● Merupakan perwujudan dari 4 tujuan negara yang tercantum di dalam alinea ke -IV UUD
NRI 1945 dan pasal 23 ayat 1 UUD NRI 1945
● APBN menurut UU No.17 tahun 2003 menjalani 5 fungsi utama
● Fungsi utama APBN menurut pasal 3 ayat 4 UU Keuangan negara
● Pasal 8 huruf b dan huruf = menyusun , dan merubah RAPBN dan menyusun laporan
pertanggung jawaban APBN = tugas menteri keuangan
● BAB III PASAL 11 UU Keuangan negara ayat 2 , APBN terdiri dari anggaran pendapatan,
anggaran belanja, dan pembiayaan
o Pendapatan negara = penerimaan pajak dan non pajak, dan hibah
● Penyusunan APBN berpedoman pada RKP
● Pasal 13 ayat 2 Pemerintah dan DPR membahas rancangan APBN dalam forum pembicaraan
pendahuluan dengan tetap melihat pada kerangka ekonomi makro dan pokok pokok kebijakan
fiskal.
● Pasal 14 lembaga/ kementerian negara selaku pengguna anggaran menyusun rencana kerja
dan anggaran kementerian ( RAK ) = anggaran berbasis kinerja
● Pasal 15 ayat 1 = Pemerintah wajib menyerahkan rancangan APBN ke DPR paling lambat
bulan agustus.
● Pasal 15 ayat 4 pengambilan keputusan oleh DPR dilakukan selambat lambatnya 2 bulan
sebelum tahun anggaran.
● Ayat 5 peninjauan mengenai APBN dilakukan oleh DPR dengan melihat pada kelengkapan
dan rasionalitas unit organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja secara rinci.
● Ayat 6 apabila DPR tidak menyetujui maka menggunakan APBN tahun sebelumnya.
● BAB VI mengatur terkait hubungan antara Pemerintah pusat, pemda, badan usaha milik
negara, perusahaan daerah, swasta dan badan pengelola dana masyarakat,
o Pasal 24 Pemberian pinjaman/ hibah/ penyertaan modal dan penerimaan pinjaman/
hibah/ modal harus dimuat di dalam APBN
● Pasal 26 , pelaksanaan APBN ditetapkan melalui keputusan presiden
● Pasal 27 ayat 1 Pemerintah menyusun laporan realisasi semester pertama APBN dan prognosi
untuk 6 enam bulan kedepan
● Pasal 27 ayat 3, penyesuaian terkait perubahan penggunaan APBN sewaktu waktu dapat
terjadi jika, kerangka ekonomi makro tidak berjalan sesuai dengan perkiraan, perubahan
kebijakan fiskal, dan perubahan dinamika anggaran organisasi/ instansi, serta adanya
penggunaan anggaran lebih tahun sebelumnya untuk membiayai anggaran yang sedang
berjalan.
● Ayat 4 pemerintah dapat menginformasikan adanya perubahan terhadap penggunaan APBN
melalui laporan realisasi anggaran
● Pasal 30, pemerintah pusat melaui presiden menyampaikan RUU terkait pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN dengan terlebih dahulu diperiksa oleh BPK selambat lambatnya 6 bulan
setelah tahun anggaran berakhir
● Laporan keuangan meliputi laporan realisasi APBN, Neraca, laporan arus kas, dan catatan
atas laporan keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahan negara dan badan
lainnya.
● Pasal 34 pengguna anggaran yang melakukan penyimpangan kebijakan terhadap pelaksanaan
APBN akkan diancam dengan pidana penjara dan denda
o Penyusunan APBN pasca reformasi juga lebih menekankan pada beberapa aspek
krusial, seperti penegasan terkait tujuan dan fungsi dari penggunaan Anggaran yang
diperuntukan untuk mencapai tujuan utama dalam bernegara, lalu peran serta
pemerintah bersama sama dengan DPR dalam proses penetapan dan penyusunan
anggaran, adanya mekanisme pengintegrasian, pengklasifikasian, dan penggunaan
kerangaka pengeluaran jangka menengah dalam pelaksanaan sistem akuntabilitas
sistem penganggaran.
● Substansi yang dimuat di dalam keputusan presiden mencakup hal hal yang belum dirinci di
dalam UU, seperti alokasi anggaran untuk kantor pusat dan kantor daerah kementerian,
pembayaran gaji dalam belanja pegawai, dan pembayaran untuk tunggakan yang menjadi
beban kementerian negara. Lalu juga dana perimbangan untuk pemda alokasi subsidi sesuai
dengan keperluan perusahaan
● Kewenangan presiden selaku kepala negara dan pemerintahan dalam mengelola keuangan
negara, terbagi menjadi 2 yakni kewenangan yang bersifat umum yakni dalam menetapkan
arah, kebijakan umum, strategi dan prioritas pengelolaan APBN, seperti menetapkan
pedoman pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN, pedoman penyusunan rencana kerja
kementerian, penetapan gaji dan tunjangan, serta pedoman pengelolaan penerimaan negara
o Kewenangan yang bersifat khusus meliputi kebijakan teknis menyangkut keputusan
sidang kabiner di bidang pengelolaan APBN, keputusan rincian APBN, keputusan
dana perimbangan, dan penghapusan aset dan piutang negara.
● Pasal 3 ayat 4 UU No.1 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara, menyatakan bahwa
segala program pemerintah terkait subsidi dan bantuan lainnya dibiayai oleh APBN..
● Pasal 14 ayat 1, mekanisme penyampaian alokasi anggaran APBN oleh menteri keuangan
kepada jajaran menteri lainnya dilakukan dengan terlebih dahulu menyerahkan dokumen
pelaksanaan anggaran masing masing kementerian.
● Pasal 21 pembayaran atas beban APBN, tidak boleh dilakukan apabila barang atau jasa belum
diterima
● asas kesatuan, asas universalitas, asas tahunan, dan asas spesialitas. Asas kesatuan
menghendaki agar semua Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah disajikan dalam satu
dokumen anggaran. Asas universalitas mengharuskan agar setiap transaksi keuangan
ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran. Asas tahunan membatasi masa
berlakunya anggaran untuk suatu tahun tertentu. Asas spesialitas mewajibkan agar kredit
anggaran yang disediakan terinci secara jelas peruntukannya
● Menurut penjelasan umum UU No.17 tahun 2003 tentang keuangan negara, asas asas
umum pengelolaan keuangan negara yakni meliputi :
∙ akuntabilitas berorientasi pada hasil;
∙ profesionalitas;
∙ proporsionalitas;
∙ keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara;
∙ pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri
Bahan pangan yang sempet naik : beras, bawang putih, minyak goreng, dan daging
ayam ras , bbm,
Data :
Dampak positif kenaikan harga komoditas pangan dan energi bagi kondisi
perekonomian negara :
A. Pendahuluan
Bagai menghadapi luasnya samudera, seorang nahkoda dan awaknya tentu
tidak bisa menebak nasib kapal yang ditumpanginya, apakah samudera tempat dimana
mereka melabuhkan kapal akan selalu menyuguhkan ketenangan hingga tiba pada
tujuan ataukah keganasan yang justru malah akan melenyapkan angan tuk sampai
pada tujuan tersebut. Sampai atau tidaknya kapal tersebut, tentu salah satunya juga
dipengaruhi oleh kondisi kapal dan berbagai sistem kerja yang menyertainya. Ketika
adanya konsep pemikiran yang demikian, kemudian dapat disandingkan ke dalam
struktur kehidupan berbangsa dan bernegara. Yang mana menurut begawan filsafat
sekaligus hukum Romawi Kuno, Marcus Tullius Cicero, yang mengkultuskan
keselamatan rakyat sebagai suatu konsep berhukum yang paling tinggi ( Salus Populi
Suprema Lex Esto ) , maka telah menjadi suatu hal yang amat sesuai apabila
keselamatan rakyat dijadikan sebagai tujuan akhir dari hukum yang didukung oleh
berbagai komponen, mencakup adanya tata kelakukan, nilai, dan beragam tindakan
manusia yang tentunya beroritentasi kepada aspek kesejahteraan sebagai bagian dari
keselamatan rakyat.
Tujuan bernegara telahlah diatur di dalam alinea ke- IV UUD NRI 1945.
Terdapat 4 tujuan bernegara yang mana salah satunya menyoroti betul aspek
tercapainya kesejahteraan umum sebagai salah satu tujuan akhir dalam bernegara.
Pemerintah selaku penerima amanah langsung oleh rakyat, dituntut untuk
memperhatikan terkait pemerataan, dan laju pertumbuhan pembangunan ekonomi
sebagai rangkaian dalam mencapai tujuan bernegara. Pancasila sebagai landasan
berfilosofis bangsa kita, telah menegaskan pula terkait pentingnya
mengimplementasikan nilai nilai keadilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Wujud daripada nilai nilai keadilan tersebut yang kemudian dapat dikaitkan pada
tersamaratakannya akses bagi setiap masyarakat dalam mendapatkan kehidupan yang
sejahtera, termasuk kesejahteraan dalam sisi ekonomi. Konstitusi UUD NRI 1945
tepatnya pada pasal 33 ayat 3 memaktubkan secara tersirat bahwa adanya kekayaan
alam baik dari hasil bumi maupun air, serta seluruh potensi yang dimiliki oleh
negara , patutlah dikelola untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat. Selain itu ,
seirama dengan pasal 33 ayat 3, pasal 23 ayat 2 UUD NRI 1945 pun telah menyatakan
bahwa APBN sebgai wujud dari pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan setiap
tahun oleh UU, dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab atas terwujudnya
kemakmuran rakyat.
Menilik bahwa pangan dan energi merupakan dua hal yang amat sangat
berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Sekalipun memiliki energi, manusia tanpa
pangan ibarat gedung kokoh yang tak berpenghuni, atau dalam kata lain tidak
memiliki sumber utama penghidupan, khususnya dalam memenuhi kebutuhan
ekonomi dan biologisnya sebagai seorang manusia. Tanpa energi pun, pangan yang
tersedia tidak dapat secara optimal dikelola dan dimanfaatkan oleh manusia. Sehingga
, adanya dua hal tersebut sangatlah krusial dibutuhkan demi terpenuhinya kebutuhan
masyarakat. Kebutuhan masyarakat pun lambat laun pasti akan dipertemukan dengan
berbagai eskalasi oleh karena adanya tuntutan perubahan zaman. Indonesia dengan
beragam potensi kekayaan alamnya, termasuk juga dalam sisi pangan maupun energi ,
patut pula diikuti oleh pengelolaan dan pemanfaatan yang proporsional dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, agar supaya kebutuhan di masyarakat yang dapat
sewaktu waktu berubah, dapat diikuti pula oleh ketersediaan pangan dan energi yang
mumpuni.
B. PRO
Ketersediaan pangan dan energi oleh masyarakat berperan sebagai
salah dua unsur vital dalam proses pemantauan efektivtas sistem pengelolaan
keuangan negara. Hal tersebut dapat terjadi, dikarenakan keberadaan pangan
dan energi merupakan komoditas dan sumber daya yang dapat
diperjualbelikan baik dalam taraf nasional atau dalam negeri maupun lintas
negara yakni melalui aktivitas ekspor dan impor. Eksistensinya sebagai
komoditas, menjadikan pangan dan energi sebagai dua hal yang selalu melekat
dengan aktivitas perekonomian. Dari adanya aktivitas perekonomian inilah,
skema penyelenggaraan keuangan negara mulai memainkan perannya. Yang
mana, menurut pasal 2 UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Keuangan Negara berarti meliputi adanya hak dan kewajiban negara yakni
yang salah duanya adalah penerimaan dan pengeluan negara. Namun, jauh
sebelum membahas terkait 2 hal tersebut, tepat pada pasal 7 ayat 1 dan 2 UU
Keuangan Negara secara berturut turut mengisyaratkan bahwa kekuasaan atas
pengelolaan keuangan negara haruslah dilandasi atas semangat mewujudkan
tujuan bernegara , yang kemudian dituangkan dalam wujud Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah yang disusun setiap tahunnya. Letak efektivitas pengelolaan keuangan
negara haruslah diukur pada sudah atau belum terpenuhinya upaya untuk
mewujudkan tujuan bernegara.
Adanya sampel data yang digunakan dalam proses surveI tersebut juga
tidak sedikit melibatkan pengusaha dan pelaku UMKM yang merasa sangat
terdampak akibat adanya kenaikan harga tersebut. Bahkan banyak yang harus
gulung tikar dan terpaksa beralih ke usaha lain karena adanya fenomena
kenaikan harga ini. Lantas, hal tersebut kembali memperkuat bahwa negara
dan masyarakat belumlah siap dalam menghadapi adanya kenaikan harga
komoditas pangan dan energi. Di satu sisi, memang negara dituntut untuk
mengambil langkah yang akeseleratif menuju pertumbuhan ekonomi pasca
covid-19 , namun perlu diingat bahwa dalam mengelola sistem manajemen
keuangannya, negara harus memrpoyeksikan dan mempertimbangkan terkait
kenaikan harga komoditas pangan dan energi yang ada dengan tingkat daya
beli dan kemampuan pemenuhan kebutuhan ekonomi dari setiap warganya.
Maka ketika rakyat merasa dirugikan dari adanya kenaikan harga ini, esensi
daripada salah satu cita hukum yakni “ Vox Populi Vox Dei” , yang berarti
suara rakyat adalah suara tuhan, haruslah diimplementasikan yakni dengan
menjaga stabilitas harga tersebut agar selalu mudah dijangkau oleh seluruh
lapisan di masyarakat.
C. KONTRA