PSAK 14 - PERSEDIAAN
OLEH KELOMPOK 1 :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa
atas segala limpahan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun
makalah ini yang berjudul “PSAK 14 Persediaan” Makalah ini dibuat sebagai
tugas mata kuliah Seminar Akuntansi Keuangan, dengan berbagai bantuan berupa
pemahaman dan dukungan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun,
Kelompok 1
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
penyerahaan barang yaitu syarat penyerahan barang free on board ( FOB
) shipping point dan free on board ( FOB ) Destination.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali,
misalnya, barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau
pengadaan tanah dan property lainnya untuk dijual kembali.
(lihat PSAK 23: Pendapatan).
6
Sepanjang pemberi jasa memiliki persediaan, mereka mengukur persediaan
tersebut pada biaya produksinya. Biaya persediaan tersebut terutama meliputi
biaya tenaga kerja dan biaya personalia lainnya yang secara langsung menangani
pemberian jasa, termasuk personalia penyelia, dan overhead yang dapat
diatribusikan. Biaya tenaga kerja dan biaya lainnya yang terkait dengan personalia
penjualan dan administrasi umum tidak termasuk sebagai biaya persediaan tetapi
diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Biaya persediaan pemberi jasa tidak
termasuk marjin laba atau overhead yang tidak dapat diatribusikan yang seringkali
merupakan faktor pembebanan harga oleh pemberi jasa.
2.2.3 Teknik Pengukuran Biaya
Teknik pengukuran biaya persediaan, seperti metode biaya standar atau
metode eceran, demi kemudahan dapat digunakan jika hasilnya mendekati biaya.
Metode eceran seringkali digunakan dalam industri eceran untuk mengukur
persediaan yang variasinya demikian banyak dan cepat berubah, serta memiliki
marjin yang serupa sehingga tidak praktis menggunakan metode penetapan biaya
lainnya. Biaya persediaan ditentukan dengan mengurangi nilai jual persediaan
dengan persentase marjin bruto yang sesuai. Persentase tersebut digunakan
dengan memerhatikan persediaan yang telah diturunkan nilainya dibawah harga
jual normal. Persentase rata-rata sering digunakan untuk setiap departemen
eceran.
7
dipisahkan untuk proyek tertentu, baik yang dibeli maupun yang dihasilkan. Akan
tetapi, identifikasi khusus biaya tidak sesuai ketika terdapat jumlah besar unit
dalam persediaan yang dapat menggantikan satu sama lain (ordinarily
interchangeable). Dalam keadaan tersebut, metode pemilihan unit yang masih
berada dalam persediaan dapat digunakan untuk menentukan dampaknya dalam
laba rugi.
Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraph sebelumnya,
dihitung dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama
(FIFO) atau rata-rata tertimbang (weighted average cost method). Entitas harus
menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki
sifat dan kegunaan yang sama. Misalnya persediaan yang digunakan dalam suatu
segmen operasi mungkin memiliki kegunaan yang berbeda dari jenis persediaan
yang sama yang digunakan dalam segmen operasi yang lain.
Formula FIFO mengasumsikan barang persediaan yang pertama dibeli akan
dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga barang yang tertinggal dalam
persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Dalam rumus
biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap barang ditentukan berdasarkan biaya rata-
rata tertimbang dari barang yang serupa pada awal periode dan biaya barang yang
serupa yang dibeli atau diproduksi selama suatu periode. Perhitungan rata-rata
dapat dilakukan secara berkala atau pada setiap penerimaan kiriman, tergantung
pada keadaan perusahaan.
2.4 Nilai Realisasi Neto
Nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa
dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk
membuat penjualan.
Nilai persediaan biasanya diturunkan ke nilai realisasi neto secara terpisah
untuk setiap item dalam persediaan. Namun demikian, dalam beberapa kondisi
penurunan nilai persediaan mungkin lebih sesuai jika dihitung terhadap kelompok
item yang serupa atau berkaitan. Misalnya barang-barang yang termasuk dalam
lini produk dengan tujuan atau penggunaan akhir yang serupa, yang diproduksi
dan dipasarkan di wilayah yang sama dan tidak dapat dievaluasi terpisah dari
item-item lain dalam lini produk tersebut.
8
Estimasi nilai realisasi neto didasarkan pada bukti paling andal yang
tersedia pada saat estimasi dilakukan terhadap jumlah persediaan yang diharapkan
dapat direalisasi. Estimasi ini mempertimbangkan fluktuasi harga atau biaya yang
langsung terkait dengan peristiwa yang terjadi setelah akhir periode sepanjang
peristiwa tersebut menegaskan kondisi yang ada pada akhir periode.
Estimasi nilai realisasi neto juga mempertimbangkan tujuan pengadaan
persediaan yang dimiliki. Misalnya, nilai realisasi neto dari jumlah persediaan
yang dimiliki untuk memenuhi kontrak penjualan atau jasa yang bersifat pasti
didasarkan pada harga kontrak. Jika kontrak penjualan lebih sedikit daripada
jumlah persediaan yang dimiliki, maka nilai realisasi neto untuk kelebihannya
didasarkan pada harga jual umum.
2.5 Pengakuan Sebagai Beban
Jika persediaan dijual, maka nilai tercatat dalam persediaan tersebut harus
diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut.
Setiap penurunan nilai persediaan dibawah biaya menjadi nilai realisasi neto dan
seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban periode terjadinya
penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai
persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi neto, harus diakui sebagai
pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya
pemulihan tersebut.
Beberapa persediaan dialokasikan ke pos aset lainnya, misalnya, persediaan
yang digunakan sebagai komponen aset tetap yang dibangun sendiri. Persediaan
yang dialokasikan ke aset lain dengan cara ini diakui sebagai beban selama masa
manfaat aset tersebut.
2.6 Pengungkapan
Laporan keuangan harus mengungkapkan:
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan,
termasuk rumus biaya yang digunakan.
2. Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut
klasifikasi yang sesuai bagi entitas.
3. Jumlah tercatat persediaan dan jumlah dicatat dengan nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual.
9
4. Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan.
5. Jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah
persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan.
6. Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui
sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam
periode berjalan.
7. Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan
yang diturunkan.
8. Jumlah tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan liabilitas.
Biaya persediaan yang diakui sebagai beban dalam suatu periode, seringkali
disebut sebagai beban pokok penjualan, meliputi biaya-biaya yang sebelumnya
diperhitungkan dalam pengukuran persediana yang saat ini telah dijual, overhead
produksi yang tidak teralokasi, dan jumlah biaya produksi persediaan yang tidak
normal. Kondisi tertentu dari entitas juga memungkinkan untuk memasukkan
biaya lainnya, seperti biaya distribusi.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persediaan adalah meliputi semua barang yang dimilki perusahaan pada saat
tertentu dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi
perusahaan. Dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 14 disetujui
dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus
1994 dan telah disahkan oleh Pengurus Ikatan Akuntansi Indonesia pada
tanggal 7 September 1994. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk
unsur yang tidak material.
11
DAFTAR PUSTAKA
12