Anda di halaman 1dari 57

DIABETES MELITUS

GAMBARAN TENTANG
GEJALA, KOMPLIKASI
DAN MANAJEMEN DIRI

Ns, Dikha Ayu Kurnia, M.Kep., Sp.KepMB


Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Kamis, 25 November 2021
Keep In Mind:

Insiden diabetes melitus (DM) – khususnya


DM tipe 2 – berkembang menjadi epidemi, berkontribusi
pada beban penyakit global ( W H O , 2 0 1 6 ) .

Penelitian juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara


diabetes dan berbagai
masalah kesehatan baik fisik dan mental, yang disebut
'diabetes distress' ( R o b i n s o n e t a l , 2 0 1 8 )
Prevalensi DM tipe 2 telah menjadi epidemi global dan semakin
mengkhawatirkan (IDF, 2019; Guariguata, Whiting, Weil, & Shaw, 2011; Saeedi et al., 2019; IDF, 2019;
Riskesdas, 2018)
Tiga (3) penyebab
utama beban Penyakit Sebagai Beban Global
penyakit (Disability
adjusted life years
(DALY)): stroke, Beban untuk faktor
ischemic hearth resiko di 34 provinsi di
disease, diabetes. Indonesia: dietary risk,
kadar gula darah puasa
Stroke mengalami yang tinggi, tekanan
peningkatan pertama darah tinggi,
pada tahun 2017 dan tembakau.
(93,4%).

Angka tahun yang


hilang akibat
diabetes (157,1%)
dan ischemic heart WHO, 2001; Jorg, 2004; Mboi, 2018; Kariasa, 2019; Vos, 2020
Situasi Perkembangan Penyakit Kronis Diabetes Melitus

Komplikasi Organ Tubuh


Penilaian status kesehatan :
1) mobilitas,
2) perawatan diri
25x: > 2x: >
3) nyeri dan
kebutaan PJK &
ketidaknyamanan
Stroke
4) proses pikir (kognitif)
7x: > gagal 5) aktivitas sehari-hari
ginjal 6) penglihatan
terminal 5x: > 7) tidur dan istirahat
gangrene/ 8) afeksi.
ulkus
(IDF, 2019)
Tujuan Presentasi
1. Mempelajari tentang diabetes melitus (definisi,
jenis DM, patofisiologi)

2. Menyegarkan kembali pengetahuan tentang


komplikasi yang berhubungan dengan diabetes

3. Memahami peran tenaga kesehatan dan kader


kesehatan dalam mengelola pasien dengan
diabetes
1. a. Definisi DM
Salah satu gangguan endokrin,
dengan adanya sindrom metabolik
yang disebabkan karena
ketidakmampuan tubuh
menghasilkan insulin yang
menyebabkan peningkatan kadar
glukosa dalam darah (ADA, 2020; IDF, 2020,
Perkeni, 2019)
1. b. Jenis
DM
Tipe 1 Tipe 2
Insiden antara 5% -10% dari semua Insiden 90% dari semua jenis DM.
kasus diabetes (CDC, 2021) Lebih sering terjadi karena gaya
Lebih sering terjadi pada usia hidup yang tidak sehat yang
dibawah 20 tahun akibat menyebabkan kecenderungan
kecenderungan genetic dan perubahan penyimpanan lemak.
disfungsi autoimun sel beta pancreas Faktor yang dapat dimodifikasi:
(IDF, 2020, WHO, 2021) Obesitas, gangguan siklus tidur,
kurangnya aktivitas fisik yang teratur
(Dendup, 2018).
Tanda dan Gejala
Baik DM tipe 1 dan DM tipe 2.
• Poliuria
Khusus DM tipe 1
• Polidipsia Penurunan berat badan yang
• Kelelahan tidak dapat dijelaskan, Sakit
• Pusing perut
• Perubahan suasana hati
• Infeksi kulit, gatal Khusus DM tipe 2
• Penyembuhan luka kurang optimal • Penambahan berat badan
• Sariawan • Sakit dan/atau kesemutan
• Kelaparan berlebihan diekstremitas bagian bawah
• Sakit kepala
• Seringkali tanpa gejala
• Penglihatan kabur
• Glukosa dalam urin
Penyebab seseorang mengalami DM
Faktor risiko yang dapat diubah
Obesitas
Tidak semua pasien obesitas mengalami DM, tapi
setiap pasien DM memiliki riwayat obesitas (lingkar
perut pada laki-laki lebih 102 cm, dan wanita lebih dari
88 cm), kurangnya aktivitas fisik, diet tidak sehat,
merokok, konsumsi alkohol, stress.
Tubuh tidak dapat menggunakan insulin
1. c. Patofisiologi dengan baik
Kompensasi tubuh dengan
peningkatan sekresi insulin
oleh kelenjar pankreas agar
glukosa masuk ke dalam sel
tubuh.

