Anda di halaman 1dari 59

MEKANISME PEMBAYARAN DALAM

RANGKA PELAKSANAAN APBN


Sistematika Paparan

01 Ruang Lingkup Keuangan Negara

02 Pejabat Perbendaharaan Negara

03 Penyelesaian Tagihan Negara

04 Pembayaran Tagihan Yang Bersumber Dari Penggunaan PNBP

2
1.
RUANG LINGKUP KEUANGAN
NEGARA

3
Dasar Hukum

• UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.


• UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
• UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara.
• UU tentang APBN – diterbitkan setiap tahun
• PP 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
• PP Nomor 50 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas PP 45 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
• Perpres No. 54 Tahun 2010 beserta perubahannya
• PMK Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
• PMK Nomor 178/PMK.05/2018 tentang Perubahan atas PMK Nomor 190/PMK.05/2012
tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara.

4
Pengertian Keuangan
Ruang Lingkup Negara
Keuangan Negara
• Pendekatan Sisi OBYEK
• semua hak & kewajiban negara yg dapat dinilai dg uang, termasuk kebijakan &
kegiatan dalam bid. fiskal, moneter & pengel. kekayaan negara yg dipisahkan, serta
1 segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang berhub. dg pelaks. hak &
kewajiban tersebut. Keuangan Negara
adalah semua hak
dan kewajiban
• Pendekatan Sisi SUBYEK negara yang dapat
• seluruh obyek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau dinilai dengan
dikuasai oleh Pemerintah Pusat, PEMDA, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan
2 lain yang ada kaitannya dgn keuangan negara.
uang, serta segala
sesuatu baik
berupa uang
• Pendekatan Sisi PROSES maupun berupa
• seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek barang yang dapat
sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan dijadikan milik
3 keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban. negara berhubung
dengan
pelaksanaan hak
• Pendekatan Sisi TUJUAN dan kewajiban
• seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan
tersebut.
pemilikan dan/atau penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas dalam
4 rangka penyelenggaraan pemerintahan negara

5
Asas-Asas Keuangan Negara
Asas Kesatuan

Asas Universalitas
Lama
Asas Tahunan

Asas Spesialitas
Asas
Keuangan akuntabilitas berorientasi
Negara pada hasil;
profesionalitas;

Baru proporsionalitas;
keterbukaan dalam
pengelolaan keuangan negara;
pemeriksaan keuangan oleh badan
pemeriksa yang bebas dan mandiri

6
Asas Perbendaharaan

1. UU APBN merupakan dasar bagi Pemerintah Pusat untuk melakukan


penerimaan dan pengeluaran negara.
2. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas
beban APBN/APBD jika anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut tidak
tersedia atau tidak cukup tersedia.
3. Semua pengeluaran negara, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang
sesuai dengan program pemerintah pusat, dibiayai dengan APBN.
4. Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya mendesak dan/atau
tidak terduga disediakan dalam bagian anggaran tersendiri yang selanjutnya
diatur dalam peraturan pemerintah.
5. Kelambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan dengan pelaksanaan
APBN/APBD dapat mengakibatkan pengenaan denda dan/atau bunga.

7
Paradigma Baru Keuangan Negara

Perubahan dari Financial Administration


mendasar Ke Financial Management

let
Semangat yang the managers
melandasi manage

Pengendalian Check & Balance


Mechanism

8
Pemisahan Kewenangan Dalam Pelaksanaan
Anggaran Belanja Negara
MENTERI TEKNIS MENTERI KEUANGAN
Selaku Pengguna Anggaran Selaku BUN

PEMBUATAN PENGUJIAN & PERINTAH PENCAIRAN


PENGUJIAN
KOMITMEN PEMBEBANAN PEMBAYARAN DANA
SEBELUM
REFORMASI

administratief beheer administratief Comptabel beheer


beheer

PEMBUATAN PENGUJIAN & PERINTAH PENCAIRAN


PENGUJIAN
KOMITMEN PEMBEBANAN PEMBAYARAN DANA

SESUDAH
REFORMASI

Pengurusan Administratif Pengurusan Komtabel


(Administratief beheer) (Comptabel beheer)

9
Alur Pelaksanaan APBN

10
2.
PEJABAT PERBENDAHARAAN
NEGARA

11
Pejabat Perbendaharaan Negara
PENGGUNA ANGGARAN
MENTERI/PIMP.LEMBAGA
(1)

KUASA PA
KEPALA SATKER
(2)

PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN PENGUJI SPP BENDAHARA


PEMBUAT KOMITMEN PENANDATANGAN SPM PENGELUARAN
(3) (4) (5)

 (2) tidak boleh merangkap (5)


 (3), (4), (5) tidak boleh saling merangkap
Dalam hal jumlah pegawai tidak mencukupi maka :
 (2) Dapat merangkap (3) atau (4)

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013


PMK Nomor 190/PMK.05/2012

12
Pejabat Pengelola Keuangan Satker
PA

KPA .
Kepala Kantor

Pejabat Pejabat
Bendahara Bendahara Pejabat
Pembuat Penanda
Pengeluaran Penerimaan Lainnya
Komitmen Tangan SPM

BPP

Pejabat Lainnya : PPABP, Pejabat Pengadaan, PPHP, dan Petugas Akuntansi

13
Definisi Pejabat Perbendaharaan Negara
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada
Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


Pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja negara.

Pejabat Penanda tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)


Pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian atas permintaan pembayaran dan menerbitkan perintah
pembayaran.

Bendahara Pengeluaran
Orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk
keperluan Belanja Negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga Pemerintah
Nonkementerian.
Bendahara Penerimaan
orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan
negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada Kantor/Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga.

Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)


orang yang ditunjuk untuk membantu Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan pembayaran kepada yang berhak guna kelancaran
pelaksanaan kegiatan tertentu
14
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA berwenang:


 menunjuk kepala Satker yang berstatus Pegawai Negeri Sipil untuk
melaksanakan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga sebagai KPA;
dan
 menetapkan Pejabat Perbendaharaan Negara lainnya, yaitu PPK dan
PPSPM.

Penunjukan Kepala Satker sebagai KPA bersifat ex-officio.

Kewenangan PA untuk menetapkan PPK dan PPSPM dilimpahkan


kepada KPA.

Setiap terjadi pergantian jabatan kepala Satker, setelah serah terima


jabatan pejabat kepala Satker yang baru langsung menjabat sebagai KPA.

15
Kuasa Pengguna Anggaran

 PA dapat menunjuk pejabat lain selain kepala Satker sebagai KPA dlm hal:
 Satker dipimpin oleh pejabat yang bersifat komisioner;
 Satker dipimpin oleh pejabat Eselon I atau setingkat Eselon I;
 Satker sementara;
 Satker yang pimpinannya mempunyai tugas fungsional; atau
 Satker Lembaga Negara.

 Dalam hal Satker yang pimpinannya bukan PNS, PA dapat menunjuk :


1. Pejabat lain yang berstatus PNS sebagai KPA.
2. Kepala Satker sebagai KPA dengan mempertimbangkan efektivitas dalam pelaksanaan dan
pertanggungjawaban anggaran, pelaksanaan kegiatan, dan pencapaian output/kinerja yang
ditetapkan dalam DIPA, setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q.
Direktur Jenderal Perbendaharaan.
Contoh:
A. Satker A, Kepala Satkernya bukan PNS, pejabat di bawah kepala Satker adalah PNS. Maka
pejabat di bawah Kepala Satker dapat ditunjuk sebagai KPA.
B. Satker B, Kepala Satkernya bukan PNS, terdapat PNS yang jabatan rendah atau dianggap
tidak mampu menjadi KPA. Maka Kepala Satker yang bukan PNS dapat ditunjuk sebagai KPA.

16
Tugas dan Wewenang KPA

Menyusun DIPA
1
2 Menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang
Menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja Negara
dan menerbitkan SPM atas beban anggaran belanja 3
Negara
4 Menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan dan pengelola anggaran/keuangan
Menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan
rencana penarikan dana 5

6 Memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan


kegiatan dan penarikan dana
Mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi
yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dan 7
anggaran Menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan
8 anggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Pasal 9 ayat (1)


PMK 190/PMK.05/2012

TUGAS
KPA

17
Tanggung Jawab Kuasa Pengguna Anggaran

1. Mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana


2. Merumuskan standar operasional agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan
tentang pengadaan barang/jasa pemerintah
3. Menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar proses penyelesaian tagihan atas beban APBN
Tanggung dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
4. Melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan dan pengadaan barang/jasa sesuai dengan keluaran
Jawab KPA (output) yang ditetapkan dalam DIPA
5. Melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan perjanjian/kontrak pengadaan barang/jasa dan
Pasal 10 ayat (2) PMK pembayaran atas beban APBN sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA serta rencana
190 Tahun 2012 yang telah ditetapkan
6. Merumuskan kebijakan agar pembayaran atas beban APBN sesuai dengan keluaran (output) yang
ditetapkan dalam DIPA
7. Melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
dalam rangka penyusunan laporan keuangan

18
Tugas dan Wewenang PPK
Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan Dan Rencana
Pencairan Dana 1
Menerbitkan Surat Penunjukan
2
Membuat, Menandatangani Dan Melaksanakan Perjanjian Penyedia Barang/Jasa
Dengan Penyedia Barang/Jasa 3
4 Melaksanakan Kegiatan Swakelola
Memberitahukan Kepada Kuasa BUN tas Perjanjian Yang
Dilakukannya 5
6 Mengendalikan Pelaksanaan Perikatan
Menguji Dan Menandatangani Surat Bukti Mengenai Hak
Tagih Kepada Negara 7
Membuat Dan Menandatangani SPP Atau Dokumen Lain Yang Dipersamakan
8 Dengan SPP
Melaporkan Pelaksanaan/Penyelesaian Kegiatan Kepada
KPA 9
Menyerahkan Hasil Pekerjaan Pelaksanaan Kegiatan Kepada KPA
10 Dengan Berita Acara Penyerahan
Menyimpan Dan Menjaga Keutuhan Seluruh Dokumen 11
Pelaksanaan Kegiatan
12 Melaksanakan Tugas Dan Wewenang Lainnya Yang Berkaitan Dengan
Tindakan Yang Mengakibatkan Pengeluaran Anggaran Belanja Negara

Pasal 13 ayat (1)


PMK 190/PMK.05/2012

TUGAS PPK

19
Tugas dan Wewenang PPK

Menetapkan Rencana Pelaksanaan


Pengadaan barang/Jasa 1 Memastikan Telah Terpenuhinya Kewajiban
Pembayaran Kepada Negara Oleh Pihak Yang
2 Mempunyai Hak Tagih Kepada Negara
Mengajukan Permintaan Pembayaran Atas
Tagihan berdasarkan Prestasi Kegiatan 3
4 Memastikan Ketepatan Jangka Waktu
Penyelesaian tagihan Kepada Negara
Menetapkan Besaran Uang Muka Yang Akan 5
Dibayarkankepada Penyedia Barang/Jasa

Pasal 13 ayat (6)


PMK 190/PMK.05/2012

Melaksanakan Tugas Dan Wewenang Lainnya Yang


Berkaitan Dengan Tindakan Yang Mengakibatkan
Pengeluaran Anggaran Belanja Negara

PPK

20
Tugas Dan Wewenang PPSPM

Menguji Kebenaran SPP Atau Dokumen Lain Yang


Dipersamakan Dengan SPP Beserta Dokumen 1
Pendukung Menolak Dan Mengembalikan SPP, Apabila
Tidak Memenuhi Persyaratan Untuk
2 Dibayarkan
Membebankan Tagihan Pada Mata 3
Anggaran Yang Telah Disediakan

Menerbitkan SPM Atau Dokumen Lain Yang


Menyimpan Dan Menjaga Keutuhan 4 Dipersamakan Dengan SPM
Seluruh Dokumen Hak Tagih 5

Melaksanakan Tugas Dan Wewenang Lainnya Melaporkan Pelaksanaan Pengujian Dan


6
Yang Berkaitan Dengan Pelaksanaan Pengujian Perintah Pembayaran Kepada KPA
7
Dan Perintah Pembayaran

Pasal 17 ayat (1)


PMK 190/PMK.05/2012

RINCIAN TUGAS
PPSPM

11
Tugas Kebendaharaan Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran melaksanakan tugas kebendaharaan atas uang/surat
berharga yang berada dalam pengelolaannya, yang meliputi:

a. Uang/surat berharga yang berasal dari UP dan


Pembayaran LS melalui Bendahara Pengeluaran; dan

b. Uang/surat berharga yang bukan berasal dari UP, dan


bukan berasal dari Pembayaran LS yang bersumber dari
APBN.

22
Pelaksanaan Tugas Kebendaharaan Bendahara
Pengeluaran
Menerima, menyimpan, menatausahakan, dan
membukukan uang/surat berharga dalam 1
pengelolaannya Melakukan pengujian dan pembayaran
2 berdasarkan perintah PPK
Menolak perintah pembayaran apabila tidak 3
memenuhi persyaratan untuk dibayarkan
Melakukan pemotongan/ pemungutan
4 penerimaan negara dari pembayaran yang
Menyetorkan pemotongan/ pemungutan kewajiban dilakukannya
kepada negara ke kas negara 5
Mengelola rekening tempat
6 penyimpanan UP
Menyampaikan Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala 7
KPPN selaku kuasa BUN

Pasal 24
PMK 190 Tahun 2012

Tugas
Kebendaharaan
Bendahara
Pengeluaran

23
Tanggung Jawab Bendahara Pengeluaran
Tanggung Jawab Bendahara Pengeluaran:

1. Bertanggung jawab 2. Bertanggung jawab secara


secara pribadi atas fungsional atas pengelolaan
uang/surat berharga uang/surat berharga yang
yang berada dalam menjadi tanggung jawabnya
pengelolaannya. kepada Kuasa BUN.

24
Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)

Dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran, kepala Satker dapat
menunjuk beberapa BPP sesuai kebutuhan.
BPP harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Bendahara Pengeluaran

Tugas BPP meliputi:


1. Menerima dan menyimpan UP
2. melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang dananya bersumber dari UP;
3. melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari UP berdasarkan perintah PPK
4. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan;
5. melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yang dilakukannya atas kewajiban kepada negara
6. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas negara
7. menatausahakan transaksi UP
8. menyelenggarakan pembukuan transaksi UP
9. mengelola rekening tempat penyimpanan UP
3.
PENYELESAIAN TAGIHAN KEPADA NEGARA
APBN
• APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat. Pasal 1 angka (7) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara.

• Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara
ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

• APBN terdiri dari 5 (lima) bagian utama yaitu Pendapatan Negara, Belanja Negara,
Surplus/Defisit Anggaran, Pembiayaan Anggaran, dan Keseimbangan Primer.

27
DIPA
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang digunakan sebagai acuan PA/KPA
dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai pelaksanaan APBN.

DIPA disusun berdasarkan anggaran berbasis kinerja, dan dirinci menurut klasifikasi fungsi, organisasi, dan jenis belanja. Dokumen tersebut
paling sedikit memuat informasi-informasi berupa: sasaran yang hendak dicapai; pagu anggaran yang dialokasikan; fungsi, program, kegiatan,
dan jenis belanja, kantor bayar, rencana penarikan dana, dan rencana penerimaan dana. DIPA digunakan oleh PA/KPA sebagai dasar
pelaksanaan pembayaran.

DIPA Petikan terdiri atas:


- Lembar Surat Pengesahan DIPA Petikan;
- Halaman I memuat Informasi Kinerja (IA) dan Sumber Dana (IB);
- Halaman II memuat Rincian Pengeluaran;
- Halaman III memuat Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan; dan
- Halaman IV memuat Catatan.

DIPA Akumulasi DIPA Petikan


Induk
DIPA Dasar pelaksanaan kegiatan satuan kerja
DIPA
Petikan Dasar pencairan dana/pengesahan bagi
BUN/Kuasa BUN
28
Petunjuk Operasional Kegiatan (POK)

POK adalah dokumen yang memuat uraian rencana kerja


dan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan,
disusun oleh KPA sebagai penjabaran lebih lanjut dari
DIPA.

Pedoman dalam melaksanakan


kegiatan/aktivitas.

Alat monitoring kemajuan pelaksanaan


kegiatan/aktivitas.

Fungsi POK
Alat perencanaan kebutuhan dana.

Sarana untuk meningkatkan


transparansi, akuntabilitas, dan
efektivitias pelaksanaan anggaran. 29
Klasifikasi Anggaran

Klasifikasi Jenis
Klasifikasi Organisasi Klasifikasi Fungsi
Belanja (Ekonomi)

• Bagian Anggaran • Pelayanan umum • Belanja Pegawai


• Unit Organisasi • Pertahanan • Belanja Barang
• Satuan Kerja • Ketertiban dan • Belanja Modal
keamanan • Belanja Utang *)
• Ekonomi • Belanja Subsidi *)
• Lingkungan hidup • Belanja Hibah *)
• Perumahan dan • Belanja Bantuan
fasilitas umum Sosial
• Kesehatan • Belanja Lain-lain *)
• Pariwisata dan
budaya
• Agama
• Pendidikan
• Perlindungan sosial.

*) hanya ada di BA BUN 30


Tanggung Jawab Pelaksanaan Pengujian Pembayaran

KPA  tanggung jawab manajerial

PPK
Uji administratif dan material  tanggung jawab material

PPSPM
Uji administratif  tanggung jawab formal

Bendahara Pengeluaran
Uji administratif  tanggung jawab formal

31
Pengujian oleh PPK

01 02 03 04

Uji Uji Uji


kelengkapan
Uji hasil
kebenaran pekerjaan/ ketersediaan
dokumen
nilai barang dana
perikatan dan
tagihan tagihan
Pengujian oleh PPSPM

