Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

IDENTIFIKASI TINGKAT FRAUD DAN PERSEPSI MAHASISWA DALAM


MENGURANGI FRAUD AKADEMIK
Diajukan untuk memenuhi UAS mata kuliah Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif yang
diampu oleh Ibu Bunga Indah Bayunitri, S.E., M.M., Ak., C.A.

Disusun oleh

Puteri Aliyah Endah Rahmawati


(0119101196)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WIDYATAMA
JULI 2022
DAFTAR ISI

COVER JUDUL

DAFTAR ISI ..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................1


1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................2
1.3 Pembatasan Masalah ..................................................................................2
1.4 Perumusan Masalah ...................................................................................3
1.5 Tujuan Penelitian .......................................................................................3
1.6 Manfaat Penelitian .....................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan Teori ......................................................................................4


2.1.1 Pengertian Aset Tetap ...................................................................4
2.1.2 Pengertian Revaluasi Aset Tetap ...................................................4
2.1.3 Fungsi dan Tujuan Melakukan Revaluasi Aset Tetap ...................5
2.1.4 Dasar Hukum Revaluasi Aset Tetap ..............................................6
2.1.5 Revaluasi Aset Tetap Perspektif Akuntansi ...................................6
2.1.6 Revaluasi Aset Tetap Perspektif Perpajakan .................................8
2.1.7 Perbedaan Revaluasi Aset Tetap Perspektif Akuntansi dan Pajak. 9
2.2 Kajian Penelitian Terdahulu (Studi Empiris) ............................................12

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................14


3.2 Jenis Data ....................................................................................................14
3.3 Metode Pengumpulan Data .........................................................................14
3.4 Metode Analisis Data ..................................................................................14

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ........................................................................................................16


4.2 Saran ...................................................................................................................17

i
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perguruan tinggi merupakan suatu institusi yang dimana didirikan dengan
tujuan untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi bagi kalangan masyarakat serta
untuk menciptakan generasi yang intelektual dan berintegritas, selain itu perguruan
tinggi juga merupakan institusi yang bertanggung jawab untuk mendidik mahasiswa
agar bertindak jujur dalam setiap tindakan yang dilakukan. Tetapi, perguruan tinggi
juga sering menjadi tempat terjadinya berbagai tindakan fraud atau kecurangan yang
dapat dilakukan oleh pejabat tinggi perguruan tinggi, karyawan, dosen maupun
mahasiswa.
Kecurangan atau fraud merupakan suatu tindakan penyimpangan dan
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu
misalnya menipu atau memberikan gambaran keliru kepada pihak-pihak lain, yang
dilakukan oleh orang-orang baik dari dalam maupun dari luar organisasi.
Kecurangan atau Fraud sebagai suatu tindakan yang dimana dilakukan karena
adanya kesempatan, peluang, tekanan dan pembenaran akan apa yang dilakukan.
Tindakan ini bisa terjadi dibeberapa situasi dan tempat, seperti halnya dalam
lingkungan keluarga. Keluarga merupakan tempat paling dasar dalam pembentukan
kebiasaan individu dalam bersikap, kemudian sekolah atau universitas sebagai tempat
kedua setelah individu keluar untuk berinteraksi dengan individu lainnya sampai ke
tahap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bekerja.
Beberapa kondisi tersebut dapat menciptakan situasi yang positif ataupun
negatif. Kondisi yang positif atau negatif ini bisa terjadi karena ada niat. Perilaku
yang dimaksud disini adalah niat untuk melaporkan tindakan kecurangan yang
dilakukan seseorang yang bermaksud untuk merugikan organisasi dimana dia berada
dan tindakan ini disebut dengan Whistleblower.
Kecurangan akademik merupakan kecurangan yang sering terjadi di
lingkungan perguruan tinggi. Kecurangan ini terjadi bisa dilakukan oleh mahasiswa,
karyawan ataupun oleh kalangan pendidik dengan secara sadar dan sengaja demi
memperoleh keuntungan diri sendiri atau kelompok. Kecurangan akademik yang
dilakukan oleh mahasiswa memiliki dampak negatif bagi mahasiswa tersebut dimasa
mendatang. Mahasiswa yang terbiasa melakukan kecurangan akan menggantungkan

1
hasil pencapaiannya pada orang lain bukan pada kemampuan dirinya sendiri.
Mahasiswa melakukan kecurangan akademik karena berbagai alasan, ada yang
melakukan kecurangan tersebut karena malas, tidak memiliki kepercayaan diri
ataupun menginginkan nilai yang bagus. Motivasi mahasiswa dalam melakukan
kecurangan akademik yaitu karena mahasiswa merasakan tingkat persaingan yang
tinggi, memiliki kesempatan untuk melakukan kecurangan serta merasa tidak percaya
diri terhadap kemampuannya.
Kecurangan akademik yang dilakukan oleh kalangan pendidik merupakan
tindakan kecurangan yang menggunakan posisinya sebagai dosen untuk memperoleh
keuntungan dengan melanggar aturan perguruan tinggi. Kecurangan akademik
tersebut dapat dilakukan dari sisi bidang pengajaran dan pembelajaran, yang mana
perbuatan kecurangan tersebut dilakukan secara sengaja, tersembunyi dan melawan
hukum. Kecurangan yang dilakukan oleh dosen yaitu dengan menawarkan
keuntungan kepada mahasiswanya dengan syarat memberikan suatu imbalan tertentu
sebagai timbal baliknya.
Tindakan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan merupakan tindakan
yang dilakukan secara sengaja atau atas permintaan seseorang sehingga mereka dapat
berlaku curang. Karyawan yang dapat melakukan tindakan kecurangan tersebut
merupakan karyawan yang bekerja dengan sistem yaitu dengan memegang kendali
atas sistem yang ada di perguruan tinggi tersebut. Tindakan kecurangan ini terjadi
karna lemahnya sistem yang dimiliki oleh perguruan tinggi sehingga dapat
dimanfaatkan oleh sebagian kecil karyawan demi mengambil keuntungan bagi diri
mereka sendiri.
Maka dari itu, Sistem Whistleblower memiliki peranan yang penting karena
memberikan manfaat seperti: meminimalisasi pengeluaran yang mengakibatkan
menjadi besar, organisasi menjadi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
beradaptasi terkait peraturan yang berkaitan dengan Good Corporate Governance,
lingkungan menjadi lebih stabil dan aman karena setiap gangguan negatif cepat
terdeteksi, pengelolaan organisasi menjadi efisien karena sistem pengendali berfungsi
dengan baik, dan perkembangan moral dalam lingkungan organsasi akan menjadi
lebih baik.
Sistem Whistleblowing ini sangat cocok untuk diaplikasikan serta diterapkan
dalam lingkungan Pendidikan seperti Perguruan Tinggi, karena dalam Perguruan
Tinggi indikasi kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa, karyawan

2
ataupun oleh kalangan pendidik masih sering terjadi, sehingga sistem ini dapat
mengurangi tindakan kecurangan. Penerapan sistem whistleblowing di perguruan
tinggi ini dapat memberikan keberanian untuk mengungkapkan Tindakan yang
mengindikasikan kecurangan sehingga lingkungan yang ada di kampus menjadi
lingkungan yang bebas dari mencontek, menyalin, meniru, serta menitip presensi,
mengubah nilai akhir, dan memanipulasi data ketika skripsi.
Sistem ini diharapkan dapat mengurangi tingkat kecurangan dikalangan
mahasiswa, selain itu sistem ini juga mampu melatih seorang mahasiswa agar
terhindar dari kecurangan akademik. Serta, mengidentifikasi kecurangan akademik
diharapkan dapat menjadi pedoman bagi Perguruan Tinggi dalam mencegah dan
mengontrol tindakan-tindakan kecurangan akademik.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas data yang telah diuraikan diatas maka
penulis mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1. Identifikasi tingkat fraud akademik.
2. Persepsi mahasiswa dalam mengurangi fraud akademik.

1.3 Pembatasan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang sudah dipaparkan
diatas, maka penulis memberikan sebuah batasan masalah agar pembahasan ini lebih
terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari topik pembahasan, seperti sebagai
berikut:
1. Data yang digunakan untuk penulisan ini adalah lingkungan Universitas
Widyatama.
2. Objek penelitian yang digunakan adalah lingkungan Universitas Widyatama.

1.4 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah diatas maka penulis
merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu :
1. Bagaimana mengidentifikasi tingkat fraud akademik.
2. Bagaimana persepsi mahasiswa dalam mengurangi fraud akademik.

3
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka pembahasan ini
dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat fraud akademik.
2. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa dalam mengurangi fraud akademik.

1.6 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang ingin dicapai dari pembahasan ini adalah sebagai
berikut.
1. Bagi penulis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan penulis mengenai
tingkat dan persepsi fraud akademik.
2. Bagi perusahaan, hasil dari penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan masukan dan pertimbangan dalam melakukan identifikasi tingkat dan
persepsi dalam mengurangi fraud akademik di masa yang akan datang agar lebih
membawa dampak yang lebih baik bagi suatu perguruan tinggi.
3. Bagi penulis selanjutnya, sebagai informasi yang dapat digunakan untuk referensi
penelitian dan menambah pengetahuan bagi yang berminat dalam penelitian
bidang yang sama.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kasus dan Masalah


2.2.1 Kasus
Kecurangan akademik merupakan kecurangan yang sering terjadi di
lingkungan perguruan tinggi. Kecurangan ini terjadi bisa dilakukan oleh
mahasiswa, karyawan ataupun oleh kalangan pendidik dengan secara sadar
dan sengaja demi memperoleh keuntungan diri sendiri atau kelompok.
Kecurangan akademik melibatkan usaha yang disengaja untuk
melakukan kecurangan yaitu seperti plagiarisme, pemalsuan bukti data atau
hasil pemaksaan bukti serta data yang relevan, penyimpangan sumber-sumber
bukti atau data, pencurian ide, atau penyimpangan yang disengaja dari karya
penelitian atau data orang lain. Kecurangan akademik muncul sebagai
interaksi berbagai faktor, baik yang bersifat internal seperti harga diri, indeks
prestasi akademik, etos kerja, kemampuan atau kompetensi motivasi
akademik, sikap, tingkat pendidikan teknik belajar, moratitas, dan lain-lain.
Ataupun, yang bersifat eksternal seperti pengawasan oleh pengajar, penerapan
peraturan, tanggapan pihak birokrat terhadap kecurangan, perilaku siswa lain,
dan lain-lain.
Kecurangan akademik digolongkan menjadi dua bagian yaitu
kecurangan serta plagiarisme. Kecurangan sebagai suatu tindakan yang
dilakukan oleh seseorang dengan menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk
mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis.
Perilaku curang pada dasarnya akan memberi hasil buruk pada kemampuan
peserta didik. Perilaku curang dibagi dalam tiga kategori yaitu :
1) Memberi, mengambil, atau menerima informasi tertentu
2) Menggunakan suatu alat yang dilarang.
3) Memanfaatkan kelemahan orang, prosedur untuk mendapatkan
keuntungan. Sedangkan plagiarisme atau sering disebut plagiat adalah
penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari
orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri.

5
Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta
orang lain. Di dunia pendidikan, pelaku plagiarism dapat mendapat hukuman
berat seperti dikeluarkan dari sekolah maupun perguruan tinggi.
Faktor-faktor Pendorong Terjadinya Fraud Akademik yaitu :
1) Individual yaitu usia, jenis kelamin, prestasi akademik, pendidikan orang
tua serta aktivitas ekstrakurikuler.
2) Kepribadian yaitu moralitas, variabel yang berkaitan dengan pencapaian
akademik dan impulsifitas, afektivitas dan variabel kepribadian yang lain.
3) Faktor Kontekstual
4) Faktor Situasional

2.2.2 Peraturan Kewajiban dan Larangan Bagi Dosen dan Karyawan


Ada beberapa peraturan yang dibuat oleh pemerintah RI guna
mengatur kewajiban dan larangan bagi kalangan dosen serta karyawan di
perguruan tinggi, adapun peraturannya yaitu sebagai berikut.
1) PP No 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri menjelaskan
beberapa kewajiban dan larangan bagi karyawan dan dosen, yaitu sebagai
berikut:
a. Pasal 3
Setiap PNS wajib:
 Ayat 9: Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat
untuk kepentingan negara;
 Ayat 10: Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila
mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan
negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan,
dan materiil;
 Ayat 11: masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
 Ayat 12: mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
b. Pasal 4
Setiap PNS dilarang:
 Ayat 1: menyalahgunakan wewenang;
 Ayat 2: menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi
dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;

6
 Ayat 6: melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman
sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar
lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,
golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan negara;
 Ayat 8: menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari
siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau
pekerjaannya;
 Ayat 11 : menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
2) PP No 37 Pasal 29 Tahun 2009 tentang dosen menjelaskan tentang
kewajiban dosen dalam memberikan nilai kepada tiap mahasiswa yang
diajarkannya, yang rinciannya sebagai berikut:
 Ayat 1: Dosen memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian
dan menentukan kelulusan mahasiswa sesuai dengan kriteria dan
prosedur yang ditetapkan oleh perguruan tinggi dan peraturan
perundang-undangan.
 Ayat 2: Penilaian dan penentuan kelulusan mahasiswa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dosen secara
objektif, transparan, dan akuntabel.
3) UU No 14 Pasal 67 Tahun 2005
UU no 14 pasal 67 tahun 2005 menjelaskan hukuman bagi para dosen
yang telah melakukan kecurangan, yaitu sebagai berikut:
 Ayat 2: Dosen dapat diberhentikan tidak dengan hormat dari
jabatan sebagai dosen karena:
 Melanggar sumpah dan janji jabatan;
 Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama;
atau
 Melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas selama 1 (satu)
bulan atau lebih secara terus-menerus.

2.2 Analisis Kasus


2.2.1 Masalah

7
Menurut saya, Mahasiswa sebagai individu memiliki alasan-alasan
tertentu ketika melakukan kecurangan akademik. Alasan tersebut bisa
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
eksternal itu meliputi lingkungan dan teman akademik. Sedangkan, faktor
internal bisa terjadi karena merasa tidak memiliki kemampuan dalam
mengerjakan tugas. Sehingga, kedua alasan tersebut dapat memotivasi
mahasiswa untuk melakukan tindakan kecurangan akademik seperti
plagiarisme, pemalsuan data, penggadaan tugas, menyontek saat ujian, dan
kerjasama yang salah.
Selain itu juga, seperti menyontek dengan menggunakan materi yang
tidak valid dalam ujian, menggunakan informasi, refensi atau data-data palsu,
plagiat, dan membantu siswa lain untuk menyontek seperti membiarkan siswa
lain menyalin tugasnya, memberikan kumpulan soal-soal yang sudah
diujiankan, mengingat soal ujian kemudian membocorkannya.
Selain itu juga, Prilaku kecurangan pada akademik ini bisa dilakukan
oleh kalangan mahasiswa, dosen dan juga oleh karyawan bagian akademik.
Prilaku kecurangan tersebut bisa saja terjadi karena berbagai alasan pelaku
dalam melakukan tindakan kecurangan, seperti adanya kesempatan dan juga
tekanan sehingga membuat pelaku melakukan tindakan kecurangan.
Adapun, indikator fraud akademik yang dilakukan mahasiswa yaitu
seperti :
1) Menyontek yaitu dengan melihat jawaban teman, membawa catatan yang
dilarang dalam ujian ataupun membuka buku pada saat ujian berlangsung.
2) Membeli soal yaitu dengan membeli soal ujian kepada pihak tertentu agar
dapat memperoleh soal ujian yang akan diujiankan, dengan begitu ia dapat
menjawab semua pertanyaan dengan baik pada saat ujian berlangsung.
3) Membeli nilai yaitu dengan memberikan imbalan tertentu kepada dosen
tertentu dengan hasil mahasiswa tersebut mendapatkan nilai yang bagus.
4) Plagiat.
5) Meminta bantuan orang lain dalam pembuatan skripsi yaitu dengan cara
membayar dan meminta seseorang atau pihak tertentu agar dapat
menyelesaikan skripsi milikinya sehingga skripsinya dapat terselesaikan.
Adapun, indikator fraud akademik yang dilakukan dosen yaitu seperti :

8
1) Membiarkan mahasiswa menyotek yaitu membiarkan mahasiswa
melakukan perbuatan yang dilarang pada saat ujian berlangsung.
2) Menjual soal-soal ujian yaitu dengan meminta imbalan tertentu kepada
mahasiswa tersebut.
3) Menjual nilai yaitu dengan memberikan nilai bagus dari matakuliah yang
diajarkannya kepada mahasiswa dengan syarat menerima imbalan tertentu
yang menguntungkan bagi dosen tersebut.
4) Tidak masuk mengajar yaitu termasuk ke dalam melepaskan tanggung
jawabnya sebagai pengajar dengan tidak mengajar mahasiswa dikelas
sesuai jadwal yang sudah ditetapkan.
5) Memberi bantuan dalam pembuatan skripsi yaitu dengan cara membuatkan
skripsi dari mahasiswa dan dosen tersebut memperoleh berupa imbalan
dari mahasiswa tersebut.
6) Meminta imbalan dalam membimbing skripsi yaitu dengan cara
membuatkan skripsi dari mahasiswa dan dosen tersebut memperoleh
berupa imbalan dari mahasiswa tersebut.
Adapun, indikator fraud akademik yang dilakukan karyawan yaitu
seperti dengan merubah nilai matakuliah yang dapat dilakukan oleh karyawan
akademik sehingga ia memperoleh suatu keuntungan dari tindakan tersebut.

2.2.2 Akar Permasalahan


Kecurangan atau Fraud sebagai suatu tindakan yang dimana dilakukan
karena adanya kesempatan, peluang, tekanan dan pembenaran akan apa yang
dilakukan. Serta, adanya faktor pendorong baik itu yang berasal dari internal
maupun eksternal.

2.2.3 Latar Belakang Terjadinya Masalah


Penjelasannya, meliputi :
1) Kesempatan dan Peluang biasanya muncul sebagai akibat lemahnya
pengendalian internal pada suatu organisasi tersebut.
2) Tekanan pada seseorang akan membuat seseorang mencari kesempatan
melakukan kecurangan.
3) Pembenaran terjadi karena seseorang mencari pembenaran atas
perilakunya yang mengandung fraud dan meyakini atau merasa bahwa

9
tindakannya itu bukan merupakan suatu kecurangan, tetapi sebagi suatu
yang memang merupakan haknya, bahkan kadang pelaku merasa telah
berjasa karena telah berbuat banyak untuk organisasi.

2.2.4 Aturan yang Berlaku


Ada beberapa peraturan yang dibuat oleh pemerintah RI guna
mengatur kewajiban dan larangan bagi kalangan dosen serta karyawan di
perguruan tinggi, adapun peraturannya yaitu sebagai berikut.
1) PP No 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri menjelaskan
beberapa kewajiban dan larangan bagi karyawan dan dosen, yaitu sebagai
berikut:
a. Pasal 3
Setiap PNS wajib:
 Ayat 9: Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat
untuk kepentingan negara;
 Ayat 10: Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila
mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan
negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan,
dan materiil;
 Ayat 11: masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
 Ayat 12: mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
b. Pasal 4
Setiap PNS dilarang:
 Ayat 1: menyalahgunakan wewenang;
 Ayat 2: menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi
dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;
 Ayat 6: melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman
sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar
lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,
golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan negara;

10
 Ayat 8: menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari
siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau
pekerjaannya;
 Ayat 11 : menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
2) PP No 37 Pasal 29 Tahun 2009 tentang dosen menjelaskan tentang
kewajiban dosen dalam memberikan nilai kepada tiap mahasiswa yang
diajarkannya, yang rinciannya sebagai berikut:
 Ayat 1: Dosen memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian
dan menentukan kelulusan mahasiswa sesuai dengan kriteria dan
prosedur yang ditetapkan oleh perguruan tinggi dan peraturan
perundang-undangan.
 Ayat 2: Penilaian dan penentuan kelulusan mahasiswa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dosen secara
objektif, transparan, dan akuntabel.
3) UU No 14 Pasal 67 Tahun 2005
UU no 14 pasal 67 tahun 2005 menjelaskan hukuman bagi para dosen
yang telah melakukan kecurangan, yaitu sebagai berikut:
 Ayat 2: Dosen dapat diberhentikan tidak dengan hormat dari
jabatan sebagai dosen karena:
 Melanggar sumpah dan janji jabatan;
 Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama;
atau
 Melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas selama 1 (satu)
bulan atau lebih secara terus-menerus.

2.2.5 Ketidaksesuaian dengan Aturan


Ketidaksesuaian dengan aturan memberi dampak seperti berikut.
1) Tingkat produktifitas pendidikan di Indonesia menjadi sangat rendah.
2) Proses belajar mengajar dalam lembaga pendidikan gagal untuk mendidik
generasi muda yang diharapkan.

2.3 Pemecahan Kasus dan Masalah


2.3.1 Action Plan

11
Menggunakan Metode SMART :

Tujuan : Untuk mengidentifikasi dan mengurangi fraud akademik.


NO METODE DESKRIPSI
1 Specific 1) Who : Mahasiswa, Dosen, Karyawan.
(Spesifik) 2) What : Menciptakan lingkungan bebas fraud.
3) Where : Lingkungan Perguruan Tinggi (Universitas
Widyatama).
4) When : Saat ini.
5) Why : Diharapkan dapat mengurangi tingkat
kecurangan, juga untuk melatih seorang mahasiswa
agar terhindar dari kecurangan akademik. Serta, agar
menjadi pedoman bagi Perguruan Tinggi dalam
mencegah dan mengontrol tindakan-tindakan
kecurangan akademik.
2 Measurable Untuk membangun tujuan spesifik saat ini, kita bisa
(Terukur) menerapkan sistem pelaporan pelanggaran atau
Whistleblowing system dengan target seluruh mahasiswa
Universitas Widyatama. Dalam prosesnya, kita bisa
menerapkan sistem ini setiap saat pada kegiatan akademik
berlangsung.
3 Achivable (Dapat Sistem pelaporan pelanggaran atau Whistleblowing system
dicapai) ini sudah sukses diterapkan dalam lingkungan pemerintahan
lalu dianjurkan untuk menerapkannya dalam lingkungan
perguruan tinggi.
4 Relevant Selalu membuat perencanaan dan melakukan evaluasi agar
(Relevan) tujuan tercapai dengan baik.
5 Timebound Dapat dilakukan kapan saja pada saat kegiatan akademik
(Berdasarkan berlangsung. Atau, bisa dalam jangka waktu satu semester
waktu) sebagai bahan evaluasi.

12
2.3.2 Pengendalian yang digunakan atau yang akan digunakan
Yaitu, berkaitan dengan kasus fraud akademik tersebut maka kita dapat
menerapkan sistem pelaporan pelanggaran atau Whistleblowing system. Yaitu,
sebagai suatu sistem yang dirancang sedemikian rupa mengenai kriteria
kecurangan yang dilaporkan yang meliputi 5W+1H, tindak lanjut dari laporan
tersebut, dan diberi penghargaan serta perlindungan bagi whistleblower dan
hukuman atau sanksi untuk terlapor. Sistem ini akan menjadi efektif dalam
mendeteksi dan mencegah kecurangan.
Sistem ini harus memenuhi elemen-elemen :
1) Anonimitas yaitu sebuah sistem yang harus merahasiakan identitas
seseorang, karena tanpa rasa takut untuk melaporkan tindak pelanggaran
dan kecurangan di dalam organisasi.
2) Independensi yaitu tidak ada hubungan dengan pihak organisasi maupun
pihak yang melakukan pelanggaran.
3) Akses yang mudah yaitu artinya harus mempunyai beberapa saluran untuk
melaporkan tindak pelanggaran.
4) Tindak Lanjut yaitu ditindaklanjuti untuk menentukan tindakan yang
diperlukan dalam menyelidiki suatu pelanggaran.
Maka dari itu, sistem ini memiliki manfaat dan sisi positif serta dapat
mendorong seseorang untuk lebih aktif lagi melaporkan tindak pelanggaran.
Sistem ini dapat diterapkan kepada siapapun baik itu mahasiswa, dosen,
maupun karyawan perguruan tinggi atau akademik.

13
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Kecurangan atau fraud merupakan suatu tindakan penyimpangan dan
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu
misalnya menipu atau memberikan gambaran keliru kepada pihak-pihak lain, yang
dilakukan oleh orang-orang baik dari dalam maupun dari luar organisasi.
Kecurangan akademik merupakan kecurangan yang sering terjadi di
lingkungan perguruan tinggi. Kecurangan ini terjadi bisa dilakukan oleh
mahasiswa, karyawan ataupun oleh kalangan pendidik dengan secara sadar dan
sengaja demi memperoleh keuntungan diri sendiri atau kelompok.
Kecurangan akademik dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Kecurangan tersebut sebagai suatu tindakan yang
dimana dilakukan karena adanya kesempatan, peluang, tekanan dan pembenaran
akan apa yang dilakukan.
Maka dari itu, kecurangan yang terjadi dapat dikurangi dengan
menerapkan Sistem Whistleblowing, karena sistem ini mempunyai banyak
manfaat seperti kondisi kampus menjadi lebih kondusif dan kualitas pembelajaran
pun akan menjadi lebih baik. Selain itu juga, akan dapat meningkatkan kepatuhan
mahasiswa, dosen ataupun karyawan terhadap peraturan yang diberlakukan di
lingkungan kampus.
Sistem ini dapat diterapkan ketika ada peranan dari mahasiswa, dosen
ataupun karyawan untuk melaporkan tindakan kecurangan yang terjadi di
lingkungan kampus. Peran mahasiswa, dosen ataupun karyawan ini adalah
membantu dalam proses sosialisasi tenttang pentingnya manfaat dari sistem
tersebut, melaporkan apabila menemukan situasi yang mengarah kepada tindakan
kecurangan akademik dan memantau apakah sistem ini dapat berjalan dengan
baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

15

Anda mungkin juga menyukai