Anda di halaman 1dari 19

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

Kebijakan Etis Perusahaan dan Penerapannya

Dosen Pengampu :

Ibu Siti Nur Hadiyati, SE., M.Si., Ak., CA

Disusun Oleh:
Dicky Leumardi Pratama 422040001

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

TAHUN 2023
Etika pada dasarnya adalah suatu komitmen untuk melakukan apa yang
benardan menghindari apa yang tidak benar. Oleh karena itu, perilaku etika
berperan melakukan ‘apa yang benar’ dan ‘baik’ untuk menentang apa yang
‘salah’ dan ‘buruk’.
Etika Bisnis, adalah acuan bagi Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha
termasuk dalam berinteraksi dengan pemangku kepentingan.
Etika Kerja, adalah sistem nilai atau norma yang dianut oleh setiap Pimpinan
dan Karyawan dalam melaksanakan tugasnya termasuk etika hubungan antar
Karyawan dan Perusahaan. Kebijakan Etika Perusahaan (Code of Conduct),
adalah sekumpulan komitmen yang terdiri dari etika bisnis Perusahaan dan etika
kerja Karyawan Perusahaan yang disusun untuk membentuk, mengatur dan
melakukan kesesuaian tingkah laku sehingga tercapai keluaran yang konsisten
yang sesuai dengan budaya Perusahaan dalam mencapai visi dan misinya. Etika
bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas pemilik kepentingan
dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan perusahaan. Mengapa
demikian? Karena semua keputusan perusahaan sangat mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh pemilik kepentingan. Pemilik kepentingan adalah semua
individu atau kelompok yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap
keputusan perusahaan.

A. Peran Dan Fungsi Stakeholders

Peran pihak yang memiliki kepentingan utama atau stakeholder dalam


organisasi bisnis ataupun dalam perusahaan, adalah sebagai berikut :

 Pemilik (owner) atau Pemegang Saham. Pada awalnya suatu bisnis


dimulai dari ide seseorang atau lebih tentang suatu barang atau jasa dan
mereka mengeluarkan uangnya (modal) untuk membiayai usaha
tersebut, karena mereka memiliki keyakinan bahwa kelak dikemudian
hari akan mendapatkan imbalan (keuntungan) dan mereka
mengorganisasi, mengelola dan menanggung segala resiko bisnis.
 Karyawan (employee). Karyawan dalah orang yang diangkat dan
ditugaskan untuk menjalankan kegiatan perusahaan. Kinerja
perusahaan sangat bergantung pada kinerja seluruh karyawan, baik
secara individu maupun secara kelompok.

 Kreditor (creditor). Adalah lembaga keuangan atau individu yang


memberikan pinjaman kepada perusahaan. Kreditor sebagai pemberi
pinjaman, umumnya mengajukan persyaratan tertentu untuk
meyakinkan bahwa uang yang mereka pinjamkan kelak akan dapat
dikembalikan tepat waktu ,sesuai jumlah dan berikut prestasinya.

 Pemasok (supplier). Pemasok adalah partner kerja dari perusahaan


yang siap memenuhi ketersediaan bahan baku, oleh karena itu kinerja
perusahaan juga sebagian tergantung pada kemampuan pemasok
dalam mengantarkan bahan baku dengan tepat waktu. Misalnya
pemasok kepentingan, jika barang dan jasa yang mereka pasok relative
langkah dan sulit untuk memperoleh barang/jasa subtitusi.Kekuatan
relatif organisasi terhadap pemangku kepentingan tidak selalu lemah.

 Pelanggan (customer). Dengan mengidentifikasi pelanggan, perusahaan


akan lebih fokus dalam memberikan produk dan jasa yang diinginkan
dan diharapkan oleh pelanggan mereka. Oleh karena itu perusahaan
memiliki kepentingan utama untuk mengidentifikasi individu yang
menggunakan produk dan jasa mereka (pelanggan, pesaing dan
konsumen). Suatu perusahaan tidak akan bertahan lama tanpa ada
seorang customer. Customer merupakan target dari suatu perusahaan
untuk menjualkan hasil produksinya. Untuk menarik seorangcustomer,
suatu perusahaan harus menyediakan produk dan layanan yang terbaik
serta harga yang bersahabat. Misalnya, suatu oragnisasi dapat memiliki
kekuatan yang sangat baik, apalagi jika kondisi pelanggan tidak dapat
memperoleh barang/jasa subtitusi yang baik pula.

 Pesaing. Kesuksesan perusahaan biasanya tergantung pada


pengetahuan karyawan tentang pesaing dan peranan mereka dalam
bisnis. Bentuk yang paling umum dari pesaing langsung. Pesaing
langsung menyediakan produk atau jasa yang sama dalam industri,
seperti yang diproduksi oleh perusahaan kita. Sebagai contoh Toyota
dan Suzuki, Jatayu Air dan Adam Air adalah pesaing langsung satu
sama lain.

 Pemerintah. Pemerintah misalnya, memiliki kekuasaan untuk


memberikan perijinan.Dalam masyarakat yang masih ditandai dengan
adanya KKN yang masih kuat, bukan tidak mungkin kekuasaan
pemerintah dalam memberikan perijinan dapat mengagalkan semua
rencana yang disusun oleh perusahaan.

B. STANDAR ETIKA DALAM BERHUBUNGAN DENGAN


PEMANGKU KEPENTINGAN

Kepercayaan merupakan unsur penting untuk meningkatkan loyalitas


Pelanggan maupun pihak lain yang berhubungan dengan Perusahaan, selain
kepercayaan, peningkatan pelayanan yang tinggi menjadikan nilai tambah
tersendiri bagi Perusahaan. Untuk menciptakan harmonisasi dan iklim usaha
yang terpercaya tersebut, Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya senantiasa
bertindak profesional, jujur, adil dan konsisten dalam memberikan pelayanan
kepada Pemangku Kepentingan. Landasan Perusahaan dalam membina
hubungan dengan Pemangku Kepentingan dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Hubungan dengan Insan Perusahaan
Perilaku Insan Perusahaan adalah respon spesifik setiap Insan
Perusahaan terhadap situasi kerja sehari‐hari di lapangan, yang
mengakibatkan tercapainya visi Perusahaan dan kinerja bisnis. Dalam rangka
mewujudkan hubungan yang berkualitas, adil, serta dapat mendorong
intensitas dan kualitas partisipasi Insan Perusahaan, Perusahaan akan
memperlakukan Insan Perusahaan sebagai anggota Perusahaan dengan adil
dengan cara sebagai berikut:
a. Menghormati hak Insan Perusahaan serta senantiasa mengikut
sertakan Insan Perusahaan dalam menetapkan kebijakan pengelolaan
Karyawan secara konsisten sesuai ketentuan dan peraturan
perundang‐undangan yang berlaku.
b. Mensosialisasikan seluruh peraturan, khususnya peraturan baru,
kepada seluruh Insan Perusahaan.
c. Menerapkan sistem rekrutmen, seleksi, promosi, dan pengembangan
karir secara adil dan konsisten berdasarkan kompetensi sesuai dengan
kebutuhan Perusahaan.
d. Menciptakan kesempatan kerja yang sama kepada seluruh Insan
Perusahaan tanpa membedakan suku, ras, gender, dan agama.
e. Menyediakan lingkungan kerja yang sehat, nyaman, aman dan
produktif serta menjaga kesehatan dan keselamatan Karyawannya.
f. Berusaha meningkatkan kesejahteraan Insan Perusahaan secara adil,
layak dan transparan sesuai dengan kinerja dan kemampuan
Perusahaan.
g. Memberikan penilaian, penghargaan dan pembayaran remunerasi
sesuai kinerja dan kompetensi Karyawan, baik secara korporasi, tim
kerja maupun individu.
h. Menghargai kreativitas, inovasi dan inisiatif Karyawan yang
memberikan nilai tambah terhadap Perusahaan.
2. Hubungan dengan Pelanggan/Konsumen
Kesuksesan Perusahaan tergantung pada pembentukan hubungan
produktif dengan pelanggan berdasarkan integritas, profesionalisme,
komunikasi, dan sikap melayani sesuai dengan nilai‐ nilai budaya
Perusahaan, yaitu dengan:
a. Mengembangkan pelayanan yang berkualitas sesuai harapan
pelanggan dan menjalin hubungan jangka panjang yang saling
menguntungkan.
b. Menjaga kualitas produk dan jasa yang prima, sesuai dengan
standar nasional dan internasional.
c. Memberikan informasi secara jelas atas produk dan jasa yang
dihasilkan serta menyediakan sarana komunikasi bagi Pelanggan.
3. Hubungan dengan Pemasok
a. Memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh pemasok
atau rekanan.
b. Proses pengadaan barang dan jasa di Perusahaan harus bebas
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak
langsung yang mengakibatkan persaingan yang tidak sehat,
penurunan kualitas proses pengadaan dan hasil pekerjaan.
d. Mencegah terjadinya benturan kepentingan (conflict of interest)
pihak‐pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam
proses pengadaan.
e. Melaksanakan proses pengadaan secara transparan, kompetitif
dan adil untuk mendapatkan Pemasok yang memenuhi kualifikasi
persyaratan pekerjaan dan harga yang dapat
dipertanggungjawabkan.
f. Saling memenuhi hak dan kewajiban sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati bersama.
g. Menjalin komunikasi yang baik dengan Pemasok termasuk
menindaklanjuti keluhan dan keberatan.
4. Hubungan dengan Kreditur
a. Menyediakan informasi yang aktual dan prospektif bagi calon
Kreditur.
b. Memilih Kreditur yang memiliki kredibilitas dan bonafiditas yang
dapat dipertanggungjawabkan serta bebas Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN) dengan mengedepankan prinsip kehati‐hatian,
selektif, kompetitif dan adil.
c. Memberikan informasi secara terbuka tentang penggunaan dana
untuk meningkatkan kepercayaan kreditur.
d. Memenuhi hak dan kewajiban sesuai dengan perjanjian antara
Perusahaan dengan Kreditur.

5. Hubungan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar


Membina hubungan dengan baik dengan masyarakat merupakan
landasan pokok bagi keberhasilan jangka panjang Perusahaan. Oleh
karena itu Perusahaan senantiasa berusaha:
a. Menghormati nilai, norma dan budaya masyarakat di sekitar
lingkungan Perusahaan dan mewujudkan hubungan yang
harmonis dengan masyarakat setempat.
b. Menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan.
c. Melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) dan
program pengembangan mitra binaan dan lingkungan sesuai
ketentuan yang berlaku.

6. Hubungan dengan Pemerintah (Regulator)


Salah satu hubungan penting yang perlu dijaga oleh Perusahaan
adalah hubungan dengan regulator. Pemahaman ini mendasari
komitmen Perusahaan untuk membangun hubungan dengan seluruh
instansi dan pejabat Pemerintah (regulator) berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku. Perusahaan mempunyai komitmen untuk
menjaga dan memelihara hubungan baik serta komunikatif dengan
seluruh instansi dan pejabat Pemerintah (Regulator) yang berhubungan
dengan kegiatan usaha Perusahaan.
Hal‐hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga hubungan dengan
Pemerintah (Regulator) adalah sebagai berikut :
a. Mematuhi dan mendukung peraturan perundang‐undangan yang
terkait dengan operasi Perusahaan termasuk di dalamnya
ketaatan terhadap pembayaran pajak, retribusi, masalah
ketenagakerjaan dan lingkungan hidup.
b. Membina hubungan yang sehat, harmonis dan konstruktif dengan
Regulator dan instansi terkait lainnya baik dari Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah.
c. Menghindari praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)
dalam berhubungan dengan Pemerintah (Regulator).
d. Mengedepankan kejujuran dan keterbukaan dalam membina
hubungan dengan seluruh instansi dan pejabat Pemerintah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
e. Tidak memanfaatkan hubungan baik dengan Pemerintah untuk
memperoleh kesempatan bisnis dengan cara yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang‐ undangan yang berlaku.
7. Hubungan dengan Pemegang Saham (Investor)
Perusahaan menjamin bahwa pemegang saham berhak mendapatkan
perlakuan yang setara sesuai dengan kelas dan proporsi saham yang
dimiliki dan dapat menggunakan hak‐haknya sesuai ketentuan Anggaran
Dasar Perusahaan dan Peraturan perundang‐perundangan yang berlaku.
Perusahaan berkomitmen untuk senantiasa berusaha keras agar
Perusahaan mengalami pertumbuhan yang berkesinambungan
berdasarkan standar bisnis yang saling menguntungkan hingga dapat
memberikan kontribusi yang optimal bagi Pemegang Saham. Agar
hubungan dengan Pemegang Saham dapat terjalin dengan baik dan
memenuhi ketentuan peraturan perundang‐undangan yang berlaku,
maka Perusahaan menetapkan kebijakan sebagai berikut:
a. Perusahaan senantiasa menghormati dan menjamin bahwa hak‐
hak Pemegang Saham sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan
serta peraturan lain yang berlaku dapat terpenuhi dengan baik
secara transparan, adil, tepat waktu dan lancar.
