OLEH:
KELOMPOK 4
WILDA 0016.04.33.2022
ISMAYANTI 0004.04.33.2022
MUNIFA 0022.04.33.2022
MAGISTER AKUNTANSI
MAKASSAR
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Perpajakan dengan judul materi
“Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah“.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa maupun penulisannya. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik di masa mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penulis,
Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persediaan merupakan salah satu jenis aset yang cukup penting dalam
perusahaan manufaktur maupun perusahaan dagang. Hal ini karena persediaan
menggambarkan sumberutama pendapatan kedua jenis perusahaan tersebut.
Akuntansi komersial mendefinisikan persediaan sebagai barang-barang yang
disimpan untuk dijual kembali dalam kegiatan bisnisnya, barang-barang, atau bahan-
bahan yang digunakan atau akan digunakan dalam proses pembuatan produk yang
akan dijual.
Dalam perusahaan dagang, jenis persediaannya adalah barang dagang
(merchandise inventory), sedangkan jenis persediaan dalam perusahaan manufaktur
umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu bahan baku (raw material), barang setengah jadi
(work in process), dan barang jadi (finished goods). Perlengkapan, yaitu barang-
barang yang digunakan untuk mendukung kegiatan operasional dicatat dalam
kelompok tersendiri dan tidak termasuk dalam golongan persediaan.
Di Indonesia, pengertian persediaan dalam akuntansi komersial secara jelas
ditunjukkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 14
tentang persediaan. Definisi persediaan dalam akuntansi pemerintahan cukup
dipengaruhi oleh karakteristik organisasi pemerintahan. Karakteristik pemerintahan
yang hampir sama dengan organisasi sektor publik lainnya dan berbeda dengan
perusahaan adalah bahwa sumber daya ekonominya dikelola untuk tujuan mencari
laba (nirlaba). Secara spesifik, tujuan utama entitas pemerintahan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan. Sumber pendanaan
organisasi sektor publik tidak melalui laba operasi, tetapi melalui cara khusus berupa
sumbangan atau donasi yang bersifat sukarela. Di entitas pemerintahan, cara seperti
ini direalisasikan melalui penerimaan pajak atau retribusi.
Dengan latar belakang tersebut, maka persediaan dalam akuntansi
pemerintahanmempunyai definisi dan cakupan yang agak berbeda. Di Indonesia,
definisi persediaanmeliputi juga perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi.
Hal ini dijelaskan dalamPSAP 5 tentang akuntansi persediaan. Oleh karena itu untuk
lebih memahami tentangpersediaan kami memilih judul “ Akuntansi Pajak atas
Persediaan “.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penyajian aakuntansi pajak atas persediaan
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui Bagaimana penyajian akuntansi pajak atas persediaan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Persediaan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.14 (Ikatan Akuntan
Indonesia, 2015:14.2) persediaan adalah aset yang tersedia untuk dijual dalam
kegiatan usaha biasa, dalam proses produksi penjualan tersebut atau dalam bentuk
bahan atau dalam bentuk perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau
pembelian jasa. Persediaan termasuk dalam aktiva lancer dikarenakan jumlah kas
akan bertambah seiring dengan penjualan barang secara tunai.
Menurut Hongren dkk diterjemahkan oleh Muhamad (2009:216) persediaan
merupakan seluruh barang dagangan yang dimiliki oleh perusahaan dan diharap dapat
dijual dalam jalur normal operasi perusahaan.Ikatan Akuntan Indonesia
(2015:14.2)persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual
kembali.Seperti contoh, barang dagang yang dibeli oleh pengecer untuk dijual
kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan
juga mancakupi barang yang diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang
diproduksi oleh entitas serta termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan
dalam proses produksi.
Dengan demikian intinya persediaan barang dagang adalah untuk dijual dalam
operasi bisnis perusahaan, dan sesuai dengan pendapat warren, reeve dan Fess maka
perusahaan bisa saja menyimpan persediaan sebelum dijual didalam sebuah gudang
yang sering berlaku untuk pedagang-pedagang besar seperti retail yang perputaran
persediaannya cukup tinggi dan beragam untuk mengantisipasi penjualan supaya tidak
terjadi kekurangan persediaan
Dalam upaya memberikan pemahaman yang mendalam terhadap persediaan,
maka perlu diberikan batasan yang dapat dipedomani untuk dapat mengklasifikasikan
suatu aset kedalam kelompok persediaan. PSAP nomor 5 menyatakan bahwa suatu
aset digolongkan kedalam persediaan apabila:
1. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan
operasional pemerintah;
2. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi;
3. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat.
4. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam
rangka kegiatan pemerintahan;
Contoh Kasus 1
Tgl 3 Maret 2012 PT. B membeli 100 unit brg dagangan dng harga Rp 5.000.000
(harga belum termasuk PPN ) secara tunai. PT. B telah dikukuhkan sebagai PKP sejak
31Januari 2005. Pembukuan atas persedian dilakukan secara perpetual.
Jurnal untk transaksi tsb
03/03/12 Persedian barang dagangan 5.000.000
Pajak Masukan 500.000
Kas/Bank 5. 500.000
Jika PT. B belum dikukuhkan sebagai PKP maka jurnal pada saat pembelian brg
dagangan sbb:
03/03/12 Persedian barangdagangan 5.500.000
Kas/ Bank 5.500.000
PT. B tdk dpt mengkreditkan Pajak Masukannyasehingga Pajak Masukan dimasukkan
sebagaiharga perolehan brg dagangan. Jadi I unit barangdagangan adalah Rp
5.500.000 : 100 unit = Rp55.000.
Studi Kasus 2
Analisis Kasus Akuntansi Perpajakan Persediaan pada PT.Gudang
GaramPersediaan PT. Gudang Garam dinilai menurut harga yang lebih rendah antara
biayaperolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi (net realizable value). Biaya
perolehanbarang jadi rokok dihitung berdasarkan biaya produksi rata-rata sebenarnya,
ditambah biayapembungkusan dan pita cukai ( termasuk PPN dan pajak rokok) untuk
rokok yang telah dibungkus dan di beri pita cukai. Biaya perolehan barang dagang
dihitung dengan metode FIFO( First in First out), sedangkan biaya perolehan bahan
baku/ pembantu, suku cadang dankeperluan pabrik dihitung dengan metode rata-
rata.Jika disesuiakan dengan peraturan perpajakan, metode yang telah di terapkan
PT.Gudang Garam dalam penilaian persediaan sudah sesuai dengan UU PPh Nomor
36 Tahun2008 Pasal 10 ayat 6, yaitu metode rata-rata (average) atau metode
mendahulukan persediaanyang didapat pertama (FIFO). Selain itu penilaian yang
diterapkan oleh PT. Gudang Garamdinilai menurut harga yang lebih rendah antara
biaya perolehan atau nilai bersih yang dapatdirealisasi (net realizable value). Sesuia
dengan prisip perpajakan, dimana persediaan dinilaitidak berdasarkan penaksiran atau
perkiraan.Akuntansi Perpajakan persediaan PT.Gudang Garam telah melekatkan PPN
terkaittransaksi jual beli persediaan. Seperti perolehan pita cukai (termasuk PPN dan
Pajak Rokok)di perhitungkan berdasarkan indentifikasi khusus terhadap harga beli
aktualnya ( SistemPerpetual ).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang yang dimiliki
perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam
siklus operasi normal perusahaan. Aktiva lain yang dimiliki perusahaan, tetapi tidak
untuk dijual atau dikonsumsi tidak termasuk dalam klasifikasi persediaan. Persediaan
merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu
perusahaan. Dengan gambaran tersebut maka persediaan untuk perusahaan-
perusahaan manufaktur pada umumnya mempunyai tiga jenis persediaan yaitu: 1.
Bahan baku (direct material) 2. Barang dalam proses (work in proses) 3. Barang jadi
(finished goods). Metode yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan
pencatatan persediaan ada dua, yaitu: 1. Metode Stock Opname atau Metode Periodik
(Fisik) 2. Metode Perpetual. Masalah kepemilikan barang dalam perjalanan (Goods in
transit) sangat tergantung dari perjanjian yang disepakati oleh penjual dan pembeli. 2
syarat tersebut adalah (1) Fob Shipping Point dan (2) Fob Destination. Tidak semua
barang yang berada di gudang/toko bisa diakui menjadi milik perusahaan, misalnya
barang titipan (barang konsinyasi) dari pihak lain dengan tujuan akan dijual untuk dan
atas nama pihak lain tersebut dengan mendapatkan sejumlah komisi (consignment in)
tidak dapat diakui sebagai milik perusahaan. Sebaliknya untuk barang yang sifatnya
consigment out, yang sampai dengan tanggal neraca belum terjual harus dicantumkan
di Neraca.
Sistem pencatatan (administrasi) persediaan ada dua, yang pertama sistem
fisik/periodik (periodic inventory system), berdasarkan sistem ini persediaan
ditentukan dengan melakukan menghitung fisik terhadap persediaan. Penghitungan
fisik persediaan dilakukan secara periodik. Dalam sistem ini pencatatan terhadap
mutasi persediaan tidak selalu diikuti. Oleh karena itu prosedur penghitungan fisik
persediaan pada akhir periode harus dilakukan (mandatory procedure) untuk dapat
menentukan fisik persediaan yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan. Hasil
perhitungan fisik ini dipakai sebagai dasar penentuan nilai persediaan. Yang kedua,
sistem perpetual (perpetual inventory system), Pencatatan terhadap mutasi persediaan
selalu diikuti secara konsisten, dengan mencatat semua transaksi yang menyebabkan
berkurang atau bertambahnya persediaan.
Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basic flow approach)
terdapat dua sistem pencatatan persediaan yaitu sistem periodik dan sistem perpetual
yang masing-masing ada tiga cara penilaian persediaan, yaitu: 1. FIFO (First in First
Out), masuk pertama keluar pertama (MPKP), metode ini menyatakan bahwa
persediaan dengan nilai perolehan awal (pertama) masuk akan dijual (digunakan)
terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dengan nilai perolehan persediaan
yang terakhir masuk (dibeli). 2. LIFO (Last In First Out), masuk terakhir keluar
pertama (MTKP), metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan
terakhir masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir
dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal (pertama)
masuk atau dibeli
B. Saran
Meskipun penulis mengingunkan kesempurnaan dalam penulisan
makalah ini, akan tetapi penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih
minimnya pengetahuan penulis
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Standar Akuntansi Keuangan. Cetakan kedua. Dewan
Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta.
Keown, Arthur J., Martin, John D., Petty J William dan Scoot Jr, David F., 2010. Manajemen
Keuangan: Prinsip dan Penerapan.Jilid 2. Edisi Kesepuluh. PT. Indeks, Jakarta
Reeve, James R., Warren, dkk.2009. Pengantar Akuntansi – Adaptasi IndonesiaBuku 1.
Salemba Empat, Jakarta Selatan
Waluyo.2017.Akuntansi Pajak Edisi 6.Jakarta: Penerbit Salemba Empat
https://www.academia.edu/24720519/Akuntansi_Perpajakan_Persediaan