Ketika sel beta pankreas tidak


dapat memenuhi kebutuhan
insulin yang meningkat maka
terjadi kegagalan sel beta
pankreas (Ploughs et al, 2018)
Tiga tahap patofis diabetes melitus
Stage 1: early insulin resistance
Pada tahap ini, reseptor di perifer (otot rangka) kehilangan kemampuan untuk berespon terhadap
insulin
Stage 2A: prediabetes/ impaired glucose tolerance
Ditunjukkan dengan nilai glukosa post prandial 140 mg/dl-190 mg/dl . Pada fase ini produksi
insulin sudah mulai menurun. Intervensi yang dilakukan manajemen nutrisi yang sehat, exercise,
dan kehilangan berat badan
Stage 2B: prediabetes/ impaired fasting glucose
Ditunjukkan dengan level glukosa darah puasa 100mg/dl sampai 125 mg/dl. Pada fase ini terjadi
resistensi insulin dan kegagalan pankreas untuk meningkatkan produksi insulin agar dapat
memetabolisme glukosa sehingga tingkat kadar glukosa darah rendah. Medikasi diabetes
diberikan pada fase ini
Stage 3: Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 terjadi ketika kadar glukossa darah puasa lebih dari sama dengan 126 mg/dl dan
kadar glukosa darah post prandial diatas 200 mg/dl. Pada tahap ini kadar glukosa darah sangat
tinggi dan menimbulkan kerusaan serius apabila tidak tertatalaksana dengan baik.
2. Komplikasi DM
Kasus
Ibu Mawar, 52 tahun, selalu mengeluh merasa haus
sepanjang waktu walaupun sudah banyak minum. Dia juga
mengeluh sering buang air kecil hampir setiap saat, terutama
di malam hari, dan selalu merasa lapar walaupun sudah
makan. Kesemutan di kaki dan baal juga dikeluhkannya.
Penglihatannya yang dulu jelas sekarang mengalami
penurunan. Dia sudah merasa lelah hanya beberapa jam
setelah bangun tidur meskipun dia tidak memiliki pekerjaan
dan hanya tinggal di rumah. Luka di lutut kanannya sudah
ada berminggu-minggu tetapi tidak sembuh-sembuh. Saat
dicek GDS: 358 mg/dl, TD: 160/100 mmHg
Komplikasi Kronik: komplikasi jangka panjang

Sebagian besar
komplikasi kronik dari
DM dapat digambarkan
sebagai komplikasi
makrovaskuler atau
mikrovaskuler (Papatheodorou,
2018).
Komplikasi Makrovaskuler:
sistemik aterosklerosis: endothel dysfunction, inflamasi, fibrosis dan
remodelling
Komplikasi Mikrovaskuler:
Pembuluh darah kapiler memiliki
peran penting dalam menjaga tekanan
darah
dan menyediakan oksigen serta nutrisi ke
jaringan (Jin, 2018).

Akibat hiperglikemia, pembuluh darah


kapiler mengalami penebalan dinding
mengakibatkan penurunan tahanan
pembuluh darah sehingga aliran darah
terganggu dan peningkatan
permeabilitas (Roy dan Kim
2021).
Kerusakan oksidatif pada
mitokondria retina
menyebabkan
apoptosis sel. Katarak
diabetes umumnya
terjadi sebelum usia 30
tahun.

Makulopati adalah
penyebab lain kehilangan
penglihatan pada pasien
DM (Stitt et al 2016).
DM merupakan penyebab
paling umum gangguan
ginjal (Ploughs
Dkk 2018).

Penyebabnya adalah
Hiperglikemia dan
Hipertensi, serta
penumpukan kolesterol
(LDL dan trigliserida) yang
menyebabkan akumulasi
lipid pada nefropati diabetes
(Yuan et al 2017)
Neuropati Diebetikum

Neuropati diabetium
mempengaruhi setengah dari
penderita diabetes dan
berpotensi mengancam jiwa,
karena
mempengaruhi baik saraf
otonom dan saraf perifer.
Neuropati otonom
Kondisi saraf otonom, yaitu saraf yang
berfungsi mengatur kondisi internal tubuh
yang mempersarafi mata, kandung kemih,
system pencernaan, jantung dan pembuluh
darah, dan kelenjar keringat, dan organ
reproduksi yang bertindak independen dan
tidak disadari.

Menyebabkan hipotensi postural,


kehilangan irama sinus, takikardia saat
istirahat, infark miokard tanpa rasa sakit,
refleks jantung abnormal dan kematian
mendadak (Vinik et al 2018).
Neuropati
sensorik
Kurangnya
sensasi seperti
nyeri,termoregula
si, sentuhan,
tekanan, dan
getaran
mempengaruhi
cedera/trauma
pada kulit (Coon et al,
2017).
Neuropati motorik
Neuropati motorik terjadi karena
disfungsi otot kaki akibat atrofi yang
menyebabkan perubahan bentuk dan
fungsi seperti
Hammer toes atau dislokasi tulang tarsal.

Kaki Charcot: Atrofi otot menyebabkan


hilangnya lengkungan sehingga kaki
menjadi lebih rata dan lebar karena
tekanan yang tidak merata (Bandyk
2018).
Situasi Perkembangan Penyakit Kronis Diabetes Melitus
Tipe 2 DM tipe 2
Penyandang
Ketidakmampuan lebih menghadapi beban fisik dan
dari 70% penyandang psikologis dari ancaman kritis
komplikasi kronik mikrovaskular
DM tipe 2 mencapai dan makrovaskular (Marso&Hiatt, 2006;
tujuan target A1C, IDF, 2019; Olievera, 2009; Wu, 2018; Nouwen,
2011)
tekanan darah, kolesterol
lipoprotein densitas
Hanya 4,3% pasien dengan penyakit jantung
rendah, dan tidak dan stroke memiliki perilaku gaya hidup
merokok (IDF, 2019; ADA, 2020) sehat (pola makan sehat, aktivitas fisik, dan
tidak merokok) baik di negara maju dan
berkembang (Teo, 2013; Imam, 2017)
Pemantauan kontrol Kemampuan diri
gula darah melalui penyandang DM tipe 2
kepatuhan dalam untuk
pengobatan menjadi mengidentifikasi
faktor penentu utama sebagai populasi
(Demirtaş & Akbayrak, 2017). berisiko tinggi
komplikasi kronik dan
Pada penyakit kronis, menangani faktor
tingkat ketidakpatuhan risiko sebagai strategi
diketahui rata-rata pencegahan
sekitar 50% (Miller, 2013). komplikasi kronik
diabetes masih belum
efektif (Wiesman, 2018; IDF,
2019)  
Masih tingginya perilaku tidak
sehat dan ketidakpatuhan
pemantauan kontrol gula darah
pada penyandang DM tipe 2
terkait kemampuan fungsional
menunjukkan penyandang DM
tipe 2 memiliki masalah yang
cukup berat terkait mobilitas
(80%), keterbatasan aktivitas
(76%), dan nyeri (95%) (Jasim,
2016)
3. Peran Nakes dan Kader dalam mengelola pasien dengan
diabetes

1. Edukasi : membantu mengenali pola


kehidupannya agar dapat mematuhi program
sesuai dengan kebutuhan dirinya melalui
Diabetes Self Management Education and
Support (DSMES) (Wildeboer, 2020; Mitsugi, 2019)
Management of diabetes mellitus

1. Glycaemic control
2. Insulin therapy and lifestyle management
3. Diet
4. Exercise
5. Medicines
Upaya yang dilakukan untuk menurunkan faktor risiko
komplikasi DM pada masa pandemi

1. Mampu mencari sumber informasi dan menyaring


informasi dengan bijak
2. Menjaga kecukupan nutrisi yang bergizi dan
seimbang
3. Olahraga
4. Cek gula darah mandiri
5. Kelola stres dengan hobi dan mengenal diri sendiri
Mitos dan Fakta Mengenai DM
1. DM dapat disembuhkan (Mitos)
2. DM bukan masalah besar (Mitos),
3. Orang kurus tidak mungkin menderita diabetes
(Mitos)
4. Penyandang DM tidak boleh mengonsumsi gula
(Mitos)
5. Penyandang DM tidak boleh makan nasi (Mitos)
Mitos dan Fakta Mengenai DM

6. Penyandang DM tidak boleh berolahraga (Mitos)


7. Diabetes hanya dapat diderita oleh orang yang
sudah berumur (Mitos)
8. Diabetes dapat ditularkan (Mitos)
9. Insulin digunakan untuk penyandang DM yang
diaggap gagal (Mitos)
10. Pencegahan diabetes terlalu mahal (Mitos)
PERAWATAN LUKA KAKI DM
DEFINISI LUKA KAKI DIABETES
Pada penderita diabetes, kejadian luka kaki diabetes adalah sekitar 5-10%,
merupakan komplikasi kronis dan penyebab amputasi ekstremitas bawah (Brennan
et al., 2017).

Luka kaki diabetes didefinisikan sebagai nyeri kaki, ulkus kaki, dan gangren
kaki yang disebabkan oleh neuropati dan penyakit vaskular ekstremitas bawah,
yang membutuhkan proses jangka panjang (Acosta et al., 2008; Blakytny dan Jude, 2009).

Dalam keadaan diabetes, beberapa faktor menyebabkan stagnasi dalam satu atau
lebih tahap proses penyembuhan normal.