b. Perusahaan senantiasa menjamin bahwa informasi material
mengenai Perusahaan selalu diberikan dengan sejujur‐jujurnya,
tepat waktu dan teratur kepada Pemegang Saham sesuai
ketentuan/peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
c. Tidak melakukan suatu perbuatan untuk mencari keuntungan
bagi pribadi dan orang lain dengan menggunakan informasi
Perusahaan yang bukan untuk kepentingan umum atau yang
dapat menimbulkan konflik kepentingan.
d. Memperhatikan dan menghormati arahan dan keputusan
Pemegang Saham sepanjang sesuai dengan Anggaran Dasar dan
peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
8. Hubungan dengan Mitra Usaha
Perusahaan dalam berhubungan dengan calon Mitra Usaha dilakukan
secara profesional, setara dan saling menguntungkan dengan mematuhi
prinsip‐prinsip sebagai berikut:
a. Memilih Mitra Usaha dengan mengedepankan azas manfaat dan
memberikan sinergi terbaik pada Perusahaan dan bebas Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN).
b. Menghindari kerjasama dengan Mitra Usaha yang melakukan
praktek usaha yang tidak sesuai dengan peraturan perundang‐
undangan yang berlaku.
c. Menjaga hubungan baik, setara, transparan dan saling
menguntungkan.
d. Senantiasa melaksanakan hubungan kerja sesuai dengan nilai‐
nilai etika dan dalam batas‐batas toleransi yang diperbolehkan
oleh hukum.
e. Memenuhi hak dan kewajiban masing‐masing pihak sesuai
dengan kontrak.
f. Memastikan bahwa Mitra usaha telah memenuhi kebijakan
Perusahaan terkait hubungan antara Perusahaan dengan Mitra
Usaha tersebut,
9. Hubungan dengan Pesaing
Sejalan dengan Undang‐undang Nomor 5 tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
Perusahaan sangat mendukung iklim usaha persaingan yang sehat di
dalam industri penambangan timah. Perusahaan menjunjung tinggi etika
bisnis dalam setiap kegiatan usahanya yaitu:
a. Melaksanakan usaha dengan memperhatikan kaidah‐kaidah
persaingan yang sehat dan beretika sesuai dengan peraturan
perundang‐undangan yang berlaku.
b. Selalu saling menghormati dan menjaga hubungan yang sehat
dengan Pesaing.
c. Melarang kesepakatan/perjanjian dengan pesaing yang terkait
dengan tidak melibatkan diri dalam kegiatan bisnis yang dapat
melanggar Peraturan Perundang‐undangan yang berkaitan
dengan monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat.
10. Hubungan dengan Media Massa
a. Menyampaikan informasi mengenai Perusahaan secara terbuka
dan bertanggung jawab dalam kerangka membangun citra
Perusahaan yang positif dengan tetap menghormati kode etik
jurnalistik.
b. Memberikan informasi yang akurat, relevan, berimbang dan
bersifat edukatif kepada masyarakat dalam pemahaman terhadap
usaha Perusahaan.
c. Menerima dan menindaklanjuti kritik‐kritik membangun yang
disampaikan melalui media massa.
11. Hubungan dengan Anak Perusahaan
a. Perusahaan senantiasa menjalin hubungan baik dengan Anak
Perusahaan dalam upaya membangun sinergi dan meningkatkan
citra Perusahaan dan kelompok usahanya.
b. Setiap hubungan dengan Anak Perusahaan dilaksanakan dalam
kerangka hubungan bisnis yang wajar dan saling
menguntungkan.

Tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu:
 Utilitarian Approach: setiap tindakan harus didasarkan pada
konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya
mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada
masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya
serendah-rendahnya.
 Individual Rights Approach: setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya
memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah
laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan
terjadi benturan dengan hak orang lain.
 Justice Approach: para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang
sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan
baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.

Standar Etika dapat dipertahankan melalui:

1. Ciptakan kepercayaan perusahaan.


Kepercayaan perusahaan dalam menetapkan nilainilai perusahaan yang
mendasari tanggung jawab etika bagi pemilik kepentingan.
2. Kembangkan kode etik.
Kode etik merupakan suatu catatan tentang standar tingkah laku dan
prinsip-prinsip etika yang diharapkan perusahaan dari karyawan.
3. Jalankan kode etik secara adil dan konsisten.
Manajer harus mengambil tindakan apabila mereka melanggar etika. Bila
karyawan mengetahui bahwa yang melanggar etika tidak dihukum,
maka kode etik menjadi tidak berarti apa-apa.
4. Lindungi hak perorangan.
Akhir dari semua keputusan setiap etika sangat bergantung pada
individu. Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip morl dan
nilainya merupakan jaminan terbaik untuk menghindari untuk
menghindari penyimpangan etika. Untuk membuat keputusan etika
seseorang harus memiliki:
a. Komitmen etika, yaitu tekad seseorang untuk bertindak secara etis
dan melakukan sesuatu yang benar;
b. Kesadaran etika, yaitu kemampuan kompetensi, yaitu
kemampuan untuk menggunakan suara pikiran moral dan
mengembangkan strategi pemecahan masalah secara praktis.

5. Adakan pelatihan etika.


Workshop merupakan alat untuk meningkatkan kesadaran para karyawan.
6. Lakukan audit etika secara periodik.
Audit merupakan cara terbaik untuk mengevaluasi efektivitas sistem
etika. Hasil evaluasi tersebut akan memberikan suatu sinyal kepada
karyawan bahwa etika bukan sekadar gurauan.
7. Pertahankan standar tinggi tentang tingkah laku, tidak hanya aturan.
Tidak ada seorang pun yang dapat mengatur norma dan etika. Akan
tetapi, manajer bisa saja membolehkan orang untuk mengetahui tingkat
penampilan yang mereka harapkan. Standar tingkah laku sangat penting
untuk menekankan betapa pentingnya etika dalam organisasi. Setiap
karyawan harus mengetahui bahwa etika tidak bisa dinegosiasi atau
ditawar.
8. Hindari contoh etika yang tercela setiap saat dan etika diawali dari
atasan.
Atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada
bawahannya.
9. Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah.
Komunikasi dua arah sangat penting, yaitu untuk menginformasikan
barang dan jasa yang kita hasilkan dan menerima aspirasi untuk
perbaikan perusahaan.
10. Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika.
Para karyawan diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik
tentang bagaimana standar etika dipertahankan. Selain etika, yang tidak
kalah pentingnya adalah pertanggungjawaban sosial perusahaan.
Menurut Zimmerer, ada beberapa macam pertanggungjawaban perusahaan,
yaitu:
1. Tanggung jawab terhadap lingkungan. Perusahaan harus ramah
lingkungan, artinya perusahaan harus memerhatikan, melestarikan, dan
menjaga lingkungan, misalnya tidak membuang limbah yang mencemari
lingkungan, berusaha mendaur ulang limbah yang merusak lingkungan,
dan menjalin komunikasi dengan kelompok masyarakat yang ada di
lingkungan sekitarnya.
2. Tanggung jawab terhadap karyawan. Semua aktivitas manajemen
sumber daya manusia seperti peneriman karyawan baru, pengupahan,
pelatihan, promosi, dan kompensasi merupakan tanggung jawaab
perusahaan terhadap karyawan. Tanggung jawab perusahaan terhadap
karyawan dapat dilakukan dengan cara:
a. Mendengarkan dan menghormati pendapat karyawan.
b. Meminta input kepada karyawan.
c. Memberikan umpan balik positif maupun negatif.
d. Selalu menekankan tentang kepercayaan kepada karyawan.
e. Membiarkan karyawan mengetahui apa yang sebenarnya mereka
harapkan.
f. Memberikan imbalan kepada karyawan yang bekerja dengan baik.
g. Memberi kepercayaan kepada karyawan.
3. Tanggung jawab terhadap pelanggan.
Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pelanggan menurut Ronald
J. Ebert (2000:88) ada dua kategori, yaitu (1) Menyediakan barang dan jasa
yang berkualitas; dan (2) Memberikan harga produk dan jasa yang adil
dan wajar. Tanggung jawab sosial perusahaan juga termasuk melindungi
hak-hak pelanggan. Menurutnya, ada empat hak pelanggan, yaitu:
 Hak mendapatkan produk yang aman.
 Hak mendapatkan informasi segala aspek produk.
 Hak untuk didengar.
 Hak memilih apa yang akan dibeli.
Sedangkan menurut Zimmerer (1996), hak-hak pelanggan yang harus
dilindungi meliputi:

a. Hak keamanan. Barang dan jasa yang dihasilkan oleh


perusahaan harus berkualitas dan memberikan rasa aman,
demikian juga kemasannya.
b. Hak mengetahui. Konsumen berhak untuk mengetahui barang
dan jasa yang mereka beli, termasuk perusahaan yang
menghasilkan barang tersebut.
c. Hak untuk didengar. Komunikasi dua arah harus dibentuk,
yaitu untuk menyalurkan keluhan produk dan jasa dari
konsumen dan untuk menyampaikan berbagai informasi
barang dan jasa dari perusahaan.
d. Hak atas pendidikan. Pelanggan berhak atas pendidikan,
misalnya pendidikan tentang bagaimana menggunakan dan
memelihara produk. Perusahaan harus menyediakan program
pendidikan agar pelanggan memperoleh informasi barang dan
jasa yang akan dibelinya.
e. Hak untuk memilih. Hal terpenting dalam persaingan adalah
memberikan hak untuk memilih barang dan jasa yang mereka
perlukan. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tidak
mengganggu persaingan dan mengabaikan undang-undang
antimonopoly (antitrust).
4. Tanggung jawab terhadap investor.
Tanggung jawab perusahaan terhadap investor adalah menyediakan
pengembalian investasi yang menarik, seperti memaksimumkan laba.
Selain itu, perusahaan juga bertanggung jawab untuk melaporkan kinerja
keuangan kepada investor seakurat mungkin.
5. Tanggung jawab terhadap masyarakat.
Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya,
misalnya menyediakan pekerjaan dan menciptakan kesehatan serta
kontribusi terhadap masyarakat yang berada di sekitar lokasi perusahaan
tersebut berada
C. KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG‐
UNDANGAN
Peraturan merupakan produk hukum yang wajib ditaati dan menjadi
pedoman. Oleh karena itu, kepatuhan terhadap hukum merupakan
standar dari etika yang harus dijalankan. Memahami hukum dan
peraturan yang berlaku di segala aktivitas harus dihayati dalam setiap
kegiatan bisnis Perusahaan. Mematuhi hukum dan peraturan merupakan
elemen utama yang harus dijaga dalam setiap tindakan yang dilakukan
oleh setiap Insan Perusahaan. Ketentuan selanjutnya dapat mengacu
pada peraturan Perusahaan yang berlaku.

