Anda di halaman 1dari 10

Artikel : Pendekatan Komunikasi Dalam Tertib Berlalu Lintas

Pendekatan Komunikasi Dalam Menanamkan Tertib Berlalu Lintas Pada


Remaja Di Rancaekek

VIVIT NOVITASARI

Universitas Wanita Internasional

Email :vivitnovitasari211@gmail.com

ABSTRAK

Kurang minatnya pengendara bermotor dalam berlalu lintas merupakan kecenderungan untuk
tidak bertindak patuh dan taat terhadap peraturan lalu lintas. kebanyakan para pelanggar lalu lintas
di dominasi oleh para remaja, salah satunya kurang kedisiplinan dalam berlalu lintas dimana
jumlah pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi yaitu kelengkapan surat kendaraan, tidak
mempunyai SIM , melangar rambu lalulintas, tidak menggunakan helm, melawan arus dan
berkendara di atas kecepatan maksimum. Tujuan penelitian ini untuk menggali minat pengendara
terhadap peraturan berlalu lintas kepada para remaja. Metode yang di gunakan dalam penelitian
ini dengan cara wawancara dan menggunakan kajian literatur . Hasil dari penelitian ini untuk
memberikan pemahaman dan minat remaja untuk bisa berlalu lintas sesuai denganperaturannya.

Kata Kunci : peraturan berlalu lintas

1
Artikel : Pendekatan Komunikasi Dalam Tertib Berlalu Lintas

PENDAHULUAN

Perbedaan tingkat pengetahuan dan pemahaman terhadap aturan yang berlaku


mengakibatkan suatu kesenjangan yang berpotensi memunculkan permasalahan dalam berlalu
lintas, baik antar pengguna jalan itu sendiri maupun antar pengguna jalan dengan aparat yang
bertugas untuk melaksanakan penegakan hukum di jalan raya. pemberlakuan tilang terasa belum
efektif sampai saat ini sebagai alat dalam menegakkan peraturan perundang-undangan dan sarana
dalam meningkatkan disiplin masyarakat pemakai atau pengguna jalan, sehingga angka
pelanggaran lalu lintas belum dapat ditekan.

Sejalan dengan teori behaviorisme menurut teori ini, semua perilaku termasuk tindak balas
(respons) ditimbulkan oleh adanya rangsangan (stimulus). Jika rangsangan telah diamati dan
diketahui maka gerak balas pun dapat dipredisikan.(Sendjaja, 2014)

Pelanggaran lalu lintas adalah masalah penyebab sebagian besar kecelakaan lalu lintas.
Terutama karena faktor manusia pengguna jalan yang tidak patuh terhadap peraturan lalu lintas.
Namun dapat juga ditemukan penyebab di luar faktor manusia seperti ban pecah, rem blong, jalan
berlubang, dan lain-lain.

Lalu lintas adalah segala penggunaan jalan umum dengan suatu pengangkutannya.
Pengertian dan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa lalu lintas dalam arti luas adalah
setiap hal yang berhubungan dengan sarana jalan umum sebagai sarana utama untuk tujuan yang
ingin dicapai. Selain dapat ditarik kesimpulan juga pengertian lalu lintas dalam arti sempit yaitu
hubungan antar manusia dengan atau tanpa disertai alat penggerak dari satu tempat ke tempat lain
dengan menggunakan jalan sebagai ruang geraknya. (Putri, 2013)

Pendekatan merupakan suatu istilah yang lazim terdengar. Sering istilah ini digunakan
untuk maksud yang sama dengan istilah lain, seperti metode. Namun bagaimana makna
sebenarnya. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pendekatan adalah usaha mendekati atau
mendekatkan. Pendapat lainnyamengemukakan bahwa Pendekatan adalah cara pandang terhadap
suatu masalah melalui perantaraan sesuatu sebagai alat pandangnya. Pendekatan dalam konteks

2
Artikel : Pendekatan Komunikasi Dalam Tertib Berlalu Lintas

Keilmuan merupakan kerangka dasar dari berbagai teori yang dihasilkan. Menurut Bungin
Ada dua pendekatan dalam keilmuan, yaitu pendekatan non ilmiah ( uncinetiicf ) dan pendekatan
ilmiah ( scinsfetiic ). Pendekatan non ilmiah adalah suatu pendekatan dimana orang menjawab
dorongan ingin tahu dan mencari kebenaran dengan cara atau metode yang tidak ilmiah, sseperti
melalui cara yang tidak disengaja atau secara kebetulan, trilaanderror dan lain-lain. Sedangkan
pendekatan ilmiah adalah suatu pendekatan dimana orang menjawab dorongan ingin tahu dan
mencari kebenaran dengan cara atau metode ilmiah, yaitu berfikir kritis-rasional dan berdasarkan
pengalaman serta melalui penelitian ilmiah (scinetif icresea rch).(Sikumbang, n.d.).Selanjutnya,
menurut Littlejohn dalam bukunya Theorise o f Human Communication yang diterbitkan tahun
1989, secara umum dunia masyarakat ilmiah menurut cara pandang serta objek pokok
pengamatannya dapat dibagi dalam 3 (tiga) aliran pendekatan. Ketiga pendekatan tersebut adalah
pendekatan tnicfiecs(ilmiah-empiris), pendekatan humanitsic (humaniora-interpretatif), serta
pendekatan sociesscciienal (ilmu sosial). Yang pertama kelompok atau pendekatan scinetiicf.
Aliran pendekatan scinetiicf umumnya berlaku dikalangan para ahli ilmu-ilmu eksakta seperti
fisika, biologi, kedokteran, matematika, dan lain-lain. Menurut pandangan ini, ilmu diasosiasikan
dengan objketivitas. Objektivitas yang dimaksudkan disini adalah objektivitas yang menekankan
prinsip standarisasi observasi dan konsistensi. Landasan filosofisnya adalah bahwa dunia ini pada
dasarnya mempunyai bentuk dan struktur. Secara individu para peneliti boleh jadi berbeda
pandangan satu sama lain tentang bagaimana rupa atau macam dari bentuk dan struktur tersebut.
Namun apabila para peneliti melakukan penelitian terhadap suatu fenomena dengan menggunakan
metode yang sama, maka akan dihasilkan temuan yang sama. Inilah hakikat dari objektivitas dalam
konteks standarisasi observasi dan konsistensi. Ciri utama lainnya dari kelompok pendekatan ini
adalah adanya pemisahan yang tegas antara know (objek atau hal yang ingin diketahui dan diteliti)
dengan knower (subjek pelaku atau pengamat). Dan salah satu bentuk metode penelitian yang
lazim dilakukan adalah metode eksperimen Melalui metode ini, si peneliti secara sengaja
melakukan suatu percobaan terhadap objek yang ditelitinya. Tujuan penelitian lazimnya diarahkan
pada upaya mengukur ada tidaknya pengaruh atau hubungan sebab akibat diantara dua variabel
atau lebih, dengan mengontrol pengaruh dari variabel lain. Prosedur yang umum dilakukan adalah
dengan cara memberikan atau mengadakan suatu perlakuan khusus kepada objek yang diteliti serta
meneliti dampak atau pengaruhnya. Sebagai contoh, lima ekor tikus diberi suntikan X, sementara

3
Artikel : Pendekatan Komunikasi Dalam Tertib Berlalu Lintas

lima tikus lainnya (yang mempunyai ciri yang sama) tidak. Setelah kurun waktu tertentu (misalnya
setelah 1 bulan, 3 bulan dan seterusnya), dibandingkan ada tidaknya perbedaan diantara kedua
kelompok lima ekor tersebut. Kalau ternyata terdapat perbedaan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
perbedaan tersebut terjadi karena pengaruh dari suntikan X tersebut. Yangkedua adalah
pendekatan humanistic . Apabila pendekatan scientific mengutamakan prinsip objektivitas, maka
pendekatan humanistic mengasosiasikan ilmu dengan prinsip subjektivitas. Perbedaan- perbedaan
pokok antara kedua aliran pendekatan ini antara lain :

1. Bagi pendekatan scinetific ilmu bertujuan untuk menstandarisasikan observasi, sementara


pendekatan humanis mengutamakan kreativitas individual.

2. Pendekatan scientific berpandangan bahwa tujuan ilmu adalah mengurangi perbedaan -


perbedaan pandangan tentang hasil pengamatan, sementara pendekatan humanistic bertujuan
untuk memahami tanggapan dan hasil temuan subjek individual.

3. Pendekatan scinetif ic memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang berada di luar diri
peneliti. Di lain pihak pendekatan humanistic melihat ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang
berada di dalam diri (pemikiran, interpretasi) peneliti.

4. Pendekatan scetific memfokouskan perhatiannya pada ‘dunia hasil penemuan’ (discovered


world ), sedangkan pendekatan humanistic menitik beratkan perhatianya pada ‘ dunia para
penemunya (discovering person).

5. Pendekatan scientific berupaya memperoleh ‘konsensus’, sementara aliran humanistic


mengutamakan interpretasi-interpretasi alternatif.

6. Pendekatan scinetific membuat pemisahan yang tegas antara known dan knower, sedangkan
aliran humanistic cenderung tidak memisahkan kedua hal tersebut.

Pendekatan ketiga inilah yang diterapkan dalam ilmu pengetahuan sosial, termasuk ilmu
komunikasi. Dalam perkembangan sekarang ini, pendekatan yang ketiga ini terbagi lagi dalam dua
kubu: ilmu pengetahuan tingkah laku (behavioral science) dan ilmu pengetahuan sosial (social
science).(Sendjaja, 2014)

4
Artikel : Pendekatan Komunikasi Dalam Tertib Berlalu Lintas

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang


menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata ataupun lisan dari orang – orang dan perilaku yang
dapat di amati (Moleong, 2004). Pendekatan kualitatif menekan kan pada makna, penalaran,
definisi suatu situasi tertentu dalam konteks tertentu, lebih banyak meneliti hal-hal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.Pendekatan kualitatif, lebih lanjut
mementingkanproses dibandingkan dengan hasil akhir.(dasrun hidayat, 2015). Adapun teknik
pengumpulan datanya adalah dengan wawancara dan kajian literature.Teknik wawancara, dimana
peneliti datang langsung dan dilakukan dengan tanya jawab langsung dimana semua pernyataan
disusun secara sistematis dan terarah sesuai dengan tema yang diangkat dalam penelitian.
Wawancara langsung ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang benar dan akurat dari
sumber yang di tetapkan sebelumnya.Sedangkan kajian literatur dilakukan dengan cara mengkaji
lebih dalam mengenai permasalahan yang sedang di teliti dengan merujuk pada beberapa sumber
yang relevan, seperti jurnal ilmiah, buku, koran, majalah dan lain sebagainya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil temuan di lapangan pada tangal 25 Oktober 2018 di Polsek Rancaekek,
penulis melakukan wawancara dengan narasumber Kanit Lantas Rancaekek Iptu Taryana.
Narasumber menjelaskan bahwa masih banyak para pengendara roda dua khusus nya para remaja
yang masih belum mentaati peraturan lalu lintas meski selalu diakan penyuluhan kesetiap sekolah-
sekolah dan selalu diadakan penindakan rutin setiap paginya, tetapi tetap saja masih banyak
parapengendara yang menyalahi peraturan. Sesuai dengan undang-undang yang telah di lontarkan

5
Artikel : Pendekatan Komunikasi Dalam Tertib Berlalu Lintas

oleh pihak kepolisian lalulintas, maka dari itu pengemudi roda dua maupun roda empat harus
menggunakan perlengkapan surat kendaraan dan mematuhi rambu-rambu lalulintas .

Adapun kendala ketika penindakan terhadap para pelanggar yaitu selalu beralasan dekat
tidak jauh dari rumah karena masih warga sekitaran, bahkan ada tetangga narasumber.

Pengertian lalu lintas menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, maupun pendapat dari para pakar. Menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor
22 tahun 2009, lalu lintas didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas
jalan, adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan barang yang
berupa jalan dengan fasilitas pendukungnya. Pelanggaran lalu lintas merupakan salah satu keadaan
dimana terjadi ketidak sesuaian antara aturan dan pelaksanaan. Aturan dalam hal ini adalah peran
hukum yang telah ditetapkan dan disepakati oleh Negara sebagai Undang-undang yang berlaku
secara sah, sedangkan pelaksananya adalah manusia atau masyarakat suatu negara yang terikat
oleh peranti hukum tersebut. Hal ini tertuang dalam UU RI Nomor 22 tahun 2009, yang di
dalamnya berisi tentang lalu lintas dan angkutan jalan.

Pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi juga melibatkan cara pengendara yang
“menerobos antrian kendaraan, berkendara zigzag dengan kecepatan tinggi, beberapa kali pernah
menerobos lampu lalu lintas, dan melanggar rambu yang dilarang mendahului kendaraan (
menikung)”. (Sadono, 2016).

Dalam menjelaskan bagaimana cara menanamkan tertib berlalu lintas pada remaja di
rancaekek, IPTU Taryana, Kanit Polsek Rancaekek mengatakan “ bahwa dengan cara disiplin lalu
lintas yang dilakukan setiap hari sejak pukul 07:00 samapi pukul 10:00, semua untuk menyadarkan
pengendara itu sendiri”.

Menurut Ali (1993:302) “kepatuhan hukum atau ketaatan hukum adalah kesadaran hukum
yang positif. Sementara itu ketidaktaatan hukum padahal yang bersangkutan memiliki kesadaran
hukum, berarti kesadaran hukum yang dipunyainya adalah kesadaran hukum yang negatif”.
Kesadaran hukum masyarakat tidak identik dengan kepatuhan atau ketaatan hukum masyarakat

6
Artikel : Pendekatan Komunikasi Dalam Tertib Berlalu Lintas

itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan kesadaran hukum yang di- miliki oleh masyarakat belum
menjamin masyarakat tersebut akan mentaati suatu aturan hukum atau perundang-undangan (Ali:
1993:300).(Sadono, 2016).

Menurut Iptu Taryana menerangkan bahwa di rancaekek “ masih banyak pengendara kendaraan
bermotor yang melangar peraturan berlalu lintas ”

Kebijakan non penal yaitu kebijakan di luar hukum pidana yang bertujuan mengurangi
angka kecelakaan lalu lintas yaitu meliputi teguran simpatik, adanya pembinaan, penyuluhan
kepada masyarakat (kampanye keselamatan berkendara, debat publik, kunjungan, seminar dan
diskusi). Upaya yang dilakukan polisi untuk menekan pelanggaran lalu lintas seharusnya dengan:

a. PSA (Polisi Sahabat Anak) adalah kegiatan penanaman tentang kesadaran dan tertib lain sejak
usia dini juga untuk membangun citra polisi terhadap anak-anak. Penanaman disiplin lalin terhadap
anak-anak merupakan penyelamatan anak bangsa untuk program jangka panjang.

b. PKS (Patroli Keamanan Sekolah) adalah program pembinaan dan pembelajaran bagi siswa-
siswa sekolah untuk berlatih dan belajar untuk mencari akar masalah sosial di lingkungan sekolah
dan upaya-upaya penanganannya. Dalam hai ini anak-anak juga diajarkan untuk peduli dan peka
terhadap masalah sosial dan berperan aktif mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah.

c. Pembinaan dan penyuluhan serta sosialisasi UU No. 22 Tahun 2009 kepada pelajar SMP, SMA
juga MOS seperti kampanye keselamatan lalu lintas, debat publik, kunjungan, seminar dan diskusi.

b. PKS (Patroli Keamanan Sekolah) adalah program pembinaan dan pembelajaran bagi siswa-
siswa sekolah untuk berlatih dan belajar untuk mencari akar masalah sosial di lingkungan sekolah
dan upaya-upaya penanganannya. Dalam hai ini anak-anak juga diajarkan untuk peduli dan peka
terhadap masalah sosial dan berperan aktif mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah.

c. Pembinaan dan penyuluhan serta sosialisasi UU No. 22 Tahun 2009 kepada pelajar SMP, SMA
juga MOS seperti kampanye keselamatan lalu lintas, debat publik, kunjungan, seminar dan diskusi.

7
Artikel : Pendekatan Komunikasi Dalam Tertib Berlalu Lintas

d. Melaksanakan program kegiatan “Gerakan Disiplin Berlalu Lintas” seperti police go to campus
dan taman lalu lintas.

e. Pelatihan Safety Riding adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan keterampilan mengendarai
kendaraan bermotor untuk keselamatan berkendara. Misalnya kegiatan praktek sepeda motor lajur
kiri dan menyalakan lampu siang hari juga pemasangan spanduk.

f. Traffic board adalah wadah untuk mencari akar masalah dan menangani berbagai masalah lalu
lintas.

g. Operasi khusus kepolisian adalah kegiatan untuk menangani berbagai masalah lalin yang
sifatnya khusus dan merupakan peningkatan dari kegiatan rutin.

h. Penegakan hukum merupakan tindakan kepolisian untuk edukasi, pencerahan, perlindungan dan
pengayoman terhadap pengguna jalan lainnya yang terganggu aktivitasnya atau produktivitasnya
akibat dari pelanggaran hukum dan untuk mewujudkan adanya kepastian hukum. (Puri, 2013)

Untuk menumbuhkan tertib lalu lintas maka pihak kepolisian mengadakan program
sosialisasi kepada masyarakat dan pelajar lewat sosialisai ke sekolah-sekolah di kawasan kapolsek
dan baligo/baliho yang tersebar di setiap jalan raya utama. Agar selalu bisa di lihat dan di baca
oleh para pengendara kendaraan yang melintas.

Pelangaran yang selalu terjadi menurut Iptu Taryana seperti” tidak pakai helm, bonceng
bertiga , kelengkapan surat kendaraan dan tidak punya SIM. Penindakan terhadap pelanggar
khusunya ramaja terlebih dahulu dengan cara himbauan seterusnya baru di berikan penindakan
berupa sangki tilang bila para pelajar (remaja) tidak metaati peraturan .

Tugas penindakan pelanggaran hukum lalu lintas dibedakan

menjadi dua yaitu penindakan hukum secara edukatif dan penindakan hukum secara
yuridis. Penindakan hukum secara edukatif seperti melakukan teguran atau peringatan lisan dan
tertulis terhadap pelanggar lalu lintas. Sedangkan penindakan hukum secara yuridis seperti
penindakan pelanggaran lalin secara hukum, meliputi dengan menggunakan blangko tilang yaitu

8
Artikel : Pendekatan Komunikasi Dalam Tertib Berlalu Lintas

khusus terhadap 27 jenis pelanggaran tertentu, sebagaimana tertera dalam blanko tilang. Polres
Klaten menggunakan slip merah blangko tilang melalui sidang di pengadilan karena belum ada
kerjasama dengan Bank pemerintah dalam penyelesaian perkara lantas untuk menggunakan slip
biru seperti di Jakarta. (Puri, 2013)

Kondisi lain digambarkan Emile Durkheim (Hendratno, 2009; Merton, 1967), peri- laku
kendaraan seperti di atas, diistilahkan sebagai anomie, berpudarnya pegangan pada kaidah-kaidah
yang ada menimbulkan keadaan yang tidak stabil, dan keadaan tanpa kaidah. Perilaku
menyimpang (deviant behavior) terjadi apabila manusia mempunyai kecenderu- ngan untuk lebih
mementingkan suatu nilai sosial budaya, daripada kaidah-kaidah yang ada untuk mencapai cita-
cita atau kepentingan. (Sadono, 2016).

PENUTUP

Kurangnya pemahaman para pengendara bermotor khusunya para remaja tentang peraturan
lalu lintas mengakibatkan kerugian terhadap diri sendiri dan orang lain, apabila seorang penegak
hukum menjadi teladan yang bagi para pengendara sebagai contoh tidak berbuat tindakan-tindakan
yang tidak terpuji dijalanan, maka hal tersebut secara tidak langsung memberikan contoh yang
tidak baik kepada masyarakat khsusunya para pengendara remaja.

Kendala-kendala yang di hadapi oleh kepolisian terkait dalam upaya penegakan hukum
terhadap pelanggaran lalu lintas yaitu lemahnya kesadaran masyarakatan akan pentingnya taat
hukum berlalu lintas, rasa kekeluargaan terhadap para pelangar yang kebanyakan di dominasi
warga sekitar.

Dalam rangka meminimalisir pelanggaran tersebut, kepada para petugas yang berwenang
untuk tegas dalam memberikan sanksi ke pada setiap pelanggar, terus memberikan informasi yang

dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana berkendara yang baik, tidak pandang
bulu dalam menindak para pelangar dan petugas memberikan sosialisasi kepada masyarakat
tentang berkendara yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

9
Artikel : Pendekatan Komunikasi Dalam Tertib Berlalu Lintas

DAFTAR PUSTAKA

dasrun hidayat, A. (2015). Wartawan Media Now Dalam Mengemas Berita :


https://doi.org/10.24329/aspikom.v2i5.81

Moleong. (2004). metodologi penelitian kualitatif. bandung: penerbit remaja rosda karya.

Puri, prasasti artika. (2013). PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU


PELANGGARAN ATURAN LALU LINTAS DI KABUPATEN KLATEN Disusun.

Putri, prasasti artika. (2013). penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran aturan lalu lintas di
kab. klaten.

Sadono, S. (2016). BUDAYA TERTIB BERLALU-LINTAS PENGENDARA SEPEDA


MOTOR DI KOTA BANDUNG ”, 61–79.

Sendjaja, S. D. (2014). Teori Komunnikasi. Tangerang: Universitas Terbuka.

Sikumbang, A. T. (n.d.). TEORI KOMUNIKASI ( Pendekatan , Kerangka Analisis dan


Perspektif ), 77–85.

10

Anda mungkin juga menyukai