Penyakit mikrovaskular mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen dan darah


di dasar luka, yang menunda penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi
(Rathur dan Boulton, 2005; Snyder dan Waldman, 2009).
Luka akut dan luka kronik
Luka Akut: kerusakan terjadi akibat dari trauma, yang memiliki progresitivitas
penyembuhan luka normal hingga tertutupnya luka

Luka Kronik: luka yang mengalami proses penyembuhan memanjang dari


normal (4-6 minggu) dan berhenti di fase inflamasi. Luka kronik dipengaruhi
oleh obat-obatan, nutrisi yang buruk, atau pemilihan balutan yang tidak sesuai

Luka Terinfeksi: adanya invasi pada jaringan luka dengan adanya multiplikasi
mikroorganism patogen yang menghasilkan jaringan cedera subsequent dan
memberikan penyakit melalui mekanisme toxic atau seluler, dengan tahapan
tingkat gangguan bakterial (kontaminasi- kolonisasi- topical infection/critical
kolonisasi-lokal infection-regional/spreading infection/cellulitis-sepsis)
Lapisan kulit
1. epidermis: lapisan terluar dari kulit, memiliki karakter terdiri dari sel
epitelial, avaskular, ketebalan 0,04 mm, regenerasi setiap 2-4 minggu,
mendapatkan nutrisi dari dermis, terdiri dari 4-5 lapisan tergantung lokasi
tubuh
2. dermis: lapisan tengah dari kulit dengan ketebalan 0,5 mm, terdiri dari 2
lapisan, vaskular, terdapat saraf, jaringan penghubung, kolagen, elastin,
fibroblast, dan sel mass, bertanggung jawab pada reaksi inflamasi sebagai
respon trauma dan infeksi, reseptor panas, dingin, nyeri, tekanan, gatal
3. hipodermis: lapisan terdalam kulit atau yang sering disebut lapisan
subkutan. Mendukung dermis dan epidermis, terdapat jaringan adiposa,
jaringan penghubung, dan pembuluh darah. Sebagai penyimpanan lemak,
menjaga organ dibawahnya, memberikan regulasi temperatur
Fase penyembuhan luka
Fase 1: fase infamatory: 0-3 hari.fase ini merupakan fase normal tubuh
terhadap cidera. Fase ini mengaktifkan vasodilatasi sehingga meningkatkan
aliran darah yang menyebabkan panas, kemerahan, nyeri, bengkak, hilangnya
fungsi

Fase 2: fase proliferatif: 3-24 hari, merupakan fase penyembuhan luka. Tubuh
membuat aliran darah baru yang menutupi permukaan luka. Fase ini meliputi
granulasi dan epitelisasi. Luka akan menjadi lebih kecil yang menunjukkan
semakin sembuh

Fase 3: fase maturasi (24-365 hari). Merupakan fase akhir dari penyembuhan
luka. Terbentuk jaringan luka. Pada fase ini luka masih berisiko dan harus
dijaga sebaik mungkin
Pengkajian Luka
Meliputi riwayat terjadinya luka,
Pengkajian terfokus kulit:
Warna kulit (pucat, sianotik,
terbakar)
Kemerahan, gatal, nyeri, ukuran,

Palpasi: temperatur kulit,


kelembaban, turgor, edema,
Manajemen luka diabetes
1. Kendali metabolic
2. Kendali vascular
3. Kendali Infeksi
4. Kendali luka: kontrol TIME (Tissue Debridement,
Inflammation and Infection Control, Moisture
Balance, Epithelial Edge Advancement)
5. Kendali tekanan
6. Edukasi
Perawatan Luka
Yang harus dilakukan pada perawatan kaki
1. Periksa kondisi kaki setiap hari, dari seluruh sisi
(sisi atas, sisi bawah, sisi samping, dan sela-sela
jari
2. Secara teratur berikan pelembab di area sisi kaki
(tidak digunakan di sela-sela jari) untuk
mencegah kekeringan kulit pada kaki
3. Secara berkala memeriksakan kondisi pembuluh
darah pada kaki
Yang tidak boleh dilakukan
1. Jangan menggunakan kompres air panas
untuk meredakan nyeri pada kaki
2. Jangan merendam kaki di air hangat, cek suhu
dengan menggunakan tangan terlebih dahulu
3. Jangan mencabut kalus, atau memotong kuku
yang menusuk ke kulit
4. Tidak menggunakan alas kaki saat beraktivitas
Menggerakkan kaki setiap hari
1. Menjaga aliran darah, dengan senam kaki
selama 5 menit, 2-3 kali sehari
2. Sebelum menggunakan sepatu, lihat dulu
kondisi dalam sepatu apakah ada batu atau
benda tajam
3. Menjaga gula darah optimal untuk mencegah
kerusakan saraf dan pembuluh darah
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai