Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENGAUDITAN II

ISU AUDITING DAN AKUNTANSI PENDIDIKAN

Disusun Oleh:
Kelompok 7
Shella Novita 01031181823045
Yovita Noviola 01031281823071
Elisa Rouli Hutabarat 01031281823073
Nada Nabila Aprilia 01031281823082
Noviana Elben Wijaya 01031281823084

Dosen Pengampu:
Dr. Yulia Saftiana, S.E., Ak., M.Si., CA.
Umi Kalsum, S.E., M.Si., Ak., CA

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam memenuhi mata kuliah Pengauditan II
yang berjudul “Isu auditing dan Akuntansi Pendidikan”. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para
pengikutnya yang tetap istiqamah hingga akhir zaman.
Terima kasih juga yang amat besar kami sampaikan kepada ibu/bapak dosen pengajar
mata kuliah Pengauditan II yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Makalah “Isu auditing dan Akuntansi Pendidikan” ini diajukan sebagai salah satu tugas
mata kuliah Pengauditan II. Makalah ini memuat tentang isu auditing dan kecurangan yang
dilakukan mahasiswa atau komponen lainnya dalam dunia pendidikan akuntansi.
Demikianlah makalah ini kami sajikan, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis
berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi kemajuan dalam bidang pendidikan dan
menambah pengetahuan serta dapat meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT.

Palembang, 24 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 3
1.3 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 4
2.1 Landasan Teori...................................................................................................... 4
2.2 Akuntansi Pendidikan............................................................................................ 4
2.2.1 Peran dan Fungsi Akuntansi dalam Dunia Pendidikan ................................. 5
2.2.2 Siklus Akuntansi Pendidikan ....................................................................... 6
2.3 Kecurangan Akademik .......................................................................................... 7
2.3.1 Definisi Kecurangan Akademik................................................................... 7
2.3.2 Bentuk Kecurangan Akademik .................................................................... 7
2.3.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kecurangan Akademik ......................... 9
2.4 Penelitian Terdahulu ........................................................................................... 11
2.5 Kasus Kecurangan Akademik .............................................................................. 16
2.5.1 Kasus Kecurangan Akademik di Indonesia ................................................ 16
2.5.2 Kasus Kecurangan Akademik di Internasional........................................... 19
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuntansi merupakan salah satu bidang ilmu yang harus mengikuti perkembangan
teknologi informasi didalam prosesnya. Dalam proses sistematis akuntansi untuk
mengolah transaksi menjadi informasi keuangan yang bermanfaat bagi para
penggunanya. Suatu perusahaan agar bisa berkembang secara produktif memerlukan
keseimbangan dari sumber daya manusia yang profesional. Sumber daya manusia yang
dibutuhkan salah satunya yaitu seorang akuntan. Baik tidaknya suatu laporan keuangan
ditentukan banyak faktor, salah satunya yaitu akuntan yang nantinya akan membuat
laporan keuangan. Pendidikan merupakan sebuah sarana untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Pendidikan juga merupakan suatu kekuatan yang sangat
mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan fisik, mental, etika dan seluruh
aspek kehidupan manusia (M. H. Santoso & Adam, 2012).
Akuntansi Pendidikan (Educational Accounting) merupakan bidang akuntansi yang
berhubungan dengan kegiatan pengembangan pendidikan akuntansi (Gimin, 2015).
Tujuan pendidikan sesuai dengan UUD 1945 yang dituangkan dalam Undang-Undang
No.20 Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, "Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab". Berdasarkan
tujuan ini, hasil dari pendidikan bukan saja menghasilkan seseorang yang memiliki ilmu
pengetahuan, namun yang sangat penting juga adalah memiliki akhlak mulia dan
memiliki integritas pribadi (Aulia, 2015). Namun pada kenyataanya dalam proses
pendidikan, terkadang tujuan pendidikan tersebut menjadi dipersempit dengan hanya
fokus untuk mendapatkan angka/ nilai yang tertera dalam ijazah atau tanda kelulusan,
sehingga dalam prosesnya pendidikan menjadi salah arah (Purnamasari, 2013). Hal ini
yang mendasari perlu adanya etika bagi mahasiswa/pelajar sebagai calon akuntan.
Lembaga pendidikan formal mulai dari tingkat dasar, menengah, sampai dengan
perguruan tinggi diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Salah satu
tolok ukur dari keberhasilan dari kualitas pendidikan adalah nilai evaluasi dari hasil
1
pembelajaran. Setiap peserta didik, baik siswa pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah maupun mahasiswa pada level perguruan tinggi tentunya ingin mendapatkan
nilai yang baik karena nilai tersebut menjadi salah satu hal yang menjadi tolok ukur
kesuksesan seseorang. Mahasiswa biasanya mendapatkan banyak tekanan dari pihak luar
berupa tuntutan untuk mendapatkan nilai indeks prestasi yang tinggi pada akhir semester.
Tuntutan tersebut dapat berasal dari lingkungan eksternal mahasiswa dalam hal ini adalah
orang tua, dosen, maupun lingkungan pertemanan (Ridhayana et al., 2018). Sehingga
segala upaya dilakukan agar dapat berhasil dalam ujian, termasuk dengan kecurangan
(Nursalam et al., 2016). Cheating adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak fair (tidak jujur). Kecurangan
akan banyak terjadi apabila seorang akuntan tidak mematuhi kode etik akuntan.
Kecurangan ini merupakan suatu tindakan yang sudah berada diluar koridor atau aturan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Peran strategis dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa yang dimiliki pendidikan tinggi terancam dengan ditemukannya praktik–praktik
kecurangan (fraud) yang terjadi, dan biasa disebut sebagai kecurangan akademik (Fraud
Academic).
Pada dasarnya kecurangan akademik dilakukan oleh mahasiswa dengan sengaja
ataupun tidak sengaja dengan berbagai tujuan dan alasan. Kecurangan akademik
merupakan salah satu tindakan yang bertentangan dengan etika. Kecurangan akademik
dapat terjadi ketika mahasiswa melakukan berbagai cara yang tidak baik untuk mencapai
tujuan dan keberhasilan. Kecurangan akademik dapat dilakukan mahasiswa khususnya
dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran akuntansi yang merupakan salah satu
mata kuliah yang didalamnya terdapat teori dan praktik, serta membutuhkan banyak
perhitungan yang dapat membuat mahasiswa merasa kesulitan, menimbulkan peluang
terjadinya kecurangan akademik. Berbagai peraturan yang ada seolah diabaikan bahkan
cenderung dilanggar.
Kecurangan akademik yang sering ditemukan dalam dunia pendidikan adanya
mahasiswa menyiapkan catatan kecil untuk ujian atau kuis, mencontek, menyalin ujian
atau tugas, titip tanda tangan, copy paste dari internet, bekerja sama dengan teman saat
ujian, menggunakan jasa orang lain saat ujian dan masih banyak lagi kecurangan lainnya
yang sering terjadi (Sagoro, 2013). Suatu tindakan dapat terjadi dikarenakan adanya suatu
penyebab, misalnya kecurangan terjadi karena kebutuhan, keserakahan, dan adanya
peluang (Wandayu et al., 2019). Masalah integritas dan kejujuran seakan tidak lagi
menjadi penting ketika orientasi utama dari menempuh pendidikan di sekolah atau
2
perguruan tinggi adalah nilai. Kondisi ini kemudian membuat mahasiswa tidak lagi
memperhatikan proses pembelajaran namun melakukan segala cara untuk mendapatkan
nilai yang baik. Menurut (D. Santoso & Yanti, 2016) pada umumnya mahasiswa selalu
berorientasi pada hasil yang di dapat, bukan berorientasi pada proses yang dijalani.
Dengan ditanamkannya moral/etika sejak usia dini maka diharapakan perilaku tidak jujur
seperti kasus tersebut tidak terulang lagi.
Untuk dapat menjadi seorang akuntan, seharusnya dapat memahami tentang
akuntansi yang dipelajari dalam bangku perkuliahan, sebab itu dalam melakukan
pekerjaannya akuntan harus bisa bersikap profesional dan bebas dari segala bentuk
kecurangan sehingga menghasilkan laporan yang benar dan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya (Sihombing & Budiartha, 2020).

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja isu-isu auditing
mengenai akuntansi pendidikan yang ada di Indonesia.

1.3 Manfaat Penulisan


 Manfaat bagi Penulis
Penulis mengharapkan mendapatkan tambahan wawasan dan pengetahuan
mengenai bagaimana menulis makalah yang baik serta memperoleh pengetahuan
lebih mengenai Isu-isu Auditing mengenai Akuntansi pendidikan yang ada di
Indonesia.
 Manfaat bagi Pembaca
Penulis berharap agar pembaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru
mengenai Isu-isu Auditing mengenai Akuntansi pendidikan yang ada di Indonesia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori


Berdasarkan teori fraud triangle, kecurangan dipengaruhi oleh tiga elemen yaitu:
tekanan, kesempatan berbuat kecurangan, dan rasionalisasi.
Tekanan Akademik. Tekanan adalah kondisi dari dalam maupun lingkungan sekitar
yang memaksa seseorang melakukan kecurangan untuk memperoleh tujuannya. Apabila
dikaitkan dengan kecurangan akademik oleh mahasiswa, berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Albrecht et al (2012) indikator tekanan akademiknya meliputi; Peringkat
akademik mahasiswa, Kegagalan akademik mahasiswa, Persaingan akademik antar
mahasiswa dan Ketidakpuasan akademik pada mahasiswa
Kesempatan Berbuat Kecurangan Akademik. Kesempatan merupakan situasi dan
kondisi yang memungkinkan melakukan kecurangan akademik dan tidak terdeteksi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Albrecht et al (2012) indikator
kesempatannya meliputi; Kurangnya pengendalian untuk mencegah dan mendeteksi
pelanggaran, Ketidakmampuan untuk menilai kualitas dari suatu hal, Kegagalan dalam
mendisiplinkan pelaku kecurangan, Kurangnya akses informasi, Ketidaktahuan, apatis
atau ketidakpedulian, dan kemampuan yang tidak memadai dari pihak yang dirugikan
dan Kurangnya pemeriksaan.
Rasionalisasi Berbuat Kecurangan Akademik. Rasionalisasi adalah bentuk
pembenaran diri atau alasan yang salah untuk suatu perilaku yang salah. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Albrecht et al (2012) indikator rasionalisasi meliputi;
Kecurangan sering dilakukan, Pelaku melakukan kecurangan hanya ketika dalam
keadaan terdesak, Perlakuan tidak adil dari kampus, Tidak ada pihak yang dirugikan dan
Hasil kecurangan untuk menjaga nama baik orang tua dan dirinya.

2.2 Akuntansi Pendidikan


Dalam organisasi pendidikan, akuntansi digunakan sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan pendidikan yang terkait dengan dana pendidikan. Pengertian akuntansi
dapat dirumuskan dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut pandang jasa akuntansi dan
dari proses kegiatannya.
Ditinjau dari sudut pandang pemakainya, akuntansi merupakan suatu disiplin ilmu
yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara
4
efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi (organisasi institusi
pendidikan). Informasi akuntansi di dunia pendidikan sangat penting karena dapat
digunakan sebagai pengambil keputusan internal dan eksternal organisasi pendidikan
(Melasari 2019). Apabila ditinjau dari sudut kegiatannya, akuntansi dapat di definisikan
sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisisan
data keuangan suatu organisasi.
Secara umum untuk menjamin akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan dari
lembaga atau organisasi pendidikan sebagaimana yang diatur dalam undang-undang
pendidikan nasional maka diperlukan adanya akuntansi pendidikan. Karena dari sisi
keuangan akuntansi pendidikan mampu memberikan gambaran secara menyeluruh
tentang segala kegiatan dan aktivitas serta operasional dari lembaga atau organisasi
pendidikan. Apabila secara keuangan laporan keuangannya kurang sehat, jelas akan
mempengaruhi seluruh kegiatan operasional organisasi/lembaga pendidikan tersebut
(Melasari 2019)
2.2.1 Peran dan Fungsi Akuntansi dalam Dunia Pendidikan
Menurut Melasari (2019) peran dan fungsi akuntansi dalam dunia pendidikan
adalah menyediakan informasi keuangan yang kuantitatif agar berguna dalam
pengambilan keputusan.
Akuntansi di lingkungan sekolah bermanfaat untuk berbagai jabatan, adapun peran
dan fungsi akuntansi dari masing-masing tingkat jabatan adalah sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah menggunakan akuntansi untuk mengevaluasi sekolah,
melakukan tindakan-tindakan pengoreksian dan melakukan perencanaan sekolah
yang diperlukan untuk kemajuan sekolah.
2. Guru dan Karyawan
Guru dan karyawan tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan
profitabilitas sekolah termasuk kemampuan sekolah dalam memberikan balas jasa
dan kesempatan kerja.
3. Kreditor/Pemberi Pinjaman
Untuk melihat kemampuan sekolah dalam membayar pinjaman.
4. Orangtua Siswa
Orangtua siswa berkepentingan untuk mengetahui informasi kelangsungan
hidup institusi pendidikan, terutama perjanjian jangka panjang dan tingkat
ketergantungan sekolah.
5
5. Supplier/Pemasok
Tertarik tentang kemampuan sekolah dalam membayar utang pada saat jatuh
tempo.
6. Pemerintah
Pemerintah dan lembaga dibawahnya berkepentingan terkait aktivitas sekolah
dengan alokasi sumber daya. Seperti: mengatur aktivitas sekolah, menetapkan
kebijakan anggaran, dan sebagai acuan penyusunan anggaran untuk tahun-tahun
berikutnya.
7. Masyarakat
Masyarakat berkepentingan untuk melihat perkembangan laporan keuangan
berserta rangkaian aktivitasnya.
2.2.2 Siklus Akuntansi Pendidikan
Siklus akuntansi pendidikan merupakan sistematika pencatatan transaksi keuangan,
peringkasan dan pelaporan keuangan.
Menurut Melasari (2019) siklus akuntansi pendidikan dapat dikelompokkan
menjadi 3 tahap, yaitu:
1. Tahap Pencatatan
a. Mengidentifikasi dan mengukur bukti transaksi serta bukti pencatatan.
b. Mengelola dan mencatat bukti transaksi seperti kwitansi, cek, bilyet giro,
nota kontan, faktur, nota debit/nota kredit, dan memo kedalam jurnal.
c. Dari jurnal kemudian di posting sesuai kelompok ke dalam akun buku besar.
2. Tahap Pengikhtisaran
a. Pembuatan neraca saldo
b. Penyususnan jurnal penyesuaian
c. Penyusunan neraca lajur
d. Pembuatan jurnal penutup
e. Penyusunan neraca saldo setelah penutupan
f. Pembuatan jurnal pembalik
3. Tahap Pelaporan
a. Laporan surplus defisit
b. Laporan arus kas
c. Neraca
d. Catatan atas laporan keuangan

6
2.3 Kecurangan Akademik (Fraud Academic)
Kecurangan akademik merupakan suatu tindakan tidak jujur yang dilakukan
seseorang dalam bidang akademik guna mendapatkan hasil akhir yang baik sesuai dengan
yang ia inginkan. Tindakan tidak jujur tersebut berupa menyontek, plagiasi, menjiplak,
menyuap, untuk mendapatkan hasil memuaskan dalam karyanya dan mengaku bahwa
karya tersebut adalah karyanya sendiri.
2.3.1 Definisi Kecurangan Akademik
Menurut Aulia (2015). cheating is “to act dishonesty or unfairly in order to win
some profit or advantage”. Suatu tindakan tidak jujur yang dilakukan seseorang dalam
bidang akademik untuk keuntungan diri sendiri. Menurut Sihombing, M., & Budiartha,
I. K. (2020) mendefinisikan bahwa cheating adalah ”deceiving or depriving by trickery,
defrauding, misleading or fooling another” menurutnya kecurangan akademik merupakan
tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam bidang akademik untuk menipu dan
mengecoh pengajar sehingga pengajar berpikir bahwa karya tersebut adalah karya milik
mahasiswa sendiri. Ketika seseorang melakukan tindak kecurangan akademik membuat
seorang pengajar tidak mengetahui sejauh mana pemahaman seseorang dalam materi
yang telah diajarkan, karena ia mengaku bahwa apa yang dikerjakannya merupakan hasil
pemikirannya sendiri.
Dirdjosumarto, (2016).mendefinisikan kecurangan akademik sebagai suatu
perilaku curang yang dilakukan oleh individu yang mengacu pada bentuk cheating,
seeking out side help, plagiarism, dan electronic cheating. Perilaku kecurangan akademik
merupakan perilaku yang terdiri atas tiga kategori yaitu (1) memberikan, menggunakan
ataupun menerima segala informasi (2) menggunakan materi yang dilarang digunakan
dan (3) memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur ataupun suatu proses untuk
mendapatkan suatu keuntungan yang dilakukan pada tugas-tugas akademik.
Dari beberapa ahli yang mendefinisikan kecurangan akademik, dapat disimpulkan
bahwa perilaku curang merupakan suatu tindakan yang dilakukan individu untuk
kepentingannya sendiri atas ketidakmampuannya guna mendapatkan hasil yang baik pada
setiap proses pembelajaran dengan cara memanfaatkan kelemahan orang lain, menipu,
plagiasi, dan menyuap. Perilaku curang yang dilakukan di lingkungan akademik disebut
dengan kecurangan akademik.
2.3.2 Bentuk Kecurangan Akademik
Dirdjosumarto, (2016).menyatakan bahwa ada 4 bentuk kecurangan akademik,
yaitu: 1) Cheating, merupakan suatu bentuk kecurangan yang dilakukan oleh seseorang
7
dalam bidang akademik seperti mencontek teman lain pada saat ujian, membawa catatan
yang berisi materi ujian ke dalam ruangan, membantu teman lain berlaku curang pada
saat ujian (contohnya: menjadi perantara antar teman untuk saling bertukar jawaban); 2)
Seeking outside help, merupakan salah satu bentuk kecurangan dalam bidang akademik
dengan cara mencari bantuan dari luar, contohnya seperti; mencari informasi mengenai
materi ujian kepada teman lain yang sudah melakukan ujian, memberi tahu teman lain
mengenai materi yang akan diujikan, mencontek tugas individual milik teman lain; 3)
Plagiarism, yaitu suatu penjiplakan atau pengambilan karangan milik orang lain dan
mengakuinya sebagai karyanya sendiri. contohnya seperti; tidak mencantumkan sumber
pada setiap tugas yang dibuat, tidak mengubah sama sekali kutipan yang diambil dari
sumber untuk tugas atau karyanya, mengakui tugas orag lain sebagai tugasnya sendiri,
menggunakan tugas teman lain untuk dijadikan tugasnya; 4) Electronic cheating,
merupakan suatu bentuk kecurangan yang dilakukan seseorang dengan menggunakan
media elektronik seperti; meggunakan telepon genggam untuk saling bertukar jawaban
pada saat ujian, menggunakan kamus elektronik pada saat ujian bahasa inggris walaupun
peraturannya tidak memperbolehkan membawa kamus atau media apapun sebagai alat
bantu.
Menurut Nugraha, (2017). membagi empat area dalam kecurangan akademik
diantaranya; 1) Cheating on test, yaitu suatu kecurangan yang dilakukan seseorang pada
saat ujian, contohnya seperti mencontek pada saat ujian, memberikan jawabannya kepada
teman, membawa materi yang akan diujikan ke dalam ruangan ujian; 2) Cheating on
assigment, yaitu suatu bentuk kecurangan yang dilakukan pada saat mengerjakan tugas,
contohnya seperti mencontek atau menyalin tugas teman lain untuk dijadikan tugasnya
sendiri, meminta bantuan orang lain untuk mengerjakan tugasnya, menyalin atau copy-
paste artikel diinternet untuk dijadikan tugasnya; 3) Plagiarism, yaitu suatu penjiplakan
atau mengambil karya orang lain dan diakui sebagai karyanya sendiri. contohnya
menyalin sebagian atau sepenuhnya tulisan orang lain tanpa mengubahnya sedikitpun dan
dijadikan sebagai tulisannya sendiri, tidak mencantumkan sumber pada tugasnya; 4)
Falsifying document yaitu sebuah bentuk kecurangan akademik dengan cara memalsukan
dokumen untuk mendapatkan nilai yang baik pada bidang akademik, contohnya
mengganti presensi kehadiran, memalsukan nilai atau meminta bantuan untuk
memalsukan nilai akademiknya.
Kecurangan akademik adalah suatu tindakan yang dilakukan mahasiswa dengan
cara-cara sebagai berikut;
8
1. Menyontek, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh mahasiswa dengan sadar atau
tidak sadar menggunakan alat dan bahan sebagai informasi untuk menjawab dan
menyelesaikan tugas atau ujian tanpa izin dari penguji. Contohnya seperti menyalin
tugas orang lain atau menyalin jawaban orang lain pada saat ujian.
2. Pemalsuan, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh mahasiswa dengan sadar izin
mengganti atau mengubah nilai atau transkrip akademik, ijazah, kartu tanda 17
mahasiswa, tugas-tugas dalam rangka perkuliahan/tutorial/praktikum, surat
keterangan, laporan, atau tanda tangan dalam lingkup kegiatan akademik.
3. Melakukan tindak plagiat, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh mahasiswa dengan
sadar (sengaja) menggunkakan kalimat, data, atau karya orang lain sebagahi karya
sendiri (tanpa menyebutkan sumber aslinya) dalam suatu kegiatan akademik.
4. Menjiplak, merupakan suatu perbuatan mencontoh, meniru, menyontek, mencuri
karangan orang lain yang diakui sebagai karyanya sendiri.
5. Menyuap, memberi hadiah, dan mengancam, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh
mahasiswa untuk mempengaruhi atau mencoba mempengaruhi orang lain dengan
maksud mempengaruhi penilaian terhadap prestasi akademik.
6. Menggantikan kedudukan orang lain dalam kegiatan akademik, yaitu perbuatan
yang dilakukan oleh mahasiswa dengan menggantikan kedudukan atau melakukan
tugas kegiatan untuk kepentingan orang lain atas kehendak sendiri.
7. Bekerjasama saat ujian baik secara lisan, dengan isyarat, ataupun melalui alat
elektronik.
Dari uraian diatas terdapat kesamaan teori yang dapat disimpulkan bahwa bentuk
kecurangan menurut mereka hampir sama namun teori yang dikemukakan Eastman lebih
jelas dalam menjabarkan mengenai bentuk kecurangan akademik. Bentuk yang
menyebabkan seseorang melakukan tindak kecurangan akademik meliputi; cheating,
seeking outside help, plagiarism, and e-cheating (electronic cheating).
2.3.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kecurangan Akademik
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Purnamasari, D (2013) menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi kecurangan akademik meliputi;
1. Self-Efficacy
Konsep self-efficacy (efikasi diri) pertama kali dikemukakan oleh Bandura.
Bandura mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan pada kemampuan diri
dalam mengatur dan melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam rangka
pencapaian hasil usaha. Efikasi diri merupakan keyakinan tentang apa yang mampu
9
dilakukan oleh seseorang. Efikasi diri dapat diatur seseorang dengan menilai
keterampilan mereka dan kapabilitas mereka untuk menerjemahkan keterampilan
tersebut ke dalam tindakan.
Efikasi diri dalam setting akademik disebut efikasi diri akademik. Efikasi diri
akademik dapat didefinisikan sebagai keyakinan yang dimiliki seseorang tentang
kemampuan atau kompetensinya untuk mengerjakan tugas, mencapai tujuan, dan
mengatasi tantangan akademik. Individu yang menganggap tingkat efikasi diri
akademik cukup tinggi akan berusaha lebih keras, berprestasi lebih banyak, dan
lebih gigih dalam menjalankan tugas dengan menggunakan keterampilan yang
dimiliki daripada yang menganggap efikasi diri akademiknya rendah.
Efikasi diri akademik memiliki aspek yang mempengaruhi proses utama
efikasi diri, salah satunya yaitu proses kognitif. Fungsi utama dari proses kognitif
adalah memungkinkan individu untuk memprediksi kejadian, serta
mengembangkan cara untuk mengontrol kehidupannya. Keterampilan pemecahan
masalah secara efektif memerlukan proses kognitif untuk memproses berbagai
informasi yang diterima. Asumsi yang timbul pada aspek kognitif adalah semakin
efektif kemampuan individu dalam analisis dan dalam berlatih mengungkapkan ide-
ide atau gagasan pribadi, maka akan mendukung individu bertindak dengan tepat
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Perkembangan Moral
Definisi perkembangan moral adalah perubahan penalaran, perasaan, dan
perilaku tentang standar mengenai benar dan salah. Perkembangan moral
melibatkan tiga aspek, yakni pemikiran, perilaku dan perasaan. Gagasan dasar
dalam hal pemikiran mencakup bagaimana seseorang berpikir mengenai aturan-
aturan yang menyangkut etika berperilaku. Gagasan dasar dalam hal perilaku
mencakup bagaimana mahasiswa sebaiknya berperilaku dalam situasi moral.
Gagasan dasar dalam hal perasaan mencakup bagaimana perasaan mahasiswa
mengenai masalah-masalah moral. Pikiran, perilaku dan perasaan dapat terlibat
dalam kepribadian moral individu. Kepribadian moral dijadikan dimensi keempat
sebagai gagasan dasar perkembangan moral.
3. Religi
Definisi religi adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem
perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan
yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning). Salah satu aspek
10
dalam religi yang berhubungan dalam penelitian ini adalah aspek akhlak, karena
menunjuk pada seberapa tingkatan seseorang berperilaku dimotivasi oleh ajaran-
ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama
dengan manusia lain. Akhlak merupakan perbuatan yang meliputi perilaku suka
menolong, bekerjasama, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak menipu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aulia, (2015) mengemukakan adanya
faktor-faktor kecurangan akademik antara lain;
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin menjadi faktor dalam kecurangan akademik karena dari penelitian-
penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa ada perbedaan antara kecurangan
yang dilakukan oleh laki-laki dengan perempuan, dinyatakan bahwa laki-laki lebih
sering melakukan kecurangan akademik dibandingkan dengan perempuan.
2. Usia
Usia menjadi faktor kecurangan akademik dikarenakan orang yang lebih tua
memiliki pengalaman dan pembelajaran yang lebih banyak sehingga membuat ia
lebih mengerti apa yang harus dilakukannya, oleh karena itu orang yang lebih muda
memiliki kecurangan akademik yang lebih tinggi dibandingakan dengan orang
lebih muda.
3. Perbedaan Budaya
Perbedaan budaya menjadi faktor kecurangan akademik karena budaya
mempengaruhi diri dalam melakukan perbuatan. Jika lingkungan sekitar orang-
orangnya melakukan kecurangan maka ada kemungkinan kita akan melakukan
kecurangan juga, begitupun sebaliknya.

2.4 Penelitian Terdahulu


Peneliti dan
No. Judul Penelitian Hasil Penelitian
Tahun
1 Aulia (2015) Faktor-Faktor yang Kontrol diri, efikasi diri akademik,
Terkait dengan dan prestasi akademik secara
Kecurangan Akademik bersama-sama memiliki peran
pada Mahasiswa sebesar 10% terhadap perilaku
kecurangan akademik dan 90%
lainya dapat dipengaruhi oleh

11
faktor-faktor yang lain seperti
tingkat hukuman yang diberikan
atas perilaku kecurangan
akademik yang dilakukan,
pengaruh teman sebaya, persepsi
terhadap materi & dosen, dan
lainnya.
2 Purnamasari Faktor-faktor yang Tingkat kecurangan akademik
(2013) Mempengaruhi yang terjadi pada mahasiswa
Kecurangan Akademik Unnes angkatan 2010 masih tinggi
pada Mahasiswa dengan faktor efikasi diri
akademik sebagai faktor paling
dominan.
3 Santoso & Yanti Pengaruh Perilaku Perilaku tidak jujur terbukti
(2015) Tidak Jujur Dan memiliki pengaruh pada
Kompetensi Moral kecurangan akademik mahasiswa
Terhadap Kecurangan akuntansi. Sedangkan kompetensi
Akademik (Academic moral belum terbukti berpengaruh
Fraud) Mahasiswa pada kecurangan akademik
Akuntansi mahasiswa akuntansi.
4 Nursalam et al. Bentuk Kecurangan Bentuk-bentuk kecurangan
(2016) Akademik (Academic akademik yang dilakukan oleh
Cheating) Mahasiswa mahasiswa PGMI adalah
PGMI Fakultas menyontek pekerjaan teman pada
Tarbiyah dan Keguruan saat ujian, membuka buku saat
Uin Alauddin Makassar ujian, menyalin tugas teman,
membuka internet melalui
handphone, copy paste dari
internet. Faktor-faktor yang
menyebabkan yaitu sangat sulit
mengerjakan tugas yang diberikan
oleh dosen membutuhkan jawaban
yang real, mahasiswa terpengaruh

12
dengan adanya mahasiswa lain
yang menyontek, waktu yang
disediakan sangat singkat,
mahasiswa tidak memahami
materi yang diujikan, ragu dengan
jawaban sendiri, tidak ada
hukuman yang diberikan jika
berbuat curang, mendapatkan nilai
yang bagus.
5 Sagoro (2013) Pensinergian Pencegahan tindakan kecurangan
Mahasiswa, Dosen, Dan akademik yang terjadi dapat
Lembaga Dalam berhasil jika
Pencegahan terdapat sinergi di antara
Kecurangan Akademik mahasiswa, dosen, dan lembaga.
Mahasiswa Akuntansi Mahasiswa sebagai kunci utama
harus berani mengambil langkah
dan peran untuk mencegah
berbagi bentuk kecurangan
akademik. Namun, dosen sebagai
pendidik juga harus mampu
menjadi teladan bagi mahasiswa.
6 Sihombing & Analisis Pengaruh Tekanan (pressure), Peluang
Budiartha (2020) Fraud Triangle (opportunity), dan Rasionalisasi
Terhadap Kecurangan (rationalization) berpengaruh
Akademik (Academic positif dan signifikan pada
Fraud) Mahasiswa kecurangan akademik (academic
Akuntansi Universitas fraud) mahasiswa akuntansi.
Udayana
7 Wandayu et al. Faktor Keperilakuan Rasionalisasi berpengaruh negatif
(2019) dan Perilaku terhadap niat mahasiswa untuk
Kecurangan Akademik: melakukan kecurangan meskipun
Peran Niat sebagai rasionalisasi
Variabel Mediasi

13
mahasiswa tinggi, tetapi tidak
akan memengaruhi niat
mahasiswa melakukan
kecurangan. Keyakinan etis
mahasiswa berpengaruh terhadap
niat mahasiswa dalam melakukan
kecurangan. Tekanan mahasiswa
atas studi dan kesempatan
berpengaruh terhadap niat
mahasiswa melakukan
kecurangan.
8 Ridhayana et al. Pengaruh Fraud Faktor-faktor dalam fraud triangle
(2018) Triangle dan Tingkat dan tingkat religiusitas secara
Religiusitas Terhadap simultan memiliki pengaruh
Perilaku Kecurangan terhadap perilaku kecurangan
Akademik (Studi pada akademik. Tekanan, kesempatan,
Mahasiswa S-1 dan tingkat religiusitas secara
Universitas Khairun) parsial mempengaruhi perilaku
kecurangan akademik, sedangkan
variabel rasionalisasi tidak
berpengaruh terhadap perilaku
kecurangan akademik.
9 Melasari (2019) Pengaruh Motivasi Secara parsial, motivasi belajar
Belajar, dan integritas mahasiswa tidak
Penyalahgunaan berpengaruh terhadap perilaku
Teknologi Informasi kecurangan akademik, sedangkan
dan Integrasi penyalahgunaan teknologi
Mahasiswa Terhadap informasi berpengaruh positif
Perilaku Kecurangan terhadap perilaku kecurangan.
Akademik Mahasiswa Sedangkan secara simultan
Akuntansi Sebagai motivasi belajar, penyalahgunaan
Calon Akuntan (Studi teknologi informasi dan integritas
pada Mahasiswa mahasiswa secara bersama-sama

14
Akuntansi Universitas berpengaruh signifikan terhadap
Islam Indragiri) perilaku kecurangan akademik
pada mahasiswa Jurusan
Akuntansi Program S1
Universitas Islam Indragiri.
10 Widianto & Sari Deteksi Kecurangan Variabel tekanan, peluang, dan
(2017) Akademik pada rasionalisasi signifikan dan
Mahasiswa D III signifikan terhadap penipuan
Akuntansi Politeknik Akademik sedangkan uji F
Harapan Bersama Tegal (simultan) menunjukkan bahwa
Dengan Model Fraud variabel tekanan, peluang, dan
Triangle rasionalisasi secara simultan dan
signifikan mempengaruhi
kecurangan akademik.
11 M. H. Santoso & Analisis Perilaku Tekanan (pressure), kesempatan
Adam (2012) Kecurangan akademik (opportunity), dan rasionalisasi
pada Mahasiswa (rationalization) memberikan
Akuntansi Dengan pengaruh signifikan terhadap
menggunakan Konsep terjadinya kecurangan akademik
Fraud Triangle (Studi yang mana ketiga faktor tersebut
pada Mahasiswa S1 merupakan faktor pendorong
Akuntansi Kota terjadinya kecurangan.
Malang)
12 Dirdjosumarto Menyontek(Cheating) Menyontek atau lebih dikenal
(2016) Kecurangan akademik dengan istilah cheating
merupakan kelaziman yang
menglobal dan bersifat epidemi,
wabah yang menyebar dan
menyerang dengan sangat cepat
dan mahasiswa sebagai korbannya
kadang-kadang tidak
menyadarinya. Di balik perilaku
menyontek, muncul berbagai

15
alasan atau rasionalisasi, sebagian
pelaku melakukan kecurangan
akademik karena ingin
mendapatkan nilai (IPK/GPA)
yang tinggi; takut tidak
mendapatkan pekerjaan; takut
tidak mendapatkan beasiswa;
pengaruh teman; dosen tidak
peduli mahasiswa menyontek;
lembaga pendidikan tidak berani
menindak pelaku dan berbagai
alasan lainnya.

2.5 Kasus Kecurangan Akademik (Fraud Academic)


2.5.1 Kasus Kecurangan Akademik di Indonesia
Viral, 'Kebohongan' Eks Mahasiswa UI Berprestasi di Malaysia
Liputan6.com, Jakarta - Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB
UI) Fauziah Zen mengungkapkan kebohongan yang dilakukan oleh seorang pemuda yang
pernah menjadi mahasiswa di FEB UI. Dia mengungkapkan kecurangan pelaku melalui
cuitan di akun twitternya @fauherklots pada 21 November 2017. Cuitannya tersebut
banyak di-retweet hingga menjadi viral. Dalam cuitannya, Fauziah menyebut sosok
pemuda tersebut sebagai 'Krimi'. Ia mengatakan, Krimi ini merupakan sosok mahasiswa
yang ramah, aktif, dan pintar bicara. Sehingga, Krimi menjadi mahasiswa yang cukup
menonjol di kelas (Liputan6.com, 2017).
1. Kronologi Kasus
Masalah muncul pada saat ujian semester satu dimana Krimi membawa
sebagian halaman lembar jawabannya pulang dan mengumpulkannya di esok hari.
Menurut Fauziah, trik tersebut kadang ditemukan pada beberapa mahasiswa
madesu atau masa depan suram karena mereka memperbaiki lembar jawaban
tersebut untuk mendapat nilai bagus.
Saat diinterogasi Krimi sangat bersikukuh bahwa dirinya jujur. Lanjut pada
semester kedua, Krimi kembali melakukan kecurangan akademik saat ujian.
Mencontek dan menipu lagi dengan trik-trik curang. Ketika diinterograsi oleh

16
dosen, Krimi bisa menunjukkan wajah tenang, tersenyum, dan bertahan dengan
pendapatnya, padahal kecurangannya jelas-jelas terbukti.
Pada akhirnya Krimi mendapat nilai F (failed) untuk semua mata kuliah di
semester 2 dan dikeluarkan dari Universitas Indonesia. Namun setelah di DO
kebohongan Krimi malah tetap berlanjut. Pada semester 3 Krimi mengikuti student
exchange selama satu semester ke Universitas di Malaysia. Krimi juga melamar di
universitas tersebut dan diterima, tetapi bukan sebagai mahasiswa baru, melainkan
lanjutan dari UI. Padahal, kala itu Krimi sudah dikeluarkan dari UI.
Pihak fakultas menerima surat permohonan konfirmasi dari pasca sarjana
universitas di Malaysia. Ternyata Krimi memalsukan dokumen akademik sehingga
pihak pasca sarjana universitas di Malaysia mengira Krimi lulusan dari UI. Ada
dokumen transkrip lengkap dengan nilai A serta ijazah dengan double degree.
Selain itu, Krimi juga melampirkan foto wisuda (pakai toga) bersama orangtuanya.
Humas UI Rifelly Dewi mengatakan bahwa setiap pelanggaran akademik pasti akan
diberikan sanksi.
2. Pelanggaran dalam Kasus
Kasus tersebut merupakan salah satu contoh kasus kecurangan akademik yang
pernah terjadi di Indonesia, yang dilakukan oleh mantan mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia bernama Krimi (nama samaran). Adapun modus
kecurangan akademik yang dilakukan Krimi yaitu:
 Krimi diduga melakukan tindakan kecurangan dengan membawa pulang
kertas jawaban ujian kemudian memperbaiki jawaban lalu menukar kertas
jawaban ujian yang sudah diperbaiki tersebut dan mengumpulkannya kembali
dengan alasan lembar jawaban terjatuh dan ditemukan office boy (OB).
Kecurangan ini dilakukan sejak semester satu dan dua.
 Setelah di drop out, Krimi mengikuti program pertukaran pelajar selama satu
semester di Malaysia. Padahal Krimi telah di-DO dari Universitas Indonesia.
Krimi melakukan pemalsuan dokumen transkrip nilai dengan nilai A.
 Krimi melamar sebagai mahasiswa di Universiti of Malaya. Akhirnya Krimi
berhasil terdaftar di International Relations and Strategic Studies di Universiti
of Malaya pada 2014 namun sebagai mahasiswa lanjutan UI bukan mahasiswa
baru.
 Beberapa prestasi akademik yang dicantumkan Krimi tidak relevan dengan
keadaan sebenarnya.
17
Kecurangan akademik merupakan perilaku tidak jujur yang dilakukan oleh
individu maupun kelompok dalam bidang akademik, yang bertujuan untuk
memperoleh hasil akhir yang baik sesuai dengan keinginannya. Dalam kasus Krimi,
praktik kecurangan akademik yang dilakukan yaitu membawa lembar ujian untuk
diperbaiki, mencontek saat ujian semester dan pemalsuan data transkrip nilai.
Tindakan membawa pulang lembar ujian masih cukup jarang terjadi dalam
dunia akademik. Adapun tujuan dilakukannya kecurangan tersebut yaitu untuk
memperbaiki jawaban pada lembar jawab agar dapat memperoleh nilai yang
maksimal. Hal ini dapat terjadi karena tidak dilakukan pengecekan atas jumlah
lembar jawaban ujian setiap mahasiswa sehingga pelaku merasa ada kesempatan
untuk membawa pulang lembar jawabnya dan akan diperbaiki dengan jawaban
yang tepat.
Menyontek merupakan perilaku yang sangat sering dilakukan oleh pelajar.
Tindakan menyontek dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: melihat hasil
jawaban orang lain, membuat catatan kecil dalam kertas, membuka buku saat ujian,
menyalin tugas milik teman, dan sebagainya. Tindakan ini dilakukan oleh
mahasiswa dengan berbagai alasan, salah satunya yaitu untuk memperoleh nilai
yang baik dengan cara yang instan.
Memanipulasi data akademik dapat dilakukan dengan memalsukan dokumen
nilai guna mencapai suatu tujuan tertentu. Dari kasus Krimi terlihat bahwa pelaku
melakukan pemalsuan dokumen transkrip nilai dengan mengubah nilai A dalam
setiap mata kuliah. Tindakan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat
mendaftarkan dirinya sebagai mahasiswa universitas di Malaysia. Hal ini bisa
terjadi karena adanya kelemahan dalam sistem akademik, ataupun dapat terjadi
karena adanya pemberian suapan serta meminta bantuan kepada pihak internal
kampus untuk mengubah data akademik.
3. Penyelesaian Kasus
Setelah melakukan kecurangan akademik di semester satu dan dua,
Universitas Indonesia memutuskan untuk melakukan drop out atau putus studi
kepada Krimi. Status DO tersebut dicantumkan dalam situs Dikti yang tertulis 'Drop
Out/Putus Studi' pada semester ganjil tahun 2013.

18
2.5.2 Kasus Kecurangan Akademik di Internasional
Puluhan Mahasiswa Harvard Menyontek, Kok Bisa?
Republika.co.id, Boston - Sebanyak 125 mahasiswa Harvard University diduga
melakukan kecurangan saat ujian akhir semester musim semi. Kampus ternama di
Amerika Serikat menyelidiki dugaan kecurangan yang dilakukan 125 mahasiswa tingkat
sarjana menyontek dalam ujian akhir Karena pada musim lalu soal ujian boleh dibawa
pulang. Pejabat universitas mengungkapkan hal ini merupakan skandal kecurangan
terbesar yang pernah menimpa Harvard (Republika.co.id, 2013).
1. Kronologi Kasus
Dugaan kecurangan akademik mulai mencuat pada musim semi, saat seorang
instruktur menemukan kesamaan antar-tes. Kasus ini dikaji oleh Dewan
Administratif Harvard College, yang bertanggungjawab menangani pelanggaran
peraturan perguruan tinggi.
Profesor yang menangani mata kuliah tersebut curiga setelah melihat
kesamaan tugas dalam jumlah masif. Padahal mereka diminta mengerjakan secara
mandiri. Bukti yang ditemukan berupa jawaban yang beberapa paragraf di
dalamnya persis sama pada banyak mahasiswa.
Mahasiswa yang terbukti bersalah dapat dijatuhi hukuman seperti diskors
selama satu tahun dari universitas tersebut, yang termasuk paling bergensi di
Amerika Serikat. Dekan Fakultas Seni dan Sains Michael D. Smith mengatakan
bahwa ketidak-jujuran dalam akademis tak dapat dan tidak akan ditolerir dalam
Universitas Harvard.
2. Pembahasan Kasus
Universitas Harvard merupakan salah satu universitas terbaik di dunia.
Harvard yang dikenal sebagai universitas dengan seleksi masuk yang sangat ketat
dan sistem pendidikan yang diakui kualitasnya ternyata juga pernah mengalami
masalah yang berkaitan dengan kecurangan akademik oleh mahasiswa. Sebanyak
125 mahasiswa S1 dicurigai saling mencontek dan melakukan plagiarisme. Hal
tersebut dibuktikan dengan ditemukan persamaan jawaban dalam beberapa paragraf
pada lembar tugas mahasiswa.
Menyontek merupakan perilaku yang mencoba berbagai tipu daya dan fraud
untuk menghindari aturan, standar, praktik-praktik, kebiasaan-kebiasaan, dan
norma-norma untuk mendapatkan manfaat atau keuntungan yang tidak wajar atau
untuk melindungi seseorang yang melakukannya (Dirdjosumarto, 2016). Tindakan
19
menyontek seringkali dilakukan oleh mahasiswa dengan tujuan untuk memperoleh
nilai yang baik dengan cara yang instan. Tindakan mencontek dapat didorong oleh
berbagai macam alasan, seperti;
 Kurang memahami materi pelajaran yang diterima sehingga mengalami
kesulitan dalam mengerti konsep materi
 Banyaknya tugas yang diberikan instruktur dengan tenggang waktu yang
singkat.
 Tingginya kriteria penilaian.
 Rasa malas dan penundaan pekerjaan oleh mahasiswa.
 Perasaan terancam karena tidak mampu atau kurang optimal dalam
menyelesaikam tugas perkuliahan, dan sebagainya.
Plagiarisme adalah suatu tindakan penjiplakan atau mengambil hasil karya
oranglain yang kemudian diakui sebagai karyanya sendiri (Nugraha, 2017).
Tindakan tersebut dilakukan dengan menyalin sebagian atau seluruhnya karya
maupun ide pemikiran seseorang tanpa mengubahnya, serta tidak mencantumkan
sumber tulisan yang digunakan. Plagiarisme merupakan salah satu bentuk
kecurangan akademik yang seringkali dilakukan oleh mahasiswa dalam suatu karya
tulis.
Berikut beberapa alasan pendorong terjadinya plagiarisme (Istiana &
Purwoko, 2017) :
 Terbatasnya waktu untuk menyelesaikan sebuah karya ilmiah yang menjadi
tugas dan tanggungjawabnya, sehingga muncullah dorongan untuk copy paste
karya orang lain.
 Rendahnya minat baca dan minat analisis terhadap sumber referensi yang
dimiliki.
 Minimnya pemahaman mengenai kapan dan bagaimana harus melakukan
kutipan.
 Kurangnya perhatian dari para pengajar terhadap persoalan tindakan
plagiarisme.
3. Penyelesaian Kasus
Universitas Harvard memutuskan memberikan sanksi kepada 60 mahasiswa
yang melakukan kecurangan akademik dalam ujian. Mahasiswa tersebut diberikan
sanksi diskors dari kegiatan akademik selama beberapa waktu.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kecurangan akademik dapat terjadi ketika mahasiswa melakukan berbagai cara
yang tidak baik untuk mencapai tujuan dan keberhasilan. Kecurangan akademik dapat
dilakukan mahasiswa khususnya dalam proses pembelajaran. Bentuk kecurangan
akademik yang dilakukan mahasiswa banyak macamnya seperti mahasiswa menyiapkan
catatan kecil untuk ujian atau kuis, mencontek, menyalin ujian atau tugas, titip tanda
tangan, copy paste dari internet, bekerja sama dengan teman saat ujian, menggunakan
jasa orang lain (joki) saat ujian dan masih banyak lagi kecurangan lainnya yang sering
terjadi.
Padahal Pendidikan merupakan sebuah sarana untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. pendidikan bukan saja menghasilkan seseorang yang memiliki ilmu
pengetahuan, namun yang sangat penting juga adalah memiliki akhlak mulia dan
memiliki integritas pribadi. Masalah integritas dan kejujuran seakan tidak lagi menjadi
penting ketika orientasi utama dari menempuh pendidikan di sekolah atau perguruan
tinggi adalah nilai. Kecurangan ini merupakan suatu tindakan yang sudah berada diluar
koridor atau aturan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Sumber daya manusia yang dibutuhkan salah satunya yaitu seorang akuntan. Baik
tidaknya suatu laporan keuangan ditentukan banyak faktor, salah satunya yaitu akuntan
yang nantinya akan membuat laporan keuangan. Semua akuntan harus memenuhi standar
kode etik. Kecurangan akan banyak terjadi apabila seorang akuntan tidak mematuhi kode
etik akuntan. Untuk dapat menjadi seorang akuntan, seharusnya dapat memahami tentang
akuntansi yang dipelajari dalam bangku perkuliahan, sebab itu dalam melakukan
pekerjaannya akuntan harus bisa bersikap profesional dan bebas dari segala bentuk
kecurangan sehingga menghasilkan laporan yang benar dan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Albrecht, W. S., Albrecht, C. O., Albrecht, C. C., & Zimbelman, M. F. (2012). Fraud
Examination (Fourth Edition). SouthWestern.
Aulia, F. (2015). Faktor-Faktor yang Terkait dengan Kecurangan Akademik pada Mahasiswa.
Jurnal RAP UNP, 6(1), 23–32.
Dirdjosumarto, Y. (2016). Menyontek ( Cheating ) – Kecurangan Akademik. Ekspansi, 8(1),
277–290. https://jurnal.polban.ac.id/index.php/akuntansi/article/download/122/57
Gimin. (2015). AKUNTANSI PENDIDIKAN. Membangun Daya Saing Bangsa, 2, 84–93.
Hapsari, E. (2013, February 2). Puluhan Mahasiswa Harvard Menyontek, Kok Bisa? |
Republika Online. https://republika.co.id/berita/mhkmhq/puluhan-mahasiswa-harvard-
menyontek-kok-bisa
Istiana, P., & Purwoko. (2017). Panduan Anti Plagiarism – Perpustakaan UGM.
http://lib.ugm.ac.id/ind/?page_id=327
Melasari, R. (2019). Pengaruh Motivasi Belajar , Penyalahgunaan Teknologi Informasi Dan
Integrasi Mahasiswa Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa Akuntansi
Sebagai Calon Akuntan (Studi Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Islam Indragiri).
Akuntansi Dan Keuangan, 8(1), 79–93.
Nugraha, A. (2017). Identifikasi Tingkat Kecurangan Akademik Di Lingkungan Perguruan
Tinggi (Studi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu) (Vol. 7, Issue 2).
Nursalam, N., Bani, S., & Munirah, M. (2016). Bentuk Kecurangan Akademik (Academic
Cheating) Mahasiswa Pgmi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Uin Alauddin Makassar.
Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, 16(2), 127–138.
https://doi.org/10.24252/lp.2013v16n2a1
Prastiwi, D. (2017, November 23). Viral, “Kebohongan” Eks Mahasiswa UI Berprestasi di
Malaysia - News Liputan6.com. https://www.liputan6.com/news/read/3173449/viral-
kebohongan-eks-mahasiswa-ui-berprestasi-di-malaysia
Purnamasari, D. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecurangan akademik pada
mahasiswa. Educational Psychology Journal, 2(1), 13–21. file:///D:/My
Documents/Downloads/2581-Article Text-5082-1-10-20131203.pdf
Ridhayana, R., Ansar, R., & Mahdi, S. A. H. (2018). PENGARUH FRAUD TRIANGLE DAN
TINGKAT RELIGIUSITAS TERHADAP PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK
(STUDI PADA MAHASISWA S-1 UNIVERSITAS KHAIRUN). 112–121.
Sagoro, E. M. (2013). Pensinergian Mahasiswa, Dosen, Dan Lembaga Dalam Pencegahan
iv
Kecurangan Akademik Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia,
11(2), 54–67. https://doi.org/10.21831/jpai.v11i2.1691
Santoso, D., & Yanti, H. B. (2016). Pengaruh Perilaku Tidak Jujur Dan Kompetensi Moral
Terhadap Kecurangan Akademik (Academic Fraud) Mahasiswa Akuntansi. Jurnal
Akuntansi Trisakti, 3(1), 57. https://doi.org/10.25105/jat.v3i1.4915
Santoso, M. H., & Adam, H. (2012). Analisis Perilaku Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa
Akuntansi Dengan Menggunakan Konsep Fraud Triangle (Studi pada Mahasiswa S1
Akuntansi Kota Malang). Jurnal Ekonomi Bisnis, 138(2), 3–5.
http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/189250
Sihombing, M., & Budiartha, I. K. (2020). Analisis Pengaruh Fraud Triangle Terhadap
Kecurangan Akademik (Academic Fraud ) Mahasiswa Akuntansi Universitas Udayana.
E-Jurnal Akuntansi, 30(2), 361. https://doi.org/10.24843/eja.2020.v30.i02.p07
Wandayu, R. C., Purnomosidhi, B., & Ghofar, A. (2019). Faktor Keperilakuan dan Perilaku
Kecurangan Akademik: Peran Niat sebagai Variabel Mediasi. Riset Akuntansi Dan
Keuangan Indonesia, 4(1), 89–100. https://doi.org/10.23917/reaksi.v4i1.7414
Widianto, A., & Sari, Y. P. (2017). Deteksi Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa D Iii
Akuntansi Politeknik Harapan Bersama Tegal Dengan Modelfraud Triangle. Jurnal AKSI
(Akuntansi Dan Sistem Informasi), 1(1), 29–37. https://doi.org/10.32486/aksi.v1i1.93

Anda mungkin juga menyukai