Judul
Oleh
SUN ANIKA
15040274037
1. Krisma Faktor-faktor yang Deskriptif - faktor-faktor eksistensi industri marmer berasal dari dalam
Prasetio mempengaruhi Kuantitatif Kecamatan Campurdarat yakni bahan baku dan tenaga kerja
, 2016 Eksistensi Industri - faktor modal berasal dari modal pribadi
Kerajinan mamer - Teknik pemasaran sampai ke luar kecamatan dengan cara
di Kecamatan pemasaran dijual langsung ke konsumen
Campurdarat - analisis lokasi industri dengan Teori Weber.
Kabupaten
Tulungagung
KERANGKA BERFIKIR
BAB III
Sampel
Teknik analisis data
Seluruh jumlah populasi yaitu 50.
Deskriptif Apabila populasi kurang dari 100,
Kuantitatif seluruh subyek penelitian dijadikan
dengan sampel.
Prosentase Arikunto (2002:112).
VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Angket/Kuisioner
Dokumentasi
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB
IV
Desa Ngadirejo
Sumber : BPS Kecamatan Rengel Dalam Angka 2018 Sumber : BPS Kecamatan Rengel Dalam Angka 2018
HASIL PENELITIAN
1. Profil Pengrajin Industri Kerajinan Gerabah Desa Ngadirejo
SD/sederajat 35 70
Jumlah 50 100
Jumlah 50 100
6) Asal Keterampilan
8) Jumlah Jenis Gerabah
Asal Keterampilan F Persentase ( %)
Jumlah Jenis Gerabah F Persentase ( %)
Turun Temurun 45 90
1 28 56
Otodidak 4 8
2 14 28
Pelatihan Khusus 1 2
3 5 10
Jumlah 50 100
>4 3 6
Jumlah 50 100
9) Pendapatan
Pendapatan F Persentase ( %)
(Rp)
<1.000.000 34 68
1.000.000 – 2.000.000 12 24
>2.000.000 4 8
Jumlah 50 100
A. Bahan Baku
Beli Tanah 34 68
Mudah 40 80
Tanah Sendiri 6 12
Sulit 10 20
Tidak Membeli 10 20
Jumlah 50 100
Jumlah 50 100
Jumlah 43 100
1. Jumlah Gerabah yang dihasilkan dalam Satu Bulan 3. Jumlah Pemasaran Gerabah
Jumlah gerabah yang dihasilkan F Persentase ( %) Hasil pemasaran Gerabah di Desa
(unit/bulan)
<300 8 16
Ngadirejo
450000
300 - 600 29 58
400000
>600 13 26 405120
Jumlah 50 100 350000
Jumlah 50 100 0
2015 2016 2017 2018
Tahun
Sumber : Data Primer yang diolah Tahun 2019 Gambar 4.1 Diagram Pemasaran Gerabah di Desa Ngadirejo
PEMBAHASAN
1. Profil Pengrajin Gerabah di Desa Ngadirejo Kecamatan Rengel
Kabupaten Tuban
Rata-rata pengrajin gerabah di Desa Ngadirejo Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban dilakukan oleh
perempuan yaitu sebanyak 49 responden dengan rentang usia terbanyak pada usia 51 – 60 tahun
sebanyak 19 responden dari keseluruhan jumlah responden.
pengrajin rata-rata tamat SD sederajat yaitu sebesar 35 reponden dari keseluruhan jumlah responden.
Dikerjakan secara manual dengan alat tradisional dengan tahapan yang sistematis
Pekerjaan sebagai pengrajin gerabah di Desa Ngadirejo merupakan pekerjaan yang diperoleh dan
dikerjakan secara turun temurun sejak zaman dulu yaitu sebanyak 45 responden.
Pekerjaan sebagai pengrajin gerabah dilakukan oleh 45 responden sebagai pekerjaan tetap, artinya
pengrajin menjalani usahanya di industri rumah tangga gerabah ini sebagai pekerjaan utama tanpa
memiliki pekerjaan lain dan pekerjaan ini dilakukan secara intensif.
Persentase status perkawinan pengrajin gerabah di Desa Ngadirejo Kecamatan Rengel Kabupaten
Tuban yaitu 43 responden berstatus menikah sedangkan 7 responden berstatus janda.
rata-rata lama usaha pengrajin gerabah adalah 31-40 tahun
Rata-rata jenis gerabah yang dibuat oleh pengrajin adalah 1 jenis yaitu sebanyak 28 responden
sedangkan responden yang membuat lebih dari 2 jenis ada sebanyak 22 responden.
. Rata-rata penghasilan pengrajin gerabah setiap bulan adalah <1.000.000 yaitu sebanyak 34 responden
dari jumlah keseluruhan responden.
2. Eksistensi Industri Gerabah di Desa Ngadirejo Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban
Faktor fisik dalam industri gerabah ini adalah bahan baku, dan untuk faktor non fisik meliputi modal, tenaga
kerja dan pemasaran.
