Anda di halaman 1dari 17

KONSEP EDUPRENEURSHIP

Dosen pengampu :

Aisya Rahma Fadhilla,M.Pd

Disusun Oleh :

➢ Eka Febriyanti (21360001)


➢ Dimas Attoriq (21300013)
➢ Lina Wulandari (21300006)
➢ Renita (21300030)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH

STIT TANGGAMUS

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca .Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari .

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatsan pengetahuan dan pengalaman kami.Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Gisting,25September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar ........................................................................................................ ii

Daftar isi .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar belakang ............................................................................................... 1


B. Rumus masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan masalah ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

A. Konsep Edupreneurship ................................................................................. 3


B. Fokus Edupreunership ................................................................................... 6
C. Jiwa Edupreunership ...................................................................................... 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 12

A. Kesimpulan ................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................. 12

Daftar isi .................................................................................................................. 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Lembaga
Pendidikan seperti sekolah sangat memegang peranan penting dalam proses pendidikan. Guru
sebagai pelaksana pendidikan juga berperan sebagai pendidik serta fasilitator yang memiliki sifat
memimpin demokratis yang mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu pendidikan
seorang guru harus mengadakan evaluasi. Keberhasilan suatu program pendidikan ditentukan oleh
proses belajar mengajar. Apabila proses tersebut dapat berlangsung dengan baik, maka pendidikan
yang dilaksanakan akan berhasil dengan baik. Begitu pula sebaliknya, jika proses belajar mengajar
tidak berlangsung dengan baik maka akan membawa dampak buruk terhadap keberhasilan suatu
program pendidikan (Badru Tamam).

Ekonomi yang lebih baik lagi. Pendidikan menjadi medium untuk dapat menghasilkan peserta
didik untuk memasuki lapangan pekerjaan sekaligus untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Maka
dari itu, pendidikan memiliki orientai untuk mewujudkan pendidikan kewirausahaan atau
edupreneurship. Edupreneurship menjadikan jalan untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa
melalui lapangan pekerjaan yang akan berdampak berkurangnya pengangguran dan kemiskinan
(Tri Kuat, 2017). Edupreneurship merupakan pendidikan yang mencetak peserta didik yang kretif
serta inovatif yang bisa menciptakan peluang handal dan berani melangkah menyambut tantangan
kehidupan. Kewirausahaan adalah suatu proses yang dinamis untuk meningkatkan kesejahteraan.
Dalam pola pikir mengenai kemandirian dan semangat yang komperatif bagian dari kewirausahaan
yang di harapkan mampu menjadi nilai lebih dalam pendidikan.

Edupreneurship dalam bahasa Prancis diartikan dengan pendidikan kewirausahaan, maka


Edupreneurship dapat diartikan dengan pendidikan yang menciptakan peserta didik yang inovatif,
kreatif dan mampu menciptakan peluang serta berani melangkah guna menghadapi tatangan hidup.
Dalam kamus Oxford Project edupreneurship lebih menekankan pada sekolah atau Lembaga untuk
meningkatkan inovatif dan keunggulan baru. Edupreneurship merupakan pelatihan yang
substansinya untuk mengenalkan konsep- konsep mengenai entrepreneurship yang dirangkai
dengan bermacam contoh aplikasinya melalui ranah pendidikan yang bergantung atas sifat produk

1
dan segmen pasar yang dituju.(Sutrisno, 2017) Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan konsep edupreneurship serta bagaimana urgensinya bagi lulusan perguruan tinggi.

Edupreneurship adalah terobosan perubahan dalam bidang pendidikan untuk tidak sekedar
menghasilkan lulusan dalam kualitas yang begitu besar pada tiap periodenya, tetapi dapat
menghasilkan lulusan yang baik, berkualitas, bermutudan memiliki daya saing yang tinggi untuk
memberikan kontribusi positif serta bermanfaat untuk banyak orang. Edupreneurship lebih banyak
berorientasi pada profit yang banyak memberikan keuntungan secara finansial. Dalam
edupreneurship memiliki konsep yang di tekankan pada usaha kreatif dan inovatif yang di lakukan
sekolah agar mendapatkan income(Fadlullah, 2011).

Berbicara mengenai edupreneurship maka di butuhkan partner usaha dalam menjalankan


Entrepreneurship tersebut. Untuk mengembangkan jiwa edupreneurship dan menumbuhkan jiwa
usaha yang matang maka peserta didik membutuhkan sosok yang dapat menuntun dirinya
mencapai suatu target yang di butuhkan maka perlunya gaya kepemimpinan yang di lakukan oleh
pemimpin organisasi dengan menggunakan prinsip demokrasi disebut kepemimpinan yang
demokratis. Pemimpin yang menggunakan prinsip demokratis di sebut dengan pemimpin
partisipatif atau partisipative leadership. Gaya kepemimpinan ini menjadikan sumber daya
manusia sebagai komponen inti dan utama dalam sebuah organisasi maka dibutuhkan partispasi
aktif pada setiap kegiatan organisasi. Model pemimpin yang menghargai ciri, watakk, karakteristik
kompetensi dan sifat setiap partnernya di sebut dengan gaya kepemimpinan demokratis.

B. Rumusan Masalah
A. Bagaimana Konsep Edupreneurship ?
B. Bagaimana fokus Edupreunership?
C. Bagaimana Jiwa Edupreunership
A. Tujuan Masalah
A. Untuk mengetahui bagaimana Konsep Edupreneurship ?
B. Untuk mengetahui bagaimana fokus Edupreunership?
C. Untuk mengetahui bagaimana Jiwa Edupreunership?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Edupreneurship

Edupreneurship adalah bagian dari enterpreurship, yang berkembang di dunia pendidikan. Oleh
karena itu pengertain enterperneurship berkembang sesuai dengan bidang yang dikembangkan. Di
Bidang sosial disebut dengan sosiopreneurship, di bidang pendidikan disebut dengan
edupreneurship, di Internal perusahaan sendiri disebut dengan interpreneurship, sedangkan di
bidang teknologi disebut dengan teknopreneurship. (Sutrisno, 2017) Maka untuk dapat memahami
apa itu edupreneurship, mesti memahami terlebih dahulu apa itu entrepreneurship.

Istilah wirausaha dan wiraswasta dipopulerkan oleh Lembaga- Lembaga, seperti Kamar
Dagang dan Industri (Kadin), Departemen Tenaga Kerja (Depnaker), dan Instruksi Presiden
(Inpres) Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1995 menegenai Gerakan Memasyarakatkan dan
Membiudayakan Kewirausahaan. Jadi hanyan berbeda istilah, dari sisi substansi keduanya sama,
baik pengertian dan kandungan materinya. Kemudian jika mengacu pada literatru asing, makna
konsep- konsep wirausaha sepadan dengan dengan kata entrepreneurship dalam bahasa Inggris
yang artinya usahawan atau pengusaha.(Alfianto, 2012) Istilah entrepreneur sendiri merupakan
Bahasa Prancis, yaitu entreprendre yang maknanya to undertake artinya berusaha, mengerjakan,
atau melakukan sesuatu. Ronstadt sendiri menjelaskan entrepreneur ialah seseorang yang berusaha
untuk mengatur, mengelola, dan siap untuk menghadapi resiko dari suatu usaha. Kemudian
Business Town 2000 menjelaskan mengenai entrepreneur dalam tulisannya tentang Profile of
Entrepreneur bahwa wirausaha ialah seorang inovator yang mempu mengenali dan menangkap
setiap peluang dan kesempatan kemudian mengubah peluang dan kesempatan tersebut menjadi
workable (diusahakan) dan maketable (dipasarkan) dengan kemampuan serta skill yang
dimilikinya.(Darojat dan Sumiyati, 2015.)

Menurut Robert Hisrich, entrepreneur ialah mengabdikan diri untuk menciptakan sesuatu yang
berbeda yang disertai bersama resiko keuangan, kejiwaan, sosial dan balas jasa dalam bentuk uang
dan kebahagian pribadi. Dan menurut Frank Knight, entrepreneur yaitu kemampuan untuk
memprediksi dan menyikapi segala kemungkinan perubahan yang terjadi. Jean Baptista Say
memberikan definisi yaitu agen yang mampu menyatukan alat- alar produksi dan menciptakan

3
nilai dari produksinya. Kemudian menurut Joseph Schumpeter yaitu orang yang membuat inovasi
baru dari system ekonomi yang ada dengan mengenalkan barang dan jasa yang baru, dan
menciptakan bentuk organisasi baru atau mengelola bahan baku yang baru. Dan Israel Kirzner
menyatakan bahwa mengamati dan memanfaatkan peluang pasar. (Harti, 2020.)

Di Indonesia sendiri, istilah “wiraswasta” populer setelah dikenalkan oleh Suparman


Sumahamidjaya. Mulai saat itu, istllah wiraswasta mulai didengarkan di berbagai media, mulai
dari surat kabar, media masa, majalah. Siaran radio dan televisi. Bahkan setelah itu,
perkembangannya sangat pesat sekali, hal itu diterjemahkan dengan ceramah, seminar, kursus-
kursus yang diisi dengan tema kewiraswastaan guna untuk menumbuhkan minat dan bakat
masyarakat terhadap perkembangan Kewirausahaan di tanah air. Ada beberapa tokoh serta
pemerhati yang mencoba untuk memberikan interpretasi mengenai apa yang dimaksud dengan
wiraswasta, yaitu diantaranya Suparman, Moh. Said, W. P. Napitupulu, Rusly Syarif, Taufik
Rashid dan Bing. P. Lukman, mendefinisikan wiraswasta yaitu kegiatan atau orang yang
melakukan kegiatan yang bercirikan inovatif, produktif, kreatif, tekun, ulet, tidak cepat puas, dan
berani mengambil resiko yang tentunya ada persiapan yang matang sebelumnya.

Hal ini juga disampaikan oleh Soeharsono Sagir. (Darojat dan Sumiyati, 2015.) Wiraswasta
secara etimologi berasal dari dua kata, yaitu wira dan swasta. Wira artinya berani, Perkasa,
Tangguh, gagah, utama, teladan, luhur, dan pejuang. Kemudian Swasta gabungan dari kata Swa
dan sta, swa artinya sendiri, dan sta artinya berdiri. Berangkat dari arti dari segi etimologi tersebut,
Wasty Soemarno memberikan definisi bahwa “wiraswasta ialah kebenaran, keutamaan,
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan usaha sendiri. Ini senada denga
napa yang disampaikan oleh Pusat Latihan Koperasi dan Pembinaan Pengusaha kecil. (Darojat dan
Sumiyati, 2015.) Baru kemudian entrepreneurship/ kewirausahaan ini berkembang ke berbagai
bidang, salah satunya yaitu bidang pendidikan yang diistilahkan dengan edupreneurship.(Sutrisno,
2017).

Edupreneurship secara harfiah tersusun dari kata, yaitu education dan entrepreneurship yang
masing- masing maknanya pendidikan dan kewirausahaan. Maka edupreneurship artinya
pendidikan Kewirausahaan yaitu usaha untuk memberikan pendidikan agar dapat menghasilkan
sesuatu baik berupa produk ataupun jasa yang bernial jual serta bermanfaat untuk dirinya sendiri
dan untuk orang banyak. (Sumiyati, 2017) Edupreneurship adalah pendidikan yang berusaha

4
mencetak peserta didik yang kreatif, inovatif, handal dalam menciptakan peluang, dan berani
menghadapi tantangan hidup kedepannya. (Sutrisno, 2017).

Edupreneurship merupakan upaya integrasi antara pendidikan (edication) dan kewirausahaan


(enterpreneurship) yang lebih dikenal dengan sebutan pendidikan kewirausahaan. Di Indonesia
sendiri, aAda beberapa semangat yang melandasi edupreneurship, yaitu Pancasila dan UUD 1945
yang maknanya terdapat dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam pasal 3 UU tersebut termuat bahwa Pendidikan nasional berujuan untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki Peserta didik yang terdiri dari delapan karakter yang salah satunya yaitu
karakter mandiri. Kemudian Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Negara Koperasi dan UKM
dan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 02/ SKB/ MENEG/ VI/ 2000 dan 4/ U/ SBK/ 2000
mengenai Pendidikan Pengkoperasian dan Kewirausahaan serta mengatur bagaimana kesepakatan
bersama sebagai bentuk Nota Kesepahaman yang bertujuan sebagai upaya konkrit dalam
menciptakan karakter wirausaha anak bangsa melalui percepatan pemberdayaan koperasi, usaha
mikro kecil dan menengah. (KUMKM) yang berbasis perguruan tinggi. Adapaun dalam
Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 mengenai Penjaminan Mutu Pendidikan menegaskan bahwa
Pendidikan mesti berkualitas sehingga mampu membawa kemajuan dan perkembangan yang
berkelanjutan. (Assingkily dan Rohman, 2019.)

Dari beberapa landasan tersebut, dapat dipahami bahwa edupreneurship merupakan semangat
membangun yang sudah tertuang dalam berbagai kebijakan pemerintah, bahkan dalam UUD 1945
menyebutkan bahwa Pendidikan berupaya untuk menciptakan anak bangsa yang berkarakter
mandiri, yang derivasi nilainya tertuang dalam UU Sisdiknas, Inpres, Nota Kesepahaman, dan
Permendiknas. Maka dari itu, semestinya edupreneurship dijadikan sebagai bahan ajar di setiap
Lembaga Pendidikan khususnya perguruan tinggi, supaya karakter mandiri dan daya saing yang
tinggi dapat terwujud bagi Bangsa Indonesia. (Assingkily dan Rohman, 2019.) Jadi
edupreneurship ingin mengenalkan konsepkonsep dan sikap kewirausahaan melalui dunia
Pendidikan, bukan bertujuan untuk menjadikan Mahasiswa sebagai pengusaha, namun
membentuk karakter edupreneur dalam bidang pendidikan. Edupreneurship adalah program dalam
bentuk pelatihan untuk memperkenalkan konsep- konsep Entrepreneurship yang dibarengi dengan
berbagai contoh implementasinya melalui proses pendidikan. (Sutrisno, 2017)

5
B. Fokus Edupreunership

Pendidikan merupakan proses penting dalam mengembangkan potensi individu, yang


bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara (Winarno, 2014). Pendidikan
berupaya menghasilkan sumber daya manusia berkualitas untuk mempersiapkan diri dalam
memasuki dunia kerja atau bahkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan (Sriyanti & Zanki,
2021). Oleh karena itu, pendidikan diarahkan untuk mewujudkan pendidikan kewirausahaan atau
edupreneurship.

Menurut Wijoyo (2021), fokus edupreneurship adalah usaha mendidik seseorang untuk
menghasilkan produk bernilai jual dan bermanfaat secara kreatif, inovatif, dan pemberani. Tujuan
utama edupreneurship adalah memberikan konsep, sikap, dan karakter kewirausahaan dalam dunia
pendidikan (Zakaria et al., 2022). Dengan demikian, edupreneurship dapat meningkatkan minat
dan motivasi berwirausaha peserta didik. Pembekalan keterampilan kewirausahaan kepada peserta
didik menjadi penting mengingat realitas ekonomi saat ini, seperti adanya teknologi baru dan
perubahan dalam angkatan kerja, yang membuat jalur karir menjadi lebih kompleks dan tidak pasti
bagi para lulusan (Duval & Couetil, 2013). Oleh karena itu, setiap lulusan perlu dibekali dengan
keterampilan yang lebih luas untuk mempersiapkan masa depan mereka. Edupreneur dapat
diterapkan di semua lembaga pendidikan, mulai dari pendidikan anak usia dini hingga pendidikan
tinggi, melalui pembelajaran di sekolah, mata kuliah di perguruan tinggi, dan pendidikan non-
formal. Pada tingkat perguruan tinggi, salah satu kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa
adalah kemampuan untuk mengikuti perkembangan dunia usaha dan industri di bidang pendidikan.
Hal ini menunjukkan pentingnya mengembangkan etos kerja yang tinggi melalui kewirausahaan
untuk mengurangi tingkat pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi (Dea et al., 2021).

Namun, saat ini terdapat masalah di mana minat generasi muda untuk membuka usaha atau
menjadi wirausahawan masih relatif rendah. Menurut penelitian Asnadi (2005), 75% mahasiswa
setelah lulus dari lima perguruan tinggi negeri di Indonesia belum memiliki perencanaan karir
yang matang. Selain itu, tingkat pengangguran akan semakin tinggi jika jumlah lulusan perguruan
tinggi lebih besar daripada lapangan pekerjaan yang tersedia dan tanpa adanya pola pikir untuk
berwirausaha (Prestiadi et al., 2021). Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan untuk
mengurangi masalah pengangguran adalah dengan membekali lulusan setiap lembaga pendidikan
dengan konsep, nilai, dan semangat kewirausahaan. Tujuannya adalah mengubah orientasi lulusan

6
menjadi pencipta lapangan kerja, bukan hanya mencari pekerjaan. Langkah ini perlu dilakukan
tidak hanya di perguruan tinggi, tetapi juga dalam pendidikan formal lainnya, termasuk pondok
pesantren, Lembaga kursus dan Lembaga – Lembaga berbasis masyarakat.

Edupreneurship dapat diterapkan sejak usia dini hingga usia dewasa. Sikap kewirausahaan
perlu dilatih secara mandiri atau dengan bimbingan dari berbagai pihak, seperti pendidik dan orang
tua. Pembekalan kewirausahaan kepada pendidik juga sangat penting untuk mencetak generasi
yang berkualitas dan memiliki jiwa wirausaha. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji lebih
lanjut peran edupreneurship di lembaga pendidikan guna mempersiapkan generasi emas pada
tahun 2045. Selain itu, lembaga pendidikan juga perlu melakukan evaluasi untuk menghasilkan
lulusan yang berkualitas dan dapat mengatasi masalah sosial, seperti pengangguran, sehingga tidak
menghambat pembangunan. Edupreneurship memiliki efek yang baik dalam membangun nilai dan
pola pikir kewirausahaan. Penting untuk memupuk pola pikir kewirausahaan sejak usia dini, dan
sekolah merupakan tempat yang ideal untuk melakukannya. Jika seseorang memiliki jiwa
kewirausahaan sejak muda, mereka akan memiliki kemampuan untuk bekerja secara mandiri dan
mengembangkan kualitas seperti ketekunan, kreativitas, dan kemauan untuk mengambil risiko.
Oleh karena itu, program edupreneurship di lembaga pendidikan diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang baik.

Edupreneurship merupakan upaya yang efektif dalam membantu peserta didik menjadi pribadi
yang inovatif, kreatif, dan memiliki jiwa kewirausahaan. Melalui pendekatan ini, peserta didik
diberikan kesempatan untuk mengembangkan ide-ide baru dan keterampilan yang diperlukan
untuk mewujudkannya. Selain itu, edupreneurship juga berperan dalam membangun keyakinan
diri, motivasi, dan minat berwirausaha. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan secara
keseluruhan, perlu adanya kerjasama antara lembaga pendidikan, pendidik, dan pemerintah dalam
mengimplementasikan program edupreneurship. Pelatihan dan workshop bagi pendidik serta
integrasi kurikulum yang mendukung kewirausahaan di berbagai tingkatan pendidikan dapat
menjadi langkah awal yang penting. Dengan demikian, edupreneurship dapat menjadi solusi yang
efektif dalam menghadapi tantangan sosial dan ekonomi, serta mempersiapkan generasi muda
untuk masa depan yang lebih baik. Pemberian edupreneurship dapat dilakukan melalui berbagai
cara. Misalnya, melalui pendekatan berbasis permainan dan pengalaman. Selain itu, lembaga
pendidikan juga dapat mengadakan berbagai acara, seperti bazar, pameran produk kreatif, dan

7
market day. Pendidikan kewirausahaan dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran lokal atau
mata pelajaran lintas kompetensi, di mana siswa dapat mengenali potensi lokal daerah mereka
sebagai peluang untuk mengelola produk dan menciptakan nilai tambah yang dapat bersaing secara
global.

C. Jiwa Edupreunership

Pengembangan jiwa edupreneurship merupakan upaya untuk menginternalisasikn jiwa dan


mental kewirausahaan baik melalui instansi lain seperti: lembaga pelatihan, trainning, dan lain
sebagainya. Berwirausaha merupakan suatu pekerjaan yang membutuhkan sebuah keahlian
khusus. Hal ini mengacu pada pendapat Peter F. Drucker yang dikutip oleh Kasmir bahwa
kewirausahaan merupakan sebuah kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
(Kasmir, 2006). Edupreneurship merupakan pendidikan untuk mencetak seseorang itu untuk
menjadi pengusaha dan mengubah dunia melalui ide, inovasi dan usahanya. Pendidikan
kewirausahaan di ajarkan untuk menanamkan nilai-nilai karakter peserta didik terutama karakter
kreatif dan mandiri. Dari kedua karakter ini peserta didik akan di nilai lebih dekat dengan
edupreneurship ketika peserta didik di berikan teori kewirausahaan yang akan menjadikan mental
enterpreneur pada peserta didik menjadi tertanam dan tumbuh dalam diri peserta didik. Pendidikan
menjadikan tempat yang strategis untuk menanamkan jiwa kewirausahaan sejak dini. Karena,
menjadi seorang enterpreneur merupakan salah satu langkah untuk mencapai kesuksesan. Apabila
jiwa kewirausahaan tersebut sudah di miliki sejak kecil maka nanti saat dewsa ia akan mampu
bekerja sendiri dan menjadi seorang yang tekun, kreatif dan berani mengambil resiko.

Salah satu upaya dalam membangun jiwa edupreneurship yaitu melakukan kewirausahaan di
bidang pendidikan yang mana di tekankan pada usaha kreatif inovatif yang di lakukan sekolah
untuk memperoleh prestasi sekolah dan bisa menambah income. Menurut Thomas dan
Scarborough, yang dikutip oleh Siti Fatimah, bahwa entrepreneur sebagai seorang yang
menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai
keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber
daya yang diperlukan untuk mendirikannya (Siti Fatimah, 2013). Pelaksanaannya bisa melalui
teaching factory ataupun busines center. Teaching factory adalah cara siswa melakukan kegiatan
pembelajaran yang hampir sama di lakukan di dunia industri. Dalam hal ini teaching factory
mempunyai konsep pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya agar dapat memberikan jalan

8
atau menjembatani kesenjangan kompetensi antara pengetahuan yang di berikan sekolah dengan
kebutuhan industri, dan mempunyai tujuan untuk menumbuhkan karakter dan etos kerja. Ada tiga
unsur yang terlibat dalam pembelajaran, yakni: siswa bisa memerankan sebagai pekerja, guru
sebagai fasilitator, asesor dan konsultan sekaligus penanggung jawab dan pemberi atau pemilik
order dari industri, sekolah atau perorangan. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1) Menerima/pemberi order yakni berkomunikasi menjadi suatu kegiatan yang mengandung


makna bagaimana siswa yang berperan sebagai pekerja menerima pemberi order,
2) Menganalisis order ini bentuk kegiatannya peserta didik yang berperan sebagai pekerja
harus mempunyai penfetahuan yang memadai dalam menganalisis order sehingga peserta
didik dapat memperkuat keyakinannya. Siswa harus melakukan konsultasi dengan guru
yang berperan sebagai konsultan,
3) Menytakan kesiapan mengerjakan order yakni peserta didik mempunyai kesiapan untuk
mengerjakan order sesuai spesifikasi,
4) Mengerjakan order yakni langkah yang mempunyai bentuk melakukan pekerjaan sesuai
tuntutan pekerjaan. Peserta didik harus mentaati prosedur kerja, mentaati keselamatan kerja
dan langkah kerja untuk menghasilkan benda kerja yang sesuai spesifikasi pemesan,
5) Melakukan quality control yakni pekerja melakukan penilaian terhadap benda kerja yang
sedang di lakukannya atau dikerjakannya dengan membandingkan hasil pengukuran
spesifikasi,
6) Menyerahkan order yakni siswa harus mempunyai keyakinan bahwa order akan dapat di
terima olehpemberi order karena telah memenuhi Spesifikasi. Dari ke enam kegiatan di
atas dapat membentuk jiwa edupreneurship dan kewirausahaan peserta didik. Karena,
dengan melaksanakan keenam kegiatan tersebut peserta didik akan mendapatkan
pengalaman, ketrampilan, dan pengalaman baru untuk melakukan praktek kerja secara
nyata. Serta, menjadikan peserta didik memiliki kemandirian dalam praktek kerja dan
menerima orderan sampai menyerahkan barang pesanan.

Menumbuhkan Jiwa Edupreneurship Melalui Bussines Center. Bussines Center adalah siswa
dapat melakukan praktik bisnis dengan mengambil barang dari sekolah dan di jual kepada
masyarakat. Dimana siswa dapat di berikan kebebasan dalam menganalisis pasar, menetapkan
harga, menjual dan membuat laporan hasil penjualan. Bussines center di lakukan melalui kegiatan

9
praktek bisnis yang akan di lakukan peserta didik. Dalam praktek bussines center ini maka peserta
didikmelakukan kegiatan yang dapat membentuk jiwa edupreneurship dan kewirausahaan. Jika
dilihat dari kesempatan yang diterima selama siswa melakukan praktek bisnis di business center
dan bila dikaitkan dengan ciri dan sikap seorang yang berjiwa kewirausahaan, maka dapat
disimpulkan bahwa praktik businesscenter dapat menumbuhkan dan meningkatkan jiwa
kewirausahaan. Setelah siswa melakukan praktik bisinis di business center maka siswa akan
memperoleh pengalaman dan ketrampilan yang riil dalam bisnis sehingga rasa percaya diri siswa
meningkat, melatih siswa untuk berani mengambil resiko dengan menetapkan harga barang
sendiri, tumbuh jiwa kepemimpinan seperti berani mengambil keputusan, siswa mampu
melaksanakan tugas dan mencapai hasil yang maksimal, siswa mampu berorientasi terhadap masa
depan yang lebih baik dan siswa bekerja denjan jujur dan tekun.

Pengembangan jiwa, semangat dan perilaku edupreneurship dan kewirausahaan pada peserta
didik merupakan salah satu kebutuhan mendasar dan syarat penting bagi Bangsa Indonesia
sehubungan dengan tujuan peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang produktif, kreatif dan
inovatif. Berbagai permasalahan yang merintangi pengembangan kewirausahaan peserta didik
perlu diantisipasi secara bijak dalam rangka menemukan solusi yang tepat. Difusi semangat
kewirausahaan pada peserta didik membutuhkan komitmen dan kerjasama yang integratif antar
berbagai pihak terkait. Proses pengembangan kewirausahaan pada peserta didik perlu dilaksanakan
secara berkelanjutan sebagai proses sejak dini memasuki pendidikan di perguruan tinggi, on going
sampai mencapai kelulusan sebagai sarjana. Jadikan edupreneurship kewirausahaan sebagai jiwa,
semangat dan perilaku mahasiswa pada khususnya dan mentalitas masyarakat Indonesia pada
umumnya. Momen ini mestinya jangan sampai terputus dari mulai proses pembentukan mind set
dan awareness kewirausahaan, rencana aksi dan praktek kewirausahaan sampai pada tingkat
realisasi aksi dan sekaligus evaluasi secara terpadu. Penyelenggaran Pendidikan di tntut mampu
menghasilkan lulusan yang kreatif dan inovatif yang mampu berwirausaha adalah
mengembangkan teacing factory sebagai tempat berlatih usaha.

Edupreneurship tanpa Teaching factory sama seperti belajar tapi tanpa praktik karena tidak ada
pengalaman nyata yang di peroleh siswa selama ia belajar. Untuk menjadi seorang entrepreneur
tidak semata-mata harus berwirausaha dengan cara berjualan barang/jasa, akan tetapi dapat
menjadi kreator pada industri kreatif yang lebih luas jangkauannya dan lebih luas lapangan

10
kerjanya. Teaching factory adalah suatu konsep pembelajaran yang kontekstual yang membuat
belajar siswa mendekati situasi atau kondisi kerja yang sebenernya. Dalam teaching factory,
pembelajaran berorientasi pada produk barang atau layanan jasa yang layak jual dan dapat
dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan. Secara umum pembelajaran teaching Factory
bertujuan untuk melatih siswa berdisiplin, meningkatkan kompetensi keahlian siswa, menanamkan
mental kerja supaya mudah beradaptasi dengan situasi dan kondisi dunia Industri, menguasai
bidang manajerial serta menghasilkan produk yang berstandar mutu industri.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara harfiah edupreneurship tersusun dari dua kata, yaitu education artinya pendidikan dan
Entrepreneurship artinya kewirausahaan. Maka edupreneurship artinya pendidikan kewirausahaan
yaitu usaha untuk memberikan pendidikan supaya mampu menghasilkan produk atau jasa yang
bermanfaat untuk dirinya sendiri dan untuk orang banyak, pendidikan yang berusaha menjadikan
peserta didik Yang kreatif, inovatif, mampu menciptakan peluang, dan berani menghadapi
tantangan serta mengambil resiko.

Menurut Wijoyo (2021), fokus edupreneurship adalah usaha mendidik seseorang untuk
menghasilkan produk bernilai jual dan bermanfaat secara kreatif, inovatif, dan pemberani. Tujuan
utama edupreneurship adalah memberikan konsep, sikap, dan karakter kewirausahaan dalam dunia
pendidikan (Zakaria et al., 2022). Dengan demikian, edupreneurship dapat meningkatkan minat
dan motivasi berwirausaha peserta didik. Pembekalan keterampilan kewirausahaan kepada peserta
didik menjadi penting mengingat realitas ekonomi saat ini.

Pengembangan jiwa edupreneurship melalui kepemimpinan demokratis di lembaga pendidikan


berjalan dengan baik dan seimbang, melihat peserta didik yang belajar edupreneurship menjalani
langkah-langkah edupreneurship sehingga menjadikan peserta didik bisa memiliki jiwa
edupreneurs melalui pembelajaran teaching factory dan dapat menumbuhkan jiwa edupreneurs dan
kewirausahaan melalui pembelajaran bussines center yang di pimpin langsung oleh kepala sekolah
atau guru yang memiliki jiwa edupreneurship secara demokratis yakni seorang pemimpin yang
bertanggung jawab, berani mengambil resiko, tegas tetapi merangkul bawahannya.

B. Saran

Dengan sangat menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kesempurnaan, sebab tidak ada
satu tulisan di muka bumi ini yang terhindar dari kecacatan selain alQur’an. Untuk itu kami
menyarankan kepada pembaca untuk memberikan sumbang saran serta kritikan yang konstruktif
demi kesempurnaan makalah kami untuk yang akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Assingkily, M. S., & Rohman, N. (2019). Edupreneurship dalam Pendidikan Dasar Islam. JIP
(Jurnal Ilmiah PGMI), 5(2), 111–130. https://doi.org/10.19109/JIP.V5I2.3721

Badrut Tamam, A. M. (2019). Implementasi Edupreneurship Dalam Pembentukan Karakter


Sekolah Unggul. 5(1).

Bahri. (2018). Kewirausahaan Islam : Penerapan Konsep Berwirausaha dan Bertransaksi Syariah
dengan Metode Dimensi Vertikal ( Hablumminallah ) dan Dimensi Horizontal ( Hablumminannas
) Islamic Entrepreneurship : Implementation of The Concept of Entrepreneurship And Shari. 1(2),
67–87.

Dhani Kurniawan, 2013, Konsep Dasar Kewirausahaan Dan Proses Kewirausahaan.

Hari Lubis. (2014). Perkembangan Konsep Kewirausahaan. 1–32.

Harti, A. S. (2020). MODUL AJAR KONSEP DASAR DAN PRINSIP-PRINSIP


KEWIRAUSAHAAN.

Kurniawan, D. (2013). KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN DAN PROSES


KEWIRAUSAHAAN. 81–96.

Kurniawati, Indah, Isnanita Noviya Andriyani, A. (2021). KONSEP KEWIRAUSAHAAN


DALAM TAFSIR AL-AZHAR DAN KEWIRAUSAHAAN dikelompokkan dalam bidang mu ’
amalah yang berkaitan hubungan manusia dengan. 3(1), 61–74.

Mukarromah, Safitri, M. (2019). SOFT SKILL KEWIRAUSAHAAN BERBASIS SYARI ’ AH


PADA SISWA SMA MUHAMMADIYAH TAMBAK KABUPATEN BANYUMAS SOFT
SKILL OF SHARIA BASED ENTREPRENEURSHIP IN MUHAMMADIYAH TAMBAK
HIGH aspek . Aspek perkembangan teknologi membuat perubahan pada laju informasi yang begi.
470–476.

13
14

Anda mungkin juga menyukai