Anda di halaman 1dari 17

Analisis Kasus Rekayasa Laporan Keuangan

PT Waskita Karya

PAPER

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing 1

Dosen Pengampu Dr.H.Suparno, Drs.,AK.,MM.,MBA.,M.AK

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Kelas : 4 AK -3

1. DANI ISMAWATI (1710631030052)


2. DINO SANJAYA (1710631030064)
3. ELENA RAHMATIKA (1710631030069)
4. ELIS NURHIDAYATI (1710631030070)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dalam penilaian terhadap kinerja suatu entitas diperlukan alat untuk


menjadi pedoman dalam memberikan keputusan terhadap kondisi perusahaan
baik untuk periode masa lalu, sekarang dan masa depan. Alat untuk menilai
hasil kinerja perusahaan salah satunya adalah laporan keuangan yang dapat
menunjukkan posisi harta, kewajiban dan ekuitas, keadaan laba atau rugi serta
hal lain pada periode tertentu. Maka laporan keuangan harus relevan dan
reliable sehingga para pihak yang berkepentingan dapat mengambil
keputusan dan kebijakan selanjutnya.

Dalam menyajikan laporan keuangan yang baik tidak hanya


membutuhkan ilmu akuntansi yang kompeten saja. Namun harus
dipertimbangkan pula keandalan dan kesesuaian dengan kondisi sebenarnya
entitas. Salah satu ilmu yang penting pula dalam penyajian laporan keuangan
adalah auditing, ilmu ini merupakan salah satu ilmu akuntansi yang sangat
diperlukan dalam pemeriksaan hasil kinerja perusahaan baik dokumen
maupun non dokumen.

Auditing banyak digunakan dalam perusahaan, pemerintahan, hukum


dan sebagainya. Auditing tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang
melainkan orang tersebut harus melewati serangkaian persyaratan yang telah
ditetapkan sebelum menjadi seorang auditor, karena menjadi auditor harus
memiliki profesionalitas, integritas dan etika khusus dimiliki seorang auditor.

Namun pada zaman sekarang kasus mengenai auditing banyak


dijumpai di masyarakat. Kasus tersebut dapat memberikan gambaran bahwa
masih banyak terdapat penyelewengan terhadap laporan keuangan sehingga
dapat menyajikan kondisi yang sebenarnya. Ilmu auditing membantu dalam
penyelesaian kasus dengan mengetahui penyebab dan faktor dari kasus
tersebut. Contoh kasus auditing adalah skandal PT WAKITA KARYA.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Menganilisis dan menjelaskan kasus yang dihadapi PT
WASKITA KARYA
2. Mendeskripsikan penyebab dan faktor pada kasus PT
WASKITA KARYA
3. Menjelaskan penyelesaian kasus PT WASKITA KARYA
dengan ilmu auditing

1.3. TUJUAN PENELITIAN


1. Menambah wawasan dan pengetahuan ilmu auditing melalui
kasus yang terjadi di lapangan
2. Membantu peneliti dalam implementasi ilmu auditing melalui
penyelesaian kasus
3. Untuk melatih kemampuan kompetensi peneliti di lapangan

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1. PENGERTIAN AKUNTANSI

Akuntansi adalah suatu proses mencatat, meringkas,


mengklasifikasikan, mengolah, dan menyajikan data transaksi, serta
berbagai aktivitas yang terkait dengan keuangan. Dengan adanya
akuntansi maka akan memudahkan seseorang dalam mengambil
keputusan serta tujuan lainnya.

2.2 PENGERTIAN PEMERIKSAAN AKUNTANSI / AUDITING

Secara Umum pemeriksaan akuntansi atau auditing adalah suatu proses


sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah diterapkan,
serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.

