Anda di halaman 1dari 43

MEKANISME PEMBAYARAN

DALAM RANGKA
PELAKSANAAN APBN

Juni 2023

© 2022 Direktorat Jenderal Perbendaharaan


OUTLINE

1 RUANG LINGKUP KEUANGAN NEGARA

2 PEJABAT PERBENDAHARAAN NEGARA

3 KOMITMEN

4 PENGAJUAN TAGIHAN KEPADA NEGARA

4 PENGUJIAN DAN PENYELESAIAN TAGIHAN

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 2


RUANG LINGKUP
KEUANGAN NEGARA

© 2022 Direktorat Jenderal Perbendaharaan 3


Dasar Hukum

• UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.


• UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
• UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
• UU tentang APBN – diterbitkan setiap tahun
• PP 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
• PP Nomor 50 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas PP 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
• Perpres No. 16 Tahun 2018 sebagaimana telah diubah dengan Perpres No. 12 Tahun 2021 Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
• PMK Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
• PMK Nomor 178/PMK.05/2018 tentang Perubahan atas PMK Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata
Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
• PMK Nomor 210/PMK.05/2022 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan APBN

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 4


Ruang Lingkup Keuangan Negara
• Pendekatan Sisi OBYEK
• semua hak & kewajiban negara yg dapat dinilai dg uang, termasuk kebijakan &
kegiatan dalam bid. fiskal, moneter & pengel. kekayaan negara yg dipisahkan, serta
1 segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang berhub. dg pelaks. hak &
kewajiban tersebut.

Keuangan Negara
• Pendekatan Sisi SUBYEK adalah semua hak dan
• seluruh obyek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau
kewajiban negara yang
dikuasai oleh Pemerintah Pusat, PEMDA, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan
2 lain yang ada kaitannya dgn keuangan negara. dapat dinilai dengan
uang, serta segala
sesuatu baik berupa
• Pendekatan Sisi PROSES uang maupun berupa
• seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek barang yang dapat
sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan dijadikan milik negara
3 keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban. berhubung dengan
pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.
• Pendekatan Sisi TUJUAN
• seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan
pemilikan dan/atau penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas dalam
4 rangka penyelenggaraan pemerintahan negara

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 5


Asas-Asas Keuangan Negara
Asas Kesatuan

Asas Universalitas
Lama
Asas Tahunan

Asas Spesialitas
Asas
Keuangan akuntabilitas berorientasi
Negara pada hasil;
profesionalitas;

Baru proporsionalitas;
keterbukaan dalam
pengelolaan keuangan negara;
pemeriksaan keuangan oleh badan
pemeriksa yang bebas dan mandiri

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 6


Asas Perbendaharaan

1. UU APBN merupakan dasar bagi Pemerintah Pusat untuk melakukan


penerimaan dan pengeluaran negara.
2. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas
beban APBN/APBD jika anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut tidak
tersedia atau tidak cukup tersedia.
3. Semua pengeluaran negara, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang
sesuai dengan program pemerintah pusat, dibiayai dengan APBN.
4. Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya mendesak dan/atau
tidak terduga disediakan dalam bagian anggaran tersendiri yang selanjutnya
diatur dalam peraturan pemerintah.
5. Kelambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan dengan pelaksanaan
APBN/APBD dapat mengakibatkan pengenaan denda dan/atau bunga.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 7


Paradigma Baru Keuangan Negara

Perubahan dari Financial Administration


mendasar Ke Financial Management

let
Semangat yang the managers
melandasi manage

Pengendalian Check & Balance


Mechanism

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 8


Pemisahan Kewenangan
Dalam Pelaksanaan Anggaran Belanja Negara

MENTERI TEKNIS MENTERI KEUANGAN


Selaku Pengguna Anggaran Selaku BUN

PEMBUATAN PENGUJIAN & PERINTAH PENCAIRAN


PENGUJIAN
KOMITMEN PEMBEBANAN PEMBAYARAN DANA
SEBELUM REFORMASI

administratief beheer administratief Comptabel beheer


beheer

PEMBUATAN PENGUJIAN & PERINTAH PENCAIRAN


PENGUJIAN
KOMITMEN PEMBEBANAN PEMBAYARAN DANA

SESUDAH
REFORMASI

Pengurusan Administratif Pengurusan Komtabel


(Administratief beheer) (Comptabel beheer)

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 9


Alur Pelaksanaan APBN

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 10


PEJABAT PERBENDAHARAAN
NEGARA

© 2022 Direktorat Jenderal Perbendaharaan 11


Pejabat Perbendaharaan Negara
PENGGUNA ANGGARAN
MENTERI/PIMP.LEMBAGA
(1)

KUASA PA
KEPALA SATKER
(2)

PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN PENGUJI SPP BENDAHARA


PEMBUAT KOMITMEN PENANDATANGAN SPM PENGELUARAN
(3) (4) (5)

 (2) tidak boleh merangkap (5)


 (3), (4), (5) tidak boleh saling merangkap
Dalam hal jumlah pegawai tidak mencukupi maka :
 (2) Dapat merangkap (3) atau (4)

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013


PMK Nomor 210/PMK.05/2022

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 12


Pejabat Pengelola Keuangan Satker

PA

KPA .
Kepala Kantor

Pejabat Pembuat Pejabat Penanda Bendahara Bendahara


Pejabat Lainnya
Komitmen Tangan SPM Pengeluaran Penerimaan

BPP

Pejabat Lainnya : PPABP, PBDK, Pejabat Pengadaan dan Petugas Akuntansi


13
Direktorat Jenderal Perbendaharaan 13
Pejabat Perbendaharaan Negara

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)


Pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian
Negara/Lembaga yang bersangkutan.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


Pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja negara.

