Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERSEDIAAN (PSAK 14 Penyesuaian 2014)

Dosen Pengampu :

Dr. Kamaliah SE., MM., Ak., CA.

Oleh kelompok 6 :

Hilda Mulyani 2002114118

J Jefri 2002114072

Muhammad Akbar Asrianda 2002112741

Trirano Aqiel Usman 2002112634

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persediaan adalah suatu aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan dengan tujuan
untuk dijual atau sejumlah barang jadi, bahan baku, dan barang dalam proses yang
dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual kembali atau diproses lebih lanjut.
Persediaan adalah salah satu aset yang penting bagi perusahaan, terutama yang
bergerak dalam bidang profuksi atau perdagangan. Persediaan mempengaruhi nilai
aset, laba rugi, dan arus kas perusahaan. Oleh karena itu, perlakuan akuntansi yang
tepat untuk persediaan sangat diperlukan untuk menyajikan laporan keuangan yang
wajar dan relevan.

(PSAK 14: Persediaan (Penyesuaian 2014), 2014) mengenai persediaan adalah


standar akuntansi yang mengatur mengenai pengukuran, penilaian, pengakuan dan
pengungkapan persediaan. PSAK 14 (Penyesuaian 2014) mengadopsi seluruh
pengaturan dalam IAS (2003) tentang Inventories, kecuali untuk beberapa paragraf
yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia.

(PSAK 14: Persediaan (Penyesuaian 2014), 2014) mendefinisikan persediaan


sebagai aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, dalam proses
produksi atau dalam perjalanan, atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan yang
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Persediaan di ukur berdasarkan
biaya atau nilai realisasi bersih mana yang lebih rendah.

Dalam (PSAK 14: Persediaan (Penyesuaian 2014), 2014) mengatur mengenai


pengakuan persediaan sebagai beban pada saat persediaan dijual, digunakan atau
mengalami penurunan nilai. Selain itu,
(PSAK 14: Persediaan (Penyesuaian 2014), 2014)
juga menetapkan pengungkapan yang harus dilakukan oleh perusahaan
mengenai kebijakan akuntansi, metode perhitungan, jumlah, komposisi dan pergerakan
persediaan. Dengan demikian (PSAK 14: Persediaan (Penyesuaian 2014), 2014)
memberikan kerangka kerja yang komprehensif dan konsisten untuk perlakuan
akuntansi persediaan. Penerapan (PSAK 14: Persediaan (Penyesuaian 2014), 2014)
diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan relevansi informasi mengenai persediaan
dalam laporan keuangan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
a. Apa yang dimaksud dengan Persediaan menurut PSAK 14 (Penyesuaian 2014)?
b. Apa tujuan dari PSAK 14 (Penyesuaian 2014) ?
c. Apa ruang lingkup dari PSA 14 (Penyesuaian 2014)?
d. Bagaimana pengukuran persediaan menurut PSAK 14 (Penyesuaian 2014)?
e. Bagaimana pengakuan sebagai beban menurut PSAK 14 (Penyesuaian 2014)?
f. Bagaimana pengungkapan menurut PSAK 14 (Penyesuaian 2014)?
g. Bagaimana tanggal efektif penerapan PSAK 14 (Penyesuaian 2014)?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam penulisan makalah ini adalah :
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Persediaan menurut PSAK 14
(Penyesuaian 2014)
b. Mengetahui apa tujuan dari PSAK 14 (Penyesuaian 2014)
c. Mengetahui apa ruang lingkup dari PSA 14 (Penyesuaian 2014)
d. Mengetahui bagaimana pengukuran persediaan menurut PSAK 14 (Penyesuaian
2014)
e. Mengetahui bagaimana pengakuan sebagai beban menurut PSAK 14 (Penyesuaian
2014)
f. Mengetahui bagaimana pengungkapan menurut PSAK 14 (Penyesuaian 2014)
g. Mengetahui bagaimana tanggal efektif penerapan PSAK 14 (Penyesuaian 2014)
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Menurut (PSAK 14: Persediaan (Penyesuaian 2014), 2014) persediaan


adalah aset dikuasai untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, dalam proses
produksi untuk penjualan terebut aau dalambentuk bahan atau perlengkapan untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha normal
dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk
membuat penjualan.

Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau
harga yang akan dibayar untuk mengalihkan liabilitas dalam transaksi teratur antara
pelaku pasar pada tanggal pengukuran. (Lihat PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar).

Nilai realisasi neto mengacu pada jumlah neto yang entitas berharap untuk
direalisasi dari penjualan persediaan dalam kegiatan usaha normal. Nilai wajar
mencerminkan suatu harga dimana transaksi teratur untuk menjual persediaan yang
sama dipasar utama (atau paling menguntungkan) untuk persediaan tersebut akan
terjadi antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran. Nilai realisasi neto adalah nilai
spesifik entitas sedangkan nilai wajar bukan merupakan nilai spesifik entitas. Nilai
realisasi neto untuk persediaan dapat tidak sama dengan nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual.

Persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali
termasuk, misalnya barang dagangan yang dibeli oleh pengecer dan dikuasai untuk
dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya yang dikuasai untuk
dijual kembali. Persediaan juga meliputi barang jadi yang diproduksi, atau barang
dalam penyelesaian yang sedang diproduksi, oleh entitas serta termasuk bahan serta
perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Biaya yang terjadi untuk
memenuhi kontrak dengan pelanggan tidak menimbulkan persediaan (atau aset
dalam ruang lingkup pernyataan lain) dicatat sesuai dengan PSAK 72: Pendapatan
dari Kontrak dengan Pelanggan)
2.2 Tujuan

PSAK 14 (Penyesuaian 2014) memiliki tujuan yaitu untuk mengatur


perlakuan akuntansi untuk persediaan. Permasalahan pokok dalam akuntansi
persediaan adalah penentuan jumlah biaya yang diakui sebagai aset dan perlakuan
akuntansi selanjutnya atau aset tersebut sampai pendapatan terkait diakui.
Pernyataan ini menyediakan pedoman dalam penentuan biaya dan pengakuan
selanjutnya sebagai beban, termasuk setiap penurunan yang menjadi nilai realisasi
neto. Pernyataan ini juga memberikan panduan rumus biaya yang digunakan untuk
menentukan biaya persediaan.

2.3 Ruang Lingkup

1. Pernyataan ini diterapkan untuk semua persediaan, kecuali :

a. Pekerjaan dalam proses ang timbul dalam kontrak konstruksi, termasuk


kontrak jasa yang terkait langsung (lihat PSAK 34:Kontrak Konstruksi)

b. Instrumen keuangan (lihat : PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan


PSAK 71: Instrumen Keuangan)

c. Aset biologis yang terkait dengan aktivitas agrikultur dan produk agrikultur
pada titik panen (lihat PSAK 69: Agrikultur).

2. Pernyataan ini tidak diterapkan untuk pengukuran persediaan yang dikuasai


oleh:

a. Produsen produk agrikultur dan kehutanan, produk agrikultur setelah panen,


dan mineral dan produk mineral, sepanjang persediaan tersebut diukur ada
nilai realisasi neto sesuai dengna praktik yang berlaku di industri tersebut.
Jika persediaan diukur pada nilai realisasi neto, maka perubahan nilai
tersebut diakui dalam laba rugi pada periode terjadinya.

b. Pialang-pedagang komoditi yang mengukur persediaannya pada nilai wajar


dikurangi biaya untuk menjual. Jika persediaan tersebut diukur pada nilai
wajar dikurangi biaya untuk menjual, maka perubahan nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual diakui dalam laba rugi pada periode terjadinya.
Persediaan yang dimaksud pada nomor 2 (a) diukur pada nilai realisasi neto pada
tahap tertentu dari proses produksi. Hal ini terjadi, misalnya, ketika tanaman
agrikultur telah dipanen atau mienral telah diekstraksi dan penjualan dijamin
berdasarkan forward contract atau jaminan pemerintah, atau ketika terdapat pasar
aktif dan risiko kegagalan untuk menjual dapat diabaikan. Persediaan tersebut
dikecualikan hanya dari persyaratan pengukuran dalam pernyataan ini.

Pialang-pedagang adalah mereka yang membeli atau menjual komoditi untuk orang
lain atau dirinya sendiri. Persediaan yang dimaksud di 2 (b) terutama diperoleh
dengan tujuan untuk dijual dalam waktu dekat dan memperoleh laba dari fluktuasi
harga atau marjin. Ketika persediaan ini diukur dengan nilai wajar setelah dikurangi
biaya untuk menjual, maka yang dikecualikan hanya dari persyaratan pengukuran
dalam pernyataan ini.

2.4 Pengukuran Persediaan

Persediaan diukur berdasarkan biaya perolehan atau nilai realisasi neto,


mana yang lebih rendah.