Pemberian Dan Penerimaan Hadiah/Gratifikasi, Suap Dan Lainnya


Pemberian dan/atau penerimaan Hadiah, Cinderamata maupun Jamuan Bisnis
dilakukan dalam rangka interaksi sosial dan pembinaan hubungan yang baik
antar Perusahaan dan mitra secara sehat dan wajar serta dapat
dipertanggungjawabkan tanpa menimbulkan benturan kepentingan yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam menjalankan usaha Perusahaan.
Perusahaan melarang tindakan‐tindakan sebagai berikut:
1. Gratifikasi
Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian
uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,
fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma‐cuma, dan fasilitas
lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronik atau tanpa sarana elektronik. Setiap Insan Perusahaan tidak
dibenarkan menerima gratifikasi yang dapat mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan atau terkait dengan jabatannya.
2. Suap
Suap adalah suatu pemberian ataupun janji untuk memberi kepada seseorang
atau pejabat yang akan mempengaruhi keputusan yang terkait dengan
jabatannya antara lain dengan berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya, untuk keuntungan si
pemberi suap.
Bentuk‐bentuk suap dapat berupa pemberian uang, barang, fasilitas pemberian
atau penerimaan jabatan kepada keluarga pejabat ataupun bentuk dan fasilitas
lainnya yang dapat merupakan imbalan. Setiap Insan Perusahaan tidak
dibenarkan menawarkan atau menerima suap atau secara langsung menyuruh
orang lain untuk melakukannya demi kepentingan orang yang
bersangkutan.

3. Pembayaran Tidak Wajar

Pembayaran tidak wajar adalah praktek‐praktek pembayaran khusus, hiburan


dan sokongan kepada pihak‐pihak di luar Perusahaan guna melancarkan
jalannya bisnis Perusahaan yang melebihi kewajaran/kelayakan yang berlaku di
dunia bisnis. Setiap Insan Perusahaan tidak dibenarkan melakukan praktek‐
praktek pembayaran tidak wajar kepada pihak‐pihak di luar Perusahaan atau
secara langsung menyuruh orang lain untuk melakukannya demi kepentingan
pihak yang bersangkutan.

5 Unsur dalam Regulasi Etika Bisnis yang Wajib Dipatuhi sebagai berikut:

1. Hukum merek.
Merek merupakan suatu hak eksklusif yang diberikan negara
kepada para pemilik produk yang mereknya terdaftar pada daftar umum
dalam jangka waktu tertentu. Merek bisa digunakan sendiri maupun
digunakan orang lain atas ijin dari pemilik. Regulasi mengenai merek
dagang ini diatur dalam UU no.15 tahun 2001 yang berisi merek dapat
berupa gambar/logo, nama, kata, huruf maupun susunan warna atau
kombinasi tersebut yang memiliki ciri khas sebagai pembeda dan
digunakan di dalam aktivitas perdagangan produk atau jasa. Agar merek
tersebut memiliki kekuatan/perlindungan hukum, maka merek harus
lebih dulu didaftarkan di Direktorat Jenderal HAKI dan akan disetujui
apabila telah memenuhi beberapa persyaratan seperti tidak bertentangan
dengan undang-undang, norma kesusilaan, agama dan ketertiban umum
yang berlaku, orisinal (berbeda) serta tidak menyerupai nama orang
terkenal dan sebagainya.

2. Perlindungan konsumen.
Di dalam undang-undang yang mengatur tentang regulasi
perlindungan bisnis, tepatnya pada UU No. 8 tahun 1999 berisi tentang
segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum dalam rangka
memberikan perlindungan konsumen yang merupakan hak dari para
konsumen. Di antaranya adalah hak atas kenyamanan, keamanan serta
keselamatan dalam mengonsumsi barang atau jasa, hak dalam memilih
atau tidak memilih barang dan jasa tersebut, hak untuk dilayani dan
diperlakukan secara benar dan baik, serta mendapatkan ganti rugi atau
kerugian yang diakibatkan produk barang atau jasa tersebut.

3. Adanya larangan praktek monopoli.


Dalam regulasi bisnis, praktek monopoli dianggap melanggar
aturan dan etika dalam berbisnis sesuai yang diatur dalam UU nomor 5
tahun 1999 mengenai larangan praktek monopoli serta persaingan usaha
yang tidak sehat. UU ini juga disebut sebagai UU Anti Monopoli dan
memiliki peranan penting dalam hal mewujudkan iklim persaingan
bisnis dan usaha yang sehat di Indonesia, menjaga kepentingan umum
sekaligus meningkatkan efisiensi dan stabilitas perekonomian nasional
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat serta mewujudkan
efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan bisnis atau usaha.
4. Hukum dagang.
Hukum dagang merupakan suatu hukum yang mengatur segala
tingkah laku masyarakat yang ikut serta dalam melakukan usaha
perdagangan untuk mendapatkan keuntungan, atau bisa juga disebut
sebagai hukum yang mengatur hubungan secara hukum antara
masyarakat dengan badan-badan hukum satu sama lain di dalam suatu
lapangan perdagangan. Ada 2 sistem hukum dagang yang ada, yaitu
sistem tertulis dan sistem tidak tertulis mengenai aturan perdagangan.

5. Kewajiban para pengusaha:


 Berdasarkan pasal 6 KUHD, setiap orang yang sedang menjalankan bisnis
atau perusahaan untuk membuat pembukuan atau semacam catatan
mengenai kekayaan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
perusahaan sehingga hak dan kewajiban segala pihak terkait dapat
diketahui.
 Menurut UU nomor 3 tahun 1982, setiap badan usaha wajib didaftarkan
dan melaporkan kegiatan usaha/bisnisnya kepada pihak yang
berwenang.
 Menyusun rencana usaha sesuai dengan regulasi bisnis. Rencana usaha
yang dimaksud meliputi proses penentuan visi dan misi serta tujuan,
strategi dan kebijakan, prosedur, program, aturan hingga anggaran yang
diperlukan dalam rangka menjalankan usaha atau bisnis tertentu.

D. KASUS

Banyak kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan otomotif


Volkswagen dalam tes emisi di Amerika Serikat pada 2015. Kasus ini dianggap
sebagai kegagalan sistemik yang disengaja oleh perusahaan Volkswagen.
Bagaimana tidak, Volkswagen menggunakan software yang dirancang untuk
mengelabui hasil tes emisi di Amerika selama hamper satu dekade lamanya.

Akhirnya kepercayaan konsumen merosot tajam yang menyebabkan saham dari


perusahaan ini turun mencapai US$ 29 miliar. Software yang dimaksud ialah
software yang mampu menurunkan emisi ketika dinyalakan, namun komponen
yang dapat menurunkan emisi tersebut tidak menyala saat mobil berjalan di
jalan raya, sehingga emisi yang dihasilkan melebihi standar yang telah diatur.
Tujuan Volkswagen melakukan ini adalah agar meningkatkan akselerasi, daya
tarik, dan hemat bahan bakat tentunya. Tentu saja emisi yang dihasilkan dapat
menyebabkan banyak penyakit yang cukup parah bagi orang orang yang terkena
dampaknnya. Seperti masalah pada pernapasan, emfisema, bronchitis dan
sebagainya. Namun yang membuat kita semua semakin menggelengkan kepala
ialah ternyata ini bukanlah kasus pertama.

Rupaya Volkswagen pernah melakukan hal ini pada tahun 1970 dan tidak
merasa bersalah kembali melakukannya pada 2015. Hal ini memang sudah
seharusnya dikenakan penalty bagi Volkswagen karna melakukan kecurangan
yang dapat membahayakan masyarakat banyak. Tidak hanya itu, Volkswagen
juga pernah menginstalasi alat tertentu yang mematikan system polusi.

Dengan tes emisi yang dipalsukan ini, total sudah 3 kecurangan yang telah
dilakukan oleh Volkswagen kepada para konsumennya. Karena hal tersebut
banyak konsumen yang kehilangan kepercayaannya kepada perusahaan ini.

Daftar Pustaka

/42430135/KEBIJAKAN_ETIS_PERUSAHAAN_DAN_PENERAPANNYA

https://media.neliti.com/media/publications/36261-ID-analisis-penerapan-
etika-bisnis-pada-pt-maju-jaya-di-pare-jawa-timur.pdf

Anda mungkin juga menyukai