Bahan Baku
Bahan baku industri gerabah di Desa Ngadirejo Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban berasal dari dalam
Desa.
tingkat kemudahan dan kesulitan dalam memperoleh bahan baku, sebanyak 40 responden menyatakan
mudah dalam memperoleh bahan baku, sedangkan 10 responden menyatakan kesulitan dalam
memperoleh bahan baku.
sebanyak 34 responden, memperoleh bahan baku dari membeli tanah liat di bantaran sungai bengawan
Solo, 6 responden yang memiliki lahan sendiri, sedangkan 10 responden mengambil di lahan pertanian.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pengrajin melakukan adaptasi sebagai penentu strategi
penghidupan yaitu pendekatan posibilisme dimana manusia sebagai penentu lingkungan dengan cara
melakukan adaptasi tertentu (Pitoyo dan Alfana 2015:59)
Tenaga Kerja
Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa status tenaga kerja yang dimiliki pengrajin adalah
anggota keluarga, sebanyak 39 responden memperkerjakan 1 orang anggota keluarganya yaitu suami
untuk membantu dalam pengelolaan usahanya. Pengrajin yang tidak memiliki tenaga kerja sebanyak
7 responden dan sisanya memiliki lebih dari 1 tenaga kerja. (sesuai dengan klasifikasi dari
Departemen Perindustrian bahwa industri gerabah di Desa Ngadirejo termasuk kedalam industri
kerajinan rumah tangga dengan ciri mempunyai pekerja 1-4 orang).
Rata-rata pekerja industri gerabah jenjang pendidikannya adalah lulusan SD/sederajat yaitu sebanyak
33 responden. (sesuai dengan klasifikasi Minto (2000:45) tenaga kerja yang dimiliki oleh pengrajin
adalah tergolong tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih yaitu tenaga kerja kasar).
Modal
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan modal sekali produksi yang digunakan pengrajin >200.000
sebanyak 38 pengrajin
rata-rata menggunakan modal pribadi yaitu sebanyak 27 responden sedangkan yang lain meminjam
modal ke pengepul dan meminjam ke bank.
Pemasaran
Teknik pemasaran yang dilakukan pengrajin rata-rata dijual ke pengepul yaitu sebanyak 46
responden, dijual langsung ke pasar sebanyak 2 responden dan 2 responden melalui pemesanan.
(Meskipun melalui cara yang berbeda namun tujuan utama dalam pemasaran ini adalah
mendistribusikan dan memperkenalkan produk gerabah hingga sampai ke tangan konsumen baik
secara langsung maupun melalui perantara. Sesuai dengan pemaparan Rachmawati (2011 : 144)
bahwa pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan
dan keinginan manusia).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan dapat diketahui bahwa
keterkaitan faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi industri gerabah di Desa
Ngadirejo Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban dengan seluruh aspek yaitu
bahan baku, modal, tenaga kerja dan pemasaran yang paling berpengaruh adalah
bahan baku, dengan nilai tambah tenaga kerja yang berasal dari dalam desa dan
tidak membutuhkan upah. Sehingga secara umum eksistensi industri gerabah di
Desa Ngadirejo Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban yang paling berpengaruh
adalah bahan baku.
3) Strategi Bertahan Industri Gerabah di Desa Ngadirejo Kecamatan Rengel
Kabupaten Tuban
Strategi bertahan industri gerabah di Desa Ngadirejo Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban
menggunakan teori Keterlekatan (Embeddedness) yaitu dengan menggunakan konsep Jaringan
Sosial.
A. Strategi pemanfaatan jaringan sosial untuk pemasaran
Pengrajin Gerabah memanfaatkan jaringan sosial dengan pengepul. Pengepul berperan mencarikan
target pemasaran gerabah dan pengrajin membuat jenis gerabah sesuai dengan permintaan pasar yang
diketahui oleh pengepul agar mudah dan cepat terjual. Termasuk dalam pola pemasaran target market
yaitu suatu kelompok homogen yang merupakan sasaran perusahaan sesuai dengan strategi pemasaran
(Marketing Strategy) yang dikemukakan Cannon, Perreault dan Mc.Carthy (Widjaya 2017:2).
Hubungan antara pengrajin dengan pengepul sangat erat dalam menjalin kerjasama, saling
menguntungkan antara pengrajin dengan pengepul, srategi ini membuat industri tetap bertahan. Sesuai
dengan teori keterlekatan yaitu konsep jaringan sosial, dimana terjadi hubungan keterlekatan pada
tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yang
sedang berlangsung di antara para aktor (Granovetter 1985).
B. Strategi Pemanfaatan Jaringan Sosial untuk Modal
Pengrajin memanfaatkan jaringan sosial dengan pengepul untuk mendapatkan modal. Kerjasama
yang dibangun antara pengrajin dan pengepul ini adalah berupa pemberian modal diawal
pengrajin memproduksi gerabah. Berdasarkan penelitian dapat dilihat adanya kerjasama yang
diatur dan dijalankan dengan baik antara pengrajin dan pengepul yang saling menguntungkan
dan terlekat.
Sesuai dengan teori keterlekatan Granovetter dan Swedberg 1992 bahwa yang dimaksudkan
jaringan hubungan sosial ialah sebagai “suatu rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan
sosial yang sama di antara individu-individu atau kelompok-kelompok.” Tindakan yang
dilakukan oleh anggota jaringan adalah “terlekat” karena ia diekspresikan dalam interaksi dengan
orang lain (Melis 2018:67)
C. Strategi Pemanfaatan Jaringan Sosial untuk Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dimiliki pengrajin adalah anggota keluarga sendiri terutama suami dari
pengrajin.
Menurut hasil survey dilapangan pemanfaatan jaringan sosial digunakan pengrajin untuk
mendapatkan tenaga kerja tambahan, dengan cara gotong royong antar pengrajin gerabah.
Tradisi pembakaran gerabah secara gotong royong ini dilakukan agar produksi industri
gerabah di Desa Ngadirejo tetap berjalan dan tidak mengurangi jumlah pengrajin yang
ada. Kegiatan ini dirasa sangat tepat dilakukan oleh pengrajin agar tetap bisa menjaga
keberadaan industry gerabah di Desa Ngadirejo
Sesuai dengan teori keterlekatan yang dipaparkan Granovetter 1993 (Jamilah 2016:233)
yaitu tindakan ekonomi sebagai tindakan sosial melekat dalam jaringan hubungan pribadi
dibanding dalam tindakan aktor. Hal ini berarti bahwa tindakan ekonomi yang dilakukan
setiap individu tidak bisa dilepaskan dari hubungan sosial yang berkembang dalam
kehidupan masyarakat.
SIMPULAN BAB V
1. Profil pengrajin gerabah di Desa Ngadirejo Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban 98% pengrajin perempuan
dengan rentang usia 51-61 tahun. Keterampilan membuat gerabah didapat pengrajin secara turun temurun
yang dilakukan secara manual dan tradisional dengan lama usaha 31 – 40 tahun. Tingkat pendidikan
pengrajin 70% lulusan Sekolah Dasar dengan status perkawinan menikah. Pekerjaan sebagai pengrajin
gerabah merupakan pekerjaan tetap yang setiap pengrajin membuat 1 jenis gerabah dengan pendapatan
<1.000.000 /bulan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi industri gerabah di Desa Ngadirejo Kecamatan Rengel
Kabupaten Tuban antara lain bahan baku, tenaga kerja, modal dan pemasaran. Berdasarkan survey
lapangan bahan baku merupakan faktor yang paling berpengaruh besar dibandingkan faktor yang lain.
Hal ini dikarenakan bahan baku merupakan bahan pokok untuk menghasilkan produk gerabah dan bahan
baku mudah didapat dari bantaran sungai Bengawan Solo yang ketersediaannya mencukupi.
3. Strategi bertahan industri gerabah yaitu 1) memanfaatkan jaringan sosial dengan pengepul yaitu untuk
mencarikan target pasar yang dituju agar membuat produk gerabah tetap eksis ditengah era modern. 2)
untuk mempertahankan agar produksi gerabah tidak mengalami penurunan pengrajin memanfaatkan
jaringan sosial dengan pengepul yaitu meminjam modal dengan sistem pembayaran saat gerabah dijual ke
pengepul 3) memanfaatkan jaringan antar pengrajin dan tetangga saat pengrajin tidak memiliki atau
kekurangan tenaga kerja dalam proses pembakaran gerabah dengan cara gotong royong agar memangkas
biaya untuk tenaga kerja.
SARAN
1. Bagi pengrajin
Dalam membangun suatu usaha memiliki tujuan untuk menghasilkan barang bagi
kebutuhan konsumen, namun seiring berkembangnya zaman kebutuhan semakin bermacam-
macam. Diharapkan pengrajin mampu memproduksi gerabah dengan berbagai macam sesuai
kebutuhan dan kedepannya pengrajin lebih bisa membuka jaringan yang lebih luas dengan
pihak yang menguntungkan agar produksi gerabah tetap eksis ditengah pesatnya teknologi.
Serta pengrajin mampu memanfaatkan sumber daya alam dengan tetap mengedepankan
kelestarian lingkungan.
2. Bagi pemerintah
Diharapkan bagi pemerintah daerah ikut membantu dalam upaya pengembangan dan
mempromosikan hasil produksi gerabah dan sentra kerajinan gerabah di Desa Ngadirejo
Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban kepada masyarakat umum yang lebih luas dengan
penelitan ini dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan industri gerabah.
3. Bagi peneliti
Sebagai referensi untuk penelitian yang sejenis untuk peneliti lain meskipun masih banyak
kekurangan dalam penelitian ini karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga peneliti
TERIMA KASIH