2.3 ETIKA DALAM AUDITING

Etika (ethics) secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian


prinsip atau nilai moral. Perilaku etis sangat diperlukan oleh masyarakat
agar dapat berfungsi secara teratur. Etika dapat diargumentasikan
sebagai perekat yang dapat mengikat anggota masyarakat. Kebutuhan
akan etika dalam masyarakat cukup penting. Sehingga banyak nilai
etika yang umum yang dimasukan ke dalam undang-undang (Arens,
2008: 98)

Etika dalam auditing adalah suatu prinsip untuk melakukan proses


pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang
dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi untuk menentukan dan
melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-
kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten
dan independen (Freedom: 2012).

2.4 KODE ETIK PROFESIONAL AKUNTAN

Menurut Sanjaya: 2014, secara garis besar kode etik dan


perilaku profesional adalah:

a. Kontribusi untuk Masyarakat dan kesejahteraan manusia. Prinsip


mengenai kualitas hidup semua orang menegaskan kewajiban untuk
melindungi hak asasi manusia termasuk ancaman terhadap kesehatan
dan keselamatan.
b. Hindari menyakiti orang laian “Harm” berarti konsekuensi cedera,
seperti hilangnya informasi tidak diinginkan. Kehilangan harta benda.
c. Bersikap jujur dan dapat dipercaya. Kejujuran merupakan komponen
pentinng dari kepercayaan. Tanpa kepercayaan suatu organisasi tidak
dapat berfungsi secara efektif.
d. Bersikap adil dan tidak mendiskriminasi nilai-nilai kesetaraan,
toleransi, menghormati orang lain, dan prinsip-prinsip keadilan yang
sama dalam mengatur perintah
Prinsip etika profesi akuntan menurut IAI ( Mulyadi, 2001 : 53)
antara lain :
a. Tanggung jawab profesi. Dalam melaksakan tanggung jawabnya
sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa menggunakan
pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
b. Kepentingan publik. Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa
bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati
kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas
profesionalisme.
c. Integritas. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik,
setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnnya
dengan integritas setinggi mungkin.
d. Objektivitas. Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan
bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban
profesionalnya.
e. Kompetensi dan kehati-hatian profesional.
f. Kerahasiaan.

BAB III

PEMBAHASAN
3.1. KASUS

Terungkapnya skandal PT. Waskita Karya, salah satu BUMN Jasa


Kontruksi yang diduga melakukan rekayasa laporan keuangan. Di tengah
gembar-gembor pelaksanaan implementasi Good Corporate Governance
(GCG) BUMN, kasus ini memberikan tamparan keras untuk Kementerian
Negara BUMN. Kasus Waskita, yang disebut-sebut sebagai Enron-nya
Indonesia menunjukan bahwa Kementerian Negara BUMN perlu berupaya
lebih keras lagi dalam implementasi GCG di BUMN. Terbongkarnya kasus
ini berawal saat pemeriksaan kembali neraca dalam rangka penerbitan saham
perdana tahun lalu. Direktur Utama Waskita yang baru, M.Choliq yang
sebelumnya menjabat Direktur Keuangan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk,
menemukan catatan yang tidak sesuai dimana ditemukan kelebihan
pencatatan Rp 400 miliar. Direksi periode sebelumnya diduga melakukan
rekayasa keuangan sejak tahun buku 2004-2008 dengan memasukan proyeksi
pendapatan proyek multitahun ke depan sebagai pendapatan tahun tertentu.

Kasus ini memberikan beberapa pelajaran berharga. Pertama, implementasi


GCG di Indonesia ternyata masih sekedar formalitas belaka. Fakta ini
terungkap dari kengganan Direksi Waskita melaksanakan GCG DI Waskita

walaupun di Waskita telah beberapa kali assessment (pemetaan)


implementasi GCG namuntetap saja kasus ini tidak terlacak. Hal ini
menunjukan betapa canggih dan cermatnya penutupan jejak dari kasus ini.
Hasil assessment GCG yang dilakukan Konsultan pada akhirnya
kemungkinan besar hanya menjadi hiasan lemari Direksi belaka yang
digunakan sebagai penggugur kewajiban terhadap kewajiban implementasi
GCG.