01 02 03 04 05

Uji Uji kesesuaian Uji Uji Uji


kelengkapan dokumen keabsahan ketersediaan pembebanan
SPP dan perikatan tagihan dana pembayaran
dokumen dengan berita
pendukungnya acara
Mekanisme Pembayaran
Diutamakan dengan pembayaran langsung (LS)
Pembayaran yang dilakukan langsung kepada Bendahara Pengeluaran/penerima hak lainnya atas dasar perjanjian
kerja, surat keputusan, surat tugas atau surat perintah kerja lainnya melalui penerbitan Surat Perintah Membayar
Langsung.
Dalam hal LS tidak bisa maka pembayaran dilakukan dengan Uang Persediaan (UP)
Khusus komitmen dalam rangka PBJ, Pembayaran tidak boleh dilakukan sebelum barang/jasa diterima.
Dapat dikecualikan dalam hal terdapat kegiatan yang karena sifatnya harus dilakukan pembayaran terlebih dahulu
dengan syarat pembayaran dilakukan setelah penyedia barang dan/ atau jasa menyampaikan jaminan atas
pembayaran yang akan dilakukan.
Jenis Jaminan :
a. surat jaminan, antara lain digunakan untuk Jaminan Uang Muka dan Jaminan Pemeliharaan;
b. SPKPBJ, antara lain digunakan untuk belanja sewa lebih dari 50 juta dan pemasangan/penambahan daya listrik
oleh PLN; atau
c. komitmen penyedia barang/jasa, antara lain digunakan untuk belanja sewa sampai dengan 50 juta dan
pengadaan barang/jasa secara elektronik yang dibayar dengan UP.

34
Karakteristik LS dan UP
Pembayaran LS
Penerima, jumlah dan waktu pembayaran sudah jelas

Pembayaran UP
 Untuk pembayaran yang tidak dilakukan dengan LS
 Untuk keperluan kantor dan nilainya kecil

35
Mekanisme Pembayaran LS
Pembayaran LS ditujukan kepada:

Penyedia barang/jasa atas dasar perjanjian/kontrak;

Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya untuk


keperluan belanja pegawai non gaji induk,
pembayaran honorarium, dan perjalanan dinas atas
dasar surat keputusan.

36
Mekanisme Pembayaran LS
Pembayaran tagihan kepada penyedia barang/jasa Sesuai PMK nomor 145/PMK.05/2017, PPSPM
dilaksanakan berdasarkan bukti yang sah meliputi: melakukan penyimpanan dan penatausahaan:
 Bukti perjanjian/kontrak;  Asli Jaminan Uang Muka
 Referensi Bank (nama dan nomor rekening penyedia  Asli Jaminan Pemeliharaan
barang/jasa);  Asli SPKPBJ (Surat Pernyataan Kesanggupan
 Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan; Penyedia Barang/Jasa)
 Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;  Fotokopi Jaminan Pembayaran Akhir Tahun Anggaran
 Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai
ketentuan; PPSPM menyampaikan kepada KPPN sebagai
 Berita Acara Pembayaran;
lampiran SPM terhadap:
 Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia
barang/jasa dan PPK;  Asli Jaminan Pembayaran Akhir Tahun Anggaran
 Faktur pajak beserta SSP yang telah ditandatangani disertai dengan Surat Kuasa Klaim/Pencairan Jaminan
oleh WP/BP; dari KPA/PPK kepada Kepala KPPN
 Jaminan yang dikeluarkan oleh bank umum,  Fotokopi Jaminan Uang Muka
perusahaan penjaminan atau perusahaan asuransi  Fotokopi Jaminan Pemeliharaan
sesuai ketentuan PBJ pemerintah; dan/atau
 Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk
perjanjian/kontrak yang dananya sebagian atau
seluruhnya bersumber dari PHDN/PHLN.

37
Mekanisme Pembayaran LS

1 Surat Keputusan

2
Surat Tugas/Surat
Pembayaran tagihan kepada Perjalanan Dinas
Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya
dilaksanakan berdasarkan bukti yang
3
Daftar penerima
sah meliputi: pembayaran

4 Dokumen pendukung lainnya


sesuai ketentuan.

38
Mekanisme Pembayaran LS

01
Tagihan atas pengadaan barang/jasa
(PBJ) dan/atau pelaksanaan kegiatan
02 First yang membebani APBN diajukan dengan
Jika dalam 5 (lima) hari kerja setelah surat tagihan oleh penerima hak kepada
timbulnya hak tagih kepada negara PPK paling lambat 5 (lima) hari kerja
penerima hak belum mengajukan surat Second setelah timbulnya hak tagih kepada
tagihan, PPK harus segera negara.
memberitahukan secara tertulis kepada
penerima hak untuk mengajukan
tagihan.
Third 03
Jika penerima hak mengajukan tagihan
04 Fourth setelah 5 (lima) hari kerja maka saat
pengajuan harus memberikan
Jika PPK menolak/ mengembalikan tagihan penjelasan secara tertulis kepada PPK
karena dokumen pendukung tagihan tidak atas keterlambatan pengajuan tagihan
lengkap dan benar, PPK harus menyatakan tersebut.
secara tertulis alasan penolakan/
pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua)
hari kerja setelah diterimanya surat tagihan.