Pejabat Penanda tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)


Pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian atas permintaan pembayaran dan menerbitkan perintah pembayaran.

Bendahara Pengeluaran
Orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Negara dalam
rangka pelaksanaan APBN pada kantor/Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga Pemerintah Nonkementerian.

Bendahara Penerimaan
orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara dalam rangka
pelaksanaan APBN pada Kantor/Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga.

Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)


orang yang ditunjuk untuk membantu Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan pembayaran kepada yang berhak guna kelancaran pelaksanaan kegiatan
tertentu

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 14


KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA berwenang:
 menyusun DIPA
 merinci bagian anggaran yang clikelolanya ke masing-masing Satker;
 menetapkan kepala Satker atau pejabat lain sebagai KPA;
 menetapkan pejabat perbendaharaan lainnya; dan
 menyarnpaikan laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang clikelolanya.

Penunjukan Kepala Satker sebagai KPA bersifat ex-officio.

Kewenangan PA untuk menetapkan Pejabat Perbendaharaan Lainnya


(PPK dan PPSPM) dilimpahkan kepada KPA.

Setiap terjadi pergantian jabatan kepala Satker, setelah serah terima


jabatan pejabat kepala Satker yang baru langsung menjabat sebagai KPA.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 15


KUASA PENGGUNA ANGGARAN

 PA dapat menunjuk pejabat lain selain kepala Satker sebagai KPA dlm hal:
 Satker dipimpin oleh pejabat yang bersifat komisioner;
 Satker dipimpin oleh pejabat Eselon I atau setingkat Eselon I;
 Satker yang dibentuk berdasarkan penugasan khusus;
 Satker yang pimpinannya mempunyai tugas fungsional; atau
 Satker Lembaga Negara.

 Dalam hal Kepala Satker berhalangan, PA dapat menunjuk KPA dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pejabat 1 tingkat dibawah Kepala Satker yang membidangi urusan keuangan/umum/rumah
tangga/TU/kepegawaian/perlengkapan pada Satker berkenaan yang tidak menjabat PPK.
2. Pejabat 2 tingkat dibawah Kepala Satker yang membidangi urusan keuangan pada Satker berkenaan
apabila pejabat pada angka 1 diatas berhalangan atau menjabat PPK;
3. Merupakan Pejabat Pelaksana Tugas Kepala Satker atau pejabat lain jika pejabat pada angka 1 dan 2
berhalangan atau menjabat sebagai PPK.

 Penetapan KPA tidak terikat tahun anggaran


 Dalam hal satker dilikuidasi dan/atau tidak teralokasi dananya dalam DIPA TA berikutnya, penetapan KPA
berakhir.

16
Direktorat Jenderal Perbendaharaan 16
Tanggung Jawab, Tugas dan Wewenang KPA
Tugas dan Wewenang KPA
KPA bertanggung jawab secara
formil dan materiil kepada PA 1. menyusun DIPA
2. menetapkan PPK dan PPSPM;
atas pelaksanaan kegiatan
3. menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
yang berada dalam dan anggaran;
penugasannya: 4. menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana pencairan
1. Tanggung jawab formil dana;
yaitu Tanggung jawab atas 5. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran
pelaksanaan tugas dan belanja negara;
wewenang KPA 6. melakukan pengujian tagihan dan perintah pembayaran atas beban
2. Tanggung jawab materiil anggaran negara;
7. memberikan supervise, konsultasi, dan pengendalian pelaksanaan
merupakan tanggung jawab
kegiatan dan anggaran;
atas penggunaan anggaran 8. mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan
dan keluaran yang dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan
dihasilkan atas beban 9. menyusun laporan keuangan dan kinerja sesuai dengan ketentuan
anggaran negara. peraturan perundang-undangan.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 17


Penetapan PPK dan PPSPM oleh KPA
Untuk 1 DIPA, KPA menetapkan 1 atau lebih PPK dan 1 PPSPM

Pertimbangan penetapan PPK lebih dari


satu:
- Kompleksitas kegiatan dalam DIPA;
- Besarnya alokasi anggaran dalam DIPA; Dalam rangka menjaga tata kelola dalam pelaksanaan
dan/atau APBN, pejabat perbendaharaan harus memenuhi standar
- Lokasi kegiatan/kondisi geografis. kompetensi.

Pemenuhan kompetensi bagi PPK dan PPSPM dibuktikan


PPK dan PPSPM merupakan dengan kepemilikan sertifikat kompetensi sesuai dengan
pejabat/pegawai berstatus PNS, prajurit Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara
penilaian kompetensi bagi PPK dan PPSPM pada Satker
TNI, atau anggota POLRI. pengelola APBN.

PPK dan PPSPM tidak dapat saling


rangkap
Penetapan PPK dan PPSPM tidak terikat
periode Tahun Anggaran
Direktorat Jenderal Perbendaharaan 18
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
PPK melaksanakan kewenangan KPA untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja negara

Tugas dan Wewenang PPK Tanggung Jawab PPK


a. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana; PPK bertanggung jawab terhadap:
b. menerbitkan surat penunjukan Penyedia; a. kebenaran materiil dan akibat yang timbul
c. membuat, menandatangani, dan melaksanakan perjanjian dengan Penyedia; dari penggunaan bukti mengenai hak tagih
d. melaksanakan kegiatan swakelola; kepada negara;
e. memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian yang dilakukannya; b. kebenaran data supplier dan data Kontrak;
f. mengendalikan pelaksanaan perikatan; c. kesesuaian barang/jasa yang diterima
g. menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada dengan spesifikasi teknis dan volume yang
negara; telah ditetapkan; dan
h. membuat dan menandatangani SPP atau dokumen lain yang dipersarri.akan d. penyelesaian pengujian tagihan dan
dengan SPP; penerbitan SPP sesuai dengan norma
i. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA; waktu yang ditentukan.
j. menyerahkan basil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan
berita acara penyerahan;
PPK melaporkan kepada KPA atas
k. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan;
perjanjian/perikatan yang dilakukannya
l. menerbitkan dan menyampaikan SPP ke PPSPM;
m. menyampaikan rencana penarikan dana kepada KPPN;dan PPK menyampaikan data supplier dan data
n. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan Kontrak atas perjanjian/perikatan kepada KPPN
tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara. dalam hal pembayaran dilakukan melalui
mekanisme SPM-LS

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 19


PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
Untuk membantu PPK dalam pengelolaan administrasi belanja
Tugas dan Wewenang Lainnya pegawai, dapat diangkat:
1. PPABP oleh KPA, dan/atau
a. menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan 2. PBDK oleh Kepala Satker
barang/jasa;
b. memastikan telah terpenuhinya kewajiban PPABP
pembayaran kepada negara oleh pihak yang memiliki tugas dan wewenang yang berhubungan dengan
mempunyai hak tagih kepada negara; pengelolaan administrasi belanjapegawai.
c. mengajukan permintaan pembayaran atas tagihan
berdasarkan prestasi kegiatan; PBDK
d. memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian memiliki tugas dan wewenang yang berhubungan dengan
tagihan kepada negara; dan pengelolaan administrasi kepegawaian untuk pembayaran
e. menetapkan besaran uang muka yang akan belanja pegawai melalui interkoneksi antara aplikasi kepegawaian
dengan aplikasi gaji
dibayarkan kepada Penyedia.
 PPABP diutamakan pejabat fungsional di bidang pengelolaan
keuangan APBN.
 PBDK khusus untuk Satker yang telah memiliki interkoneksi
antara aplikasi kepegawaian dengan aplikasi gaji.
 Pengangkatan PPABP dan PBDK mempertimbangkan
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan.

20
Direktorat Jenderal Perbendaharaan 20
PEJABAT PENANDATANGAN SPM
PPSPM melaksanakan kewenangan KPA dalam melakukan pengujian tagihan dan perintah pembayaran atas beban
anggaran negara.

Tugas dan Wewenang PPSPM Tanggung Jawab PPSPM

a. menguji kebenaran SPP atau dokumen lain yang dipersamakan PPSPM bertanggung jawab terhadap:
dengan SPP beserta dokumen pendukung; a. kebenaran administrasi, kelengkapan
b. menolak dan mengembalikan SPP, apabila tidak memenuhi administrasi, dan keabsahan administrasi
persyaratan untuk dibayarkan; dokumen hak tagih yang menjadi dasar
c. membebankan tagihan pada akun yang telah disediakan; penerbitan SPM;
d. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih; b. kebenaran dan keabsahan atas SPM;
e. melakukan pemantauan atas ketersediaan pagu anggaran, realisasi c. akibat yang timbul dari pengujian SPP dan/atau
belanja, dan penggunaan UP/TUP; penerbitan SPM; dan
f. memperhitungkan kewajiban penerima hak tagihan apabila penerima d. ketepatan waktu penerbitan SPM dan
hak tagihan masih memiliki kewajiban kepada negara; penyampaian SPM kepada KPPN.
g. menerbitkan dan menyampaikan SPM atau dokumen lain yang
dipersamakan dengan SPM ke KPPN;
h. menyampaikan laporan atas pelaksanaan pengujian dan perintah
pembayaran kepada KPA secara periodik; dan
i. melaksanakan tugas clan wewenang lainnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 21


Penatapan PPK dan PPSPM dari luar Satker

 Dalam hal terdapat kebutuhan organisasi dan diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan,
KPA dapat menetapkan pejabat di luar Satker berkenaan sebagai PPK dan/ atau PPSPM yang telah
memiliki sertifikat kompetensi PPK sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai
tata cara penilaian kompetensi bagi PPK dan PPSPM pada Satker pengelola APBN.
 Penetapan pejabat di luar Satker berkenaan sebagai PPK dan/ atau PPSPM dilakukan setelah KPA
Satker berkenaan berkoordinasi dengan Satker tempat pegawai yang akan ditetapkan sebagai PPK
dan/ atau PPSPM berkedudukan.
 KPA menyampaikan laporan penetapan pejabat di luar Satker berkenaan sebagai PPK dan/atau
PPSPM kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur Pelaksanaan Anggaran paling lama 5
(lima) hari kerja sejak surat keputusan penetapan ditandatangani.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 22


Tugas Kebendaharaan

1. Untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka belanja, Menteri/Pimpinan


Lembaga dapat mengangkat Bendahara Pengeluaran di setiap Satker.
2. Untuk pelaksanaan anggaran kegiatan, Menteri/Pimpinan Lembaga dapat
mengangkat 1 (satu) atau lebih bendahara pengeluaran pembantu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Kewenangan mengangkat Bendahara Pengeluaran, atau bendahara pengeluaran
pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat didelegasikan
kepada kepala Satker.
4. Bendahara Pengeluaran atau bendahara pengeluaran pembantu tidak dapat
dirangkap oleh KPA, PPK, atau PPSPM.

Penetapan Bendahara dan Bendahara Pengeluaran Pembantu tidak terikat periode Tahun Anggaran

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 23


Pejabat Perbendaharaan Pengganti

 Dalam hal PPK dan/ atau PPSPM berhalangan melaksanakan tugasnya, KPA
dapat menetapkan PPK dan/atau PPSPM pengganti dengan surat keputusan.

 Dalam hal Bendahara Pengeluaran, dan/ atau bendahara pengeluaran


pembantu berhalangan, kepala Satker dapat menetapkan Bendahara
Pengeluaran, dan/ atau bendahara pengeluaran pembantu pengganti dengan
surat keputusan.

 Dalam hal penetapan KPA berakhir, penunjukkan PPK dan PPSPM secara otomatis berakhir.
 PPK dan PPSPM yang berakhir penetapannya harus menyelesaikan seluruh administrasi keuangan yang
menjadi tanggung jawabnya pada saat menjadi PPK atau PPSPM.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 24


JABATAN FUNGSIONAL DAN STANDAR KOMPETENSI BAGI PEJABAT
PERBENDAHARAAN

Dalam hal tidak terdapat JF di bidang pengelolaan


Pejabat/Pegawai yang akn diangkat sebagai keuangan APBN, penunjukan PPK/PPSPM/Bendahara
PPK/PPSPM/Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran/Bendahara Penerimaan/Bendahara
Penerimaan/Bendahara Pengeluaran Pembantu, Pengeluaran Pembantu diatur:
DIPRIORITASKAN berasal dari PEJABAT - PPK  Pejabat/Pegawai yang memiliki sertifikat
FUNGSIONAL di bidang pengelolaan keuangan kompetensi PPK
APBN yang dibina oleh Kementerian Keuangan - PPSPM  Pejabat/Pegawai yang memiliki sertifikat
kompetensi PPSPM
- Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu  Pejabat/Pegawai yang memiliki sertifikat
Bendahara Pengeluaran
- Bendahara Penerimaan  Pejabat/Pegawai yang
JF Pranata Keuangan APBN dan JF Analis memiliki sertifikat Bendahara Penerimaan
Pengelolaan Keuangan APBN
(JF Konsolidasi Kementerian Keuangan – Bidang
Tugas Perbendaharaan)
 PMK 211/PMK.05/2019  Penilaian Kompetensi PPK/PPSPM
 PMK 126/PMK.05/2016 telah diubah dengan PMK
128/PMK.05/2017  Sertifikasi Bendahara

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 25


KOMITMEN

© 2022 Direktorat Jenderal Perbendaharaan 26


JENIS KOMITMEN

a) surat keputusan; a) pejabat pembina kepegawaian;


b) surat perintah; b) KPA;
PENETAPAN c) surat tugas; c) PPK; atau
KEPUTUSAN d) surat keterangan; dan/atau d) pejabat berwenang sesuai dengan
e) surat perjalanan dinas. ketentuan peraturan perundang-
undangan.

NOTE :
KOMITMEN a) bukti pembelian/pembayaran;
b) kuitansi; Pengeluaran pemerintah didasarkan
c) surat Perintah Kerja (SPK); pada komitmen
KONTRAK d) surat perjanjian; Anggaran yang sudah terikat dengan
e) Surat/bukti pesanan.
komitmen tidak dapat digunakan
untuk kebutuhan lain.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 27


BENTUK KONTRAK
1 Bukti Pembelian/Pembayaran
• Diterbitkan Penyedia
• Paling sedikit memuat; Tanggal Pembelian/Pembayaran, Nama Penyedia, Uraian Barang/Jasa yang dibeli/dibayar, Kuantitas Barang/Jasa yang dibeli/dibayar,
dan jumlah pembayaran
• Untuk pengadaan barang/jasa lainnya dengan nominal paling banyak Rp10.000.000,-

2 Kuitansi
• Diterbitkan dan ditandatangani paling kurang oleh PPK dan Penyedia
• Paling sedikit memuat; Tanggal Pembelian/Pembayaran, Nama Penyedia, Uraian Barang/Jasa yang dibeli/dibayar, Kuantitas Barang/Jasa yang dibeli/dibayar,
dan jumlah pembayaran
• Diterbitkan sebagai pengganti bukti pembayaran dalam hal penyedia tidak menerbitkan Bukti Pembelian dan/atau Bukti Pembayaran tidak memenuhi
persyaratan
• Untuk pengadaan barang/jasa lainnya dengan nominal paling banyak Rp50.000.000,-

3 Surat Perintah Kerja


• Diterbitkan dan ditandatangani paling kurang oleh PPK dan Penyedia
• Berisi perintah pelaksanaan pekerjaan kepada Penyedia
• Paling sedikit memuat; nama dan kode Satker, nomor dan tanggal surat, nama PPK, uraian barang/jasa, nama penyedia, hak dan kewajiban para pihak, jangka
waktu pelaksanaan pekerjaan, nilai kontrak
• digunakan untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling banyak Rp100.000.000,00, Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai paling sedikit di atas
Rp50.000.000,00 sampai dengan nilai paling banyak Rp200.000.000,00, dan Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling banyak Rp200.000.000,00.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 28


BENTUK KONTRAK
4 Surat Perjanjian
• Diterbitkan dan ditandatangani paling kurang oleh PPK dan Penyedia
• Berisi kesepakatan para pihak mengenai pekerjaan
• Paling sedikit memuat; nama dan kode Satker, nomor dan tanggal surat, nama PPK, uraian barang/jasa, nama penyedia, hak dan kewajiban para pihak, jangka
waktu pelaksanaan pekerjaan, nilai kontrak
• Digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai paling sedikit di atas Rp200.000.000,00 dan untuk Pengadaan Jasa
Konsultansi dengan nilai paling sedikit di atas Rp100.000.000,00.

5 Surat/Bukti Pesanan
• Dibuat oleh PPK
• Ditujukan kepada penyedia barang/jasa dengan tujuan untuk memesan barang/jasa melalui e-purchasing sesuai dengan ketentuan yang berlaku
• Paling sedikit memuat; nama Pemesan, nama Penyedia, Barang/Jasa yang dipesan, spesifikasi teknis barang, dan jumlah pembayaran
• Penggunaan surat/bukti pesanan untuk pengadaan barang/jasa dapat ditindaklanjuti dengan surat perintah kerja atau surat perjanjian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 29


Penatausahaan Data Kontrak dan Supplier

Komitmen dalam bentuk kontrak


harus didaftarkan kontrak dan
suppliernya
Untuk Kontrak didaftarkan ke KPPN KPPN
Kontrak paling lambat 5 hari kerja setelah
tandatangan kontrak
KOMITMEN Didaftarkan Penerbitan Nomor
Register Supplier dan
Penetapan PPK mendaftarkan data supplier
Nomor Register Kontrak
(antara lain nama, NPWP, dan nomor
Keputusan rekening) dan data kontrak (antara lain
nomor/tanggal kontrak, nama rekanan,
Komitmen dalam bentuk nilai kontrak, jangka waktu dan
penetapan keputusan jadwal pembayaran) ke KPPN.
didaftarkan suppliernya

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 30


PENGAJUAN TAGIHAN
KEPADA NEGARA

© 2022 Direktorat Jenderal Perbendaharaan 31


Pengajuan Tagihan
Pengajuan tagihan dilakukan berdasarkan atas komitmen dan bukti bukti yang sah untuk
memperoleh pembayaran, meliputi:
 Prestasi Pekerjaan/pengeluaran riil
 daftar perhitungan/nominatif penerima pembayaran untuk yang lebih dari 1 (satu) penerima;
 penyelesaian kewajiban perpajakan dan/atau kewajiban kepada negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan; dan/atau
 persyaratan lainnya

Bentuk prestasi pekerjaan


 Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;
 Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;
 Berita Acara Pembayaran;  Pengajuan tagihan untuk tagihan pembayaran atas pengadaan barang/jasa diajukan
 Berita acara kemajuan pekerjaan; dan/atau oleh Penyedia paling lama 5 (lima) hari kerja setelah timbulnya hak tagih kepada
 Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai dengan negara.
ketentuan mengenai pengadaan barang dan jasa pemerintah.
 Dalam hal Penyedia belum mengajukan tagihan dalam batas waktu tersebut, PPK
menyampaikan pemberitahuan kepada Penyedia untuk mengajukan tagihan.

Pengajuan Tagihan dapat dilakukan o Telah dilakukan interkoneksi system yang digunakan dalam
proses pengajuan tagihan
secara elektronik o PPK dapat memastikan kebenaran dan keabsahan tagihan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan 32
Persyaratan Lainnya Pengajuan Tagihan

Belanja Pegawai Belanja Barang, Modal, Bansos, dll

a) surat tagihan penggunaan daya dan jasa yang sah untuk pembayaran
a) daftar perhitungan gaji pegawai yang ditandatangani oleh PPABP,
langganan daya dan jasa;
Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b) daftar perhitungan/nominatif perjalanan dinas dan dokumen
b) daftar perhitungan tunjangan kinerja untuk pembayaran tunjangan
pendukunganya untuk pembayaran perjalanan dinas;
kinerja; daftar perhitungan uang makan untuk pembayaran uang
c) jaminan dalam hal barang/jasa belum diterima;
makan;
d) pembayaran pengadaan tanah:
c) daftar perhitungan uang lembur untuk pembayaran uang lembur;
1) berita acara pelepasan hak atas tanah atau penyerahan tanah;
dan
2) surat pelepasan hak adat (apabila diperlukan);
d) persyaratan lain sebagaimana diatur dalam ketentuan pembayaran
3) pernyataan dari pengadilan negeri yang wilayah hukumnya
belanja pegawai.
meliputi lokasi tanah yang disengketakan bahwa pengadilan
negeri tersebut dapat menerima uang penitipan ganti
kerugian, dalam hal tanah sengketa;
4) persyaratan lainnya
e) persyaratan lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan menteri
keuangan mengenai pembayaran belanja barang, belanja modal,
bantuan sosial, dan belanja lainnya.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 33


Mekanisme Pembayaran Tagihan

1 Pembayaran Langsung (LS)


• Merupakan prinsip utama pembayaran kepada penerima hak tagih
• Pembayaran yang dilakukan langsung kepada Bendahara Pengeluaran/penerima hak
lainnya atas dasar perjanjian kerja, surat keputusan, surat tugas atau surat perintah
kerja lainnya melalui penerbitan Surat Perintah Membayar Langsung.

2 Uang Persediaan
• Untuk pembayaran operasional kantor, atau
• Pengeluaran lain yang tidak dapat dilakukan dengan mekanisme Pembayaran LS

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 34


Mekanisme Pembayaran LS

Penerima Pembayaran Dalam hal pembayaran LS tidak bisa dilakukan kepada


penerima, dapat dilakukan pembayaran kepada:

LS digunakan untuk pembayaran a. Bendahara pengeluaran, yaitu untuk pembayaran:


kepada:  honorarium dan perjalanan dinas atas dasar komitmen
1. Aparatur negara; berupa surat keputusan; dan
2. Penyedia; dan/atau  belanja pegawai kepada pegawai negeri, pejabat negara,
3. Pihak lain: dan/atau pejabat lainnya setelah mendapat persetujuan
a. Perorangan dari Kuasa BUN.
b. Kelompok masyarakat
c. Lembaga pemerintah b. bank/pos/lembaga keuangan bukan bank, antara lain untuk
d. Lembaga non pemerintah pembayaran:
e. Organisasi internasional;  belanja bantuan sosial
dan/atau  Belanja bantuan pemerintah
f. Badan usaha Sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 35


Mekanisme UP

Kepala Kanwil DJPb atas permintaan KPA dapat


Jenis Belanja UP Besaran UP memberikan besaran UP melampaui batas maksimal
dengan mempertimbangkan:
UP digunakan untuk jenis belanja: Besaran UP yang dikelola Satker sesuai dengan - frekuensi penggantian UP tahun yang lalu lebih
- Belanja Barang kebutuhan UP Satker dalam 1 (satu) bulan dari rata-rata 1 kali dalam 1 bulan selama 1 tahun;
- Belanja Modal maksimal 1/ 12 (satu per dua belas) dari pagu dan
- Belanja Lain-lain - perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1
jenis belanja yang dapat dibayarkan melalui UP
bulan.
untuk masing-masing sumber dana dalam
DIPA, paling banyak Rp500.000.000,-
Bentuk UP

UP Tunai: UP yang diberikan dalam bentuk Keterlambatan Penggantian UP


uang tunai kepada BP/BPP Revolving UP
60% melalui rekening BP/BPP
- Surat Pemberitahuan kepada KPA dalam hal 2 bulan
Revolving UP dilakukan paling sedikit 1 kali
sejak SP2D-UP untuk keseluruhan UP diterbitkan
UP KKP: uang muka kerja yang diberikan dalam sebulan, setelah UP digunakan paling
belum diajukan penggantian UP
dalam bentuk batasan belanja sedikit 50% - Pemotongan 25% setelah 1 bulan sejak surat
(limit) kredit kepada BP/BPP pemberitahuan belum diajukan penggantian UP
40% - Pemotongan 50% dalam hal 1 bulan setelah
pemberitahuan pemotongan, KPA tidak
memperhitungkan potongan UP dalam SPM dan/atau
menyetorkan ke Kas Negara.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 36


Mekanisme UP

Maksimal Pembayaran dengan UP

Pembayaran dengan UP untuk 1 penerima hak pembayaran


paling banyak Rp200.000.000.

Dikecualikan untuk: Dispensasi


a. pembayaran honorarium;
b. perjalanan dinas; Pembayaran dengan UP papat melebihi maksimal
c. kegiatan di luar negeri; pembayaran dan di luar kegiatan yang dikecualikan setelah
d. kegiatan kepresidenan/wakil presiden;
e. kegiatan yang menyangkut rahasia negara/ intelijen; memperoleh persetujuan Direktur Jenderal
f. pengadaan barang/jasa Penyedia di luar negeri; Perbendaharaan.
g. iuran organisasi internasional;
h. kegiatan anggota MPR, DPR, DPD, dan DPRD;
i. penanganan terorisme;
j. pengadaan alutsista/alpalhankam; dan
k. penanganan bencana.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 37


Tambahan Uang Persediaan (TUP)

TUP Pertanggungjawaban TUP


 Dalam hal UP pada Bendahara Pengeluaran 1. TUP harus dipertanggungjawabkan seluruhnya dalam waktu 1 bulan sejak
tidak cukup tersedia untuk membiayai
tanggal SP2D diterbitkan dan dapat dilakukan secara bertahap.
pengeluaran yang sifatnya mendesak/tidak
dapat ditunda, KPA dapat mengajukan 2. Sisa TUP yang tidak habis digunakan harus disetor ke Kas Negara paling lama
permohonan persetujuan TUP kepada Kepala 2 (dua) hari kerja setelah batas waktu 1 (satu) bulan.
KPPN. 3. Kepala KPPN menyampaikan teguran jika TUP belum dipertanggungjawabkan
 Permohonan persetujuan TUP diajukan kepada dalam 1 bulan sejak SP2D-TUP.
Kepala KPPN disertai rincian rencana 4. Perpanjangan pertanggungjawaban TUP melampaui 1 (satu) bulan, KPA
penggunaan TUP. mengajukan permohonan persetujuan kepada Kepala KPPN.
 Kepala KPPN dapat menyetujui atau menolak
5. Perpanjangan dapat disetujui dengan mempertimbangkan:
untuk keseluruhan atau sebagian
permohonan. a. KPA harus mempertanggungjawabkan TUP yang telah dipergunakan;
dan
b. KPA menyampaikan pernyataan kesanggupan untuk
mempertanggungjawabkan sisa TUP tidak lebih dari 1 (satu) bulan
berikutnya.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 38


PENGUJIAN DAN
PENYELESAIAN TAGIHAN

© 2022 Direktorat Jenderal Perbendaharaan 39


Pengujian Tagihan oleh PPK
Dalam rangka penyelesaian tagihan, PPK melakukan pengujian materiil terhadap kebenaran tagihan
beserta kelengkapannya

Mekanisme LS Mekanisme UP • SPP-LS/UP/TUP/GUP/GUP Nihil/PTUP dan


SPBy diterbitkan menggunakan sistem
 PPK melakukan pengujian materiil terhadap tagihan Pengajuan UP: aplikasi yang dikelola Kementerian
yang diterima dan kelengkapannya  Bendahara Pengeluaran membuat daftar kebutuhan UP Keuangan
 Pengujian dilakukan secara elektronik terhadap  KPA menyampaikan permohonan persetujuan besaran UP ke KPPN • SPP-LS/UP/TUP/GUP/GUP Nihil/PTUP dan
berdasarkan daftar kebutuhan UP SPBy disahkan menggunakan TTE
kelengkapan dokumen, kebenaran data penerima, dan
 KPPN memberikan persetujuan permohonan besaran UP tersertifikasi sesuai peraturan perundang-
kebenaran perhitungan kewajban undangan
 Tagihan yang tidak disampaikan dalam bentuk  Bendahara Pengeluaran mengajukan SPP UP kepada KPA berdasarkan
persetujuan besaran UP
elektronik akan diuji secara manual  Penerbitan dan penyampaian SPP-UP paling lama 2 hari kerja.
 Selain menguji hal tersebut diatas, juga terhadap
spesifikasi teknis, kebenaran dan keabsahan bukti tagih, Penggunaan UP:
serta ketepatan waktu  Pengujian PPK terhadap tagihan UP berlaku mutatis mutandis dengan Pertanggungjawaban UP
 Dalam hal pengujian tagihan sudah sesuai ketentuan, pengujian tagihan LS
PPK dapat menerbitkan SPP-LS  PPK Melakukan pengujian materil terhadap tagihan dan kelengkapan, 1. Revolving dilakukan selama dan
yang dibayarkan dengan UP masih
kemudian menerbitkan Surat Perintah Bayar (SPBY)
 Pada penggunaan UP untuk uang muka, SPBy disertai dengan Rencana tersedia
Pelaksanaan dan Rincian Kebutuhan Dana 2. Pengajuan penggantian UP disertai
 Pengujian SPBy oleh BP/BPP meliputi; Kelengkapan perintah, kebenaran dengan SPBy dan kelengkapannya
3. Penggantian UP terdiri dari
hak tagih, Ketersediaan dana, spesifikasi teknis, dan ketepatan klasifikasi
anggaran. Penggantian UP (GUP) untuk
Penyampaian SPP paling lambat;  Bendahara dapat melakukan pembayaran apabila SPBy sudah benar revolving, dan GUP Nihil untuk
1. 3 hari kerja >> aparatur negara pertanggungjawaban UP
2. 5 hari kerja >> pihak ke-3 dan pihak lainnya
3. Tanggal 10 sebelum bulan pembayaran
untuk gaji induk/bulanan

Penerima Uang Muka mempertanggungjawabkan penggunaan


maksimal 5 hari kerja
Direktorat Jenderal Perbendaharaan 40
Pengujian SPP dan Penyampaian SPM

Pengujian SPP Jangka waktu pengujian SPP dan


Penerbitan SPM;
• Dalam rangka penyelesaian tagihan, PPSPM melakukan pengujian formal atas SPP 1. 2 hari kerja >> SPM UP/TUP
2. 3 hari kerja >> SPM PTUP
beserta kelengkapannya yang disampaikan dari PPK 3. 4 hari kerja >> SPM GUP/GUP Nihil
• Pengujian dilakukan secara elektronik terhadap; 4. 4 hari kerja >> SPM LS
5. Tanggal 15 sebelum bulan Pembayaran
a) kelengkapan dokumen pendukung SPP; >> Gaji Induk.Bulanan
b) kebenaran dan keabsahan tanda tangan elektronik PPK;
c) kebenaran pengisian format SPP;
d) ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran
Satker;
e) kebenaran formal bukti yang menjadi pembayaran;
f) kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang perpajakan dari pihak yang
Penyampaian
mempunyai hak tagih; SPM ke KPPN
g) kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara
1. SPM-LS/UP/TUP/GUP/GUP Nihil/PTUP
h) kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam perjanjian/kontrak; disahkan menggunakan TTE tersertifikasi sesuai
dan peraturan perundang-undangan yang dikelola
i) ketepatan penggunaan kode bagan akun standar antara SPP dengan DIPA/POK/ RKA Kementerian Keuangan
Satker. 2. Pengesahan SPM-LS/UP/TUP/GUP/GUP
• Pengujian atas kelengkapan SPP yang disampaikan tidak secara elektronik akan dilakukan Nihil/PTUP menggunakan menggunakan TTE
secara manual tersertifikasi sesuai peraturan perundang-
• Dalam hal SPP telah sesuai, PPSPM dapat menerbitkan SPM undangan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 41


Pengujian SPM oleh KPPN dan Penerbitan SP2D
Penelitian SPM
Meliputi
a) kelengkapan SPM; dan
b) kebenaran SPM meliputi: Penerbitan SP2D
i. kebenaran dan keabsahan tanda tangan elektronik pada
SPM; a) Penelitian dan pengujian secara elektronik sebagaimana dimaksud dilakukan
ii. kesesuaian penulisan/pengisian jumlah angka dan huruf pada terhadap data/informasi pada sistem aplikasi.
SPM; dan b) Penerbitan SP2D dilakukan sesuai dengan prosedur standar operasional dan
iii. kebenaran penulisan dalam SPM, termasuk tidak boleh norma waktu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan
terdapat cacat dalam penulisan.

Secara
Pengujian SPM Elektronik
Meliputi: Koreksi/Ralat/Pembatalan SP2D
a) menguji kebenaran perhitungan angka atas beban APBN yang
tercantum dalam SPM, yaitu kebenaran jumlah belanja/pengeluaran
dikurangi dengan jumlah potongan/penerimaan dengan jumlah bersih hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan:
dalam SPM; a) perubahan jumlah uang pada SPP, SPM, dan SP2D;
b) sisa pagu anggaran pada DIPA menjadi minus; atau
b) menguji ketersediaan dana pada DIPA dengan yang dicantumkan pada
c) perubahan kode bagian anggaran, eselon I, dan Satker.
SPM;
c) menguji kesesuaian tagihan dengan data perjanjian/kontrak atau
perubahan data pegawai yangtelah disampaikan kepada KPPN; dan
d) menguji persyaratan pencairan dana.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan 42


Terima Kasih

www.djpb.kemenkeu.go.id @ditjenperbendaharaan Direktorat Jenderal Perbendaharaan @DJPbKemenkeu_RI


DJPb.KemenkeuRI
- DJPb Kemenkeu RI

© 2022 Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Anda mungkin juga menyukai