PENDAHULUAN
1
perbedaan antara auditor internal dan auditor eksternal, salah satu
diantaranya adalah jika auditor internal memempertanggung-jawabkan
independensinya kepada manajemen, maka auditor eksternal
mempertanggung-jawabkan independensinya tidak hanya kepada
manajemen namun juga kepada pemegang saham maupun masyarakat
umum yang berkepentingan atas hasil auditnya.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Auditor
Menurut Arens, Elder dan Beasley dalam Auditing and Assurance
Service An Integrated Approach Tenth Edition, auditing adalah suatu
proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi
yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan
seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan
melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan. Pihak yang melakukan kegiatan auditing inilah yang disebut
dengan auditor. Auditor juga merupakan seseorang yang memiliki
kualifikasi tertentu dalam melakukan audit atas laporan keuangan dan
kegiatan suatu perusahaan atau organisasi.
Pada dasarnya auditor ada dua jenis, yakni :
1. Auditor Eksternal
Auditor eksternal adalah profesi audit yang melakukan tugas audit
atas laporan keuangan dari perusahaan, pemerintah, individu atau
organisasi lainnya. Auditor eksternal mempunyai independensi dari
perusahaan yang di audit. Peran auditor eksternal adalah untuk
memberikan pendapat apakah laporan keuangan bebas dari salah saji
material. Auditor eksternal terdiri dari (a). Akuntan Publik, organisasi
profesi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) sejak tahun 1957. (b). Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan auditor eksternal bagi
pemerintah yang dibentuk berdasarkan UUD 1945, berdasarkan perubahan
ke 3 UUD 1945 pasal 23E.
2. Auditor Internal
The Institute of Internal Auditor dalam Statement of Responsibility
of Internal Auditor yang dikeluarkan tahun 1957 menyatakan "Internal
auditing adalah suatu kegiatan penilaian yang independen dalam
organisasi untuk menilai operasi sebagai jasanya diberikan kepada
manajemen. Jadi internal auditing merupakan pengendalian manajerial
3
yang melaksanakan fungsinya, mengatur dan mengevaluasi keefektifan
pengendalian lain".
4
independensi dalam fakta, IFAC menggunakan istilah lain, yaitu
independensi dalam pikiran (independence in mind).
1. Independensi dalam pikiran adalah suatu keadaan pikiran yang
memungkinkan pengungkapan suatu kesimpulan tanpa terkena pengaruh
yang dapat mengompromikan penilaian professional, memungkinkan
seorang individu bertindak berdasarkan integritas, serta menerapkan
objektivitas dan skeptisme professional. Sedangkan
2. Independensi dalam penampilan adalah penghindaran fakta dan
kondisi yang sedemikian signifikan sehingga pihak ketiga yang paham
dan berpikir rasional dengan memiliki pengetahuan akan semua
informasi yang relevan, termasuk pencegahan yang diterapkan, akan
tetapi dapat menarik kesimpulan bahwa skeptisme professional,
objektivitas dan integritas anggota firma, atau tim penjaminan
(assurance team) telah dikompromikan.
Contoh independensi dalam pikiran dan penampilan : seorang
auditor memeriksa laporan keuangan suatu perusahaan di mana yang
menjabat sabagai manajer akuntansi di perusahaan tersebut adalah adik
kandungnya. Walaupun secara mental, auditor tersebut bisa saja
bersikukuh akan bertindak independen, tetapi orang lain tentu saja
meragukannya karena adanya fakta bahwa berdasarkan tampilan fisik
auditor dengan manajer akuntansi perusahaan yang diauditnya masih
bersaudara kandung sehingga tidak dapat disebut independence in
appearance.
5
b. Self Review threats, yang terjadi apabila akuntan publik melaksanakan
penugasan pemberian jasa keyakinan yang menyangkut keputusan yang
dibuat untuk kepentingan klien.
c. Advocacy threats, yang terjadi apabila tindakan akuntan publik menjadi
terlalu erat kaitanya dengan kepentingan klien.
d. Familiarity threats, yang terjadi apabila terdapat hubungan kekeluargaan
yang erat antara auditor dan klien yang di audit.
e. Intimidation threats, yang terjadi apabila terdapat hubungan yang
kontinyu antara auditor dan klien seperti hubungan pribadi yang dapat
menyebabkan intimidasi.
6
Dari delapan prinsip yang disebutkan diatas prinsip yang sangat
erat kaitannya dengan independensi adalah prinsip objektivitas, integritas,
kompetensi dan kehati-hatian professional. Karena seorang auditor yang
independen harus menjunjung tinggi prinsip-prinsip itu agar opini yang
diberikannya dapat dipercayai oleh pengguna yang berkepentingan dan
profesionalismenya tidak diragukan.
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
c. Advokasi (advocacy):
Mempromosikan saham perusahaan publik dari klien, di mana
perusahaan tersebut merupakan klien audit.
Bertindak sebagai pengacara (penasihat hukum) untuk klien penjaminan
dalam suatu litigasi atau perkara perselisihan dengan pihak ketiga
(IFAC, 200. 6)
d. Kekerabatan (familiarity):
Anggota tim mempunyai hubungan keluarga dekat dengan seorang
direktur atau pejabat perusahaan klien.
Anggota tim mempunyai hubungan keluarga dekat dengan seorang
karyawan klien yang memiliki jabatan yang berpengaruh langsung dan
signifikan terhadap pokok dari penugasan.
Mantan rekan (partner) dari kantor akuntan yang menjadi direktur atau
pejabat klien atau karyawan pada posisi yang berpengaruh atas pokok
suatu penugasan.
Menerima hadiah atau perlakuan istimewa dari klien, kecuali nilainya
tidak signifikan.
Hubungan yang terjalin lama dengan karyawan senior perusahaan klien
(IFAC, 200. 7)
e. Intimidasi (intimidation):
Diancam dipecat atau diganti hubungannya dengan penugasan klien.
Diancam dengan tuntutan hukum.
Ditekan secara tidak wajar untuk mengurangi ruang lingkup pekerjaan
dengan maksud untuk mengurangi fee (IFAC, 200. 8)
9
1. Output atau Output utama berupa Output utama berupa opini
keluaran rekomendasi
Auditor tidak independen Auditor harus independen
terhadap manajemen terhadap manajemen
Independensi
2. namun harus independen
terhadap aktifitas yang di
audit
Pemegang saham,
Manajemen
3. Klien komisaris, dan pihak terkait
di luar perusahaan
Melaporkan hasil audit
Melaporkan hasil audit
4. Pelaporan pada stakeholder yang
pada direksi
diaudit.
10
keuangan, berkepentingan secara insidental dalam pencegahan dana
pendeteksian fraud secara umum, tetapi berkepentingan secara langsung bila
terdapat pengaruh yang bersifat material pada laporan keuangan, independen
terhadap manajemen atau klien baik dalam penampilan, maupun sikap mental
dan review atas catatan atau dokumen yang mendukung laporan keuangan
secara periodik.
BAB IV
KESIMPULAN
11
Independensi auditor merupakan suatu tindakan baik sikap
perbuatan atau mental auditor dalam sepanjang pelaksanaan audit dimana
auditor dapat secara bebas dan tanpa tekanan dalam menjalankan semua
kewajibannya serta tidak memihak oleh pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap hasil auditnya. Secara umum, terdapat 2 jenis independensi,
yakni independensi dalam pikiran dan independensi dalam penampilan.
Dalam pelaksanaannya, tidaklah mudah mempertahankan
independensi dalam diri seorang auditor dikarenakan adanya 5 tipe
ancaman, yaitu: (i) self-interest threats, (ii) self-review threats (iii)
advocacy threats, (iv) familiarity threats, dan (v) intimidation threats.
Dilihat dari sisi independensinya terdapat poin-poin yang
membedakan antara auditor internal dan eksternal. Poin-poin tersebut
adalah output atau keluaran, kepada siapa seorang auditor
mempertanggung jawabkan independensinya, klien, dan yang terakhir
adalah hasil laporan yang dikeluarkan.
Independensi merupakan salah satu karakteristik auditor yang
paling kritis dan penting. Independensi menjadi fondasi atau batu pijakan
dalam struktur etika. Independensi juga menjadi faktor yang sangat
menentukan bagi pengembangan dan penerapan prinsip-prinsip
fundamental etika dalam menekuni profesi akuntan. Oleh karena itu,
seorang auditor penting melakukan identifikasi dan evaluasi keadaan dan
hubungan dengan klien yang dapat menciptakan ancaman terhadap
independensi agar nantinya auditor dapat lebih berhati-hati sehingga dapat
menekan pengaruh ancaman tersebut terhadap independensinya.
12