39
Mekanisme Pembayaran UP

Uang Persediaan (UP) adalah uang muka kerja


dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada UP digunakan untuk keperluan
Bendahara Pengeluaran untuk membiayai membiayai kegiatan operasional sehari-
kegiatan operasional sehari-hari Satker atau hari Satker dan membiayai pengeluaran
membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan yang tidak dapat dilakukan melalui
tujuannya tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme Pembayaran LS.
mekanisme pembayaran langsung.

40
Definisi dan Sifat Uang Persediaan (1)

UP merupakan uang muka kerja dari Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai
yang berasal dari UP yang ada pada
01 Kuasa BUN kepada Bendahara 03 Kas Bendahara Pengeluaran/BPP
Pengeluaran yang dapat dimintakan
penggantiannya (revolving). paling banyak sebesar Rp.50.000.000,-
(lima puluh juta rupiah).

Pembayaran dengan UP yang dapat


dilakukan oleh Bendahara UP dapat diberikan untuk pengeluaran-
Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu) pengeluaran:
04
02 penerima/ penyedia barang/jasa  Belanja Barang;
paling banyak sebesar  Belanja Modal; dan
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta  Belanja Lain-lain.
rupiah) kecuali untuk pembayaran
honorarium dan perjalanan dinas.

41
Definisi dan Sifat Uang Persediaan (2)

05 06 07

• Bendahara Pengeluaran • Setiap Bendahara


• Penggantian UP dilakukan
melakukan penggantian Pengeluaran Pembantu
apabila UP telah (BPP) mengajukan
(revolving) UP yang telah
digunakan sepanjang dana dipergunakan paling sedikit penggantian UP melalui
yang dapat dibayarkan 50% (lima puluh persen). Bendahara Pengeluaran,
dengan UP masih tersedia apabila UP yang dikelolanya
dalam DIPA. telah dipergunakan paling
sedikit 50% (lima puluh
persen).
Besaran UP

01 02 03

Pemberian UP diberikan paling banyak:


KPA mengajukan UP kepada a. Rp.100.000.000 untuk pagu jenis
Persetujuan perubahan besaran
KPPN sebesar kebutuhan belanja yang bisa dibayarkan UP dilaksanakan oleh Kepala
operasional Satker dalam 1 melalui UP sampai dengan Rp. Kantor Wilayah Direktorat
(satu) bulan yang direncanakan 2.400.000.000; Jenderal Perbendaharaan.
dibayarkan melalui UP. b. Rp.200.000.000 untuk pagu jenis
belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP diatas Rp.
2.400.000.000 sampai dengan
Rp.6.000.000.000; atau
c. Rp.500.000.000 untuk pagu jenis
belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP diatas Rp.
6.000.000.000.

43
Jenis dan Proporsi UP
1. UP terdiri dari UP Tunai dan UP Kartu Kredit Pemerintah.
 UP tunai, merupakan UP yang diberikan dalam bentuk uang
tunai kepada Bendahara Pengeluaran/BPP melalui rekening
Bendahara Pengeluaran/BPP yang sumber dananya berasal
dari rupiah murni.
 UP Kartu Kredit Pemerintah, merupakan uang muka kerja yang
diberikan dalam bentuk batasan belanja (limit) kredit kepada
Bendahara Pengeluaran/BPP yang penggunaannya dilakukan
dengan kartu kredit pemerintah untuk membiayai kegiatan
operasional sehari-hari Satker atau membiayai pengeluaran
yang menurut sifat dan tujuannya tidak mungkin dilakukan
melalui mekanisme Pembayaran LS yang sumber dananya
berasal dari rupiah murni.
2. Proporsi UP diatur sebagai berikut:
 UP Tunai sebesar 60% dari besaran UP; dan
 UP Kartu Kredit Pemerintah sebesar 40% dari besaran UP.
Perubahan Proporsi UP
Kepala Kanwil DJPb dapat memberikan persetujuan atas perubahan proporsi UP Kartu Kredit Pemerintah,
baik berupa kenaikan atau penurunan proporsi UP Kartu Kredit Pemerintah.

Persetujuan atas kenaikan proporsi UP Kartu


Kredit Pemerintah diberikan dengan
pertimbangan sebagai berikut:
a. kebutuhan penggunaan UP Kartu Kredit
Pemerintah dalam 1 (satu) bulan, melampaui
besaran UP Kartu Kredit Pemerintah; dan
Persetujuan atas penurunan proporsi UP Kartu b. frekuensi penggantian UP Kartu Kredit
Kredit Pemerintah diberikan dengan pertimbangan Pemerintah tahun yang lalu lebih dari rata-rata
sebagai berikut: 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan dalam 1
a. kebutuhan penggunaan UP Tunai dalam 1 (satu) (satu) tahun.
bulan, melampaui besaran UP Tunai;
b. frekuensi penggantian UP Tunai tahun yang lalu
lebih dari rata-rata 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
bulan dalam 1 (satu) tahun; dan
c. terbatasnya penyedia barang/jasa yang menerima
pembayaran dengan Kartu Kredit Pemerintah
melalui mesin Electronic Data Capture (EDC) yang
dibuktikan dengan surat pernyataan dari KPA.
Dalam hal Satker memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. tidak terdapat
b. memiliki pagu jenis
penyedia barang/jasa
belanja Satker yang MAKA:
yang dapat menerima
dapat dibayarkan
pembayaran dengan KPA mengajukan UP
melalui UP sampa1
kartu kredit melalui dalam bentuk UP
dengan
mesin EDC yang tunai sebesar 100%
Rp2.400.000.000 (dua
dibuktikan dengan surat (seratus persen).
miliar empat ratus juta
pernyataan dari KPA;
rupiah),
dan

46
Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah
Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah untuk belanja pemerintah difokuskan pada keperluan belanja barang
operasional serta belanja modal paling banyak Rp50 Juta yang merupakan bagian terbesar dari penggunaan
Uang Persediaan.

Belanja Barang
Operasional dan
Belanja Modal Belanja Perjadin

ATK Pemeliharaan Jamuan


dipegang oleh Pelaksana Tiket Penginapan
Kegiatan/Belanja
(Contoh: pejabat pengadaan barang/jasa, pejabat struktural, dipegang oleh Pelaksana Perjadin
pelaksana, dan/atau pegawai lainnya yang ditugaskan oleh (Contoh: Pegawai/Pejabat
KPA/PPK untuk melaksanakan pembelian/ pengadaan Pelaksana Perjadin)
barang/jasa)

47
Definisi dan Sifat TUP (1)

01 02 03
Tambahan uang persediaan KPA dapat mengajukan TUP KPA dapat mengajukan
(TUP) adalah uang muka yang kepada Kepala KPPN dalam hal permintaan TUP untuk
diberikan kepada Bendahara sisa UP pada Bendahara kebutuhan melebihi waktu 1
Pengeluaran untuk kebutuhan Pengeluaran tidak cukup tersedia (satu) bulan dengan
yang sangat mendesak dalam 1 untuk membiayai kegiatan yang pertimbangan kegiatan yang
(satu) bulan melebihi pagu UP sifatnya mendesak/tidak dapat akan dilaksanakan memerlukan
yang telah ditetapkan ditunda. waktu melebihi 1 (satu) bulan.

48
Definisi dan Sifat TUP (2)

Syarat penggunaan TUP:


a. digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu)

01 bulan sejak tanggal SP2D diterbitkan; dan


b. tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan
dengan pembayaran LS.

TUP harus dipertanggungjawabkan dalam waktu 1


(satu) bulan dan dapat dilakukan secara bertahap.
02

Sisa TUP yang tidak habis digunakan harus disetor


03 ke Kas Negara paling lambat 2 (dua) hari kerja
setelah batas waktu.

49
Definisi dan Sifat TUP (3)

01 02

Persetujuan perpanjangan
Untuk perpanjangan
pertanggungjawaban TUP diberikan dengan
pertanggungjawaban TUP pertimbangan:
melampaui 1 (satu) bulan, a. KPA harus mempertanggungjawabkan
KPA mengajukan TUP yang telah dipergunakan; dan
permohonan persetujuan b. KPA menyampaikan pernyataan
kepada Kepala KPPN. kesanggupan untuk
mempertanggungjawabkan sisa TUP
tidak lebih dari 1 (satu) bulan
berikutnya.

50
Pembayaran oleh Bendahara/BPP
1. Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas UP berdasarkan Surat Perintah
Bayar (SPBy) yang dilampiri bukti2 pengeluaran yang disetujui dan ditandatangani oleh
PPK.
2. Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran merupakan uang muka
kerja, SPBy dilampiri:
• rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
• rincian kebutuhan dana; dan
• batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja;
3. Berdasarkan SPBy yang diterimanya, Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan:
• pengujian atas tagihan pada SPBy; dan
• pemungutan/pemotongan pajak/bukan pajak atas tagihan dalam SPBy yang diajukan dan
menyetorkan ke kas negara.
4. Dalam hal pengujian SPBy tidak memenuhi persyaratan, Bendahara Pengeluaran/BPP
harus menolak SPBy yang diajukan oleh PPK.
5. Dalam hal sampai batas waktu pertanggungjawaban , penerima uang muka kerja belum
menyampaikan bukti pengeluaran, Bendahara Pengeluaran/BPP menyampaikan
permintaan tertulis agar penerima uang muka kerja segera mempertanggungjawabkan
uang muka kerja.

51
Pertanggungjawaban UP (1)

01 03
Pertanggungjawaban Sisa dana dalam DIPA
penggunaan UP terdiri: yang dapat dilakukan
a. Ganti uang persediaan 02 pembayaran dengan
(GUP) Untuk melakukan PPK menerbitkan UP minimal sama
pengisian kembali UP.
SPP-GUP/GUP Nihil. dengan nilai UP yang
b. Ganti uang persediaan
Nihil (GUP Nihil) Untuk dikelola oleh
pengesahan/pertanggungja Bendahara
waban UP. Pengeluaran.

52
Pertanggungjawaban UP (2)

Penerbitan SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal:


a. sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan
SPP-GUP/GUP Nihil disampaikan kepada
dengan UP minimal sama dengan besaran UP PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja
yang diberikan; setelah bukti-bukti pendukung diterima
b. sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan secara lengkap dan benar.
pada akhir tahun anggaran; atau
c. UP tidak diperlukan lagi.

Jangka waktu penerbitan SPM: Dalam hal PPSPM menolak/


 SPP-UP/TUP diselesaikan paling lambat 2 mengembalikan SPP karena dokumen
(dua) hari kerja; pendukung tagihan tidak lengkap dan
 SPP-GUP diselesaikan paling lambat 4 benar, maka PPSPM harus menyatakan
(empat) hari kerja; secara tertulis alasan penolakan/
 SPP-PTUP diselesaikan paling lambat 3
pengembalian tersebut paling lambat 2
(tiga) hari kerja.
(dua) hari kerja setelah diterimanya SPP.

53
4.
PEMBAYARAN TAGIHAN YANG
BERSUMBER DARI PENGGUNAAN
PNBP

54
Pembayaran Tagihan dari Penggunaan PNBP
1. Satker pengguna PNBP menggunakan PNBP sesuai dengan jenis PNBP dan batas tertinggi PNBP yang
dapat digunakan sesuai yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

2. Batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan merupakan maksimum pencairan dana yang dapat
dilakukan oleh Satker berkenaan.

3. Satker dapat menggunakan PNBP setelah PNBP disetor ke kas negara berdasarkan konfirmasi
dari KPPN.

4. Dalam hal PNBP yang ditetapkan penggunaannya secara terpusat, pembayaran dilakukan
berdasarkan Pagu Pencairan sesuai Surat Edaran/Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.

5. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh melampaui pagu PNBP Satker yang
bersangkutan dalam DIPA.

6. Dalam hal realisasi PNBP melampaui target dalam DIPA, penambahan pagu dalam DIPA dilaksanakan
setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q Direktur Jenderal Anggaran.

55
Pembayaran Tagihan dari Penggunaan PNBP
Satker pengguna PNBP yang belum
5 memperoleh MP PNBP dapat diberikan UP
sebesar maksimal 1/12 (seperduabelas)
dari pagu dana PNBP pada DIPA, maksimal
sebesar Rp200 juta, dapat dilakukan untuk
1 Satker pengguna PNBP dapat
diberikan UP sebesar 20% (dua
pengguna PNBP:
 yang telah memperoleh MP dana PNBP
puluh persen) dari realisasi PNBP namun belum mencapai seperduabelas
yang dapat digunakan sesuai pagu dari pagu dana PNBP pada DIPA; atau
PNBP dalam DIPA maksimum  yang belum memperoleh Pagu
sebesar Rp500.000.000,- (lima ratus Pencairan.
juta rupiah).

2 Realisasi PNBP termasuk


sisa Maksimum Pencairan Pembayaran UP/TUP untuk
(MP) dana PNBP tahun 4 Satker Pengguna PNBP
anggaran sebelumnya. dilakukan terpisah dari UP/TUP
3 Dalam hal UP tidak mencukupi dapat yang berasal dari Rupiah Murni.
mengajukan TUP sebesar kebutuhan riil 1
(satu) bulan dengan memperhatikan batas
MP.
56
Pembayaran Tagihan dari Penggunaan PNBP
Penggantian UP atas pemberian UP dilakukan setelah Satker pengguna PNBP
memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP paling sedikit sebesar UP
yang diberikan.

Penyesuaian besaran UP dapat dilakukan terhadap Satker pengguna PNBP


yang telah memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP melebihi UP
yang telah diberikan.

• Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimal sesuai formula
sebagai berikut:
• MP = (PPP x JS) – JPS
• MP : Maksimum Pencairan
• PPP : proporsi pagu pengeluaran terhadap pendapatan sesuai dengan
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
• JS : jumlah setoran
• JPS : jumlah pencairan dana sebelumnya sampai dengan SPM terakhir
yang diterbitkan

57

Anda mungkin juga menyukai