Kedua, terlihat bahwa terjadi kerjasama sistemik melakukan rekayasa


keuangan yang dilakukan karena lemahnya fungsi internal control. Hal ini
menunjukan bahwa pihak-pihak yang melakukan internal control mulai dari
Dewan Komisaris sampai dengan Internal Audit tidak melakukan fungsinya
dengan baik. Hal ini patut disayangkan mengingat GCG merupakan alat
kontrol yang di ciptakan Check dan Balences yang digunakan dalam
pengawasan pengelolaan perusahaan. Kementrian BUMN selaku pemegang
saham dalam hal ini tidak dapat disalahkan mengingat selaku pemegang
saham Kementerian BUMN telah menempatkan wakilnya untuk melakukan
pengawasan yang melekat pada diri Dewan Komisaris. Selain itu potensi
terjadinya kerjasama dengan Audit Eksternal semakin mencuatkan dengan
kasus ini sebagai Enron-nya di Indonesia.

Ketiga, GCG di BUMN berjumlah menjadi Corporate Culture, Implementasi


GCG pada hakikatnya adalah menjadi Corporate Culture. Lemahnya
Implementasi GCG menunjukan bukti bahwa GCG baru sampai tataran
Compliance Driven belum menjadi Culture. Tidak menjadi Culture pada
hakikatnya membuka peluang terjadinya fraud. Fraud dapat dengan mudah
menjadi apabila insan perusahaan mendiamkan saja terjadinya pelanggaran.

Kebijakan Whistleblower belum memungkinkan terjadinya pelanggaran


secara dini dinilai juga belum diterapkan di Waskita.

