Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dwi Tiara Putri

NIM : 11206000012

Mata Kuliah : Akuntansi Internasional (Tugas TM 7)

Konvergensi

Konvergensi berarti kerjasama di antara badan penyusun standar untuk mengembangkan atau merevisi
standar akuntansi mereka yang memungkinkan adanya satu standar global.

Manfaat dan kritik terhadap konvergensi pelaporan keuangan internasional

Pendukung konvergensi internasional menyatakan bahwa banyak manfaat yang telah dirasakan dengan
adanya konvergensi. Terakhir, surata kabar terkini mengusulkan adanya “global GAAP (prinsip akuntansi
berlaku umum)”, yang keuntungannya antara lain :
• Standar laporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten diseluruh dunia
dapat meningkatkan efisiensi dalam alokasi modal.
• Para investor dapat mengambil keputusan yang lebih baik dalam berinvestasi. Portofolio lebih
bermacam-macam dan risiko keuangan dapat dikurangi. Transparansi dan persaingan di pasar
global akan lebih terjaga.
• Perusahaan-perusahaan dapat meningkatkan strategi dalam mengambil keputusan mengenai
merger dan akuisisi area usaha.
• Pengetahuan dan keahlian akuntansi dapat ditansfer tanpa batasan ke seluruh dunia.
• Ide-ide terbaik yang muncul dari aktivitas berstandar nasional dapat ditonjolkan dalam
mengembangkan standar global dengan kualitas terbaik.
Sebagian argumen mengenai konvergensi akuntansi memiliki tujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam
operasional dan alokasi di pasar modal.

Internasionalisasi standar akuntansi juga menuai kritik. Pada awal tahun 1971 (sebelum
pembentukan IASC), beberapa pihak mengatakan bahwa penentuan standar internasional merupakan
solusi yang terlalu sederhana atas masalah yang rumit. Dinyatakan pula bahwa akuntansi, sebagai ilmu
sosial, telah memiliki flesibilitas yang terbangun dengan sendiri di dalamnya dan kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan situasi yang sangat berbeda merupakan salah satu nilai terpenting yang
dimilikinya. Pada saat standar internasional diragukan dapat menjadi fleksibel untuk mengatasi
perbedaan – perbedaan dalam latar belakang, tradisi dan lingkungan ekonomi nasional, maka beberapa
orang berpendapat bahwa hal ini akan menjadi sebuah tantangan yang secara politik tidaka dapat
diterima terhadap kedaulatan nasional. Lebih jauh lagi, ditakutkan bahwa adopsi standar internasional
akan menimbulkan “standar yang berlebihan”.

Perusahaan harus merespon terhadap susunan tekanan nasional, politik, sosial dan ekonomi yang
semakin mengingat dan semakin dibuat untuk memenuhi ketentuan internasional tambahan yang rumit
dan berbiaya besar. Argumen terkait adalah perhatian politik nasional seringkali berpengaruh terhadap
standar akuntansi bahwa pengaruh politik internasional tidak terhindari lagi akan menyebabkkan
kompromi standar akuntansi.
Menjelaskan proses konvergensi yang dilakukan oleh IASC dan IASB

The International Organization of Securities Commissions (IOSCO) sebagai suatu organisasi pasar
modal dunia secara aktif mendorong dan mempromosikan harmonisasi standar akuntansi. Selain itu, The
International Accounting standard Committee (IASC) yang dibentuk pada tahun 1973 merupakan
oganisasi profesi akuntansi internasional penyusun standar yang bertujuan mencapai keseragaman
praktik akuntansi yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan untuk pelaporan keuangan di seluruh
dunia. Produk standar yang dihasilkan oleh IASC adalah International Accounting Standards (IAS). IASC
sudah mengeluarkan 41 IAS. Sudah Mulai tanggal 1 April 2001, IASC digantikan oleh The International
Accounting Standard Board (IASB). Standar akuntansi yang dikeluarkan oleh IASB adalah International
Financial Reporting Standars (IFRS). IASB telah menerbitkan 7 IFRS. Baik IASC dan penerusnya IASB
memainkan peranan penting dalam proses harmoniasi standar akuntansi internasional. Oleh karena IASB
merupakan penerus IASC yaitu sebagai standard setting body, maka semua standar yang diterbitkan oleh
IASC menjadi standar keluaran IASB (www.iasplus.com).

Indonesia telah sepakat dengan IASB untuk mengadopsi secara penuh (fully adoption) dan
melakukan full compliant dengan IFRS, namun standar ini tidak berlaku untuk perusahaanperusahaan
domestik yang terdaftar di Indonesia Stock Exchange (Bursa Efek Indonesia) (www.iasplus.com). IAI perlu
melakukan pemetaan IFRS/IAS yang belum diadopsi, atau yang sudah direvisi di IASB, namun belum
direvisi di Indonesia. Sampai dengan akhir tahun 2004 ada 24 standar yang harus dikerjakan Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) untuk mencapai status full compliant dengan IFRS, yaitu: 6 IFRS yang
belum diadopsi dan 18 standar yang perlu direvisi. Ada 11 interpretasi yang dikeluarkan IASB, namun baru
satu yang sudah diadopsi oleh DSAK_IAI.

Salah satu masalah dari adopsi IFRS secara penuh adalah kesiapan akuntan, auditor, manajemen,
tax officials, dan regulator untuk mulai menyesuaiakan diri dengan ketentuan IFRS. Pengadopsian IFRS
secara penuh bermakna mengadopsi apa adanya (as it is) tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Dengan demikian para akuntan Indonesia yang berhubungan dengan pelaporan keuangan perusahaan-
perusahaan multinasional harus memahami dan menginterpretasi standar tersebut dalam Bahasa Inggris.

Menjelaskan principle based dalam penyusunan standar akuntansi

Standar akuntansi yang dihasilkan hingga awal abad 20 cenderung mendasarkan pada aturan rinci (rule-
based), yang membuat para pengguna merasa nyaman. Namun seiring perkembangan dalam dunia,
berbagai kecurangan akuntansi yang terjadi memaksa pembuat aturan menerbitkan sarbanes oxley act of
2002, yang dalam pasal 108 menginstruksikan SEC untuk mempelajari kemungkinan penerapan berbasis
prinsip dalam penyusunan standar akuntansi. Hasil kajian kritis terhadap kedua pendekatan dari berbasis
aturan menjadi prinsip berbasis dalam penyusunan standar akuntansi di Amerika Serikat adalah sebagai
berikut :

1. Pada dasarnya standar akuntansi yang dibuat oleh FASB sebagian sudah memiliki sifat berbasis
prinsip, namun sebagian lagi memiliki sifat berbasis aturan.
2. Standar akuntansi yang memiliki sifat berdasarkan aturan yang diyakini tidak mengandung atau
prinsip-prinsip yang keliru, sehingga perlu menggunakan lebih lanjut dengan menggunakan pedoman
dan penerapan serupa.
3. Berdasarkan prinsip mengandung kelemahan utama yaitu tidak bisa menghasilkan pernyataan
keuangan yang memiliki daya banding dengan perusahaan lainnya dan cenderung tidak konsisten.
4. Dari sudut pandang akuntan, ternyata para akuntan lebih menyukai berdasarkan aturan karena
mereka dapat terhindar dari upaya hukum sebagai akibat dari penilaian yang salah dalam pelaporan
keuangan.
5. Upaya untuk berpindah dari aturan berbasis ke prinsip tidak dapat berjalan dengan lancar, karena
konstituen FASB masih menghendaki agar FASB membuat pedoman implementasi sehingga perlu
lebih lanjut dengan menggunakan pedoman implementasi dan sejenisnya Ketiga, berdasarkan prinsip
mengandung kelemahan utama yaitu tidak bisa menghasilkan pernyataan keuangan yang memiliki
daya banding dengan perusahaan lainnya dan cenderung tidak konsisten.

Anda mungkin juga menyukai