Oleh:
Miftah Ulfania Fajrin
NIM : 165254018
Dosen Pengampu:
Dr. Drs. Harmon, M.Si,
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya laporan ini dapat terselesaikan. Laporan
ini dibuat dalam rangka memenuhi mata kuliah Metode Penelitian pada semester
6. Metode penelitian bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa
dalam menemukan masalah, meninjau ulang, dan mengkritisi dengan berbagai
perhitungan hingga menarik kesimpulan yang bermanfaat bagi masyarakat dan
kepentingan ilmu.
Dalam masa kegiatan perkuliahan dan praktik penelitian hingga dapat
menganalisis dan memberikan kesimpulan, penyusun sampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung penyusun
dalam menulis laporan ini, khususnya kepada Bapak Harmon, selaku dosen
pengampu mata kuliah metode penelitian yang telah membimbing kami sepenuh
hati; rekan-rekan kelas yang selalu memberi semangat dan berbagi ilmu; serta
orang tua yang telah mendukung dari segala aspek.
Untuk itu lahirnya penelitian ini tentunya memiliki ragam keterbatasan
yang belum terbahas. Penyusun berharap dapat berkembang pada kesempatan
mendatang. Tentunya karena ketidaksempurnaan ini, penyusun mengharapkan
kritik dan saran demi perbaikan dikemudian hari. Demikian laporan ini saya buat,
semoga bermanfaat.
i
DAFTAR ISI
ii
2.5 Penyusunan Hipotesis.................................................................................. 43
2.6 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 45
3.1 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 45
3.2 Objek dan Subjek Penelitian ....................................................................... 46
3.2.1 Objek Penelitian .................................................................................... 46
3.2.2 Subjek Penelitian .................................................................................. 46
3.3 Metode Penelitian ........................................................................................ 46
3.4 Operasional variabel .................................................................................... 47
3.5 Populasi dan Metode Penarikan Sampel ..................................................... 49
3.6 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 49
3.6.1 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 49
3.6.2 Skala Pengukuran ................................................................................. 50
3.7 Pengujian Instrumen Penelitian ................................................................... 50
3.7.1 Uji Validitas .......................................................................................... 50
3.7.2 Uji Realiabilitas .................................................................................... 51
3.8 Teknik Analisis Data ................................................................................... 51
3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif .................................................................. 51
3.8.2 Analisis Korelasi ................................................................................... 51
3.8.3 Analisis Regresi Berganda .................................................................... 52
3.8.4 Koefisien Determinasi (R2)................................................................... 53
3.8.5 Uji Hipotesis ......................................................................................... 53
3.9 Tempat dan Jadwal Penelitian ..................................................................... 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 54
4.1 Hasil Penelitian............................................................................................ 54
4.1.1 Demografi Responden .......................................................................... 54
4.1.2 Uji Validitas dan Uji Realiabilitas ........................................................ 59
4.1.3 Uji Korelasi .......................................................................................... 62
4.1.4 Uji Regresi Berganda ............................................................................ 69
4.1.5 Analisis Statistik Deskriptif .................................................................. 72
4.1.6 Koefisien Determinasi .......................................................................... 73
iii
4.1.7 Uji Hipotesis ......................................................................................... 73
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 74
4.2.1 Analisis Pengaruh Persepsi dan Literasi Keuangan Terhadap Keputusan
Investasi ......................................................................................................... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 76
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 76
5.2 Saran ............................................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 77
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ekonomi dunia telah mengalami kemajuan yang begitu
pesat seiring dengan berlangsungnya globalisasi. Sama halnya dengan Indonesia,
sejak zaman Reformasi kenaikan indeks perekonomian dari berbagai sektor
industri secara umum terus mengalami pertumbuhan setelah dua puluh satu tahun
lamanya. Implikasi dari hal tersebut menuntut setiap individu perlu memiliki
pengetahuan dan kemampuan untuk mengelola sumber dayanya, yaitu keuangan
dan kekayaaan yang masing-masing mereka miliki.
Dari beberapa pilihan pengelolaan keuangan seperti menabung,
berwiraniaga, jual-beli mata uang, atau deposito memiliki pengertian yang sangat
khas dengan investasi. Yang dimaksud dalam ihwal investasi di sini adalah
kegiatan yang dilakukan saat ini dengan tidak melakukan konsumsi berlebihan
untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar di masa mendatang (Manggu,
2017). Investasi dalam pengertian tersebut memang sudah dipahami sebagai
sebuah kebutuhan bagi masyarakat di Indonesia. Penelitian ini pun selaras dengan
investasi yang dimaksud adalah penanaman uang atau modal dalam suatu
perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan (KBBI Daring,
2016).
Investasi menjadi momok yang begitu menggiurkan, alih-alih bisa
menghasilkan keuntungan jangka menengah hingga panjang. Namun jika melihat
fenomena krisis moneter pascareformasi pada awal tahun 2008 berbagai kasus
fraud dan tindakan ‘gelap’ yang dilakukan oleh perusahaan penyedia akses
investasi telah melemahkan persepsi daripada investasi itu sendiri. Dari investasi
deposito yang menjanjikan bunga 1% perhari, maksudnya 30% per bulan yang
sungguh tidak masuk akal karena produk BI sekalipun tidak mampu
melakukannya, hingga efek industri 4.0 dengan adanya industri financial
technology (fintech) yang menawarkan kredit bodong dan tak mengantongi izin
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
1
Fenomena tersebut antara lain Pandawa Group pada tahun 2008 yang
mengalami 549.000 kasus investasi bodong dengan total kerugian mencapai
Rp3,8 triliun. Selanjutnya PT Cakrabuwana Sukses Indonesia dengan total
kerugian mencapai Rp1,6 triliun. Belum lagi kasus travel umrah yang memakan
korban sejumlah 164.757 jemaah dengan total kerugian mencapai Rp3,042 triliun,
dan masih banyak lagi (Ketua Satgas OJK, Tongam L. Tobing, 2019).
Di sisi lain total kerugian masyarakat pun mayoritas tidak mendapatkan
penggantian oleh aset pelaku investasi bodong yang disita dalam rangka
pengembalian dana masyarakat karena berbagai faktor. Adanya kekurangan dana,
persenan yang tak dapat diajukan, pengadilan dan proses yang begitu panjang,
hingga status badan usaha yang memiliki tanggung jawab terbatas. Dilansir dari
media CNN dan Finansial Bisnis (dot) com (2019), Ketua Satgas OJK
membeberkan total kerugian investasi bodong hingga April 2019 mencapai Rp88
triliun. dengan total penghentian usaha pada tahun 2019 sejumlah 47 entitas
investasi ilegal dan 399 fintech ilegal.
Upaya penutupan usaha investasi perlu diapresiasi. Namun pertanyaannya
apakah akan selamanya menunggu korban lalu baru memiliki kesadaran? Dan
bagaimana mengejar ketertinggalan negara Indonesia dari negara lain yang telah
sukses berinvestasi? Fakta mengejutkan timbul bahwa, jumlah investor saham di
Indonesia hanya berjumlah sekitar 950.000 saja. Jumlah tersebut jika
dibandingkan total penduduk Indonesia masih kurang dari 1%, tepatnya 0,38%
dari total 270 juta penduduk. Jika dibandingkan lagi dengan negara-negara di
ASEAN, Thailand sudah sekitar 4%, Malaysia 17% dan Singapura 30%. Angka
ini dapat dikatakan sangat jauh. Dan ini boleh jadi efek jumlah penduduk dan
yang paling berpengaruh signifikan adalah persepsi yang ditimbulkan dari
banyaknya sejarah kelam dunia investasi di negeri ini.
Perekonomian Indonesia pun termasuk yang paling rapuh (fragile) di
dunia. Hal ini tidak sejalan dengan return pengelolaan administrasi saham di
Indonesia. Capaian prestasi selama tiga dekade terakhir selalu terbaik di dunia.
Mulai dari 2006-2016, 2007-2017, dan 2008-2018. Hal ini dikarenakan bukan
jumlah investor dalam negeri, melainkan investor dari luar negeri yang masuk
2
bebas melenggang menanamkan sahamnya di Indonesia. Walaupun Indonesia
masih memiliki optimisme untuk menjadi negara dalam jajaran perekonomian 4
besar terbaik dunia pada tahun 2030 bersanding dengan China, India, dan
Amerika Serikat.
Untuk itu demi mempersiapkan arus perekonomian global yang tidak
dapat dihindari, bentuk antisipasi untuk merencanakan pengelolaan keuangan
terutama investasi menjadi sebuah pilihan menjawab permasalahan yang muncul.
Beberapa bentuk pengelolaan keuangan yang baik dilakukan dengan syarat
memiliki pengetahuan dan daya atau kemampuan untuk melakukannya. Investasi
dimulai dari mulai tahap perancanaan. Tahap utama ini perlu dilakukan karena
memilih investasi yang tepat akan dapat memberikan sumber pemasukan yang
berkelanjutan bagi individu (Mega, 2018). Perencanaan tentunya dirancang secara
matang agar menghindari kerugian dalam berinvestasi. Untuk memulai
berinvestasi, seseorang harus memiliki pengetahuan keuangan (financial literacy)
yang baik agar keputusan keuangannya memiliki arah yang jelas (Putri dan
Rahyuda, 2017).
Dalam mengelola keuangan dibutuhkan beberapa faktor fundamental yang
perlu ditingkatkan, beberapa tahun terakhir dengan pesatnya dunia teknologi pada
bidang keuangan atau fintech menjadi topik yang diminati. Sebab pasarnya adalah
para milenial (generasi Y dan Z) yang tidak ingin terjebak ‘kesakitan’ masa lalu
dan bersiap menghadapi tantangan masa depan. Topik keuangan sering dibahas
dalam kegiatan seminar, symposium, bahkan acara millennial movement untuk
lebih bisa menarik masyarakat untuk menyadari betapa pentingnya mengelola
keuangan pribadi. Selain itu informasi mengenai peningkatan Pertumbuhan
Ekonomi (PDB) dan indeks Purchasing Payment Partial (PPP) yang terus
meningkat dari segi konsumsi mendorong kebutuhan untuk memiliki literasi
keuangan.
Sayangnya tingkat literasi Indonesia masih peringkat 2 terbawah di dunia
menurut The World Most Literate Nation Study (2018) dan menurut PISA
peringkat 64 dari 72 negara. Upaya pemerintah dalam meningkatkan tingkat
literasi menjadi fokus utama seperti disediakannya forum membaca, diskusi
3
hingga fokus mengadakan bazar buku dengan tema-tema tertentu. Kontradiksinya
adalah akses literasi lebih banyak dan praktis digunakan oleh masyarakat
Indonesia melalui internet. Bagaimana 260 juta penduduk memiliki akses internet
yang aktif walaupun konten yang diakses berbeda-beda. Kejelasan informasi yang
didapat belum dapat dipastikan pula keabsahannya.
Ketua Forum Pengembangan Budaya Literasi Indonesia Satria Darma
mengatakan, berdasarkan survei pada tahun 2013, budaya literasi masyarakat
Indonesia masih sangat rendah dan kalah jauh dengan negara lain di dunia
(Republika Online, 2014). Menurut Tirta, hasil survey literasi dan inklusi
keuangan nasional tahun 2016 menunjukan bahwa 67,8 persen masyarakat telah
menggunakan produk dan layanan keuangan. Namun, hanya 29,9 persen
masyarakat yang paham akan literasi keuangan. Banyak masyarakat yang telah
memiliki akses keuangan tetapi tidak dibekali dengan pemahaman keuangan yang
memadai (Kompas Online, 2017). Hal tersebut diperjelas dengan pernyataan
Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen.
Kusumaningtuti S. Soetiono, menyatakan bahwa indeks literasi keuangan yang
sebelumnya sebesar 21,8% pada tahun 2013 meningkat menjadi 29,7% pada tahun
2016. Hal yang sama juga terlihat pada indeks inklusi keuangan tahun 2013
sebesar 59,7% menjadi 67,8% di tahun 2016. Visi dari literasi keuangan itu
sendiri adalah untuk mewujudkan masyarakat indonesia yang memiliki indeks
literasi keuangan yang tinggi (well literate) sehingga dapat memanfaatkan produk
dan layanan jasa keuangan yang sesuai untuk mencapai kesejahteraan keuangan
yang berkelanjutan (financial well-being) (OJK, 2017). Memiliki literasi
keuangan, merupakan hal vital untuk mendapatkan penghidupan yang tidak hanya
layak tapi juga sejahtera.
Dalam hal ini ada dua titik besar yang dapat disimpulkan bahwa data yang
diangkat mengenai persepsi dan literasi keuangan masih menjadi masalah di
Indonesia. Faktor yang mempengaruhi keputusan berinvetasi diantaranya yaitu
persepsi, preferensi, sosial-demografi, intensi dan perilaku, risiko, literasi
keuangan. Oleh karena fenomena besar yang diangkat adalah persepsi dan literasi
di kalangan akademisi dan demi mendukung gerakan literasi dan menilai sejauh
4
mana persepsi atas keputusan berinvestasi generasi muda, khususnya para
mahasiswa yang akan menghadapi permasalahan dan lingkungan baru yang belum
pernah dialami sebelumnya dan mahasiswa juga harus bisa mengelola dan
mengatur keuangan secara mandiri. Mahasiswa jurusan A yang notabene berada
dalam ranah disiplin ilmu ekonomi belum tentu mampu mengelola keuangan
dengan baik, tapi sangat berpotensi dapat merencanakan keuangan karena telah
mengetahui dan mempelajari ilmu tentang apa itu investasi dan
keberlangsungannya dalam perekonomian. Lembaga atau organisasi pendidikan
menjadi bagian yang tak terpisahkan untuk turut serta membentuk pemahaman
dunia investasi. Salah satunya dengan pendirian Pojok Bursa, seperti pada
Politeknik Negeri Bandung yang bersekretariat di Gedung Baru Jurusan
Administrasi Niaga Lantai 1. Adapun fungsi dari Pojok Bursa sendiri adalah
untuk mendekatkan pengetahuan pasar modal di kalangan akademisi untuk
meningkatkan literasi keuangan dalam bentuk sekolah pasar modal, pasar uang,
komoditi, workshop, dan seterusnya.
Dengan demikian beberapa fenomena yang telah dijabarkan sebelumnya
dapat menjadi miniatur untuk meningkatkan literasi dan sejauh mana persepsi
untuk memutuskan berinvestasi saham di lingkungan mahasiswa khususnya
Politeknik Negeri Bandung, maka penelitian ini penulis beri judul dengan:
Pengaruh Persepsi Dan Literasi Keuangan Terhadap Keputusan Investasi
Saham (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Administrasi Niaga Dan Akuntansi,
Politeknik Negeri Bandung).
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dan untuk memaparkan
tujuan agar lebih terarah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana persepsi mahasiswa tata niaga, Politeknik Negeri Bandung
(Polban) terhadap investasi saham?
2. Bagaimana tingkat literasi keuangan mahasiswa tata niaga, Polban?
3. Bagaiamana persepsi dan literasi keungangan berpengaruh signifikan
terhadap keputusan investasi pada studi kasus mahasiswa tata niaga,
Polban?
6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Cakupan ruang lingkup penelitian berfokus pada persepsi dan literasi
keuangan terhadap keputusan investasi. Penelitian dilakukan dengan mengambil
studi kasus pada mahasiswa aktif Jurusan Administrasi Niaga dan Akuntansi,
Politeknik Negeri Bandung tahun ajaran 2018/2019. Dengan variabel persepsi
meliputi tiga dimensi yakni: pelaku pelaku persepsi, target, dan situasi.
Selanjutnya variabel literasi keuangan dengan lima dimensi yaitu: pengetahuan
dasar mengenai keuangan pribadi, manajemen uang, managemen kredit dan utang,
tabungan dan investasi, serta manajemen risiko. Terhadap keputusan berinvestasi
yang diwakili oleh pola konsumsi.
BAB I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
Bab ini berisi uraian teori beserta variabel-variabel penelitian,
meliputi landasan teori dari persepsi, literasi keuangan dan
keputusan investasi.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini berisi metode penelitian, objek penelitian, operasional
variabel, populasi dan metode penarikan sampel, teknik
pengumpulan data, pengujian validitas dan reliabilitas, metode
analisis data yang digunakan, serta tempat dan jadwal penelitian.
7
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisi penjelasan dan analisis mengenai hasil penelitian.
Dalam bab ini dijelaskan pula analisis hasil penelitian berupa data-
data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner, khususnya analisis
korelasi dan regresi.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi jawaban dari tujuan hasil penelitian dengan analisis
yang ada pada bab-bab sebelumnya yang ditulis dalam suatu
kesimpulan dan saran sebagai rekomendasi untuk perbaikan
penelitian selanjutnya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi
2.1.1 Pelaku Persepsi
Proses bagaimana stimulus-stimulus yang mempengaruhi tanggapan-
tanggapan itu diseleksi dan diinterpretasikan, persepsi setiap orang terhadap suatu
objek itu berbeda-beda oleh karena itu persepsi mempunyai sifat subyektif.
(Sutisna (2010) dalam Iopa, Z. L. A., & Manggu, S.A.R (2019, 12 April). Persepsi
lebih diidentifikasikan sebagai pandangan, yang artinya bagaimana pandangan
seseorang terhadap objek atau kejadian pada saat tertentu (Nevita dan Arifin,
Jurnal Nusantara of Research (Vol. 02, 2015:151). Persepsi (perception) adalah
proses dimana kita memilih, mengatur, dan menerjemahkan masukan informasi
untuk menciptakan gambaran dunia yang berarti. (Kotler, 2009).
Sementara itu, menurut Nevita dan Arifin dalam Jurnal Nusantara of
Research (Vol.02,2015:151) menyatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari
persepsi lebih diidentifikasikan sebagai pandangan, yang artinya bagaimana
pandangan seseorang terhadap objek atau kejadian pada saat tertentu. Hasil
pengamatan tersebut akan diproses secara sadar sehingga individu kemudian dapat
memberi arti kepada objek yang diamatinya tersebut.
Selanjutnya menurut Rakhmat (2004: 37-43) mengklasifikasinya kedalam
tiga komponen yaitu komponen afektif, komponen kognitif dan komponen
konatif. Komponen yang pertama, afektif yang merupakan aspek emosional dari
faktor sosiopsikologis. Komponen kognitif adalah aspek intelektual, yang
berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen konatif adalah aspek
volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.
Motif sosiogenis, sering juga disebut sekunder sebagai lawan motif primer
(motif biologis). Peranannya dalam membentuk prilaku sosial bahkan sangat
menentukan. Berikut ini klasifikasi sosiogenis menurut Melvin H.Marx : 1.
Kebutuhan organisme seperti motif ingin tahu, motif 15 kompetensi dan motif
kebebasan. 2. motif-motif sosial seperti motif kasih sayang, motif kekuasaan dan
9
motif kebebasan. b. Sikap, pertama sikap adalah kecenderungan bertindak,
berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai.
Kedua sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Ketiga sikap relatif lebih
menetap. Keempat sikap mengandung nilai menyenang-kan atau tidak
menyenangkan. Kelima sikap timbul dari pengalaman. c. Emosi, emosi
menunjukan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala kesadaran,
keperilakuan, dan proses fisiologis.
Komponen kognitif Kepercayaan adalah komponen kognitif. Kepercayaan
di sini tidak ada hubunganya dengan hal-hal yang gaib, tetapi hanyalah keyakinan
bahwa sesuatu itu ’benar’ atau ’salah’ atas dasar bukti, sugesti otoritas,
pengalaman atau intuisi (Holer, 1978). Sementara menurut Asch (1959)
kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan. 3.
Komponen konatif Terdiri dari kebiasaan dan kemauan. Kebiasaan adalah aspek
prilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis tidak direncanakan.
Sedangkan kemauan adalah sebagai tindakan yang merupakan usaha seseorang
untuk mencapai tujuan.
Sutisna (2010) menyatakan beberapa karakteristik konsumen yang
mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut :
1) Membedakan stimulus yaitu bagaimana konsumen bias membedakan
antara dua stimuli atau lebih, apakah konsumen merasakan perbedaan antara
kedua produk tersebut.
2) Persepsi bawah sadar yaitu kemampuan konsumen memberikan
tanggapan terhadap stimulus yang berada dibawah kesadaran atau berada dibawah
ambang batas kesadarannya.
3) Tingkat adaptasi adalah ketika konsumen sudah merasa terbiasa dan
kemudian tidak lagi mampu memperhatikan stimulus yang berulang-ulang.
4) Seleksi perseptual seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa persepsi
merupakan bagian dari evaluasi proses seleksi dan interpretasi terhadap stimulus.
Proses persepsi yang pertama adalah seleksi perseptual. Seleksi perseptual terjadi
ketika konsumen menangkap dan memilih stimulus
10
berdasarkan pada psikologikal set yang dimiliki. Psikologikal set yaitu berbagai
informasi yang ada dalam memory konsumen. Sebelum seleksi persepsi terjadi,
terlebih dulu stimulus harus mendapatkan perhatian dari konsumen.
Adapun pelaku persepsi yaiu merupakan setiap individu sebagai pelaku
persepsi dalam proses pembentukan persepsi akan dilator belakangi oleh
kemampuan individu untuk mempelajari sesuatu (attitude) jika pelaku persepsi
memandang pada suatu taget dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, amka
penafsiran itu dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteridisitk pribadi yang
memengaruhi taitu motif individu terhadap sesuatu yang akan dipersepsikan
pengalaman individu dalam menentukan persepsi tersebut (Kurniyati, 2015:29).
2.1.2 Target
Selanjutnya adalah target, yaitu merupakan karakteristik dalam target yang
diamati oleh seseorang akan dapat memperngaruhi aa yang akan dipersepsikan.
Karakteristik target yang dapat mempengearhui yaitu objek yang akan
dipersepsikan merupakan perihal yang baru (novelty), adanya gambaran hidup
yang memengaruhi dalam membentuk (motion), suara-suara yang timbul pada
saat membentuk persepsi (sound), ukuran dari persepsi (size), latar belakang
pembentukan persepsi (background), kedekatan persepsi dengan objek lain yang
dapat membentuk persepsi yang hamper sama (proximity), serta kesamaan dari
persepsi dengan persepsi lain (similarity) (p. 29-30).
11
2.1.3 Situasi
Situasi merupakan konteks yang penitng untuk melihat suatu obyek atau
peristiwa, sehinggga unsur-unsur dalam lingkungan sekitar akan mempengaruhi
persepsi seseoerang. Situasi dalam membentuk persepsi seseorang dipengaruhi
oleh momen waktu yang tepat, struktur dari objek yang dipersepsikan, serta
kebiasan yang ber;aku dalam social masyarakat untuk merumuskan persepsi
(Karniyati, 2015:29). Selanjutnya, situasi dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu
(1) Waktu transaksi; (2) Objek yang dipersepsikan; (3) Kebiasaan sosial yang ada.
Dalam hal ini para investor dan objek yaitu mahasiswa merupakan individu yang
terlibat secara langsung dalam usaha mendapatkan, mengkonsumsi dan
menghabiskan produk atau jasa dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat
yang diinginkannya (p. 10). Situasi yang mendorong iklim investasi adalah yang
secara waktu, objek dan kebiasaan yang terbangun adalah situasi yang proaktif
terhadap pentingnya (kesadaran) untuk berinvestasi saham.
12
keterampilan dalam membuat keputusan keuangan yang tepat; dan 5). keyakinan
dalam perencanaan keuangan yang efektif untuk kebutuhan di masa depan.
Lusardi (2008) dalam Luhsasi (2017) mengatakan bahwa literasi keuangan
merupakan pengetahuan mengenai perencanaan keuangan yang efektif sehingga
seseorang dapat mengambil keputusan keuangan yang benar. Kezar et al (2010)
menulis bahwa literasi keuangan merupakan pengetahuan mengenai pengelolaan
keuangan yang terkait dengan tabungan, pinjaman, investasi, dan asuransi.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, penelitian ini mengartikan literasi
keuangan sebagai pengetahuan mengenai pengelolaan keuangan termasuk
didalamnya terkait tabungan, pinjaman dan investasi.
13
memastikan bahwa individu mampu mengelola kewajiban keuangan secara tepat
waktu dengan menggunakan penghasilan yang diterima dalam periode yang sama.
Menurut Mien dan Thao (2015) dalam (p. 21) terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi perilaku manajemen keuangan diantaranya, sikap keuangan,
pengetahuan keuangan, dan Locus of Control. Pendapat lain menurut Kholilah
dan Iramani (2013) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku
manajemen keuangan diantaranya, Locus of Control, Pengetahuan keuangan, dan
Income. Kemudian menurut Sina (2014), kepribadian merupakan salah satu faktor
yang signifikan yang mempengaruhi perilaku keuangan. Aspek kepribadian sering
mempengaruhi manajemen keuangan karena menjadi penyebab manajemen yang
buruk.
2.2.3 Pengetahuan Manajemen Kredit dan Utang
Pengetahuan mengenai manajemen kredit dan utang terdiri dari: faktor-
faktor yang memengaruhi kelayakan kredit, pertimbangan dalam melakukan
pinjaman, karakteristik kredit, tingkat bunga pinjaman, jangka waktu pinjaman,
serta sumber dalam mendapatkan kredit dan utang merupakan pengetahuan
keuangan yang sangat dibutuhkan agar dapat menggunakan kredit dan utang
secara bijaksana (Humaira, 2-17, p.24).
Secara etimologis, istilah credit, berasal dari kata Credo, yang berarto I
believe, I trust, Saya percaya atau Saya menaruh kepercayaan. Perkataan Credo
berasal dari kombinasi perkataan Sansekerta cred yang berarti kepercayaan (trust)
dan perkataan lain do, yang berarti saya menaruh. Sesudah kombinasi tersebut
menjadi bahasa latin, kata kerjanya dan kata bendanya masing-masing menjadi
credere dan creditium (repository.usu.ac.id).
Istilah yang merupakan pasangan kredit merupakan utang (debt). Kredit
dan utang merupakan istilahistilah untuk satu pebuatan ekonomi (perbuatan yang
menimbulkan akibat-akibat ekonomi) yang dilihat dari arah berlawanan. Menurut
Rivai dan Veithzal (2006), kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang dari
satu pihak (kreditor/atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak
lain {nasabar atau pengutang (borrower)} dengan janji membayar dari penerima
14
kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang elah disepakati kepdua belah
pihak (p. 12).
Beberapa difinisi lain tentang kredit adalah sebagai berikut:
Berdasarkan Pasal 1 ayat 11 UU Perbankan, kredit adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminkam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga (Widiyono, 2009 dalam p. 12). Pengertian kredit
menurut malayu (2008 dalam p. 13) bahwa kredit adalah: “semua jenis pinjaman
yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati.”
Dengan demikian dalam rangka praktiknya kredit adalah:
1. Penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan
mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama dikemusian hari.
2. Suatu tindakan atas dasar perjanjian dimana dalam perjanjian tersebut terdapat
jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya dipisahkan
oleh unsur waktu).
3. Suatu hak, yang dengan hak tersebut seorang dapat mempergunakan untuk
tujuan tertentu dan atas pertimbangan tertentu pula.
Tujuan kredit sendiri (p. 14-15), adalah untuk mendorong program
pembangunan di bidang ekonomi, pertanian, industri dan jasa (kepentingan
pemerintah), untuk mendorong kegiatan perusahaan/bisnis yang melayani
kebutuhan masyarakat (kepentingan masyarakat), dan memperoleh laba untuk
kelangsungan hidup perusahaan, sehingga dapat memperluas usaha dan
pelayanannya (kepentingan pemilik modal bank/lembaga perkreditan).
Kredit diberikan atas dasar kepercayaan sehingga pemberiaan kredit
adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan
benar-benar diyakini dapat dimebalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu
dan syarat-syarat menurut Rivai, 2006 dalam (p. 13) terdapat beberapa unsur
dalam manajemen kredit dan utang yaitu:
15
1. Adanya 2 pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit (nasabah)
hubungan pemberi kredit dan penerima kredit merupakan hubungan kerja
sama yang saling menguntungkan.
2. Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan
atas credit kepada penerima kredit yang didasarkan atas credit rating penerima
kredit.
3. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan pihak lainnya
yang berjanji membayar dari penerima keredit kepada pemberi kredit. Janji
membayar tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis (akad kredit) atau berupa
instrument (credit instrument).
4. Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit kepada
penerima kredit.
5. Adanya unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsur essential
kredit. Kredit dapat ada karena unsur waktu baik waktu dilihat dari pemberi
kredit maupun dilihat dari penerima kredit. Misalnya penabung memberikan
kredit sekarang untuk konsumsi lebih besar dimasa yang akan dating.
Produsen memerlukan kredit karena adanya jarak waktu antara produksi dan
konsumsi.
6. Adanya unsur risiko (degree of risk) baik di pihak pemberi kredit maupun
pihak penerima kredit. Risiko di pihak pemberi kredit maupun pihak penerima
kredit risiko di pihak pemberi kredit adalah risiko gagal bayar (risk of default),
baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau ketidakmampuan
bayar. Risiko di pihak nasabah adalah kecurangan dari pihak kreditor, antara
lain berupa pemberian kredit yang semula dimaksudkan oleh pemberi kredit
untuk mengambil perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan.
7. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi kredit.
Bagi pemberi kredit, bunga tersebut terdiri dari berbagai komponen seperti
biaya modal (cost of capital), biaya umum (overhead cost), risk premium, dan
sebagainya. Jika credit rating penerima kredit tinggi, risk premium dapat
dikurangi dengan safety discount.
16
Sehingga unsur tersebut melahirkan tujuan yang dikemukakan kasmir (2004,
dalam p. 15) yaitu: 1) mencari keuntungan; 2) membantu usaha nasabar; 3)
membantu pemerintah.
Berbeda halnya dengan fungsi kredit pada zaman modern ini bahwa pada
dasarnya pemenuhan jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat (to server the
society) dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi, jasa-
jasa dan bahkan konsumsi yang kesemuanya itu pada akhirnya ditujukan untuk
menaikkan taraf hidup rakyat banyak. Kalau dijabarkan lebih rinci, maka fungsi-
fungsi kredit adalah sebagai berikut:
a. Kredit dapat memajukan arus tukar menukar barang-barang dan jasa-jasa
b. Kredit dapat mengaktifkan alat pembayaran yang idle (menganggur).
c. Kredit dapat menciptakan alat pembayaran baru
d. Kredit sebagai alat pengendalian harga
e. Kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat/faedah/kegunaan
potensi-potensi ekonomi yang ada.
(elib.unikom.ac.id)
Jenis kredit dalam penelitian ini adalah kredit yang dilihat dari segi
kegunaannya yaitu kredit investasi dan keredit modal kerja sebagai tujuan
mendorong kredit yang produktif, berjangka menengah hingga panjang, memiliki
jaminan (Kasmir, 2004 dalam. p.20).
17
bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Nasabah jika
hendak mengambil simpanannya dapat datang langsung ke bank dengan
membawa buku tabungan, slip penarikan, atau melalui fasilitas ATM. Adapun
yang dimaksud dengan tabungan syariah adalah simpanan yang dijalankan
berdasarkan prinsipprinsip syariah. Pada dasarnya tabungan dan simpanan itu
sama akan tetapi di dalam prakteknya tabungan digunakan pada bank syariah dan
simpanan digunakan pada Baitul Maal wa Tamwil. Pasal 1 angka 21 Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah yang menyebutkan
bahwa tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadiah atau investasi dana
berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan
ketentuan tertentu yang disepakati.
Dalam Modul Pengelolaan Keuangan yang dirilis oleh Bank Indonesia,
bahwa sebagai masyarakat kita perlu menabung Secara Periodik untuk Masa
Depan dengan mempersiapkan tabungan untuk keperluan atau rencana khusus
untuk masa depan. Perkirakan jumlah tabungan yang di sisihkan, sehingga
mencapai jumlah yang cukup ketika waktunya tiba.
Menabung sendiri merupakan baigan dari pengelolaan keuangan.
Menabung adalah kegiatan menyisihka uang untuk dikumpulkan guna mencapai
target dana tertentu agar kelas dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan. Kegiatan menabung dapat dilakukan dimanapun, tidak hanya melalui
produk tabungan di lembaga keungan, melainkan dapat juga melalui emas (Modul
Pelatihan Pengelolaan Keuangan Bank Indonesia, p. 22). Uang yang ditabung
dapat berdasal dari beberapa sumber antara lain:
a. Uang yang memang sengaja disisihkan untuk ditabung yang ebrasal dari
uang saku, dan/atau
b. Uang yang diperoleh karena melakukan sesuatu atau pemberian.
Adapun tujuan menabung (p. 23) perlu disadari bahwa masih banyak
masyarakat yang belum terbiasa untuk menabung dan bahkan masih ada
masyarakat yang tidak menyadari betapa pentingnya menabung. Tujuan
18
menabung adalah untuk membiayai kejadian yang tidak terduga dan untuk
merencanakan keuangan di masa depan.
Macam cara menabung sebagai kelanjutan dari pengertian menabung itu
sendiri adalah dengan dua cara
a. Menabung secara tradisional, yaitu menabung dengan menyimpan uang di
bawah tumpukan pakaian, selipan buku atau celengan. Cara ini tentu
mudah untuk dilakukan, karena tidak ada persyaratan yang harus dipenuhi
penabung, tetapi banyak tidikonya antara lain ridiko uang hilang, tudak,
terbakar, dan basah.
b. Menabung secara modern, salah satunya dapat dilakukan di lembaga
keuangan. Lembaga keuangan merupakan pihak ketiga yang membantu
masyarakat untuk menyimpan dana. Lembaga keuangan merupakan
tempat menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya,
dalam rangka meniingkatkan taraf hidup rakyat banyak. Selain menabung
di lembaga keuangan, menabung secara modern dapat juga dilakukan
dalam bentuk emas dan investasi.
Pengenalan tabungan pada lembaga keuangan, tabungan adalah simpanan
uang di lembaga keuangan yang penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai
ketentuan.Umumnya lembaga keuangan akan memberikan buku tabungan yang
berisi informasi seluruh transaksi yang dilakukan.Selain buku tabungan, penabung
dapat pula diberikan kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) lengkap dengan
Personal Identification Number (PIN). Tabungan merupakan salah satu jenis
simpanan di lembaga keuangan yang paling banyak disukai, karena penarikan
uang dapat dilakukan dengan menggunakan buku tabungan atau menggunakan
kartu ATM.Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menabung di lembaga
keuangan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Aman. Uang disimpan dengan aman di lembaga keuangan, tidak mudah
dicuri maupun tercecer.
b. Terjamin. Tabungan di lembaga keuangan bank dijamin oleh Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS). Saat ini jumlah simpanan nasabah di lembaga
19
keuangan bank yang dijamin LPS adalah sampai dengan maksimal Rp 2
Milyar.
c. Berkembang. Lembaga keuangan akan memberikan bunga yang dihitung
berdasarkan rata-rata saldo bulanan tabungan.
d. Praktis. Untuk simpanan di lembaga keuangan bank terdapat kemudahan
layanan perbankan elektronik 24 jam per hari antara lain ATM, SMS
Banking, Mobile Banking, Internet Banking, Phone Banking dan Call
Centre.
Beberapa poin penting yang perlu diperhatikan saat menabung di Lembaga
Keuangan adalah: (1) Pembukaan Tabungan, yaitu dengan mengisi formulir yang
telah disediakan; (2) Setoran Awal; yaitu dengan menyetorkan uang yang akan
ditabung, minimal sejumlah tertentu ditetapkan oleh lembaga keuangan; (3) saldo
minimum, biasanya terdapat persuaratan mengenai saldo minimum yang harus
disisakan dalam tabungan, yang jumlahnya sesuai dengan yang ditetapkan oleh
lembaga keungan; (4) Buku Tabungan, pencatatan umumnya dilakukan dan
dicatat dalam buku tabungan tersebut agar dapat diketahui nominal tersebut; (4)
Kartu ATM, selalu mendapat buku tabungan, menabung di lembaga keuangan
bank juga mendapatkan kartu ATM lengkap dengan nomor pribadi (PIN) yang
bisa digunakan untuk mengambil uang di mesin ATM; (5) Bunga atau Bagi Hasil,
adalah keuntungan yang diberikan atas uang yang sudah disimpan di lembaga
keuangan. Biasanya lembaga keuangan menghitung bunga atau bagi hasil sesuai
dengan tingkat bunga yang berlaku jumlah uang yang ada ditabungan dan lama
uang tersimpan di tabungan; (6) Biaya Administrasi, setiap akhir bulan lembaga
keungan akan menghitung biaya admiinistrasi yang harus dibayar, caranya dengan
mengugrangi secara langsung dibayar, caranya dengan mengurangi seara langsung
jumlah tabungan. Jika tabungan bersaldo minimum, maka biasanya uang tabungan
akan terus berkurang karena jumlah bunga yang diperoleh lebih sedikit
dibandingkan dengan biaya administrasi yang harus dibayar.
Selanjutnya poin terakhir dalam rangka menabung dan investasi adalah
perhatian penuh pada risiko, misalnya produk keuangan untuk menabung, risiko
yang melekat (internal), dan risiko eksternal. Fokus utama dalam literasi keungan
20
di sini adalah bagaimana caranya mengurangi risiko dalam menabung. Sebelum
memanfaatkan produk yang ditawarkan lembaga keuangan, perlu dipahami
adanya risiko yang mungkin timbul dan cara mengurangi risiko tersebut.Salah
satu upaya yang dilakukan dalam rangka mengurangi risiko menabung adalah
dengan memberikan jaminan terhadap uang yang disimpan di tabungan.Di
Indonesia, pemerintah telah menyediakan sarana untuk mengurangi risiko produk
tabungan, giro dan deposito dengan memberikan jaminan terhadap uang yang
disimpan melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Salah satu syarat
penjaminan LPS adalah suku bunga yang diberlakukan sesuai dengan yang
ditetapkan LPS. LPS dibentuk oleh Pemerintah Indonesia melalui Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
sebagaimana sudah disempurnakan oleh UU Nomor 7 tahun 2009 tentang
penetapan peraturan pemerintah pengganti UU Nomor 3 Tahun 2008 tentang
perubahan atas UU Nomor 24 tahun 2004 tentang LPS. Fungsi LPS menurut UU
LPS pasal 4 adalah menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam
memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya.
21
Risiko pasar tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi oleh portfolio. Misal,
kenaikan inflasi yang tajam, resesi, kenaikan tingkat bunga, dan siklus ekonomi.
2. Risiko tidak sistematis/unsystematic risk/diversifiable risk
Risiko spesifik bagi perusahaan yang mencakup kebijakan dan keputusan
strategik, operasi, dan keuangan. Risiko ini berbeda antara berbagai perusahaan
sehingga memfokuskan pada dampak spesifik terhadap saham atau sektor tertentu.
Contoh, peraturan pemerintah melarang ekspor atau impor semen yang
mempengaruhi harga saham emiten yang menghasilkan produk semen, properti,
atau produk lain yang menggunakan bahan semen.
Adapun beberapa literatur lain menyebutkan bahwa manajemen risiko
yang dimaksud dalam literasi keuangan adalah Manajemen risiko adalah
pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan resiko, terutama
resiko yang dihadapi oleh organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat.
Manajemen Risiko mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun,
memimpin/ 11 mengkordinirdan mengawasi (termasuk mengevaluasi) program
penanggulangan resiko (Djojosoedarso 2003:4). Manajemen resiko lainnya selain
dari paparan di atas adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana
suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan
yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara
komprehensif dan sistematis (Fahmi 2010:2). Pengelolaan risiko dengan
memanajemen risiko yang mantap, maka pengaturan potensi kerugian tersebut
dapat dilakukan. Manajemen risiko di sini pada prinsipnya dilakukan dengan
mengaktifkan fasilitas-fasilitas dalam Forex Trading, seperti stop loss
(menghentikan kerugian) dan Locking (mengunci posisi dari
kerugian/keuntungan) (Budi 2008:132).
Adapun fungsi daripada manajemen risiko adalah:
Fungsi pokok manajemen risiko pada umumnya mencakup hal-hal berikut
a. Menekankan kerugian potensial. Artinya berupaya untuk menemukan /
mengidentifikasi seluruh risiko murni yang dihadapi oleh perusahaan yang
meliputi: 1) Kerusakan fisik dari harta kekayaan perusahaan. 2) Kehilangan
pendapatan atau kerugian lainnya akibat terganggunya operasi perusahaan. 3)
22
Kerugian akibat adanya tuntutan hukum dari pihak lain. 4) Kerugian yang
timbul karena adanya penipuan, tindak kriminal yang lainnya, tidak jujurnya
karyawan dan lain-lain. 5) Kerugian yang timbul akibat “keymen” meninggal
dunia, sakit atau cacat
b. Mengevaluasi kerugian potensial. Artinya melakukan evaluasi dan penelitian
terhadap semua kemungkinan kerugian potensial yang dihadapi perusahaan.
Evaluasi ini meliputi perkiraan mengenai: 1) Besarnya kemungkinan frekuensi
terjadinya kerugian. 2) Besarnya kegawatan dari tiap-tiap kerugian 3) Memilih
teknik atau cara yang tepat untuk menanggulangi kerugian.
c. Menentukan cara penanggulangan risiko Hal ini dilakukan agar suatu
organisasi dapat menentukan cara apa yang dapat dilakukan dan tepat untuk
menangani sebuah risiko. Apakah itu dengan mengurangi, mencegah,
meretensi (menahan sendiri), menghindari dan memindahan kerugian kepada
pihak lain.
Selanjutnya adapun siklus manajemen risiko yang dilakukan sebagai berikut
(Djohanputro 2008:43) :
a. Mengidentifikasi risiko Langkah pertama dalam manjemen risiko adalah
mengidentifikasi risiko-risiko yang ada diperusahaan, dengan melakukan
identifikasi dapat sekumpulan informasi tentang kejadian risiko, informasi
mengenai penyebab risiko, bahkan informasi mengenai dampak apa saja yang
bisa ditimbulkan oleh risiko tersebut. Pada dasarnya identifikasi risiko dapat
dilakukan dengan mengunakan empat metode yaitu:
1) Analisis data historis prinsip metode ini adalah menggunakan berbagai
informasi dan data mengenai segala sesuatu yang pernah terjadi. Metode
ini memerlukan data, baik data primer maupun data sekunder, untuk dapat
mengidentifikasi risiko. Manajemen risiko akan sangat terbantu jika
perusahaan memiliki rekam data yang baik sehingga indentifikasi risiko
dapat dilakukan dengan mudah.
2) Pengamatan dan survey. Apabila tidak tersedia data histories maka untuk
melengkapi informasi, dapat langsung melakukan investigasi, atau
23
pengamatan secara langsung. Cara ini dapat diperoleh data berupa data
primer.
3) Pengacuan Metode. Ini pada prinsipnya diterapkan untuk melengkapi
metode pertama dan kedua diatas. Metode ini dilakukan dengan
melakukan pengacuan atau benchmark. Benchmark adalah objek yang
memiliki kesamaan dengan objek yang sedang diamati berkaitan dengan
keberadaan risiko, jadi untuk mencari informasi tentang risiko tersebut
dilakukan ditempat lain atau perusahaan lain.
4) Pendapat ahli. Apabila masih belum yakin dengan informasi yang
dihasilkan maka dapat menggunakan metode ini, yaitu dengan cara
bertanya kepada ahlinya.
Dalam upaya investasi pengukuran risiko investasi secara kuantitatif
dalam hal ini dapat dilakukan dalam kondisi tersedianya informasi, sehingga
perbedaan tersebut mengerucut pada ketersediaan informasi. Dalam kajian fiqih
muamalah, istilah untuk menyebut ketidakpastian adalah gharar dan tadlis.
Sepertihalnya uncertainty dan risk. Seringkali kedua kata tersebut dipertukarkan
sehingga dikatakan uncertainty dan risk adalah gharar. Padahal keduanya terdapat
perbedaan yang mendasar sepertihalnya pembahasan diatas yaitu tentang
penyediaan informasi. Dalam gharar kurangnya pengetahuan informasi dialami
oleh kedua pihak yang berakad, sedangkan dalam tadlis hanya dialami oleh salah
satu pihak (Malik, 2017:71).
Ada tiga jenis investor yang jika dikaitkan dengan preferensinya yaitu 1)
investor yang menyukai risiko (risk seeker), 2) investor yang netral terhadap
risiko (risk neutral), dan 3) investor yang tidak menyukai risiko (risk averse)
(Halim, 2005). Tindakan minimal yang dilakukan untuk memanfaatkan kelebihan
dananya adalah menabung atau mendepositokan. Tindakan minimal ini dilakukan
oleh orang yang tergolong takut risiko (risk averse). Berbeda halnya dengan orang
yang tergolong penantang risiko (risk taker), mereka cenderung untuk
menginvestasikan dananya pada bentuk – bentuk investasi yang memberikan
keuntungan yang lebih besar meskipun risiko yang dihadapi juga besar, seperti
investasi pada saham (Kusmawati, 2011). Dalam kaitannya dengan investasi,
24
terdapat korelasi langsung antara pengembalian dengan risiko, yaitu semakin
tinggi pengembalian, semakin tinggi risiko. Oleh karena itu, investor harus
menjaga tingkat risiko dengan pengembalian yang seimbang (Siahaan, N.M,
2011).
Pengukuran risiko Pengukuran ini mengacu pada dua faktor yaitu
kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak
nilai, atau eksposur yang rentan terhadap risiko. Faktor kualitas risiko sendiri
terkait dengan kemungkinan suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan
risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya. Data historis merupakan salah satu
sumber identifikasi risiko sekaligus sumber untuk mengukur besarnya risiko.
Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan empat metode yaitu: 1) Nilai Hipotesis
Besarnya nilai eksposur yang rentan terhadap risiko, dilakukan dengan
menentukan batas atas besarnya nilai yang menghadapi risiko. 2) Sensitivitas
Sensitivitas bersifat perkiraan dan bersifat lokal (perubahan parameter yang
berbeda memberikan dampak yang berbeda). 3) Volatilitas Mengukur seberapa
besar harga, tingkat pengembalian atau variabel lain berfluktuasi. Semakin tinggi
fluktuasi atau gejolak suatu variabel, semakin tinggi pula tingkat risikonya. Ada
dua macam volatilitas yang sering digunakan yaitu jangkauan dan standar deviasi.
Standar deviasi menggunakan data histories dan data hasil peramalan. 4)
Penyimpangan bawah Mengukur potensi dampak buruk bila risiko menjadi
kenyataan. Perlu diingat, ada kondisi dimana perusahaan bisa menghadapi risiko
yang hanya berdampak positif, tetapi tidak berdampak negatif.
Pemetaan risiko Perusahaan tidak perlu menakuti semua risiko. Ada risiko
yang perlu mendapat perhatian khusus, tetapi ada juga risiko yang dapat
diabaikan. Perusahaan hendaknya melakukan pemetaan risiko yang memiliki
tujuan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingan bagi
perusahaan.
Pemetaan risiko dapat dilakukan dengan dua dimensi yaitu dimensi
probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi.
Probabilitas Menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko akan terjadi. Pada
umumnya probabilitas dibagi kedalam tiga kategori yaitu: tinggi, sedang dan
25
rendah. Pengukuran probabilitas bersumber pada dua jenis data yaitu data
histories dimana dibutuhkan data sebanyak data kuartalan dan data prediksi. 2)
Dampak Tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi kalau risiko yang
bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. d. Model pengelolaan risiko Ada
beberapa alternatif dalam pengelolaan manajemen risiko, yaitu: 1) Penghindaran
risiko, penghindaran risiko adalah tindakan perusahaan untuk menilai bisnis atau
kegiatan tertentu yang mengandung risiko yang tidak diinginkan. Ada beberapa
alasan kenapa perusahaan memilih tehnik penghindaran risiko yaitu karena tidak
sesuai dengan visi perusahaan, dampak sosial yang terlalu besar, peraturan yang
tidak kondusifdan total risiko portofolio melebihi batas ambang. 2) Pengurangan
risiko Pengurangan risiko dapat dilakukan terhadap salah satu dari kedua faktor,
yaitu pengurangan kemungkinana terjadinya risiko yang menjadi kenyataan dan
menekan besarnya dampak dari risiko tersebut. 3) Pemindahan risiko Pemindahan
risiko adalah memindahkan risiko dari perusahaan kepihak lain yang bersedia atau
ke perusahaan yang membisniskan risiko. Pemindahan risiko bertujuan untuk
menghilangkan risiko. 4) Penahanan Risik,o Penahanan risiko disebabkan oleh
dua factor yaitu perusahaan dengan sadar ingin mempertahankan risiko dan
mengelolaanya sendiri, dimana perusahaan memiliki kemempuan dan sumber
daya untuk mengelolanya, risiko dapat dikelola dan dapat memberikan hasil yang
lebih tinggi dari risiko itu sendiri. Penanganan risiko dapat dilakukan dengan
terencana dan tidak terencana (Hutabarat, 2010).
Terakhir adalah Monitor dan pengendalian Manajemen perlu memastikan
bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai rencana. Manajemen juga
perlu memastikan bahwa model pengelolaan risiko cukup efektif yang ini berarti
bahwa monitor dan pengendalian perting dilakukan. Monitor dan pengendalian
sendiri juga memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan
berubahnya profil risiko (p. 17).
Lantas bagaimana caranya untuk menangani risiko yang telah dijelaskan
sebelumnya, yaitu dengan cara Manajemen Risiko menurut Budi (2008:133)
dalam Hutabarat (2010:17), adalah
a. Cut Loss
26
Cut loss adalah suatu tindakan di mana kita melakukan likuidasi atas posisi
dalam keadaan rugi. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerugian yang lebih
besar. Umumnya cut loss ini dilakukan pada kisaran kerugian 30 poin sampai
50 poin. Teknik ini dilakukan dengan cara menutup transaksi yang merugi
sesegera mungkin dengan tujuan untuk menghindari resiko kerugian yang
lebih besar (p. 18).
b. Averaging
Suatu tindakan mengulangi posisi yang sama pada saat kita dalam keadaan
floating loss, dimana posisi pertama dibiarkan terbuka. Averaging (atau
disebut juga sebagai ‘cost-averaging’) merupakan teknik manajemen resiko
yang cukup ekstrim karena pada dasarnya teknik ini mencoba untuk
“melawan” pasar. Ide dasarnya adalah pasar tidak mungkin bergerak ke satu
arah saja untuk selamanya (p. 19).
Beberapa analisis seperti analisis teknikal dan fundamental menjadi salah
satu poin penting paling utama. Berikut ini merupakan analisis fundamental dan
teknikal dalam risiko menurut Tandelilin (2001:247) dalam Hutabarat (2010:21),
analisis Fundamental dan Teknikal Terdapat analisis fundamental dan analisis
teknikal dalam manajemen risiko. Perbedaan antara analisis fundamental dan
teknikal terletak pada faktor yang mendasari analisis tersebut. Analisis teknikal
mendasarkan pada pola-pola pergerakan saham dari waktu ke waktu, sedangkan
analisis fundamental secara top-down mendasarkan diri pada faktor-faktor
fundamental perusahaan yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan industri.
a. Analisis Fundamental Analisis fundamental dilakukan oleh investor dalam
menilai saham perusahaan. Ada tiga tahap dalam analisis fundamental
secara 21 “top down” yang digunakan oleh investor dalam menilai saham
perusahaan. Analisis ini meliputi analisis ekonomi, analisis industri dan
analisis perusahaan, yang bisa dipakai investor dalam pembuatan
keputusan teknikal (Tandelilin 2001:247).
27
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang
akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan
variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham (Husnan
2005:307). Analisis fundamental adalah suatu pendekatan untuk menghitung nilai
instrinsik saham biasa (common stock) dengan menggunakan data keungan
perusahaan (Ahmad 2004:81). Analisis fundamental dalam Valas melibatkan
penggunaan memprediksi penaksiran harga mata uang dan kecenderungan
pasarnya dengan menganalisis kondisi ekonomi saat ini, kebijakan pemerintah dan
faktor sosial dalam kerangka siklus bisnis. Pedagang valas mengukur keadaan
ekonomi suatu negara dengan memeriksa indikator makroekonomi yang meliputi:
1) Pengumuman suku bunga; 2) Produk domestik bruto (PDB); 3) Indeks harga
konsumen (inflasi) dan indikator pengeluaran; 4) Indikator ketenagakerjaan; 5)
Perdagangan eceran dan keyakinan konsumen; 6) Surplus atau defisit neraca
perdagangan; 7) Kebijakan fiskal dan moneter pemerintah.
Belajar investasi mencakup mempelajari bagaimana cara menganalisa
instrumen investasi melalui informasi yang ada. Hal ini juga berlaku dalam
berinvestasi saham. Informasi sangat penting bagi investor. Investor yang ingin
berinvestasi saham untuk jangka panjang wajib melakukan analisis fundamental
dengan mencari tahu mengenai apa saja yang berkaitan dengan saham dan
perusahaan yang menerbitkannya dan informasi lain yang sensitif terhadap saham
sebagai bahan analisa fundamental saham.
Analisa fundamental mengambil pendekatan berdasarkan berita atau pun
rumor yang beredar di pasar. Seperti kita ketahui bersama, bursa finansial seperti
saham dan pasar uang sangat sensitif dengan berita yang sedang beredar di market
(www.belajarforex.com). Prinsip-prinsip analisis fundamental terdiri atas reaksi
berantai, jarak informasi, sumber berita dan jenis berita dengan uraian sebagai
berikut (Budi 2008:116): 1) Reaksi berantai. Semakin besar dampak berantai
suatu informasi, maka akan semakin besara pengaruhnya terhadap nilai tukar
suatu mata uang. 2) Jarak informasi. Semakin dekat informasi dengan suatu mata
uang, maka semakin besar pengaruh informasi tersebut. Contoh: informasi yang
28
berasal dari dalam negeri Indonesia akan lebih besar pengaruhnya terhadap nilai
tukar rupiah dibandingkan informasi dari luar negeri. 3) Sumber berita. Semakin
resmi sumber berita, semakin kuat pula pengaruhnya terhadap nilai tukar suatu
mata uang. 4) Jenis berita. Berita ekonomi lebih kuat pengaruhnya terhadap nilai
tukar suatu mata uang dibanding berita lainnya, seperti: politik, sosial dan budaya.
Analisis Teknikal Analisis teknikal mendasarkan diri pada pola-pola
pergerakan harga saham dari waktu ke waktu. Analisis teknikal ini pada
prinsipnya mendasarkan pada kilas balik atas kronologi kejadian atas harga dan
volume perdagangan histories, melihat arah kecenderungan hargadan menganggap
adanya pola yang dapat keselarasan tertentu antara aktivitas para investor dan
tindakan pasar (Budi 2008:125). Pada prinsipnya metode untuk melakukan
analisis teknikal ini adalah mengeplot data harga dan volume perdagangan
histories hingga dapat membentuk grafik tertentudan pada akhirnya ditemukan
pola tertentu ini dapat dilakukan dengan cara manual maupun dengan cara
menggunakan software yang banyak tersedia di pasaran (Budi 2008:126). Praktek
kegiatan analisis untuk kepentingan prediksi harga dalam Forex cenderung
memadukan 24 antara analisis teknikal dengan analisis fundamental (Budi
2008:130).
Risiko adalah besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang
diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara
nyata (actual return). Semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar
tingkat risikonya. Risiko dibedakan menjadi tiga jika dilihat dari preferensi
investor terhadap risiko (Halim 2003:38), yaitu: a. Investor yang suka terhadap
risiko (risk seeker) Investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi
yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda,
maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih besar.
Biasanya investor jenis ini bersifat agresif dan spekulatif dalam pengambilan
keputusan investasi. b. Investor yang suka terhadap risiko (risk neutrality)
Investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengambilan yang sama untuk
setiap kenaikan risiko. Investor jenis ini umumnya cukup fleksibel dan bersikap
berhati-hati (prudent) dalam mengambil keputusan investasi. c. Investor yang
29
tidak suka terhadap risiko (risk averter) Investasi yang apabila dihadapkan pada
dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan
risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko
yang lebih kecil. Biasanya investor jenis ini cenderung selalu mempertimbangkan
secara matang dan terencana atas keputusan investasinya. Jenis risiko jika dilihat
dari segi konteks portofolio risiko dibedakan menjadi dua (Halim 2003:39), yaitu:
Risiko sistematis (systematic risk / undiversifiable risk) Risiko yang tidak
dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini
dipengaruhi oleh faktorfaktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara
keseluruhan. Misalnya adanya perubahan tingkat bunga, kurs valas, kebijakan
pemerintah dan sebagainnya. b. Risiko tidak sistematis (unsystematic risk /
diversifiable risk) Risiko yang dapat dihilangan dengan melakukan diversifikasi,
karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Beberapa
jenis risiko investasi yang mungkin timbul dan perlu dipertimbangkan dalam
pembuatan keputusan investasi, yaitu: a. Risiko bisnis (business risk), merupakan
risiko yang timbul akibat menurunnya profitabilitas perusahaan emiten. b. Risiko
likuiditas (liquidity risk), merupakan risiko yang berkaitan dengan kemampuan
saham yang bersangkuatan untuk dapat segera diperjualbelikan tanpa mengalami
kerugian yang berarti. c. Risiko tingkat bunga (interest rate risk), merupakan
risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar. d.
Risiko pasar (market risk), merupakan risiko yang timbul akibat kondisi
perekonomian negara yang berubah-ubah dipengaruhi oleh resesi dan kondisi
perekonomian lain. e. Risiko daya beli (purchasing power-risk), merupakan risiko
yang timbul akibat pengaruh perubahan tingkat inflasi, dimana perusahaan ini
akan menyebabkan berkurangnya daya beli uang yang diinvestasikan maupun
bunga yang diperoleh dari investasi. f. Risiko mata uang (currency risk),
merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang
domestik (misalnya rupiah) dengan mata uang negara lain (misalnya dolan
Amerika). Risiko-risiko di atas satu sama lain tidak saling berhubungan, tetapi
dapat terjadi secara bersamaan. Risiko nomor satu sampai nomor tiga termasuk
risiko yang dapat dihindari (unsystematic risk), sedangkan risiko nomor empat
30
sampai terakhir merupakan risiko utama yang tidak dapat dihindari (systematic
risk).
31
miskin membelanjakan pendapatan mereka terutama untuk memenuhi kebutuhan
hidup berupa makanan dan perumahan. Setelah pendapatan meningkat,
pengeluaran makan menjadi naik sehingga makanan menjadi bervariasi. Akan
tetapi ada batasan uang ekstra yang digunakan untuk pengeluaran makanan ketika
pendapatan mereka naik. Oleh karena itu, ketika pendapatan semakin tinggi,
proporsi pengeluaran makanan menjadi menurun dan akan beralih pada kebutuhan
nonmakan seperti pakaian, rekreasi, barang mewah, dan tabungan (Asminingsih,
2017: 7).
Pola konsumsi dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kesejahteraan
rumah tangga. Pola konsumsi yang didominasi pada pengeluaran makanan
merupakan potret masyarakat dengan kesejahteraan yang masih rendah.
Sebaliknya pola konsumsi yang didominasi pada pengeluaran nonmakanan
merupakan gambaran dari rumah tangga yang lebih sejahtera. Hal ini disebabkan
rumah tangga yang memiliki pendapatan rendah hanya dapat fokus memenuhi
kebutuhan pokok demi keberlangsungan hidup rumah tangga sehingga pola
konsumsi tampak dominan pada konsumsi makanan. Sedangkan rumah tangga
yang memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dapat memenuhi baik kebutuhan
makanan maupun nonmakanan (p. 8)
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi menurut Asminingsih (2017)
diantaranya adalah:
a. Faktor Ekonomi
1. Pendapatan
Untuk membeli barang konsumsi individu menggunakan uang dari
penghasilan atau pendapatan. Tingkat pendapatan berpengaruh
terhadap besarnya pengeluaran konsumsi yang dilakukan. Pada
umumnya semakin tinggi pendapatan individu/rumah tangga maka
pengeluarna konsumsinya juga akan mengalami kenaikan.
2. Tingkat Harga
Apabila harga barang/jasa kebutuhan hidup meningkat maka
konsumen harus mengeluarkan tambahan uang untuk bisa
mendapatkan barang/jasa tersebut. Atau, konsumen dapat mengatasi
32
dengan mengurangi jumlah barang/jasa yang dikonsumsi, karena
kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil masyarakat berkurang.
3. Ketersediaan Barang dan Jasa
Meskipun konsumen memiliki uang untuk membeli barang konsumsi,
ia tidak dapat mengkonsumsi barang/jasa yang dibutuhkan apabila
barang/jasa tersebut tidak tersedia. Semakin banyak barang/jasa
tersedia, maka pengeluaran konsumsi masyarakat/individu akan
cenderung semakin besar.
4. Tingkat Bunga
Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi karena
orang lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap tabungan
atau deposito yang tinggi dibanding dengan membelanjakan banyak
uang.
5. Perkiraan Masa Depan
Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan
menekan konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau pensiun, punya
anak yang butuh biaya sekolah, ada yang sakit butuh banyak biaya
perobatan, dan lain sebagainya.
33
2. Jumlah Penduduk
Daerah yang memiliki jumlah penduduk banyak maka tingkat
konsumsi masyarakat juga tinggi. Begitu pula sebaliknya, suatu daerah
yang memiliki jumlah penduduk sedikit tingkat konsumsinya
tergolong rendah.
3. Letak Demografi
Masyarakat di pedesaan dalam hal konsumsi akan lebih rendah
dibandingkan dengan masyarakat di perkotaan. Masyarakar di
pedesaan hanya mengeluarkan sebagian pendapatan untuk
mengkonsumsi makanan saja, untuk nonmakanan masih rendah.
Sedangkan masyarakat di perkotaan antara konsumsi makanan dan
nonmakanan bisa dikatakan hampir sama.
Terdapat pula penyebab-penyebab lain seperti:
1. Kebiasaan Adat dan Sosial Budaya
Kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi
seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk hidup
sederhana biasanya masyarakatnya akan memiliki tingkat konsumsi
yang kecil. Sedangkan daerah yang memiliki kebiasaan gemar pesta
adat biasanya masyarakatnya memiliki pengeluaran konsumsi yang
besar.
2. Gaya Hidup
Seseorang yang memiliki memiliki gaya hidup tinggi maka akan
memiliki pengeluran konsumsi yang tinggi pula. Gaya hidup antara
mahasiswa perempuan dengan mahasiswa laki-laki berbeda, hal ini
yang menjadi sebab kenapa pengeluaran konsumsi mereka berbeda.
Latar belakang keluarga dan adat istiadat yang berbeda membuat
pengeluaran konsumsi mahasiswa yang tinggal di kos dengan
mahasiswa yang tinggal di rumah bersama orang tua berbeda.
Kebiasaan di rumah biasanya akan diterapkan juga dalam kehidupan
sehari-hari mahasiswa. Mahasiswa yang menerima beasiswa memiliki
pendapatan (uang saku) yang lebih banyak atau mengalami
34
peningkatan daripada mahasiswa yang tidak menerima beasiswa.
Ketika pendapatan meningkat, secara langsung tingkat konsumsi juga
mengalani peningkatan yang biasanya digunakan untuk konsumsi
bukan makanan. Mahasiswa yang berada di kelas swadana lebih
banyak berasal dari keluarga yang lebih kaya dibandingkan dengan
mahasiswa yang berada dikelas subsidi.
Konsumsi menurut Mankiw (2000) dalam Asminingsih (2017),
“Konsumsi adalah barang atau jasa yang dibeli oleh rumah tangga konsumsi
terdiri dari barang tidak tahan lama (Non Durable Goods) adalah barang yang
habis dipakai dalam waktu pendek, seperti makanan dan pakaian. Kedua adalah
barang tahan lama (Durable Goods) adalah barang yang dimiliki usia panjang
seperti mobil, televisi, alat –alat elektronik, Ketiga, jasa meliputi pekrjaan yang
dilakukan untuk konsumen oleh individu dan perusahaan seperti potong rambut
dan berobat kedaokter”. Menurut Eugence A. Diulio, Ph.D (1993) “ Konsumsi
terbagi dua yakni konsumsi rutin dan konsumsi sementara. Konsumsi rutin adalah
pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa yang secara terus menerus
di keluarkan selama beberapa tahun. Konsumsi sementara adalah setiap tambahan
yang tidak terduga terhadap konsumsi rutin. Menurut Deliarnov (1995)
“Konsumsi adalah bagian dari pendapatan yang dibelanjakan untuk pembelian
barang-barang dan jasa-jasa guna mendapatkan kepuasan dan memenuhi
kebutuhan” (Astriana. 2008). Menurut Samuelson & Nordhaus (1996) “Konsumsi
adalah pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa akhir guna
mendapatkan kepuasan ataupun memenuhi kebutuhannya”.
Konsumsi dalam istilah sehari hari sering diartikan sebagai pemenuhan
akan makanan dan minuman. Konsumsi mempunyai pengertian yang lebih luas
lagi yaitu barang dan jasa akhir yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Barang dan jasa akhir yang dimaksud adalah barang dan jasa yang sudah
siap dikonsumsi oleh konsumen. Barang konsumsi ini terdiri dari barang
konsumsi sekali habis dan barang konsumsi yang dapat dipergunakan lebih dari
satu kali (Nopirin,1997). Badan Pusat Statistik (2007) menyatakan pengeluaran
rumah tangga dibedakan atas pengeluaran konsumsi makanan dan pengeluaran
35
konsumsi non makanan. Menurut Meiler dan Meineres (1997) dalam tesis Farida
Milias Tuty, Penelitian Engel melahirkan empat butir kesimpulan, yang kemudian
dikenal dengan hukum Engel. Keempat butir kesimpulanya yang dirumuskan
adalah (1) Jika Pendapatan meningkat, maka persentasi pengeluaran untuk
konsumsi pangan semakin kecil. (2) Persentase pengeluaran untuk konsumsi
pakaian relatif tetap dan tidak tergantung pada tingkat pendapatan. (3) Persentase
pengeluaran konsumsi untuk pengeluaran rumah relatif tetap dan tidak tergantung
pada tingkat pendapatan. (4) Jika pendapatan meningkat, maka persentase
pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan, rekreasi, barang mewah, dan tabungan
semakin meningkat. Untuk mengetahui suatu barang sebagai kebutuhan pokok
atau barang mewah dilakukan dengan menggunakan kurva Engel. Kurva ini
mencoba melihat hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat konsumsi.
Hubungan tersebut adalah sebagai berikut : (a) Barang kebutuhan pokok, seperti
makanan pokok. Perubahan pendapatan nominal tidak berpengaruh banyak
terhadap perubahan permintaan. Bahkan jika pendapatan terus meningkat,
permintan terhadap barang tersebut perubahannya makin kecil dibandingkan
dengan perubahan pendapatan. Jika dikaitkan dengan konsep elastisitas, maka
elastisitas pendapatan dari kebutuhan pokok makin kecil bila tingkat nominal
pendapatan makin tinggi. (b) Barang mewah. Kenaikan pendapatan terhadap
barang tersebut lebih besar dibandingkan dengan kenaikan tingkat pendapatan.
Atau dapat dikatakan bahwa permintaan terhadap barang mewah mempunyai
elatisitas yang besar.(Farida Milias)
Ada beberapa perdebatan tentang konsep Teori konsumsi. Teori-teori
tersebut yakni teory konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen, teori
konsumsi dengan hipotesis siklus hidup, dan teori konsumsi dengan hipotesis
pendapatan relative. Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan
oleh M Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan
menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan
sementara (transitory income). Pengertian dari pendapatan permanen adalah : (1)
Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat
diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah. (2) Pendapatan
36
yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang
menciptakan kekayaan). Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan
yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. (Guritno Mangkoesoebroto, 1998: 72).
Friedman menganggap pula bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan
sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan
konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara.
Sehingga MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila
konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan
mempengaruhi konsumsi. Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan
sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi. (Suparmoko,
1991: 70). Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukaan oleh Franco
Modigliani. Franco Modigliani menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi
masyarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola
pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam
siklus hidupnya. Karena orang cenderung menerima penghasilan / pendapatan
yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua,
maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur
mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif (dissaving), orang
berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda
mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa
usia menengah. (Kusuma. 2008) Modigliani menganggap penting peranan
kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan
meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi
maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat
berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya
dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak
hanya orang yang sudah pension saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai
kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama.
Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi,
menekan koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-
perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor,
37
maupun pengeluaran-pengeluaran lain. (Suparmoko, 1991: 73-74). James
Dusenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat
ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya.
Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran
untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa
mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi
mereka juga akan betambah, tetapi brtambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan
saving akan bertambah besar dengan pesatnya. Kenyataan ini terus kita jumpai
sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai kembali.
Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan
pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk
konsumsi, sedangkan di lain pihak bertambahnya saving tidak begitu cepat.
(Reksoprayitno, 2000). Dusenberry menggunakan dua asumsi yaitu: (1) Selera
sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya
pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang
dilakukan oleh orang sekitarnya. (2) Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel.
pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola
pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan.(Mangkoesoebroto,
1998: 70).
Teori lain yang berhubungan dengan konsumsi yaitu teori Engel.
Penelitian Engel melahirkan empat butir kesimpulan, yang kemudian dikenal
dengan hukum Engel. Ke empat butir kesimpulanya yang dirumuskan tersebut
adalah : (1) Jika Pendapatan meningkat, maka persentasi pengeluaran untuk
konsumsi pangan semakin kecil. (2) Persentase pengeluaran untuk konsumsi
pakaian relatif tetap dan tidak tergantung pada tingkat pendapatan. (3) Persentase
pengeluaran konsumsi untuk pengeluaran rumah relatif tetap dan tidak tergantung
pada tingkat pendapatan. (4) Jika pendapatan meningkat, maka persentase
pengeluaran untuk pendidikan,kesehatan,rekreasi,barang mewah,dan tabungan
semakin meningkat.
38
2.3.2 Minat dan Motivasi Berinvestasi Saham
a. Minat Investasi Saham
Minat investasi merupakan hasrat atau keinginan yang kuat pada seseorang
untuk mempelajari segala hal yang berkaitan dengan investasi hingga pada
tahap mempraktikannya (berinvestasi) (Pajar, n:7).
b. Motivasi Investasi
Menurut Pajar (p. 7), Motivasi investasi adalah keadaan dalam pribadi
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan–
kegiatan tertentu untuk melakukan investasi. Pengukuran yang dilakukan
dengan cara melihat tindakan yang diambil seseorang, apakah memiliki
dorongan yang kuat dalam mengambil keputusan setelah mendapatkan
berbagai informasi yang mendukung suatu tindakan tersebut akan
mempengaruhi minat investasi.
39
investor masih dibawah rata-rata. Selain itu hasil penelitian mengindikasikan
bahwa financial literacy memiliki pengaruh negatif pada jumlah keputusan
investasi pada level signifikansi 10%.
Aminatuzzahra (2014) melakukan penelitian dengan judul Persepsi
Pengaruh Pengetahuan Keuangan, Sikap Keuangan, Sosial Demografi Terhadap
Perilaku Keuangan Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Individu (Studi
Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro). Penelitian
ini bertujuan untuk menguji persepsi pengaruh pengetahuan keuangan, sikap
keuangan, sosial demografi terhadap perilaku keuangan dalam pengambilan
keputusan investasi individu. Hasil menunjukan bahwa pengetahuan keuangan
berpengaruh secara signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi dengan
nilai sigifikansi sebesar 0,003; sikap keuangan berpengaruh signifikan
pengambilan keputusan investasi dengan nilai sigifikansi sebesar 0,001; sosial
demografi berpengaruh signifikan pengambilan keputusan investasi dengan nilai
sigifikansi sebesar 0,019; tidak terdapat perbedaan pengambilan keputusan
investasi berdasarkan status pekerjaan dengan nilai signifikansi 0,411 lebih besar
dari 5%.
Fedorova dkk (2015) melakukan penelitian dengan judul Impact of
Financial Literacy of the Population of the Russian Federation on Behavior on
Financial Market: Empirical Evaluation. Hasil menunjukan bahwa warga negara
Rusia memiliki tingkat financial literacy yang cukup rendah. Hanya 39%
responden yang melek huruf secara finansial sesuai dengan tingkat dasar melek
finansial, 29% responden melek finansial, menurut tingkat lanjut, dan hanya 13%
yang mengerti spesifik pasar saham Rusia. Kedua, tingkat financial literacy
responden mempengaruhi tingkat partisipasi mereka di pasar keuangan. Semakin
banyak orang berpendidikan finansial lebih aktif di pasar saham,
menginvestasikan tabungan pensiun dan memiliki lebih sedikit pinjaman
bermasalah di bank.
Pritazahara & Sriwidodo (2014) melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Pengetahuan Keuangan Dan Pengalaman Keuangan Terhadap Perilaku
Perencanaan Investasi Dengan Self Control Sebagai Variabel Moderating.
40
Temuan dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh signifikan antara financial
literacy, financial experience dan self control terhadap perilaku investasi
karyawan yang belum menikah. Lutfi (2010) dalam penelitian yang berjudul The
Relationship Between Demographic Factors And Investment Decision In
Surabaya menyebutkan bahwa karakteristik demografi investor berkorelasi positif
dengan perilaku investor dan jenis investasi yang dipilih. Selanjutnya perilaku
risiko investor berkorelasi positif dengan jenis investasi. Investor yang risk seeker
lebih memilih berinvestasi di instrumen pasar modal, daripada investor risk
averter yang lebih memilih untuk memasukkan uang mereka ke rekening bank
dan aset riil. Dengan menginvestasikan dananya di aset berisiko, investor risk
seeker dapat mengharapkan keuntungan yang lebih tinggi dari aset tersebut.
Ariadi dkk (2015) melakukan penelitian dengan judul Analisa Hubungan
Financial Literacy dan Demografi Dengan Investasi, Saving dan Konsumsi.
Responden penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Kristen Petra Fakultas
Ekonomi angkatan 2011 sampai 2013 sejumlah 317 orang. Teknik analisa yang
digunakan dalam penelitian ini adalah crosstabulation dan chi-square. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
tingkat financial literacy, jenis kelamin, dan allowance dengan investasi pada
mahasiswa UKP Fakultas Ekonomi angkatan 2011 sampai 2013.
Rasyid (2012) melakukan penelitian dengan judul Analisis Tingkat Literasi
Keuangan Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Padang. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tingkat literasi keuangan
berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mereka mengelola uang dan
pengambilan keputusan keuangan dengan pengaruh sebesar 75,9 persen, artinya
semakin tinggi tingkat literasi keuangan mahasiswa maka semakin baik mereka
mengelola keuangan yang terlihat dari kedisiplinan mereka dalam menggunakan uang
yang sesuai dengan rencana, mereka memprioritaskan pengeluaran pada hal-hal yang
penting, dan mampu melakukan kontrol diri dalam memakai uang.
Jain & Mandot (2012) melakukan penelitian dengan judul Impact Of
Demographic Factors On Investment Decision Of Investors In Rajasthan. Hasil
penelitan menunjukan bahwa ada hubungan negatif antara status, jenis kelamin,
41
umur, pendidikan dan jabatan dari investor dengan tingkst resiko yang di ambil
dari investasi sedangkan kota tinggal dan pengetahuan tentang keuangan memiliki
korelasi yang positif. Loke (2017) dalam jurnal yang berjudul The Influence Of
Socio-Demographic And Financial Knowledge Factors On Financial
Management Practices Of Malaysians mengatakan bahwa etnisitas, pendapatan,
jenis kelamin, keteraturan pendapatan, pendidikan, usia dan pengetahuan
keuangan berpengaruh signifikan terhadap perilaku manajemen keuangan
individu.
Mathanika dkk (2017) dalam jurnal yang berjudul Demographic Factor
And Individual Investment Decision Making menyatakan bahwa berdasarkan
analisis regresi ditemukan bahwa gender dan tingkat pendidikan tidak berdampak
signifikan terhadap keputusan investasi sedangkan berdasarkan analisis korelasi
Pearson, ditemukan bahwa faktor demografi (seperti usia, status perkawinan dan
pendapatan bulanan) memiliki hubungan yang signifikan dengan keputusan
investasi. Kemudian Ikeobi & Arinze (2016) dalam jurnal The Influence of
Demographic Factors on the Investment Objectives of Retail Investors in the
Nigerian Capital Market menyatakan bahwa pendapatan dan pendidikan Investor
berpengaruh signifikan terhadap semua tujuan investasi. Status pekerjaan juga
berpengaruh signifikan terhadap semua tujuan investasi kecuali tujuan diversifikasi.
Sementara faktor demografis seperti jenis kelamin, usia, status perkawinan dan
pengalaman pasar modal tidak berpengaruh signifikan terhadap tujuan investasi retail
investors di pasar modal Nigeria.
Andrew & Linawati (2014) melakukan penelitian dengan judul Hubungan
Faktor Demografi dan Pengetahuan Keuangan Dengan Perilaku Keuangan Karyawan
Swasta di Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara faktor-
faktor demografi yaitu jenis kelamin, pendapatan dan pendidikan serta pengetahuan
keuangan terhadap perilaku keuangan para karyawan swasta di Surabaya. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor demografi yang terdiri dari jenis
kelamin, dan tingkat pendapatan serta pengetahuan keuangan seseorang memiliki
hubungan yang signifikan terhadap perilaku keuangan para karyawan swasta di
Surabaya, Sedangkan faktor demografi tingkat pendidikan ditemukan tidak memiliki
hubungan yang signifikan terhadap perilaku keuangan karyawan swasta di Surabaya.
42
2.5 Penyusunan Hipotesis
Literasi keuangan atau financial literacy dalam hal ini berkaitan erat
dengan manajemen keuangan secara individu atau pribadi yang mencakup
keputusan investasi, pendanaan, dan pengelolaan asset dengan baik.
Menginvestasikan sumber pendapatan yang didapat oleh individu dilakukan
dengan pilihan ragam investasi secara umum seperti saham, obligasi, rumah dan
berbagai macam alternatif lainya (Putra dkk, 2016).
Financial literacy memberi kemampuan untuk membaca, menganalisis,
memahami pilihan keuangan, merencanakan masa depan, dan bereaksi dengan
baik terhadap kejadian yang mempengaruhi keputusan finansial sehari-hari
(Nayebzadeh dkk, 2013). Seseorang dengan pemahaman financial literacy yang
rendah akan membuat keputusan investasi yang buruk sedangkan yang memahami
financial literacy dengan baik akan membuat keputusan investasi yang lebih baik
(Ahmad dkk, 2016). Al-Tamimi (2009) melakukan penelitian yang berjudul
Financial Lliteracy and Investment Decision of UAE Investors. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat financial literacy pada investor
UAE yang menginvestasikan di pasar keuangan lokal. Hal ini menguji hubungan
antara financial literacy dan pengaruhnya terhadap faktor yang mempengaruhi
keputusan investasi. Hasil dari penelitian tersebut mengindikasikan bahwa ada
hubungan signifikan antara financial literacy dan keputusan investasi.
Sementara itu, Merawati & Putra (2015) melakukan penelitian dengan
judul Kemampuan Pelatihan Pasar Modal Memoderasi Pengaruh Pengetahuan
Investasi Dan Penghasilan Pada Minat Berinvestasi Mahasiswa. Hasil dari
penelitian tersebut menunjukan bahwa pengetahuan tentang investasi berpengaruh
positif signifikan pada minat berinvestasi mahasiswa dimana pemahaman dasar
tentang investasi meliputi jenis investasi, return, resiko investasi ternyata lebih
memudahkan seseorang untuk mengambil keputusan berinvestasi.
Selanjutnya persepsu yang menjadi stimulus dan faktor yang mendorong
setiap orang melakukan pengambilan keputusan menjadi bentuk identifikasi
sebagai paradigma atau pandangan seseorang terhadap objek atau kejadian pada
saat melakukan transaksi investasi. Menurut Philip Kotler (2009), Persepsi
43
(perception) adalah proses dimana kita memilih, mengatur, dan menerjemahkan
masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang berarti. Point
utamanya adalah bahwa persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik,
tetapi juga pada hubungan rangsangan terhadap bidang yang mengelilinginya dan
kondisi dalam setiap diri kita. Dari pernyataan-peryataan diatas dapat disimpulkan
bahwa persepsi adalah suatu proses individu dalam mengenali suatu objek
terhadap rangsangan yang diterimanya melalui alat indranya sehingga individu
dapat menyimpulkan dan manafsirkan rangasangan yang ia terima.
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1= persepsi dan financial literacy berpengaruh signifikan terhadap
keputusan investasi mahasiswa.
Persepsi
Keputusan
Investasi
Financial Literacy
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Merumuskan Menganalisis
Mengolah Data
Masalah Data
45
buku, jurnal, penelitian terdahulu. Setelah melakukan tinjauan pustaka, penulis
menentukan hipotesis terkait penelitian yang akan disusun. Setelah itu, mendesain
riset seperti jeins riset, tujuan, jangka waktu, ruang lingkup, penentuan sample,
sumber data, teknik pengambilan data, dan teknik analisis data yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya penulis mencari data ke lapangan
sesuai teknik pengambilan data yang ditentukan, mengolah data menggunakan
software IBM SPSS 23 dan menganalisis data. Setelah data dianalisis, peneliti
memberikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan untuk menjawab
pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah. Dan langkah terakhir adalah
membuat laporan hasil riset.
46
3.4 Operasional variabel
Adapun operasionalisasi variabel persepsi, preferensi, dan literasi
keuangan dan keputusan investasi saham tersaji seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 3. 1 Operasional Variabel
47
(confidence), Pengetahuan Kontrol diri B7, B8, B9
keterampilan manajemen
(skill) konsumen kredit dan Produktivitas
utang (credit kredit dan
dan masyarakat
and debt hutang
luas sehingga management)
mereka mampu
mengelola Pengetahuan Perbedaan B10, B11,
keuangan dengan tabungan dan tabungan dan B12
lebih baik investasi investasi
(saving and
investment) Produk investasi
Investasi khusus
saham
Pengetahuan Cut Loss B13, B14,
manajemen B15
Averaging
risiko (risk
management) Stop Loss
Taking Profit
Keputusan Investasi Sosio- Jenis Kelamin Profil
Investasi merupakan demografi Responden
Saham kegiatan Usia
(Online menanamkan
Tahun Angkatan
Stock modal, baik
investment langsung
decision) maupun tidak Jurusan
pada langsung dengan
Mahasiswa harapan, pada Uang Saku per
Politeknik waktunya nanti, bulan/
Negeri pemilik modal Pendapatan
Bandung mendapatkan Pola Konsumsi Persentase C1,C2, C3,
sejumlah Menabung C4
keuntungan dari
hasil penanaman Minat untuk
modal tersebut. berinvestasi
saham
(Putra dkk Forecasting
(2016) dalam
Pertiwi (2018) Analisa risiko
48
3.5 Populasi dan Metode Penarikan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Akuntansi dan
Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Bandung pada tahun ajaran
2018/2019 yang berjumlah sebanyak 1958 mahasiswa (forlap.ristekdikti.go.id).
Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah probability sampling dengan
cara pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Teknik ini
dipilih karena seluruh anggota populasi dianggap homogen. Jumlah sampel dipilih
menggunakan rumus Slovin (dalam Gursida dan Harmon, 2017) dengan tingkat
kesalahan 10%. Rumus yang dimaksud yaitu:
𝑁
𝑛=
𝑁. 𝑑 2 + 1
Sumber: Gursida dan Harmon (2017:78)
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
1958
𝑛=
(1958 . (0,1)2 + 1)
𝑛 = 95,14091351
𝑛 ≅ 100
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah sambel minimal yang harus
digunakan dalam penelitian ini 95 responden sehingga sampel yang digunakan
dalam penelitian ini sebesar 100 orang.
49
Pengukuran variabel ini menggunakan skala Likert. Skala likert yaitu skala yang
dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang
suatu objek atau fenomena tertentu. Dalam penelitian ini digunakan 5 jenjang
skala pengukuran.
2 = tidak setuju
3 = netral
4 = setuju
5 = sangat setuju
50
3.7.2 Uji Realiabilitas
Uji keandalan atau realibilitas merupakan suatu kestabilan dan konsistensi
responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk
pertanyuaan yang merupakan dimensi suatu variable dan disusun dalam suatu
bentuk kuesioner. Uji ini dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh
butir pertanyaan untuk lebih dari satu variabel, namun sebaliknya uji reliabilitas
sebaliknya dilakukan pada masing-masing variabel pada lembar kerja yang
berbeda sehingga dapat diketahui konstruk variabel mana yang tidak reliabel.
Adapun kriteria uji reliabilitas dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach
Alpha > 0, 6 (Singgih Santoso, 2008 dalam Widyatama, n, Modul metode riset
untuk bisnis dan manajemen)
𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋 ) (∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 }{𝑛 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 }
51
Keterangan:
n = Jumlah responden
𝑟√𝑛 − 2
𝑡=
√1 − 𝑟 2
Selanjutnya harga hitung dibandingkan dengan harga tabel dengan tingkat
kesalahan 10 persen dengan uji dua pohak pada dk tertentu. Bila t hitung > t tabel,
maka terima hipotesis Ha atau pada penelitian ini adalah H1.
52
𝑌 = 𝑎 + 𝑏1𝑋1 + 𝑏2𝑋2 + 𝑏3𝑋3 + ⋯ + 𝑏𝑘𝑋𝑘
3.8.4 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) ini digunakan untuk mengetahui besarnya
kontribusi variabel bebas (variabel independen) terhadap variabel terikatnya
(variabel dependen). Uji ini bertujuan untuk menentukan proporsi atau persentase
total variasi dalam variabel terikat yang diterangkan oleh variabel bebas. Nilai
koefisien determinasi adalah antara 0 – 1, jika mendekati angka satu, maka
kemampuan variabel-variabel independennya hampir mampu memberikan semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Dari hasil
perhitungan dapat diketahui berpa persentase yang dapat dijelaskan oleh variabel-
variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Sedangkan sisanya dipengaruhi atau
dijelaskan oleh variabellain yang tidak dimasukan dalam model penelitian.
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
18%
Perempuan
82% Laki-Laki
54
b. Usia
Tabel 4. 2 Data Responden Berdasarkan Usia
< 18
18 - 22
> 22
96%
Dari data tersebut, rentang usia mayoritas mahasiswa paling banyak 96%
dengan rentang usia 18-22 tahun. Sebanyak 3% merupakan di atas 22 tahun dan
sisanya 1 orang di bawah 18 tahun.
c. Tahun Angkatan
Tabel 4. 3 Data Responden Berdasarkan Tahun Angkatan
55
Paling banyak responden mengisi adalah mahasiswa tahun angkatan 2016
dengan presentase 66%, dan paling sedikit terdapat pada responden mahasiswa
tahun angkatan 2017 dengan 5%.
d. Jurusan
Sebaran jurusan yang menjadi salah satu objek utama dalam penelitian ini
adalah jurusan Akuntansi dan Administrasi Niaga. Berikut ini merupakan tabel
dari sebaran tersebut:
36%
Akuntansi
64%
Administrasi Niaga
e. Program Studi
56
2. DIII Keuangan Perbankan 4 4%
3. DIV Akun Mnj Pemerintahan 5 5%
4. DIV Keuangan Syariah 9 9%
5. DIV Akuntansi 18 18%
6. DIII Administrasi Bsinis 1 1%
7. DIII Manajemen Pemasaran 0 0%
8. DIII Usaha Perjalanan Wisata 1 1%
9. DIV Manajemen Pemasaran 2 2%
10. DIV Administrasi Bisnis 55 55%
11. DIV Manajemen Aset 1 1%
Total 100 100%
DIII Akuntansi
DIII Keuangan Perbankan
1% 4% DIV Akun Mnj Pemerintahan
5%
4% DIV Keuangan Syariah
9% DIV Akuntansi
DIII Administrasi Bsinis
55% 18% DIII Manajemen Pemasaran
DIII Usaha Perjalanan Wisata
DIV Manajemen Pemasaran
1% DIV Administrasi Bisnis
2% 0%
DIV Manajemen Aset
1%
57
Responden paling banyak yaitu dengan presentasi sebesar 55% adalah
mahasiswa program studi DIV Administrasi Bisnis, kemudian terbanyak kedua
adalah DIV Akuntansi dengan presentase sejumlah 18%.
f. Pendapatan
Interval Pendapatan
No. Jumlah Persentase (%)
(Rp)
1. < 1 juta 55 55%
2. 1 juta - 2 juta 37 37%
3. 2 juta - 3 juta 7 7%
4. > 3 juta 1 1%
Total 100 100%
< 1 juta
37%
55% 1 juta - 2 juta
2 juta - 3 juta
> 3 juta
58
g. Presentase Menabung
Tersaji dalam tabel berikut ini:
Tabel 4. 7 Data Responden Berdasarkan Presentase Menabung
Presentase
No. Jumlah Persentase (%)
Menabung/bulan
1. < 10 57 57%
2. 10 hingga 20 30 30%
3. 20 hingga 30 8 8%
4. > 30 5 5%
Total 100 100%
No Korelasi Ket
1 0.643 Valid
2 0.825 Valid
3 0.543 Valid
59
4 0.855 Valid
5 0.777 Valid
6 0.542 Valid
7 0.614 Valid
8 0.713 Valid
9 0.693 Valid
10 0.62 Valid
11 0.536 Valid
12 0.642 Valid
13 0.782 Valid
14 1 30 Pernyataan
b. Finance Literacy
Instrumen penelitian mengenai financial literacy berjumlah 30 pertanyaan
dengan responden sebanyak 100 orang yaitu mahasiswa Jurusan Administrasi
Niaga dan Akuntansi, Politeknik Negeri Bandung. Uji validitas menggunakan
program SPSS versi 23. Berikut adalah hasil pengujiannya :
No Korelasi Ket
1 0.641 Valid
2 0.61 Valid
3 0.702 Valid
4 0.83 Valid
5 0.685 Valid
6 0.598 Valid
7 0.656 Valid
8 0.432 Valid
9 0.522 Valid
10 0.716 Valid
11 0.523 Valid
12 0.598 Valid
13 0.761 Valid
14 0.738 Valid
15 0.436 Valid
Jumlah 1 30 Pernyataan
60
c. Keputusan Investasi
Tabel 4. 10 Hasil Validitas Keputusan Investasi
No Korelasi Ket
1 0.791 Valid
2 0.876 Valid
3 0.895 Valid
4 0.789 Valid
Jumlah 1 30 Pernyataan
Uji realibilitas untuk variabel persepsi ini memiliki nilai Cronbach Alpha sebesar
0.906 yang mana sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gursida, 2018
bahwa keandalan kuesioner memiliki kriteria yang dapat diterima karena
besaarnya > 0.6 atau > 0,7.
61
b. Financial Literacy
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized N of
Alpha Items Items
.861 .868 15
Sama halnya pada uji realibilitas literasi keuangan yang memiliki nilai
Cronbach Alpha sebesar 0.861, maka uji keandalan dapat diterima karena di atas
0,6.
c. Keputusan Investasi
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized N of
Alpha Items Items
.922 .922 4
Begitu pun dengan variabel keputusan investasi yang memiliki nilai
Cronbach Alpha 0.922 di mana kriteria tersebut diterima karena di atas 0,6. Uji
keandalan keputusan investasi diterima dan dapat digunakan.
Jumlah
Pernyataan Pearson
1 Correlation .736**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
2 Correlation .740**
62
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
3 Correlation .707**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
4 Correlation .816**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
5 Correlation .725**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
6 Correlation .642**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
7 Correlation .612**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
8 Correlation .615**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
9 Correlation .751**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
10 Correlation .522**
63
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
11 Correlation .646**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
12 Correlation .735**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
13 Correlation .788**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Jumlah Pearson
Correlation 1
Sig. (2-
tailed)
N 100
Pengujian Korelasi dengan bivarian dengan Pearson signifikansi pada level 0.01
(2-tailed) dan pada level 0.05 level (2-tailed) untuk variabel persepsi seperti pada
tabel 14.1 memiliki hasil dan kriteria yang seluruhnya dapat diterima dengan
pernyataan 10 memiliki korelasi sebesar 0.522 yaitu aspek orientasi profit. Hal ini
berarti walaupun memiliki persepsi terhadap pencarian profit, namun ada aspek
lain pada pernyataaan lain seperti keinginan untuk berorientasi membangun
perekonomian. Korelasi paling besar pada pernyataan 4, sebesar 0.816 yang
merupakan indikator dari harapan yang berlaku untuk dimensi persepsi. Harapan
dari responden merupakan bagian dari situasi yang diinginkan dan dapat
membentuk persepsi adalah kebutuhan mahasiswa dalam memutuskan investasi
dengan mencari informasi seputar saham terlebih dahulu.
64
b. Financial Literacy
Berikut ini merupakan analisis korelasi untuk variabel literasi keuangan:
Jumlah
Pernyataan Pearson
1 Correlation .669**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
2 Correlation .449**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
3 Correlation .562**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
4 Correlation .745**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
5 Correlation .584**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
6 Correlation .535**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
7 Correlation .652**
65
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
8 Correlation .428**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
9 Correlation .541**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
10 Correlation .637**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
11 Correlation .618**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
12 Correlation .540**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
13 Correlation .640**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
14 Correlation .673**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
15 Correlation .600**
66
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Jumlah Pearson
Correlation 1
Sig. (2-
tailed)
N 100
Uji korelasi tersebut memiliki nilai paling rendah pada pernyataan nomor 8 pada
dimensi pengetahuan umum mengenai manajemen kredit dan hutang. Untuk
kesadaran setiap mahasiswa apakah memerlukan kredit utuk pengeluaran
konsumsi atau tidak. Kesimpulannya ternyata masih banyak mahasiswa yang
notabene memerlukan pengeluaran konsumsi (noninvestasi) dengan cara kredit.
Adapun kemungkinan yang dapat diasumsikan oleh penulis adalah karena efek
dari kemajuan teknologi dan ketersediaan financial technology sebagai lembaga
penyedia kredit dan produk-produk lembaga keuangan bank dan nonbank yang
memudahkan prasyarat pengkreditan.
Hubungan korelasi terbesar terletak pada pernyataan nomor 4 dari dimensi
pengetahuan umum tentang manajemen uang (money management). Mahasiswa
sebagai objek penelitian telah memiliki pengetahuan mengenai cara
mempertimbangkan rasio risiko dan keuntungan untuk setiap pengeluaran yang
dikeluarkan dengan nilai korelasi 0.745. Hubungan ini terjadi signifikansi dengan
nilai 0.000. Itu berarti responden memiliki kemampuan untuk menghitung rasio
sebelum melakukan transaksi atau berkeputusan melakukan investasi saham.
c. Keputusan Investasi
Berikut ini merupakan hasil uji korelasi terhadap variabel keputusan investasi:
Jumlah
67
Pernyataan Pearson
1 Correlation .888**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
2 Correlation .920**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
3 Correlation .933**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Pernyataan Pearson
4 Correlation .859**
Sig. (2-
.000
tailed)
N 100
Jumlah Pearson
Correlation 1
Sig. (2-
tailed)
N 100
Uji korelasi tersebut paling tinggi (0.933) dimiliki oleh pernyataan ke-3 terkait
dengan dimensi minat untuk mempelajari tingkat pengembalian investasi
(likuiditas) dari investasi saham. Dan yang terendah dengan korelasi 0.859 dengan
dimensi kesiapan untuk berinvestasi dalam jangka waktu 0-10 tahun mendatang.
Correlations
Jml_X1 Jml_X2 Jml_Y
Jml_X1 Pearson
1 .605** .677**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000
68
N 100 100 100
Jml_X2 Pearson
.605** 1 .470**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 100 100 100
Jml_Y Pearson
.677** .470** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Jml_Y Jml_X1 Jml_X2
Pearson Jml_Y 1.000 .677 .470
Correlation Jml_X1 .677 1.000 .605
Jml_X2 .470 .605 1.000
Sig. (1-tailed) Jml_Y . .000 .000
Jml_X1 .000 . .000
Jml_X2 .000 .000 .
N Jml_Y 100 100 100
Jml_X1 100 100 100
Jml_X2 100 100 100
69
Pada tabel tersebut korelasi berkaitan erat dengan kondisi lebih dari 0.5 untuk
setiap hubungan erat. Di luar dari nilai tersebut maka berhubungan kurang kuat.
Besar hubungan anatara variabel keputusan investasi dan persepsi yang
dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0.677, sedangkan variabel
keputusan investasi dengan financial literacy sejumlah 0.470.
Karena koefisien korelasi antara keputusan investasi dengan persepsi lebih
besar, maka variabel persepsi lebih berpengaruh terhadap variabel
keputusan investasi .
Terjadi pula korelasi yang cukup kuat antara variabel persepsi dan variabel
literasi keuangan yaitu 0.605. terdapat multikolinearitas atau korelasi
antarvariabel bebas.
Korelasi antara sales dengan promosi sangat nyata karena tingkat
signifikansinya (diukur dari probabilitas) berada jauh dibawah 0.05 yaitu
0.000
Variables Entered/Removeda
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Jml_X2,
. Enter
Jml_X1b
a. Dependent Variable: Jml_Y
b. All requested variables entered.
Seluruh variabel bebas dimasukan dalam perhitungan regresi dan tidak ada
variabel entered yang dikeluarkan.
70
Tabel 4. 19 Uji ANOVA
ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 504.754 2 252.377 41.919 .000b
Residual 583.996 97 6.021
Total 1088.750 99
a. Dependent Variable: Jml_Y
b. Predictors: (Constant), Jml_X2, Jml_X1
Dari uji anova atau F Test, diperoleh F hitung 41,919 dengan tingkat
signifikansi 0.000. Karena probabilitas (0.0000) jauh lebih kecil dari 0.05,
model regresi bisa dipakai dalam memprediksi sales atau bisa dikatakan,
persepsi dan literasi keuangan secara bersama-sama berpengaruh terhadap
keputusan investasi.
Coefficientsa
95.0%
Unstandardized Standardized Confidence
Coefficients Coefficients Interval for B
Std. Lower Upper
Model B Error Beta t Sig. Bound Bound
1 (Constant) .875 1.908 .459 .648 -2.912 4.663
Jml_X1 .262 .039 .619 6.625 .000 .183 .340
Jml_X2 .040 .039 .096 1.027 .307 -.038 .118
a. Dependent Variable: Jml_Y
71
Untuk nikai regresi sederhana angka korelasinya ialah 0.619 yang
merupakan Standard Coeffiecient (beta) Persepsi dan 0.096 adalah nilai
Standard Coeffient Literasi Keuangan.
Untuk menguji signifikansi konstanta da variabel dependent (keputusan
investasi).
Adapun rumusan hipotesis untuk kasus ini ialah
H0 = Koefisien regresi tidak signifikan berpengaruh
H1 = Koefisien regrefi signifikan berpengaruh
Dasar pengambilan keputusan
H0 : Statistik t hitung < statistik t tabel
H1 : Statistik t hitung > statistik t tabel
Descriptive Statistics
Std.
Mean Deviation N
Jml_Y 16.0500 3.31624 100
Jml_X
49.1000 7.83994 100
1
Jml_X
57.6300 7.87357 100
2
Rata-rata keputusan investasi dengan jumlah data 100 dari 4 pertanyaan adalah
16.05 dengan standar deviasi 3,31624. Selanjutnya rata-rata persepsi yaitu sebesar
49.1 dengan standar deviasi 7.83994, serta terakhir yaitu financial literacy dengan
rata-rata 57.63, dan standar deviasi 7.87357.
72
4.1.6 Koefisien Determinasi
Tabel 4. 22 Koefiesien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Std. Change Statistics
Adjusted Error of R
R R the Square F Sig. F
Model R Square Square Estimate Change Change df1 df2 Change
1 .681a .464 .453 2.45369 .464 41.919 2 97 .000
a. Predictors: (Constant), Jml_X2, Jml_X1
b. Dependent Variable: Jml_Y
Angka R square (koefisien determinasi) adalah 0.464 (46,4 %) keputusan
investasi merupakan pengaruh dari persepsi dan literasi keuangan.
Karena R Square tidak mendektai 1, maka hubunngan ketiga variabel
cenderung tidak kuat, namun memiliki kekuatan pada selang
kecenderungan.
Standard Error of the Estimate sebesar 2,45369 menggunakan variabel
depentdent (keputusan investasi).
73
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Pengaruh Persepsi dan Literasi Keuangan Terhadap
Keputusan Investasi
74
Dan memiliki histogram seperti berikut ini:
Nilai maksimu, minimum, mean, dan standar deviasi dari nilai prediksi (Predicted
value) dan statistic residu:
Tabel 4. 23 Statistik Residu
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 6.4555 20.9119 16.0500 2.25799 100
Std. Predicted Value -4.249 2.153 .000 1.000 100
Standard Error of
.249 1.112 .404 .131 100
Predicted Value
Adjusted Predicted
7.0901 20.9772 16.0555 2.24215 100
Value
Residual -6.06603 6.27594 .00000 2.42877 100
Std. Residual -2.472 2.558 .000 .990 100
Stud. Residual -2.493 2.605 -.001 1.007 100
Deleted Residual -6.16992 6.50915 -.00548 2.51531 100
Stud. Deleted Residual -2.564 2.687 -.001 1.018 100
Mahal. Distance .030 19.342 1.980 2.346 100
Cook's Distance .000 .109 .012 .022 100
Centered Leverage
.000 .195 .020 .024 100
Value
a. Dependent Variable: Jml_Y
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Untuk menjawab tujuan yang ada pada BAB I maka penelitian ini
memiliki kesimpulan bahwa pengaruh dari dua variabel yang dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Persepsi mahasiswa berpengaruh signifikan terhadap keputusan
investasi mahasiswa Jurusan Administrasi Niaga dan Akuntansi
(Tata Niaga) Politeknik Negeri Bandung;
2. Literasi Keuangan mahasiswa berpengaruh cenderung signifikan
terhadap keputusan investasi mahasiswa Jurusan Administrasi Niaga
dan Akuntansi (Tata Niaga) Politeknik Negeri Bandung pada range
0,4-0,6; dan
3. Persepsi dan Literasi Keuangan merupakan variabel yang
berhubungan cukup erat yang dapat mempengaruhi keputusan
investasi saham pada mahasiswa Tata Niaga Politeknik Negeri
Bandung dengan tahun penelitian 2019.
5.2 Saran
Dalam penelitian ini, saran yang dapat disampaikan penulis adalah bahwa
indikator dari variabel literasi keuangan masih cenderung pada rata-rata yang
dapat diterima oleh penelitian. Asumsi faktor rendahnya tingkat literasi negera
Indonesia menjadi satu dari sekian banyak kemungkinan yang dapat mengurangi
keterikatan hubungan yang kuat antara literasi keunagan dengan keputusan
investasi. Adapun literasi keungan menjadi proyeksi yang dibutuhkan pada
penelitian masa mendatang.
76
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. Modul Pelatihan Pengelolaan Keuangan
77
Munandar, D. (2011). Analisis Penentuan Segmen, Target, dan Posisi Pasar Home
Care di Rumah Sakit AL-ISLAM Bandung. Majalah Ilmiah UNIKOM.
Online akses https://repository.unikom.ac.id/30471/1/vol-6-artikel-12.pdf
pada 30 Mei 2019
Nusantara of Research (Vol.02,2015:151)
Pajar R.C. n. Pengaruh Motivasi Investasi dan Pengetahuan Investasi Terhadap
Minat Investasi di Pasar Modal Pada Mahasiswa FE UNY. Jurnal
Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta
Persaulian, B., Aimon, H., dan Anis, A. (2013). Analisis Konsumsi Masyarakat di
Indonesia. Jurnal Kajaian EKonomi, Januari 2013, Vol. I, No. 02
Purwaningsih, S. S. (2010) Modul Statistika Bisnis
Putri, N. M. D. R & Rahyuda, H. (2017). Pengaruh Tingkat Financial Literacy
Dan Faktor Sosiodemografi Terhadap Perilaku Keputusan Investasi
Individu. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 3407-3434
Ramadhani, F. M. (2017). Tabungan dan Investasi. Online e-journal universitas
walisongo eprints.walisongo.ac.id/7279/3/BAB%20II.pdf
Rahman, A. L., Astuti, E. S., & Saifi, M. (2016). Analisis Pelaksanaan
Pemeriksaan Pajak dalam Pencapaian Target Penerimaan Pajak (Studi
Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Blitar). Jurnal Mahasiswa
Perpajakan, 9(1).
Republika Online, 2014
Siahaan, N.M, 2011, Keuntungan Melakukan Investasi Dalam Surat Berharga,
Universitas Sumatera Utara (USU),
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29810/3/Chapter%20II.pd
f,
Sriwidodo, R. P. U. (2015). Pengaruh Pengetahuan Keuangan Dan Pengalaman
Keuangan Terhadap Perilaku Perencanaan Investasi Dengan Self Control
Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan, 15(1).
Sutisna. (2010). Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Ulfah, F. U. 2019. Sejak 2008 Total Kerugian Investasi Bodong Capai Rp88
Triliun. diakses
https://finansial.bisnis.com/read/20190405/55/908349/sejak-2008-total-
kerugian-investasi-bodong-capai-rp88-triliun pada Mei 2019
78
KUESIONER
“Pengaruh Persepsi dan Literasi Keuangan Terhadap Keputusan Investasi Saham Petunjuk pengisian:
(Studi Pada Mahasiswa Jurusan Administrasi Niaga dan Akuntansi, Politeknik Negeri Bandung)”
1. Pernyataan berikut ini terbagi dalam beberapa kategori berbeda.
Dengan hormat, 2. Anda dapat mengisi dengan memberi tanda centang (checklist) “√” pada kolom
Saya Miftah Ulfania Fajrin, mahasiswi program studi D4-Administrasi Bisnis, Politeknik kosong yang telah disediakan.
Negeri Bandung bermaksud melakukan penelitian mengenai Pengaruh Persepsi dan Literasi 3. Skala jawaban terdiri dari 1-5 dengan:
Keuangan Terhadap Keputusan Investasi Saham. Dalam rangka pengumpulan data penelitian 1 = Sangat Tidak Setuju
tersebut, saya memohon kesediaan Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini. 2 = Tidak Setuju
Informasi yang Anda berikan tentunya merupakan bantuan yang sangat berarti. Atas 3 = Netral / Ragu-Ragu
perhatian dan kesedian Saudara/i dalam mengisi kuesioner ini dengan baik, akan ada hadiah 4 = Setuju
berupa saldo OVO/Pulsa sebesar Rp50.000,- untuk 5 responden beruntung. Demikian, saya 5 = Sangat Setuju
ucapkan terima kasih. Semoga Anda selalu dilimpahkan kebaikan, Aamiin.
Jawaban
Hormat saya,
No Pernyataan 1 2 3 4 5
1/4 2/4
12 Saya mulai terbiasa dengan apa dan bagaimana “investasi saham” Pengetahuan Umum tentang Manajemen Risiko (Risk Management)
bekerja 13 Saya dapat memperhitungkan keamanan dan risiko dalam
13 Saya menyadari bahwa beinvestasi saham dapat mendorong berinvestasi
perkembangan perekonomian. 14 Saya menyadari pentingnya melakukan prediksi investasi saham
dari waktu ke waktu
15 saya menyadari pentingnya memahami pertumbuhan investasi
B Variabel Financial Literacy
Pengetahuan umum tentang Manajemen Keuangan Pribadi (Basic Personal Finance) berikut risikonya
3 Saya sadar bahwa salah satu manfaat financial literacy adalah 2 Saya termovitasi lebih untuk memahami teori dan praktek
Pengetahuan umum tentang Manajemen Uang (Money Management) 3 Saya berminat untuk mempelajari tingkat pengembalian modal
4 Saya dapat mempertimbangkan rasio risiko dan keuntungan (likuiditas) dari investasi saham
untuk setiap pengeluaran 4 Saya siap berinvestasi saham dalam jangka waktu 0-10 tahun
3/4 4/4