Anda di halaman 1dari 22

1

EKONOMI PENDIDIKAN

Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas

Mata Kuliah Pembiayaan Pendidikan

Dosen : Dr. Endang Wuryandini, M.Pd.

Oleh :

Agus Rofii NIM. 21510083


Anastasia Nana Astuti NIM. 21510085
Nurkhayati NIM. 21510105

PROGRAM STUDI
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCASARJANA
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2022

1i
2

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur patut kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas segala limpahan rahmat dan berkatNya, kami dapat menyelesaikan tugas
penyusunan makalah dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pembiayaan
Pendidikan ini dengan lancar. Tanpa dukungan dari semua pihak, penulisan makalah
ini tidak dapat kami selesaikan dengan baik. Oleh karena itu, kami sungguh
menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Dr. Endang Wuryandini, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah
Pembiayaan Pendidikan Universitas PGRI Semarang yang telah memberikan
bimbingan serta motivasi belajar kepada kami.
2. Rekan satu kelompok yang telah bekerja sama saling mendukung untuk
menyelesaikan makalah ini.
3. Teman-teman mahasiswa 2E yang berkenan memberikan umpan balik berupa
masukan, kritik serta saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.
Kami sungguh menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih sangat
jauh dari sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan umpan balik berupa saran dan
masukan yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan besar harapan kami,
semoga makalah ini dapat memberikan tambahan wawasan serta pengalaman bagi
semua pihak.

Semarang, 26 Oktober 2022

Penulis

2ii
3

DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1


A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 3
D. Sistematika Penulisan ............................................................................ 3

BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................... 5


A. Pengembangan konsep modal manusia dalam ranah
pendidikan sebagai investasi SDM ....................................................... 5
B. Tingkat kembalian modal investasi (Rates of return to investment)
................................................................................................................... 6
C. Analisis antara biaya dengan manfaat (Cost-benefit Analysis) .......... 7
D. Analisis antara biaya dengan efektivitas (Cost-effectiveness Analiysis)
................................................................................................................... 12
E. Perencanaan ketenagakerjaan (Manpower planning) ......................... 13

BAB III. PENUTUP ........................................................................................... 16


DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 18

iii
3
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menelisik perihal pembiayaan dalam dunia pendidikan bukanlah hal
yang sederhana. Hal ini disebabkan pembiayaan pendidikan di Indonesia
masih menjadi tanggung jawab negara sepenuhnya. Masalah pendidikan
sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari masalah ekonomi. Namun demikian
meski secara langsung maupun tidak langsung, pendidikan telah memberikan
kontribusinya terhadap ekonomi dan pembangunan. Maka tidak selamanya
pendidikan hanya dianggap sebagai konsumsi atau pembiayaan semata. Sudah
saatnya, pendidikan juga harus dipandang sebagai sebuah investasi yang dapat
dirasakan konsekuensinya secara jangka panjang.
Konsep pendidikan sebagai sebuah investasi (education as investment)
telah mengalami perkembangan secara pesat dan telah diyakini oleh setiap
negara bahwa pembangunan di sector pendidikan merupakan prasyarat kunci
bagi pertumbuhan sector-sektor pembangunan lainnya. Konsep tentang
investasi sumber daya manusia (human capital investment) yang dapat
menunjang pertumbuhan ekonomi (economic growth) sebenarnya telah mulai
muncul sejak jaman Adam Smith (1776), Heinrich Von Thunen (1875) dan
para teoritisi klasik lainnya sebelum abad ke 19 yang menekankan pentingnya
investasi ketrampilan manusia.
Pemikiran ilmiah ini mengambil tonggak penting pada tahun 1960-an
ketika Theodore Schultz menyampaikan pidatonya yang berjudul “Investment
in human capital” dihadapan The American Economic Association. Pesan
utama dari pidato tersebut cukup sederhana yakni bahwa proses perolehan
pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan bukan merupakan suatu
bentuk konsumsi semata namun juga merupakan sebuah investasi. Schultz
(1960) kemudian memperhatikan bahwa pembangunan sektor pendidikan
dengan manusia sebagai fokus intinya telah memberikan kontribusi langsung

41
25

terhadap pertumbuhan ekonomi negara melalui peningkatan ketrampilan dan


kemampuan produksi dari tenaga kerja. Penemuan serta cara pandang ini telah
mendorong para ahli untuk mengadakan penelitian mengenai nilai ekonomi
dalam pendidikan.
Perkembangan pola pemikiran telah memberikan pengaruh serta stigma
kepada berbagai pihak termasuk pemerintah, perencana, lembaga-lembaga
internasional, para peneliti dan pemikir modern lainnya, serta para pelaksana
dalam pembangunan sector pendidikan dan pengembangan SDM. Di negara-
negara maju, pendidikan selain sebagai aspek konsumtif juga diyakini sebagai
investasi modal manusia (human capital investment) bahkan menjadi salah
satu sector utama dalam pembangunan.
Melalui perhatian yang sungguh, pemerintah memiliki komitmen bahwa
penataan anggaran pada sektor pendidikan tidak kalah dengan sector lainnya,
sehingga keberhasilan investasi dalam format intervensi ekonomi (dukungan
anggaran) dalam pendidikan berkorelasi dengan kemajuan pembangunan
makronya termasuk pembangunan ekonomi itu sendiri. Bagaimana fenomena
pendidikan di Indonesia dalam ranah mencerdaskan kehidupan bangsa sudah
sejalan dengan upaya menjadikan negara ini menjadi negara yang disegani
oleh negara lain akan kita kupas bersama dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun pokok-pokok permasalahan yang dirumuskan dalam makalah ini,
diantaranya adalah :
1. Bagaimana pengembangan konsep modal manusia dalam ranah
pendidikan sebagai investasi SDM?
2. Bagaimana tingkat kembalian modal investasi (Rates of return to
investment)?
3. Bagaimana analisis antara biaya dengan manfaat (Cost-benefit
Analysis)?

5
63

4. Bagamana analisis antara biaya dengan efektivitas (Cost-effectiveness


Analiysis)?
5. Bagaimana perencanaan ketenagakerjaan (Manpower planning)?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini diharapkan agar para mahasiswa dapat
menguasai materi Ekonomi Pendidikan yang meliputi :
1. Pengembangan konsep modal manusia dalam ranah pendidikan
sebagai investasi SDM
2. Tingkat kembalian modal investasi (Rates of return to investment)
3. Analisis antara biaya dengan manfaat (Cost-benefit Analysis)
4. Analisis antara biaya dengan efektivitas (Cost-effectiveness Analiysis)
5. Perencanaan ketenagakerjaan (Manpower planning)

D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu bab I sampai dengan bab III.
Dengan perincian sebagai berikut:
Bab I berisi pendahuluan. Membahas tentang latar belakang masalah
yang menjadi latar belakang penulisan makalah ini. Pada bab ini,
dikemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan
makalah, dan sistematika penulisan.
Bab II berisi pembahasan. Pada bab ini dikemukakan pengembangan
konsep modal manusia dalam ranah pendidikan sebagai investasi SDM,
tingkat kembalian modal investasi (Rates of return to investment), analisis
antara biaya dengan manfaat (Cost-benefit Analysis), analisis antara biaya
dengan efektivitas (Cost-effectiveness Analiysis), perencanaan
ketenagakerjaan (Manpower planning).

6
47

Bab III merupakan simpulan dan saran. Memuat kesimpulan dari


seluruh pembahasan dan dijadikan sebagai dasar untuk memberikan saran
bagi sekolah sekaligus merupakan temuan pokok atau kesimpulan dan
rekomendasi yang diajukan.

7
8

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengembangan konsep modal manusia dalam ranah pendidikan sebagai


investasi SDM
Investasi dapat dilakukan bukan saja pada sektor fisik, namun juga sektor
non fisik. Sebagai contoh investasi fisik meliputi bangunan pabrik, mesin-mesin
produksi, peralatan, persediaan bahan (bahan mentah, barang setengah jadi,
maupun barang jadi). Sedangkan investasi nonfisik meliputi pendidikan,
pelatihan, migrasi, pemeliharaan kesehatan dan lapangan kerja. Investasi
nonfisik ini lebih dikenal dengan investasi sumber daya manusia. Investasi yang
demikian disebut dengan human capital (Payaman J. Simanjuntak, 1985). Istilah
modal manusia (human capital) dikenal ketika Gary S. Becker, seorang penerima
Nobel di bidang ekonomi membuat sebuah buku yang berjudul Human Capital
(Becker, 1964 dalam Agus Iman Solihin, 1995).
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor produksi selain sumber
daya alam, modal, entrepreneur untuk menghasilkan output. Semakin tinggi
kualitas sumber daya manusia, maka semakin meningkat pula efisiensi dan
produktivitas suatu Negara. Sejarah mencatat bahwa Negara yang menerapkan
paradigma pembangunan berdimensi manusia telah mampu berkembang
meskipun tidak memiliki kekayaan sumber daya alam yang berlimpah.
Penekanan pada investasi manusia diyakini merupakan basis dalam
meningkatkan produktivitas faktor produksi secara total. Tanah, tenaga kerja,
modal fisik bisa saja mengalami diminishing return, namun ilmu pengetahuan
tidak.
Robert M. Solow menekankan kepada peranan ilmu pengetahuan dan investasi
modal sumber daya manusia dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Dari teori
Solow ini kemudian dikembangkan teori baru pertumbuhan ekonomi yang
dikenal sebagai The New Growth theory (H.A.R, Tilaar, 2000)

85
96

Beberapa faktor yang menyebabkan perlunya mengembangkan tingkat


pendidikan di dalam usaha untuk membangun suatu perekonomian adalah:
1. Pendidikan yang lebih tinggi memperluas pengetahuan masyarakat dan
mempertinggi rasionalitas pemikiran mereka. Hal ini memungkinkan
masyarakat mengambil langkah yang lebih rasional dalma bertindak atau
mengambil keputusan.
2. Pendidikan memungkinkan masyarakat mempelajari pengetahuan-
pengetahuan teknis yang diperlukan untuk memimpin dan menjalankan
perusahaan-perusahaan modern dan kegiatan-kegiatan modern lainnya.
3. Pengetahuan yang lebih baik yang diperoleh dari pendidikan menjadi
perangsang untuk menciptakan pembaharuan dalam bidang teknik,
ekonomi, dan berbagai aspek kehidupan lainnya.
Dengan demikian tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan dapat
menjamin perbaikan yang terus berlangsung dalam teknologi yang
digunakan masyarakat.

B. Tingkat kembalian modal investasi (Rates of return to investment)


Telah diketahui bahwa peningkatan mutu modal manusia tidak dapat
dilakukan dalam waktu yang singkat, namun memerlukan waktu yang panjang.
Investasi modal manusia pada dasarnya sama dengan investasi faktor produksi
lainnya. Perbandingan dilakukan dengan melihat biaya yang dikeluarkan untuk
bersekolah dan opportunity cost dari bersekolah adalah penghasilan yang
diterimanya bila seseorang tidak bersekolah. Sedangkan manfaatnya adalah
penghasilan (return) yang akan diterima di masa depan setelah masa sekolah
selesai. Diharapkan dari investasi ini manfaat yang diperoleh jauh lebih besar
daripada biayanya.
Pembangunan sumber daya manusia melalui pendidikan memberikan
dukungan secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi, dan karenanya
pengeluaran untuk pendidikan harus dipandang sebagai investasi sebagai
investasi yang produktif dan tidak semata-mata dilihat sebagai sesuatu yang

9
10
7

konsumtif tanpa manfaat balikan yang jelas (Iik Nurul Paik, 2004). Nilai balik
pendidikan adalah perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk
membiayai pendidikan dengan nilai total pendapatan yang akan diperoleh setelah
seseorang lulus dan memasuki dunia kerja (Nurkolis, 2002).
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, umumnya menunjukkan
nilai balik terhadap investasi pendidikan relative lebih tinggi daripada investasi
modal fisik yaitu 20% banding 15%. Keadaan ini menjelaskan bahwa dengan
jumlah tenaga kerja terdidik yang terampil dan ahli relative terbatas jumlahnya
dibandingkan dengan kebutuhan, maka tingkat pendapatan akan lebih tinggi
sehingga menyebabkan nilai balik terhadap pendidikan juga tinggi (Ace Suryadi,
1997 dalam Nurkolis 2002).
Berbagai penelitian lainnya relative selalu menunjukkan bahwa nilai
balikan modal manusia lebih besar daripada modal fisik. Tidak ada negara di
dunia yang mengalami kemajuan pesat dengan dukungan SDM yang rendah
pendidikannya. Jadi kalau kita mengharapkan kemajuan pembangunan, maka
modal manusia di sektor pendidikan harus dijadikan sebagai prasyarat utama.
Permasalahan tersebut merupakan permasalahan yang sering dihadapi negara
berkembang seperti Indonesia. Jika peranan pendidikan dapat dikaji secara
ekonomi, maka akan memberikan kontribusi terhadap peranan pemerintah dan
masyarakat terhadap dampak yang akan dialami negara Indonesia dalam jangka
panjang ke depan dengan kebijakan pembangunan pendidikan sebagai dasar
pembangunan negara.

C. Analisis antara biaya dengan manfaat (Cost-benefit Analysis)


Berdasarkan perspektif investasi modal manusia, keputusan untuk
langsung bekerja maupun melanjutkan kuliah di perguruan tinggi terlebih dahulu
didasarkan pada keuntungan yang diterima dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan selama melanjutkan kuliah di perguruan tinggi. Hal ini dapat dilihat
dari gambar berikut:

10
811

Dari gambar di atas menunjukkan ada dua strategi berinvestasi, yaitu:


1. Menyelesaikan SMA nya (pada usia 18 tahun) dan pada saat itu pula
memutuskan untuk langsung bekerja sampai berusia 65 tahun. Hal ini
digambarkan oleh kurva SMA.
2. Melanjutkan kuliah setelah SMA pada usia 18 tahun sampai 21 tahun dan
baru bekerja pada usia 22 tahun sampai usia 65 tahun. Hal ini digambarkan
oleh kurva Perguruan Tinggi.

Biaya yang dikeluarkan untuk kuliah di perguruan tinggi ada dua macam.
Pertama, biaya langsung yang dikeluarkan, meliputi biaya SPP, biaya untuk
pembelian buku dan biaya-biaya lain (termasuk biaya hidup apabila melanjutkan
kuliah di luar kota atau di luar negeri). Dari gambar tersebut biaya langsung ada
di area b. Jumlah biaya langsung tergantung pada banyak faktor misalnya kuliah

11
9
12

di universitas negeri atau swasta, apakah memeroleh beasiswa atau tidak dan
sebagainya.
Tipe kedua adalah opportunity cost jika melanjutkan kuliah di perguruan
tinggi. Yaitu pendapatan yang hilang karena melanjutkan kuliah di perguruan
tinggi. Opportunity cost ini digambarkan di area a. Jumlah pendapatan yang
hilang ini tergantung apakah seseorang bekerja secara paruh waktu (part time)
atau penuh (full time).
Keuntungan yang diperoleh apabila melanjutkan kuliah di perguruan tinggi
adalah pendapatan yang tinggi di kemudian hari sesuai dengan tingkat
pendidikan yang diperolehnya. Jadi disini terlihat adanya jenjang pendapatan
antara lulusan SMA dan lulusan Perguruan Tinggi. Dari gambar di atas
ditunjukkan oleh kurva SMA yang semakinmenurun dan berada di bawah kurva
Perguruan Tinggi. Sebaliknya kurva Perguruan Tinggi semakin meningkat.

Manfaat dan Biaya Sosial serta Manfaat dan Biaya Individual


Biaya sosial adalah opportunity cost yang harus ditanggung oleh
masyarakat seluruhnya sebagai akibat dari adanya keinginan atau kesediaan
masyarakat tersebut untuk membiayai perluasan pendidikan tinggi yang mahal
dengan dana yang kemungkinan lebih produktif jika dialokasikan pada sektor
ekonomi yang lain. Antara biaya sosial dan biaya individual akan terdapat
kesenjangan, sehingga akan lebih memacu tingkat permintaan atas pendidikan
yang lebih tinggi. Akan tetapi, dalam upaya menciptakan kesempatan memeroleh
pendidikan yang lebih tinggi itu tentu saja akan mengakibatkan tingginya biaya
sosial yang harus ditanggung masyarakat.

12
13
10

Gambar di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan


seseorang maka semakin tinggi pula penghasilan yang diharapkannya sehingga
lebih besar dari biaya-biaya pribadi yang harus dikeluarkannya. Untuk
memaksimalkan selisih antara pendapatan yang diharapkan dengan biaya-biaya
yang diperkirakan akan muncul, maka strategi optimal yang dapat dilakukan oleh
orang yang bersangkutan adalah dengan berusaha menempuh pendidikan yang
setinggi mungkin.

13
14
11

Gambar 3 menunjukkan bahwa kurva manfaat sosial yang semula rendah


mulai menanjak secara tajam. Gerakan ini mencerminkan terjadinya perbaikan
tingkat produktivitas dari mereka yang hanya menempuh pendidikan dasar.
Kemudian kurva manfaat sosial semakin meningkat dengan naiknya tingkat
pendidikan meskipun dengan laju pertumbuhan yang semakin menurun.
Sebaliknya, kurva biaya sosial menunjukkan tingkat pertumbuhan yang rendah
pada awal tahun pendidikan dasar dan selanjutnya tumbuh semakin cepat untuk
tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Ikutnya dana publik ke dalam pembiayaan pendidikan menjadikan
keuntungan sosial layak dipertimbangkan sebagai tolok ukur efektivitas investasi
modal manusia. Dengan kata lain, subsidi pendidikan yang diberikan kepada
seorang siswa semestinya bernilai secara efektif untuk masyarakat. Selain
manfaat sosial, pendidikan juga dapat memberi manfaat individu melalui
pendapatan atau akses kepada pekerjaan yang layak. Nilai manfaat sosial
pendidikan tinggi cenderung meningkat, meski dengan pertumbuhan relative
lambat.

14
15
12

D. Analisis antara biaya dengan efektivitas (Cost-effectiveness Analiysis)


Saat ini, otonomi dalam pembangunan nasional Indonesia telah berjalan
dengan cukup baik. Namun demikian, pelaksanaan undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah masih banyak mengalami hambatan.
Hal ini disebabkan karena setiap daerah memiliki sumber daya dan kemampuan
yang berbeda-beda, sehingga penerapan konsep otonomi ini menimbulkan
kesenjangan antardaerah yang relatif tinggi. Keadaan yang demikian ini sedikit
banyak akan memengaruhi kebijakan pemerintah daerah dalam mengalokasikan
pembiayaan pada sektor pendidikan.
Analisis efektivitas biaya mengacu pada pertimbangan alternative
keputusan yang memperhitungkan antara kedua biaya dan konsekuensi secara
sistematis. Tujuan dari analisis efektivitas biaya dalam pendidikan adalah untuk
memastikan program atau kombinasi dari program dapat mencapai tujuan
tertentu dalam cost. Dari sudut pandang ekonomi, analisis diperlukan untuk
melihat tingkat efektivitas yang berkaitan erat dengan pencapaian tujuan relative
terhadap harga yang dimunculkan.
Dalam dunia pendidikan, efisien dan efektif cenderung ditandai dengan
pola penyebaran dan pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang sudah
ditata secara efisien dengan pengelolaan yang efektif. Program pendidikan yang
efektif dan efisien seharusnya mampu menciptakan keseimbangan antara
penyediaan dan kebutuhan akan sumber-sumber pendidikan dan dapat mencapai
tujuan tanpa mengalami hambatan yang berarti. Efektif adalah terkait dengan
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Ada beberapa prinsip dalam menilai efektivitas pembiayaan pendidikan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menilai efektivitas yang berkaitan dengan problem tujuan dan alat untuk
memproses input menjadi output.
2. Sistem yang dibandingkan harus sama atau homogen misalnya tingkat
pendidikan, kecakapan, sosial ekonomi, dll.

15
13
16

3. Mempertimbangkan semua output seperti jumlah siswa lulus dan kualitas


kelulusan.
4. Korelasi diharapkan bersifat kualitas, hubungan antara alat proses dan
output harus berkualitas.

Sementara itu, nilai efisiensi dikaji dari sudut kemampuan menggunakan


biaya dengan baik dan tepat. Pembiayaan dikatakan efisien ketika pencapaian
sasaran atau target diperoleh dengan pengornanan yang lebih kecil atau dengan
biaya yang minimum. Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan.
Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara masukan (input) dan keluaran
(output) atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran,
waktu dan biaya. Analisa antara pembiayaan pendidikan dan efektivitas adalah
sebagai berikut: Jika penggunaan daya tersebut sekecil-kecilnya namun dapat
mencapai hasil yang ditetapkan secara maksimal. Jika dilihat dari segi hasil,
kegiatan pembiayaan pendidikan dapat dikatakan efisien jika dengan
penggunaan waktu, tenaga dan biaya tertentu memberikan hasil sebanyak-
banyaknya baik segi kualitas maupun kuantitas. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi akan
memungkinkan terselenggaranya pelayanan pendidikan pada masyarakat secara
memuaskan dengan sumber daya yang tersedia secara optimal dan
bertanggungjawab.

E. Perencanaan ketenagakerjaan (Manpower planning)


Perencanaan ketenagakerjaan adalah proses penyusunan rencana
ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar dan acuan dalam
penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program pembangunan
ketenagakerjaan yang berkesinambungan. Miner dan Miner, memberi definisi
Manpower Planning sebagai berikut: “a process wich seeks to ensure that the
right number and kinds of people will be at the right places at the right time in
the future, capable of doing those things which are needed so that the

16
17
14

organization can continue to achieve its goals” diterjemahkan sebagai berikut


“suatu proses yang berusaha untuk memastikan jumlah dan tipe orang yang tepat
dalam menempati suatu posisi yang tepat, pada waktu yang tepat di masa depan,
mampu melakukan hal-hal yang diperlukan agar organisasi dapat terus mencapai
tujuannya”. Sedangkan definisi dalam arti luas yakni perencanaan tenaga kerja
merupakan pendekatan system untuk personel dimana penekanannya adalah
pada keterkaitan antara kebijakan berbagai personel dan program.
Menurut Simamora dalam bukunya Meldona, sebuah perusahaan
melakukan perencanaan tenaga kerja dengan beberapa alasan, yaitu:
1. Perencanaan mengaitkan antara tindakan dan konsekuensinya.
2. Perencanaan mendayagunakan sumber daya manusia (SDM) lebih efektif
dan efisien.
3. Perencanaan mengaitkan sumber daya manusia dengan organisasi.
4. Perencanaan meningkatkan kepuasan kerja karyawan dan mendorong
untuk terus berkembang.

Menurut Rivai yang dikutip oleh Meldona menjelaskan bahwa


perencanaan tenaga kerja secara umum mempunyai tujuan-tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk menentukan kualitas dan kuantitas karyawan yang akan mengisi
semua jabatan dalam perusahaan.
2. Untuk menjamin tersedianya tenaga kerja di masa sekarang maupun di
masa yang akan datang sehingga tidak ada pekerjaan yang tidak diisi oleh
karyawan.
3. Untuk mengindari kelebihan dan kekurangan karyawan.
4. Untuk menghindari mismanajemen dan tumpang tindih dalam pelaksanaan
tugas.
5. Untuk mempermudah koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sehingga
produktivitas kerja meningkat.

17
15
18

6. Untuk menjadi pedoman dalam menetapkan program pengadaan,


penyeleksian, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan,
kedisiplinan dan pemberhentian karyawan.
7. Untuk menjadi pedoman dalam melaksanakan mutasi (vertikal dan
horisontal) dan pensiun karyawan.
8. Untuk menjadi dasar dalam melakukan penilaian kinerja karyawan.

Salah satu hal penting yang merupakan manfaat perencanaan tenaga kerja,
bahwa dengan itu dapat dimungkinkan tenaga kerja yan ada dimanfaatkan secara
lebih baik, setidak-tidaknya ada pedoman yang dapat digunakan dalam
penggunaan tenaga kerja yang ada secara lebih efisien dan lebih efektif.
Agar pengelolaan tenagakerja mencapai tujuannya, maka ada beberapa prinsip
pengelolaan tenaga kerja yang harus dipegang:
1. Tenaga kerja dikelola bukan sebagai biaya tetapi sebagai aset atau
kekayaan perusahaan yang utama.
2. Tenaga kerja dikelola sebagai individu yang memiliki integritas dan
keinginan untuk berbakti pada perusahaan dan masyarakat lingkungannya.
3. Tenaga kerja dikelola dalam rangka peningkatan kompetensi dan
komitmennya pada pekerjaan dan pada perusahaannya.
4. Tenaga kerja dikelola dalam rangka peningkatan kompetensi dan
komitmennya pada pekerjaan dan pada perusahaannya.
5. Tenaga kerja dikelola dengan orientasi pada pencapaian hasil yang dapat
dipertanggung jawabkan.
6. Tenaga kerja dikelola dengan fokus peningkatan kerja sama sebagai suatu
tim kerja untuk mencapai kepentingan bersama.
7. Tenaga kerja dikelola dalam rangka penciptaan dan/atau peningkatan
jaringan kerja (networking).
8. Tenaga kerja dikelola dalam rangka memacu terciptanya inovator-inovator
yang mampu memberikan nilai tambah bagi kemajuan perusahaan.

18
19

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan mempunyai tujuan yang lebih dari mempersiapkan seorang
pekerja yang produktif. Pendekatan humanisme menuntut proses pendidikan
sebagai suatu proses total untuk mengembangkan manusia seutuhnya. Peran
ganda pendidikan perlu ditekankan dan diterapkan. Peran tersebut adalah:
1. Pendidikan berfungsi untuk membina kemanusiaan (human being). Hal ini
berarti bahwa pendidikan pada akhirnya dimaksudkan untuk
mengembangkan seluruh pribadi manusia, termasuk mempersiapkan
manusia sebagai anggota masyarakatnya, warga negara yang baik dan rasa
persatuan.
2. Pendidikan mempunyai fungsi sebagai human resources yaitu
mengembangkan kemampuannya memasuki era kehidupan baru seperti
kompetitif dan employability (H. A. R. Tilaar, 2000)

Mengingat pentingnya peran pendidikan tersebut, maka investasi modal


manusia melalui pendidikan di negara berkembang sangat diperlukan walaupun
investasi di bidang pendidikan merupakan investasi jangka panjang secara
makro, manfaat dari investasi ini baru dapat dirasakan setelah puluhan tahun.
Keterbatasan dana mengharuskan adanya penetapan prioritas dari berbagai
pilihan kegiatan investasi di bidang pendidikan yang sesuai, dalam jangka
panjang akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Investasi yang
menguntungkan adalah investasi modal manusia untuk mempersiapkan
kreativitas, produktivitas dan jiwa kompetitif dalam masyarakatnya.

19
16
20
17

B. Saran
Sebagai seorang pemimpin atau leader dalam sebuah lembaga pendidikan,
kepala sekolah diharapkan memiliki wawan berkaitan dengan sistem ekonomi di
Indonesia terutama yang berkaitan dengan alokasi dana untuk sektor pendidikan.
Dengan mengetahui serta memahami segala hal berkaitan dengan ekonomi
pendidikan serta pembiayaan pendidikan, seorang kepala sekolah akan dapat
mengelola alokasi dana di sekolah serta memberikan pemahaman kepada warga
sekolah betapa pentingnya pendidikan bagi masa depan peserta didik di
kemudian hari.
Untuk itulah maka harapan kami bahwa makalah ini akan dapat
memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan terkait ekonomi pendidikan
utamanya dalam mengelola pembiayaan pendidikan bagi lembaga sekolah secara
efektif dan efisien.

20
21

DAFTAR PUSTAKA

Agus Iman Solihin. 1995. Investasi Modal Manusia Melalui Pendidikan : Pentingnya
Peran Pemerintah. Mini Economica 23, Jakarta, Him. : 6 — 20
Akhmad Bayhaqi. 2000. Sosial Aspect of Higher Education : The Case of Indonesia.
Ekonomi dan Keuangan Indonesia Volume XLVIII Nomor 3. Jakarta, Him. :
215-252
Arya Budhiastra Gaduh. 2000. Pendidikan di Indonesia Sebelum dan Selama Krisis.
Analisis CSIS. Tahun XXIX/2000, No.3, Jakarta, Hlm : 322 — 339
Boediarso Teguh Widodo, 2004, Komitmen Pemerintah Untuk Meningkatkan Kualitas
SDM Melalui APBN. Disampaikan dalam Seminar Nasional Kebijakan Fiskal di
Era Pemerintahan Baru Dalam Rangka Dies Natalie Universitas Diponegoro 26
Oktober 2004.
Ehrenburg, Ronald 0 dan Robert S. Smith. 1999. Modern Labor Economics, Theory
and Public Policy. Fifth Edition. Harper Collins Colledge Publishers.
. H. A. R Tilaar. 2000. Pendidikan Abad ke-21 Menunjang Knowlegde-Based
Economy. Analisis CSIS. Tahun XXIX/2000, No.3, Jakarta, Hlm : 257 - 285
Iik Nurulpaik. 2004. Pendidikan Sebagai Investasi. bttp : //www. pikiran-rakyat.com
Kaufman, Bruce E dan Julie L. Hotchkiss. 1999. The Economics of Labor
Markets. Fifth Edition. The Dryden Press.
Nurkolis. 2002. Pendidikan Sebagai. Investasi Jangka Panjang. bttp :
//artikel.us/nurkolis5.html
Simanjuntak, Payaman J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta :
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Teguh Yudo Wicaksono. 2004. Besarkah Manfaat Pendidikan Tinggi terhadap
Pembangunan Ekonomi. bttp : //www.csis,or.id
Tobing, Elwin. 2005. Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi. http :
//www.theindonesianinstitute.ore/janeducfile.htm
Todaro, Michael P. 2000. Economic Development. Seventh Edition. Longman

18
21
22

Warsito Jati. 2002. Indonesia Krisis Sumber Daya Manusia. EDENTS No.
6/XXVI/2002, Semarang. Him : 7 – 9
Hastarini Dwi Atmanti. 2005. Investasi Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan.
Jurnal Dinamika Pembangunan. Vol. 2 No. 1 / Juli 2005: 30-39
Tiara Hanifia Afmansyah. 2019. Artikel Efektifitas dan Efisiensi Pembiayaan
Pendidikan. Universitas Negeri Padang.

2219

Anda mungkin juga menyukai