1. Biaya persediaan

Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan


biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan
lokasi saat ini.

2. Biaya pembelian

Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak


lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas
kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan
biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan
barang jadi, bahan, dan jasa. Diskon dagang, rabat dan hal lain yang
serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian.

3. Biaya konversi

a. Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung


terkait dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja
langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi tetap
dan variabel yang timbul dalam mengonversi bahan menjadi barang
jadi. Overhead produksi tetap adalah biaya produksi tidak langsung
yang relatif konstan, tanpa memperhatikan volume produksi, seperti
penyusutan dan pemeliharaan bangunan pabrik, peralatan , dan aset
hak-guna yang digunakan dalam proses produksi dan biaya
manjemen dan administrasi pabrik. Overhead produksi variabel
adalah biaya produksi tidak langsung yang berubah secara langsung,
atau hampir secara langsung, mengikuti perubahan volume produksi,
seperti bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.

b. Pengalokasian overhead produksi tetap ke biaya konversi didasarkan


pada kapasitas fasilitas produksi normal. Kapasitas normal adalah
produksi rata-rata yang diharapkan akan tercapai selama suatu
periode atau musim dalam keadaan normal, dengan
memperhitungkan hilangnya kapasitas selama pemeliharaan
terencana. Level produksi aktual dapat digunakan jika mendekati
kapasitas normal. Pengalokasian jumlah overhead produksi tetap
pada setiap unit produksi tidak bertambah sebagai akibat dari
rendahnya produksi atau tidak terpakainya pabrik. Overhead yang
tidak teralokasi diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Dalam
periode produksi tinggi yang tidak normal, jumlah overhead tetap
yang dialokasikan pada tiap unit produksi menjadi berkurang
sehingga persediaan tidak diukur diatas biayanya. Overhead
produksi variabel dialokasikan pada unit produksi atas dasar
penggunaan aktual fasilitas produksi.

c. Suatu proses produksi mungkin menghasilkan lebih dari satu jenis


produk secara simultan. Hal tersebut terjadi, misalnya ketika
dihasilkan produk bersama atau bila terdapat produk utama dan
produk sampingan. Ketika biaya konversi tidak dapat diidentidikasi
secara terpisah, maka biaya tersebut dialokasikan antar produk
secara rasional dan konsisten. Pengalokasian dapat didasarkan pada,
misalnya perbandingan harga jual untuk masing-masing produk,
baik pada tahap proses produksi pada waktu produk telah dapat
diidentifikasikan secara terpisah atau pada saat produksi telah
selesai. Sebagian besar produk sampingan, pada hakekatnya tidak
material. Ketika kasusnya demikian, produk sampingan sering kali
diukur pada nilai realisasi neto dan nilai tersebut dapat mengurangi
biaya produk utama. Sebagai akibatnya, jumlah tercatat produk
utama tidak berbeda secara material dari biayanya.

4. Biaya lain

a. Biaya-biaya lain hanya dimasukkan sebagai biaya persediaan


sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam
kondisi dan lokasi saat ini. Misalnya, dalam keadaan tertentu
diperkenankan untuk memasukkan overhead nonproduksi atau biaya
perancangan produk untuk pelanggan tertentu sebagai biaya
persediaan.

b. Contoh biaya-biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan


diakui sebagai beban dalam periode terjadinya adalah:

1) Jumlah pemborosan bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi


lainnya

2) Biaya penyimpangan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam


proses produksi sebelum dilanjurkan pada tahan produksi
selanjutnya

3) Overhead administrasi yang tidak memberikan kontribusi untuk


membuat persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini

4) Biaya penjualan.

c. PSAK 26: Biaya Pinjaman menentukan keadaan terbatas dimana


biaya pinjaman termasuk dalam biaya persediaan

d. Entitas mungkin membeli persediaan dengan persyaratan


penyelesaian tangguhan. Ketika perjanjian secara efektif
mengandung elemen pembiayaan, maka elemen tersebut, misalnya
selisih antara harga beli untuk persyaratan kredit normal dan jumlah
yang dibayarkan diakui sebagai beban bunga selama periode
pembiayaan.

5. Biaya produk agrikultur setelah panen dari aset biologis

Sesuai dengan PSAK 69: Agrikultur persediaan berupa produk


agrikultur yang telah dipanen oleh entitas dari aset biologisnya diukur
pada pengakuan awal pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual
pada titik panen. Ini merupakan biaya persediaan pada tanggal terebut
untuk penerapa pernyataan ini.

6. Teknik pengukuran biaya

a. Teknik pengukuran biaya persediaan, seperti metode biaya standar


atau metode eceran, demi kemudahan dapat digunakan jika hasilnya
mendekati biaya. Biaya standar memperhitungkan level normal
penggunaan bahan dan perlengkapan, tenaga kerja, efisiensi dan
utilitsasi kapasitas. Biaya standar ditelaah secara reguler dan jika
diperlukan, direvisi sesuai dengan kondisi kini.

b. Metode eceran seringkali digunakan dalam industri eceran untuk


mengukur persediaan dengan unit yang cepat berubah dalam jumlah
banyak, serta memiliki marjin yang serupa sehingga tidak praktis
untuk menggunakan metode penetapan biaya lainnya. Biaya
persediaan ditentukan dengn mengurangi nilai jual persediaan
dengna persentase marjin bruto yang sesuai. Persentase tersebut
digunakan untuk memerhatikan persediaan yang telah diturunkan
nilainya dibawah harga jual orisinal. Persentasi rata-rata sering
digunakan untuk setiap depatermen eceran.

7. Rumus biaya

a. Biaya persediaan yang secara umum tidak dapat dipertukarkan (not


ordinary interchangeable) dan barang atau jasa yang dihasilkan dan
dipisahkan untuk proyek tertentu diperhitungkan berdasarkan
identifikasi khusus terhadap biayanya masing-masing.
b. Identifikasi khusus biaya artinya biaya-biaya tertentu yang
diatribusikan ke unit persediaan tertentu. Cara ini merupakan
perlakuan yang sesuai bagi unit yang dipisahkan untuk proyek
tertentu, baik yang dibeli maupun yang dihasilkan. Namun
demikian, identifikasi khusus biaya tidak tepat ketika terdapat
jumlah besar unit persediaan yang secara umum dapat dipertukarkan
(ordinarily interchangeable). Dalam keadaan demikian, pemilihan
metode pemilihan unit yang masih berada dalam persediaan dapat
digunakan untuk menentukan dampaknya dalam laba rugi.

c. Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam 7(a), harus dihitung


dengan menggunakan rumus biaya FIFO atau rata-rata tertimbang.
Entitas menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua
persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama bagi
entitas. Untuk persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang
berbeda, rumus biaya yang berbeda diperkenankan.

d. Misalnya, persediaan yang digunakan dalam suatu segmen operasi


mungkin memiliki kegunaan yang berbeda dari jenis persediaan
yang sama yang digunakan dalam segmen operasi yang lain. Akan
tetapi perbedaan lokasi geografis persediaan (atau dalam perspektif
perpajakan), dengan sendirinya tidak cukup untuk menjustifikasi
penggunaan rumus biaya yang berbeda.

e. Rumus FIFO mengasumsikan unit persediaan yang pertama dibeli


akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang
tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi
paling akhir. Dalam rumus biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap
unit ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari unit yang
serupa pada awal periode dan biaya unit yang serupa yang dibeli
atau diproduksi selama suatu periode. Perhitungan rata-rata dapat
dilakukan secara berkala atau pada setiap penerimaan kiriman,
tergantung pada keadaan entitas.

8. Nilai realisasi neto


a. Biaya persediaan mungkin tidak akan diperoleh kembali jika
persediaan rusak, seluruh atau sebagian persediaan telah usang, atau
jika harga jualnya telah menurun. Biaya persediaan juga tidak dapat
dipulihkan jika estimasi biaya penyelesaiannya atau estimasi biaya
untuk membuat penjualan telah meningkat. Praktik penurunan nilai
persediaan di bawah biaya perolehan menjadi nilai realisai neto
konsisten dengan pandangan bahwa aset seharusnya tidak
dinyatakan melebihi perkiraan jumlah yang dapat direalisasi dari
penjualan atau penggunaannya.

b. Nilai persediaan biasanya diturunkan ke nilai realisasi neto secara


terpisah untuk setiap unit dalam persediaan. Namun demikian,
dalam beberapa kondisi, penurunan nilai persediaan mungkin lebih
sesuai jika dihitung terhadap kelompok unit yang serupa atau
berkaitan. Misalnya barang-barang termasuk dalam lini produk
dengan tujuan atau penggunaan akhir yang serupa, yang diproduksi
dan dipasarkan diwilayah yang sama dan tidak dapat dievaluasi
terpisah dari unit-unit lain dalam lini produk tersebut. Penurunan
nilai persediaan tidak tepat jika dihitung berdasarkan klasifikasi
ppersediaan , misalnya barang jadi atau seluruh persediaan dalam
suatu industri atau segmen geografis tertentu

c. Estimasi nilai realisasi neto didasarkan pada bukti paling andal yang
tersedia pada saat estimasi dilakukan terhadap jumlah persediaan
yang diharapkan dapat direalisasi. Estimasi ini mempertimbangkan
fluktuasi harga atau biaya yang langsung terkait dengan peristiwa
yang terjadi setelah akhir periode sepanjang peristiwa tersebut
menegaskan kondisi yang ada pada akhir periode.

d. Estimasi nilai realisasi neto juga mempertimbangkan tujuan


pengadaan persediaan yang dimiliki. Misalnya nilai realisasi neto
dari jumlah persediaan yang dimiliki untuk memenuhi kontrak
penjualan atau jasa yang bersifat pasti didasarkan pada harga
kontrak. Jika kontrak penjualan lebih sedikit daripada jumlah
persediaan yang dimiliki, maka nilai realisasi neto untuk
kelebihannya didasarkan pada harga jual umum. Penyisihan dapat
timbul dari kontrak penjualan yang bersifat pasti yang melebihi
jumlah persediaan yang dimiliki atau dari kontrak pembelian yang
bersifat pasti. Penyisihan tersebut diperlakukan sesuai dengan PSAK
57: Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi.

e. Bahan dan perlengkapan lain yang dimiliki untuk digunakan dalam


memproduksi persediaan tidak diturunkan nilainya dibawah biaya
perolehan jika produk jadi yang dihasilkan diharapkan dapat dijual
sebesar atau diatas biaya perolehannya. Namun demikian, ketika
penurunan harga bahan mengindikasikan biaya produk jadi yang
dihasilkan akan melebihi nilai realisasi neto, maka nilai bahan
diturunkan kenilai realisasi neto. Dalam kondisi semacam itu, biaya
pernggantian bahan merupakan ukuran terbaik yang tersedia untuk
nilai realisasi netonya.

f. Suatu penilaian baru dilakukan atas nilai realisasi neto pada setiap
periode berikutnya. Ketika kondisi yang semula mengakibatkan
penurunan nilai persediaan dibawah biaya perolehan ternyata tidak
ada lagi atau ketika terdapat bukti yang jelas terhadap peningkatan
nilai realisai neto kerena perubahan keadaan ekonomi, maka jumlah
penurunan nilai harus dibalik (dalam hal ini pemulihan adalah
terbatas untuk jumlah penurunan nilai awal) sehingga jumlah
tercatat yang baru dari persediaan adalah yang terendah dari biaya
perolehan atau nilai realisasi neto kerena harga jualnya telah turun,
masih dimiliki pada periode berikutnya dan harga jualnya telah
meningkat.

2.5 Pengakuan Sebagai Beban

1. Jika persediaan dijual, maka jumlah tercatat tersebut diakui sebagai beban pada
periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai
persediaan dibawah biaya perolehan menjadi realisasi neto dan seluruh kerugian
persediaan diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau
kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena
peningkatan kembali nilai realisai neto, diakui sebagai pengurangan terhadap
jumlah beban persediaan yang diakui pada periode terjadinya pemulihan
tersebut.

2. Beberapa persediaan dialokasikan ke pos aset lainnya, misalnya persediaan yang


digunakan sebagai komponen aset tetap yang dibangun sendiri. Persediaan yang
dialokasikan ke aset lain dengan cara ini diakui sebagai beban selama masa
manfaat aset tersebut.

2.6 Pengungkapan

1. Didalam laporan keuangan mengungkapkan :

a. Entitas harus mengungkapkan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam


pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya yang digunakan

b. Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi


yang sesuai bagi entitas

c. Jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual

d. Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama peridoe berjalan

e. Jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah


persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan.

f. Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai
pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode
berjalan

g. Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang


diturunkan

h. Jumlah tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan liabilitas.

2. Informasi tentang jumlah tercatat yang disajikan dalam berbagai klasifikasi


persediaan dan tingkat perubahan dalam aset tersebut berguna bagi pengguna
laporan keuangan. Klasifikasi persediaan yang biasa digunakan adalah barang
dagangan, perlengkapan produksi, bahan, barang dalam proses, dan barang jadi.

3. Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode, sering kali disebut
sebagai beban pokok penjualan, meliputi biaya-biaya yang sebelumnya
diperhitungkan dalam pengukuran persediaan yang saat ini telah dijual,
overhead, produksi yang tidak teralokasi, dan jumlah biaya produksi persediaan
yang tidak normal. Kondisi tertentu dari entitas juga memungkinkan untuk
memasukkan biaya lainnya, seperti biaya distribusi.

4. Beberapa entitas mengadopsi suatu format laba rugi yang mengakibatkan jumlah
yang diungkapkan adalah selain biaya persediaan yang diakui sebagai beban
selama periode yang bersangkutan. Dalam format ini, entitas menyajikan
analisis beban mengunakan klasifikasi berdasarkan sifat dari beban. Dalam
kasus ini, entitas menungkapkan biaya yang diakui sebagai beban untuk bahan
baku dan bahan habis pakai, tenaga kerja, dan biaya lainnya bersama-sama
dengan jumlah perubahan neto persediaan pada periode tersebut.

2.7 Tanggal Efektif

Entitas menerapkan penyesuaian atas definisi nilai wajar paragraf 6 dan 7 secara
prospektif untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1
Januari 2015
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut (PSAK 14: Persediaan (Penyesuaian 2014), 2014) persediaan adalah


aset dikuasai untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, dalam proses produksi untuk
penjualan terebut aau dalambentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa.

PSAK 14 (Penyesuaian 2014) memiliki tujuan yaitu untuk mengatur perlakuan


akuntansi untuk persediaan. Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah
penentuan jumlah biaya yang diakui sebagai aset dan perlakuan akuntansi selanjutnya
atau aset tersebut sampai pendapatan terkait diakui.

Yang termasuk ruang lingkup PSAK 14 (Penyesuaian 2014) adalah untuk semua
persediaan, kecuali pekerjaan dalam proses yang timbul dalam kontrak konstruksi,
termasuk kontrak jasa yang terkait langsung, instrumen keuangan, dan aset biologis
yang terkait dengan aktivitas agrikultur dan produk agrikultur pada titik panen.

Jika persediaan tersebut diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual,
maka perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual diakui dalam laba rugi pada
periode terjadinya. Adapun biaya-biaya yang terkait dengan persediaan yaitu:

1. Biaya persediaan

2. Biaya pembelian

3. Biaya konversi

4. Biaya lain

5. Biaya produk agrikultur setelah panen dari aset biologis


6. Teknik pengukuran biaya

- Teknik pengukuran biaya persediaan, seperti metode biaya standar atau


metode eceran.

7. Rumus biaya

Rumus FIFO mengasumsikan unit persediaan yang pertama dibeli akan dijual
atau digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam
persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi paling akhir.

Dalam rumus biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap unit ditentukan


berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari unit yang serupa pada awal
periode dan biaya unit yang serupa yang dibeli atau diproduksi selama suatu
periode.

8. Nilai realisasi neto

Persediaan diakui sebagai beban jika persediaan dijual, maka jumlah tercatat
tersebut diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut.
Beberapa persediaan dialokasikan ke pos aset lainnya, misalnya persediaan yang digunakan
sebagai komponen aset tetap yang dibangun sendiri. Persediaan yang dialokasikan ke aset
lain dengan cara ini diakui sebagai beban selama masa manfaat aset tersebut.

Pengungkapan persediaan terdiri dari:

1. Didalam laporan keuangan mengungkapkan:

- Entitas harus mengungkapkan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam


pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya yang digunakan

- Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi


yang sesuai bagi entitas

- Jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi


biaya untuk menjual

- Dan sebagainya
2. Informasi tentang jumlah tercatat yang disajikan dalam berbagai klasifikasi
persediaan dan tingkat perubahan dalam aset tersebut berguna bagi pengguna
laporan keuangan.

3. Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode, sering kali disebut
sebagai beban pokok penjualan

4. Beberapa entitas mengadopsi suatu format laba rugi yang mengakibatkan jumlah
yang diungkapkan adalah selain biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama
periode yang bersangkutan.

Entitas menerapkan penyesuaian atas definisi nilai wajar paragraf 6 dan 7 secara
prospektif untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari
2015
DAFTAR ISI

Dewan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia (2014), PSAK 14 (Penyesuaian 2014):


Persediaan, IAI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai