikan pada seksualitasnya (Potter & Perry, 2009).
Namun, anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang seksualitasnya.
Beberapa anak akan melakukan sesuatu untuk mengetahui rasa ingin tahunya
seperti membaca majalah dewasa atau menarik makna dari kata – kata
seksual(Potter & Perry, 2009). Hal ini merupakan waktu pendidikan seks anak
untuk memperoleh pengetahuan tentang kematangan seksual, reproduksi,
hubungan (Potter & Perry, 2009).
Tahap pembentukan konsep diri pada usia anak sekolah (Schooler Age)
merupakan tahap “industry vs inferiority”. Pada tahap ini, orang tua perlu
memberikan kebebasan pada anak untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan
lingkungan barunya. Anak akan cenderung memiliki motivasi dan harga diri jika
orang-orang di sekitarnya mendukungnya untuk membangun kompetensinya serta
kepercayaan dirinya, pencapaian yang berhasil sebelumnya akan memotivasi anak
untuk mencapai pengalaman baru. Sedangkan anak akan memiliki harga diri
rendah jika mengalami kegagalan dan kurangnya dukungan dari orang – orang
sekitarnya sehingga anak cenderung menarik diri dari lingkungannya dan tidak
produktif lagi.
5
2.2 Asuhan Keperawatan terhadap Anak Usia Sekolah
2.2.1 Pengkajian
Berdasarkan kasus yang diberikan untuk anak sekolah, dapat di
ambil data pengkajian yaitu umur anak adalah 10 tahun, ia adalah anak
kedua dari dua bersaudara, tidak memiliki cacat fisik, anak diterima dalam
keluarga dan masyarakat, aktif bermain dan bersosialisasi dengan teman
sebayanya, komunikasi verbal yang baik, motivasi belajar yang tinggi, dan
pengalaman masa lalu yang menyenangkan.
2.2.2 Diagnosis
Dari data pengkajian tersebut dapat di ambil diagnosis “Kesiapan
Peningkatan Perkembangan Anak Sekolah”. Kesiapan peningkatan
perkembangan anak sekolah pada umur 6-12 tahun. Definisi: Kesiapan
peningkatan perkembangan anak usia sekolah adalah anak usia 6-12 tahun.
Perkembangan kemampuan psikososial anak usia sekolah adalah
kemampuan menghasilkan karya, berinteraksi, dan berprestasi dalam belajar.
Jika anak sekolah tidak mampu mencapai perkembangan maka anak sekolah
akan mengalami rendah diri/minder dengan tanda dan gejala subjektif yaitu,
menyebutkan nama dan jenis kelamin, menjelaskan nama dan fungsi benda,
membaca doa, mengungkapkan perasaan marah, senang, takut, dan sedih,
menyampaikan pendapat dan keinginan, puas dengan keberhasilan, dan
menceritakan kebaikan dan mengungkapkan kesalah. Selain itu, tanda gejala
objektif yaitu kemampuan anak dalam membaca, menulis, berhitung,
mempunyai prestasi akademik, dan mempunyai teman sebaya (Keliat, et al.,
2019).
2.2.3 Perencanaan
Tahap perencanaan seorang perawat akan membuat rencana
intervensi berdasarkan data-data yang telah diperoleh dari proses
pengkajian. Perawat dapat merencanakan intervensi dalam meningkatkan
identitas diri anak. Fokus perawat dalam tahap ini adalah membantu klien
anak memahami diri mereka secara keseluruhan dan akurat sehingga klien
anak dapat mengarahkan kehidupan merekan sendiri, merasa puas, dan dapat
6
melanjutkan perkembangan mental mereka menuju tahap usia remaja
(Stuart, 2013).
Perencanaan mengenai identitas diri dapat berdasarkan Nursing
Outcome Classification (NOC). Perencanaan mengenai identitas diri terdiri
tiga belas perencanaan. Perencanaan itu antara lain adalah menyatakan
penguatan atas identitas pribadi, menunjukkan perilaku verbal maupun non-
verbal selaras dengan diri, menyatakan identitas pribadi, membedakan diri
dari lingkungan dan manusia lain. Selain itu, memandang lingkungan secara
akurat, menunjukkan peran sosial, menyatakan sistem penilai diri,
menantang diri mengenai keyakinan salah tentang diri sendiri merupakan
perencanaan mengenai identitas diri. Menentang diri mengenai citra diri
negatif, mengenali konflik intrepersonal dan intrapersonal, menetapkan
batas pribadi, dan menyatakan kepercayaan terhadap diri sendiri merupakan
perencanaan mengenai identitas diri berdasarkan NOC (Keliat., 2011).
2.2.4 Implementasi
Proses keperawatan tahap implementasi terhadap klien sehat usia
anak sekolah dapat dimulai dengan mengobservasi tumbuh kembang anak.
Data tumbuh kembang anak meliputi data objektif dan subjektif. Data-data
tersebut dapat berupa kemampuan motorik halus, personal sosial, motorik
kasar, dan bahasa. Perawat dapat memaksimalkan tahap pertumbuhan
perkembangan tahap usia anak dengan memberikan stimulasi terapi, yaitu :
a. Terapi bermain
Terapi bermain dapat melatih anak untuk berkomunikasi dengan
orang lain, belajar hubungan intrapersonal maupun interpersonal, dan
mencocokkan antara kewajiban dan keinginan sesuai realita. Terapi
keluarga mengikutsertakan orang tua dalam menghadapi
permasalahan mengenai peran dan tanggung jawab terhadap
perubahan yang terjadi pada anak dan keluarga.
b. Terapi kelompok
Terapi kelompok bermanfaat untuk meningkatkan harga diri,
pertumbuhan, dan keterampilan sosial.
c. Terapi individu
7
Terapi individu dapat dilakukan dengan psikoanalitis. Hubungan
antara anak dengan terapis memberi kesempatan pada anak untuk
mendapatkan pengalaman mengenai hubungan positif dengan orang
dewasa dengan penuh kasih sayang dan uji realitas.
d. Pendidikan orang tua
Pendidikan pada orang tua penting agar orang tua mengetahui
perilaku yang sesuai dengan usia anak.
e. Terapi lingkungan
Terapi lingkungan adalah memfasilitasi lingkungan yang aman dan
kegiatan yang teratur dan terprogram, memungkinkan anak untuk
mencapai tugas perkembangan (Keliat, 2011).
2.2.5 Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan yang diberikan terhadap
klien sehat usia anak adalah dengan mengamati perubahan perilaku anak
yang terjadi. Perubahan perilaku anak dapat membantu dalam mengetahui
keberhasilan anak beradaptasi. Indikator keberhasilan anak beradaptasi
antara lain adalah keefektifan intervensi penanggulangan perilaku,
kemampuan untuk berhubungan dengan teman sebaya, orang dewasa dan
orang tua secara wajar. Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program
sebagai rekreasi dan proses belajar juga merupakan indikator keberhasilan
anak dalam beradaptasi yang dapat kita lihat (Keliat, 2011).
8
Masa remaja adalah tahap perkembangan yang unik karena pada tahap ini
terjadinya perubahan pertumbuhan dan pembelajaran. Erikson menyebutkan
bahwa masa remaja merupakan tahap Identity vs Role Confusion, dimana anak
sudah memasuki usia remaja dan mulai mencari jati dirinya. Masa ini adalah masa
peralihan antara dunia anak-anak dan dewasa. Secara biologis anak pada tahap ini
sudah mulai memasuki tahap dewasa, namun secara psikis usia remaja masih
belum bisa diberi tanggung jawab yang berat layaknya orang dewasa sehingga
nilai moral pada tahap ini adalah kesetiaan (Videbeck, 2013).
Perubahan pubertas yang terjadi pada setiap remaja tidak selalu pada
waktu dan kecepatan yang sama, tergantung pada kadar hormon yang dihasilkan.
Kadar hormon tersebut mempengaruhi perilaku remaja sehingga remaja
9
mengalami perubahan emosional yang tidak stabil. Pertumbuhan dan
perkembangan otak pada masa remaja mengalami keberlanjutan. Perubahan pada
otak ini ditandai dengan sel-sel pendukung pada neuron mulai berkembang biak,
namun jumlah neuron pada usia remaja tidak mengalami peningkatan dan adanya
pertumbuhan selubung mielin di sekitar akson sel saraf sehingga memungkinkan
pemrosesan saraf pada remaja menjadi lebih cepat (Stuart, 2013). Masa remaja ini
respon fisik terhadap stress terjadi lebih cepat dari orang dewasa dikarenakan
korteks prefrontal pada area otak dapat menilai adanya bahaya yang datang,
namun menghilangkan respon stress ini tidak sepenuhnya berkembang.
10
Remaja mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih
penting dibandingkan dengan ide lainnya, kemudian remaja juga mengembangkan
ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak hanya mengorganisasikan apa yang dialami
dan diamati, namun remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga
menghasilkan suatu ide baru (Putro, 2017). Kekuatan pemikiran remaja yang
sedang berkembang dapat membuka cakrawala kognitif dan cakrawala sosial baru
sehingga pemikiran mereka semakin abstrak, logis, dan idealis.
11
yang disukai, bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, beraktivitas
dengan aktif, menemukan identitas diri yang objektif, dan memiliki cita-cita
masa depan.
2.4.2 Diagnosis
12
yang terjadi pada dirinya, maka remaja tersebut akan mengalami
kebingungan akan identitas dirinya.
2.4.3 Perencanaan
2.4.4 Implementasi
13
Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh perawat ketika melakukan
tindakan pada remaja adalah mendiskusikan kemampuan, karya, dan prestasi
yang positif dan yang kurang. Setelah mendiskusikan hal tersebut, perawat
harus memberikan pujian dan mendiskusikan cara mempertahankan dan
meningkatkan kemampuan, karya, dan prestasi tersebut. Contoh tindakan
pada remaja lainnya adalah mendiskusikan identitas diri yang dimiliki secara
fisik, psikologis (mis., kebahagiaan, cita-cita, prestasi), dan sosial (mis.,
Keluarga, sahabat); mendiskusikan norma dan peraturan yang berlaku dalam
keluarga, sekolah, dan tempat umum; mendiskusikan bahaya pergaulan
bebas, narkoba, bullying, gadget, dan cara-cara menghindarinya; memotivasi
remaja dalam mengembangkan hal-hal positif dalam kehidupannya; serta
memberikan pujian pada tiap keberhasilan yang diraih remaja (Keliat, et al.,
2019).
14
2.4.5 Evaluasi
Menurut Erikson, tugas utama anak usia sekolah adalah industri versus
inferioritas. Pada tahap ini, anak-anak mulai menciptakan dan
mengembangkan rasa kompeten dan ketekunan. Anak-anak usia sekolah
dimotivasi oleh kegiatan yang memberikan rasa berharga. Meskipun anak-
anak di usia ini bekerja keras untuk berhasil, mereka selalu dihadapkan pada
kemungkinan kegagalan, yang dapat menyebabkan rasa rendah diri
(Berman, Snyder, & Frandsen, 2016).
Dalam tahap anak usia sekolah, konsep diri terus berkembang hingga
matang selama periode ini. Anak-anak usia sekolah mulai membandingkan
diri mereka dengan orang lain. Anak-anak yang sukses dan menerima
pengakuan atas upaya mereka akan merasa kompeten serta mempunyai
kendali atas diri mereka sendiri dan lingkungan mereka. Sebaliknya, anak-
anak yang merasa tidak diterima oleh teman sebaya atau terus-menerus
menerima umpan balik negatif dan menerima sedikit pengakuan mempunyai
kemungkinan untuk mengalami perasaan rendah diri dan tidak berharga,
atau disebut dengan inferioritas (Berman, Snyder, & Frandsen, 2016).
15
Selain konsep diri, tahap ini juga sangat penting dalam
mengembangkan kepercayaan diri. Selama sekolah dan kegiatan sosial
lainnya, anak-anak menerima pujian dan perhatian untuk melakukan
berbagai tugas seperti membaca, menulis, menggambar, dan menyelesaikan
masalah. Anak-anak yang berprestasi baik di sekolah lebih cenderung
mengembangkan rasa kompetensi dan kepercayaan diri. Anak-anak yang
mengalami kesulitan dengan pekerjaan sekolah kemungkinan juga akan
mengalami kesulitan dalam mengembangkan perasaan yakin. Sebaliknya,
mereka mungkin akan ditinggalkan dengan perasaan tidak mampu dan
rendah diri (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013).
2.5.2 Remaja
16
konsep diri dan identitas diri yang sehat (Berman, Snyder, & Frandsen,
2016).
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Berman, A., Snyder, S. J., & Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb's Fundamentals
of Nursing: Concepts, Process, and Practice (10th ed.). Hoboken: Pearson
Education.
Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas: teori dan
praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Istiana, D., Keliat, B. A., & Nuraini, T. (2011). TERAPI KELOMPOK
TERAPEUTIK ANAK DENGAN ORANG TUA DAN GURU
MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MENTAL ANAK USIA
SEKOLAH. Jurnal Ners , 93-99.
Keliat, B. A., Hamid, A. Y., Putri, Y. S., Daulima, N. H., Wardani, I. Y., Susanti,
H., . . . Panjaitan, R. U. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kitchens, R., & Abell, S. (2017). Ego Identity Versus Role Confusion. In V.
Zeigler-Hill, & T. K. Shackelford, Encyclopedia of Personality and
Individual Differences. Cham: Springer International Publishing.
Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. M. (2013). Fundamentals of
Nursing (8th ed.). St. Louis: Elsevier.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009). Fundamental of Nursing. (A. Ferderika, Ed.)
(7th ed.). Jakarta: Penerbit Salemba Medika
19
Putro, Khamim Zarkasih. (2017). Memahami ciri dan tugas perkembangan masa
remaja, Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, 17(1): 25-32, 2017.
ISSN 1411-8777.
Stuart, G. W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing 10th ed. St.
Louis, Missouri: Elsevier.
20