3.2. ANALISIS KASUS

1. Kasus Apa yang Sedang Dihadapi


Kasus yang dihadapi PT WASKITA KARYA berupa rekayasa
laporan keuangan sejak tahun 2004 – 2008 dengan memasukkan
proyeksi pendapatan proyek multitahun ke depan sebagai
pendapatan tahun tertentu.
2. Penyebab Kasus yang Dihadapi
Kasus ini terungkap sebagai akibat dari pemeriksaan kembali
neraca dalam rangka penerbitan saham perdana. Kasus ini
merupakan dampak dari kurang efektif dan efisien serta lemahnya
implementasi kebijakan pemerintah mengenai GCG (Good
Corporate Governance) dan lemahnya pengawasan internal . Salah
satunya di PT WASKITA KARYA yang merupakan BUMN
bergerak di bidang kontruksi. Perusahaan ini berasal darri
nasionalisasi perusahaan Belanda Volker Aannemings
Maatschappij N.V. pada tahun 1961 dan berubah bentuk menjadi
persero pada tahun 1973.
3. Faktor Penyebab Kasus yang Dihadapi
- Keadaan Ekonomi
Sejalan dengan Negara Indonesia yang sedang menjalankan
program pembangunan di berbagai bidang salah satunya
ekonomi dengan meluncurkan program pemerintah yaitu GCG
di BUMN. Program ini adalah struktur dan mekanisme yang
mengatur pengelolaan perusahaan sehingga menghasilkan nilai
ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para
pemegang saham maupun pemangku kepentingan. Sebagai
dampak dari pelaksanaan kebijakan ini adalah dapat
berkontribusi dalam peningkatan kinerja perusahaan sehingga
pembangunan ekonomi yang terjadi dapat berkembang pesat
dan maju. Namun dalam pelaksaannya kebijakan ini belum
maksimal, sehingga kementrian Negara BUMN perlu berupaya
lebih keras lagi dalam implementasi GCG di BUMN.
- Kedisiplinan dan Kontroling
Kedisiplinan suatu perusahaan terhadap peraturan yang berlaku
baik internal maupun eksternal pada dasarnya membantu
perusahaan tersebut agar lebih baik. Namun pelaksanaan belum
di lakukan secara maksimal di setiap perusahaan karena
berbagai macam faktor yang mempengaruhinya seperti faktor
Sumber Daya Manusia, lingkungan kerja, para pemimpin
kekuasaan, serta kebudayaan perusahaan itu sendiri.
Kedisiplinan kebijakan GCG di Indonesia masih dianggap
sebagai formalitas saja hal ini patut disayangkan, sehingga
kasus fraud seperti PT WASKITA KARYA dapat terjadi
dengan mudah karena hasil assessment (pemetaan)
implementasi yang dilakukan konsultan hanya sebagai hiasan
lemari dan pengunggur kewajiban terhadap kewajiban
implementasi GCG. Untuk kontroling sendiri memiliki posisi
yang penting karena mengawasi setiap kegiatan yang
berlangsung agar sesuai dengan SOP dan mengevaluasi hasil
kegiatan sehingga mencegah sistem fraud terjadi. Namun
internal controlling yang dilaksanakan PT WASKITA KARYA
masih lemah yang ditandai dengan adanya kerjasama sistemik
melakukan rekayasa laporan keuangan dan penutupan kasus
yang canggih sehingga penutupan kasus ini dapat dengan
mudah menghilangkan jejak.
- Sumber Daya Manusia
Faktor SDM menjadi sangat penting mengingat manusia
merupakan salah satu faktor produksi yang utama, tanpa
manusia perusahaan tidak dapat menjalankan operasionalnya
dengan baik. Karena manusia sebagai pencipta, perubah dan
pengembangan berbagai ide dan gagasan yang penting untuk
tujuan perusahaan itu sendiri. Namun sumber daya manusia pun
harus berintegritas dan memiliki etika yang baik . Maka dari itu
dalam memilih pegawai harus melalui serangkaian persyaratan
agar pekerjaan yang diinginkan sesuai dengan kemampuan
pegawai tersebut. Hal yang tak kalah penting pun etika, seorang
pegawai baik itu menjabat sebagai bagian TOP,MIDDLE,
ataupun LOW manajemen harus memiliki etika yang jujur,
bertanggung jawab, integritas, professional dalam bekerja.
Seperti contoh di PT WASKITA KARYA kasus fraud ini
menjadi tamparan keras pemerintah karena pihak – pihak yang
terlibat pun menjabat posisi penting seperti Dewan Komisaris
hingga internal audit yang seharusnya menjadi contoh untuk
bawahannya dengan begitu tujuan perusahaan akan tercapai.
Kementrian BUMN selaku pemegang saham pun tak dapat
disalahkan mengingat selaku pemegang saham menteri BUMN
telah menempatkan wakilnya untuk melakukan pengawasan
yang melekat pada dewan komisaris. Selain itu terjadinya
kerjasama dengan auditor eksternal pun mencuat dengan kasus
ini sebagai enron-nya di Indonesia.
- Ketegasan Hukum Di Indonesia
Faktor ini merupakan sangat penting karena jika faktor ini dapat
berjalan efektif dan memberikan efek jera bagi pelanggar
hukum. Maka masalah fraud seperti PT WASKITA KARYA
dapat dihindari. Maka dari itu setiap peraturan perlu di lindungi
oleh undang – undang dan sanksi yang diberikan hendaknya
dilaksanakan sebagaimana mestinya sesuai dengan undang –
undang yang berlaku. Seperti transparan dalam menangani
setiap kasus, memberikan penjelasan yang meyakinkan serta
berlaku adil terhadap semua lapisan masyarakat.
4. Penyelesaian Kasus
PT WASKITA KARYA merupakan BUMN yang bergerak di
bidang kontruksi.
PT WASKITA KARYA telah menerima beberapa penghargaan
yang menandakan bahwa PT WASKITA KARYA merupakan
BUMN yang sangat berpengaruh.
Sebagai salah satu perusahaan BUMN, PT WASKITA KARYA
perlu penerapan prinsip – prinsip tata kelola perusahaan yang baik
(GCG) sehingga dapat berkontribusi dalam peningkatan kinerja
perusahaan. Adapula prinsip – prinsip GCG di perusahaannya
seperti :
- Tranparansi (keterbukaan informasi)
Artinya perusahaan harus menyediakan informasi yang
lengkap, akurat, tepat waktu kepada para skateholdernya.
Contohnya laporan keuangan.
- Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur ,sistem ,
tanggung jawab setiap elemen perusahaan.
- Responsibility ( pertanggung jawaban )
Perseroan memiliki sistem pengelolaan perusahaan yang
mendukung terciptanya kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban kinerja organ perusahaan.
- Independensi
Perseroan selalu memastikan bahwa pengelolaan perusahaan
dilakukan secara independen sehingga masing – masing organ
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat
diintervensi oleh pihak lain.
- Kewajaran dan Kesetaraan
Perseroan harus selalu memperhatikan pihak – pihak yang
terlibat dengan memberikan perhatian khusus, menerapkan
perlakuan setara baik kepada public, otoritas pasar modal,
komunitas pasar modal, maupun pemangku kepentingan dan
menjaga hubungan baik antara sesame pegawai perusahaan.
Nah, untuk dapat menjalankan prinsip – prinsip GCG dengan baik
perlu adanya kerjasama yang terjalin antara kedua belah pihak baik
pemerintah maupun perusahaan,dan untuk perusahaan diperlukan
peran aktif serta dukungan dari Dewan Komisaris dan Direksi. Peran
aktif dan dukungan melalui :

1. Pembaruan kebijakan & prosedur Perseroan terkait tata kelola


perusahaan. PT WASKITA KARYA perlu adanya
restrukturisasi pada kebijakan dan prosedur. Seperti :
- kebijakan pemberian sanksi tegas terhadap pelanggar
kebijakan dan prosedur tata kelola perusahaan.
- kebijakan sistem tata kelola keuangan (siklus akuntansi)
menjadi lengkap, akurat, tepat waktu serta sesuai SAK
pemerintah. Untuk kasus PT WASKITA KARYA karena
laporan keuangan masih dapat dimanipulasi dengan mudah
diperlukan sistem akuntansi yang lebih transparansi dan
akurat dan pelaporan keungan yang tepat waktu.
- kebijakan pengelolaan manajemen perusahaan yang sesuai
dengan tigkatan manajemen serta pihak yang terlibat
ditempatkan sesuai dengan kompetensinya.
2. Pelaksanaan Asesmen penerapan GCG Perseroan oleh
Independent Assessor. Assessment GCG untuk mengukur
penerapan Good Corporate Governance (GCG) dan dalam
rangka memenuhi kewajiban perusahaan yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER01/MBU/2011
tanggal 1 Agustus 2011 tentang penerapan tata kelola yang baik
pada BUMN, perusahaan wajib melaksanakan penilaian
penerapan GCG yang dilaksanakan secara berkala dua tahunan
oleh Assessor Independen. Tujuan asesmen adalah untuk
memperoleh gambaran mengenai kondisi penerapan GCG yang
dikaitkan dengan best practice penerapan GCG serta
mengidentifikasi area – area kepengurusan perusahaan yang
masih memerlukan upaya perbaikan/penyempurnaan (Area of
Improvement). Aspek penilaian adalah :
- Komitmen terhadap penerapan tata kelola perusahaan yang
baik secara berkelanjutan
- Pemilik modal dan rapat pembahasan bersama (RPB)
- Dewan pengawas
- Direksi
- Pengungkapan informasi dan tranparasi
- Aspek lainnya

Untuk kasus PT WASKITA KARYA perlu diperhatikan karena


hasil asesmen yang terjadi hanya sebagai hiasan lemari saja dan
penggungur kewajiban. Maka dari itu pemerintah wajib melihat
perubahan pada perusahaan PT WASKITA KARYA atas hasil
asesmen dengan implementasi GCG di perusahaannya melalui
sistem whistleblowing yaitu aplikasi yang disediakan
kementrian keuangan bagi Anda yang memiliki informasi dan
ingin melaporkan suatu perbuatan berindikasi pelanggaran yang
terjadi dilingkungan Kementrian Keuangan Republik Indonesia.
Untuk sistem ini diperlukan orang atau pegawai yang jujur dan
bertanggung jawab dalam kasus tersebut sehingga mempunyai
keinginan untuk melaporkan tindak pelanggaran yang
dilakukan.

Dan memberikan sanksi yang tegas sesuai dengan peraturan


perundang undangan sehingga kasus seperti semula tidak
terulang kembali. Seperti pemecatan pihak – pihak yang terlibat
dan merestrukturisasinya dengan orang yang berpengalaman,
kompeten, berintegritas, dan memiliki etika yang baik dan sehat.
Selanjutnya jika terdapat kerja sama pihak luar ekternal seperti
auditor ekternal yang menilai hasil kinerja PT WASKITA
KARYA perlu diusut pula karena membiarkan pencatatan yang
salah tetap dilanjutkan hingga periode 2008, auditor eksternal
akan diperiksa terlebih dahulu dan jika terbukti bersalah akan
dicabut ijin operasinya.

3. Sosialisasi kebijakan & Prosedur Perseroan terkait tata kelola


perusahaan kepada para pemangku kepentingan. Sosialisasi
perlu dilakukan agar semua lapisan manajemen beserta pihaknya
mengetahui hak dan kewajibannya masing – masing. Untuk
kasus PT WASKITA KARYA sosialisasi masih perlu dilakukan
untuk memperbaiki kondisi yang telah ada dan hendaknya
dilakukan secara lebih intensif seperti mengadakan pertemuan
dan menempelkan SOP di setiap bagian manajemen perusahaan.
Dan hendaknya selalu diadakan pengawasan terhadap kebijakan
yang telah ditetapkan.

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam


membentuk kebijakan seperti GCG (Good Corporate Government)
diperlukan kerjasama dan perhatian yang lebih dalam implementasi GCG di
BUMN berdasarkan prinsip – prinsip GCG yang mana jika dilaksanakan akan
memberikan dampak positif yaitu dapat berkontribusi dalam peningkatan
kinerja perusahaan.
Kasus yang menimpa PT WASKITA KARYA yang merupakan
dampak dari masih lemahnya implementasi GCG di BUMN Indonesia.
Seperti kasus fraud yang mudah dilakukan hingga dapat menghilangkan jejak
serta adanya kerjasama dengan pihak auditor ekternal perusahaan.

Penyelesaian yang dapat dilakukan adalah restrukturisasi kebijakan


dan prosedur tata kelola yang baik diperusahaan, pelaksanaan asesmen
penerapan GCG Perseroan oleh Independent Assessor, dan sosialisasi
kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan. Selain itu pemilihan auditor
yang berkompeten dan bertanggung jawab, pemberian sanksi tegas serta
diadakannya sistem whistleblowing di perusahaan.

Sehingga kasus seperti PT WASKITA KARYA tidak terulang


kembali. Dan pelaksanaan implementasi GCG di BUMN dapat berjalan
efektif dan efisien. Dengan begitu perusahaan lain dapat mengikuti dan
perkembangan ekonomi di Indonesia menjadi maju.

DAFTAR PUSTAKA

http://chowpen.blogspot.com/2012/10/kode-etik-akuntan-
indonesia.html?m=1

https://www.maxmanroe.com/vid/finansial/akuntansi/pengertian-
akuntansi.html
http://hendriansdiamond.blogspot.com/2012/12/pengertian-pemeriksaan-
akuntansi.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai