Disusun Oleh:
RISKI AMANDA (11170930000032)
ANGGI ADE NUGROHO (11170930000037)
DADI ILHAM SETIADI (11170930000055)
RAIHAN NOVRI PASHA (11170930000045)
RENDY YUDA DAMANIK (11170930000034)
LUSI RAHMI (11170930000036)
ANNISA RIZKYANA (11170930000038)
MELYSA WAHYUNINGSIH (11170930000040)
i
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia yang telahdiberikan, sehingga proposal penelitian yang berjudul
“Kesesuaian Akad Syariah Dengan Strategi Bisnis Investree.” ini bisa terselesaikan
dengan baik.
Adapun maksud dan tujuan diajukannya proposal penelitian skripsi ini
adalah untuk mempelajari Apakah akad akad didalam Syariah sesuai dengan akad
akad yang ada didalam produk produk Investree. Proposal penelitian ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima
kasih banyak kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis, diantaranya:
Diharapkan, proposal ini bisa bermanfaat untuk semua pihak. Selain itu, kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca sekalian
agar proposal ini bisa lebih baik lagi.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
iv
3.1.2 Waktu Penelitian .................................................................8
BAB V PENUTUP
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
lembaga keuangan yang sah sebagai perantara. Pada dasarnya, sistem P2P
Lending ini sangat mirip dengan konsep marketplace online, yang menyediakan
wadah sebagai tempat pertemuan antara pembeli dengan penjual.
15%
20%
35%
2
dll. Dalam pembahasan kali ini, penulis ingin membahas khusus tentang akad
pinjam-meminjam yaitu akad Qardh. Akad Qardh adalah akad yang
3
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas tentang kesesuaian akad yang digunakan di
produk-produk investree dengan Akad Syariah yang telah dipelajari, Penelitian ini
berfokus di Indonesia dengan menggunakan data Pimer yaitu Studi literatur berupa
buku buku terkait tentang objek penelitian, dan data sekunder yang diperoleh dari
internet.
4
2. Dapat memperkaya pengetahuan mengenai P2P Lending di Indonesia.
3. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak yang akan ataupun
sedang melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan topik penelitian
ini.
BAB I PENDAHULUAN
Berisi rumusan singkat latar belakang, Identifikasi Masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab ini dimaksudkan
untuk mengarahkan pembaca untuk memahami subtansi dari laporan ini.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
6
2.3 Tinjauan Pustaka
2.3.1 Literatur Acuan
Literatur acuan yang digunakan berasal dari struktur
susunan skripsi yang bersumber dari referensi-referensi internet
dan juga buku buku terkait
7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
8
3.2.2. Studi Literatur
Metode ini dilakukan dengan cara menelusuri literatur yang
ada serta membaca dan menelaahnya secara tekun. Untuk dijadikan
sumber materi penelitian adalah membaca beberapa referensi yang
berkaitan dengan teori-teori P2P Lending dan akad akad.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
lending yang sedang dalam proses mendaftar ke OJK. Lalu terdapat 10
perusahaan fintech yang datang dan berniat untuk mengajukan izin.
Hasil ini sejalan dengan riset World Bankbeberapa tahun lalu yang
menemukan bahwa hanya 17% orang Indonesia meminjam dari Bank
dan alasan tidak bisa meminjam ke bank adalah keterbatasan
11
persyaratan dokumen, dan tidak memiliki jaminan. Meskipun bank di
Indonesia salah satu yang paling untung di dunia, tetapi karena kondisi
pasar yang oligopolistik menyebabkan perbankan tidak banyak
menyalurkan kredit ke sektor pinjaman mikro.
12
sehingga memperbesar kesempatan untuk meraup keuntungan yang
lebih besar.
Kekurangan
• Jika Anda menginvestasikan uang melalui P2P Lending, Anda tidak
bisa menarik uang yang Anda investasikan kapan pun Anda mau,
tidak seperti menyetor uang ke bank.
• Ada kemungkinan bahwa si peminjam akan gagal dalam
mengembalikan uang pinjamannya, sehingga dana yang Anda
pinjamkan bisa lenyap. Namun hal ini sudah diatasi oleh mayoritas
platform Peer to Peer Lending dengan jaminan yang diberikan
kepada Anda sebagai pendana.
13
mengindikasikan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap skema ini
mulai meningkat.
Kehadiran P2P bukanlah hal yang baru. Sejak krisis 2008,
penggunaan P2P untuk mendapatkan kredit banyak dilakukan oleh
investor. Pinjam-meminjam tersebut dapat terjadi karena rendahnya
bunga pinjaman dan rendahnya tingkat gagal bayar. Hal ini
menyebabkan P2P dapat tumbuh dan berkembang. Secara khusus,
kehadiran P2P diakibatkan oleh beberapa hal seperti kondisi makro yang
membaik, perubahan demografi, perilaku konsumen, pertumbuhan
pembiayaan, dan keuntungan dalam hal regulasi.
Akan tetapi, harus disadari bahwa perkembangan layanan P2P juga
terjadi di Indonesia. Banyaknya pengguna yang memakai P2P di
Indonesia tidak dapat dilepaskan dari perkembangan kredit konsumsi
dan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).
Grafik 1. Posisi Kredit Konsmsi dan UMKM Indonesia
14
4.2 Akad-Akad Syariah
Perbedaan yang nyata antara perbankan syariah dan perbankan
konvensional adalah bahwa di perbankan syariah dikenal akad dalam prinsip
syariah. Definisi akad menurut undang-undang perbankan syariah no 21 tahun
2008 bahwa akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS
dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing
pihak sesuai dengan prinsip syariah. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam
dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga
yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang Syariah.
Kontrak atau Akad dalam bahasa arab adalah ‘uqud jamak dari ‘aqd, yang
secara bahasa arti nya, mengikat, bergabung, mengunci, menahan, atau dengan
kata lain membuat suatu perjanjian. Di dalam Hukum Islam, aqd artinya
“gabungan atau penyatuan dari penawaran (Ijab) dan penerimaan (qabul)”
yang sah sesuai dengan hukum Islam. Ijab adalah penawaran dari pihak
pertama, sedangkan qabul adalah penerimaan dari penawaran yang disebutkan
oleh pihak pertama.
4.2.1 Jenis-Jenis Akad Syariah
1) Akad Mudharabah
Secara teknis, mudharabah merupakan akad kerja sama di
bidang usaha baik antara pemilik dana (malik, shahibul mal, atau
nasabah) dan pengelola dana (‘amil, mudharib, atau Bank Syariah)
untuk dibuat sebuah usaha dan dikelola baik laba dibagi atas dasar
nisbah bagi hasil menurut kesepakatan baik pihak pertama maupun
pihak kedua. Namun, bila terjadi kerugian maka akan ditanggung
oleh si-pemilik dana kecuali disebabkan oleh pengelola dana itu
sendiri.
Akad Mudharabah memang biasa disebut sebagai suatu
transaksi pendanaan atau investasi yang menggunakan kepercayaan
sebagai modal utamanya. Seperti halnya pemilik dana, memang
sengaja memberikan dana pada pengelola untuk diolah agar lebih
bermanfaat dan lebih menguntungkan. Dari pengertian dan sikap
awalnya saja, akad ini membutuhkan rasa percaya antara pihak yang
15
terlibat. Dalam istilah ekonomi, mudharabah biasa disebut trust
financing yang memang bermodalkan keperayaan untuk
membangun sebuah transaksinya.
Berikut ini adalah skema yang menjelaskan bagaimana
akad mudharabah bisa bergulir hingga menghasilkan sebuah usaha.
Sumber:https://dosenakuntansi.com/akad-mudharabah
Gambar 1.2: Skema Akad Mudharabah l,f;;,; m;m;m
16
ulama dari kalangan mazhab Maliki, Syafi‟i, dan Hambali
(jumhurul ulama) mendefinisikan Wadiahsebagai mewakilkan
orang lain untuk memelihara harta tertentu dengan cara tertentu.
Sedangkan ulama mazhab Hanafi berpendapat wadiahadalah
mengikut sertakan orang lain dalam memelihara hartabaikdengan
ungkapan yang jelas, melalui tindakan, maupun isyarat.
4) Akad Salam
Salam atau disebut juga salaf adalah jual beli barang yang
ditunda penyerahannya yang disifati (dengan jelas) dan masih dalam
tanggungan si penjual dengan bayaran yang didahulukan atau
dengan syarat yang telah ditentukan. Dalil tentang disyari'atkannya
salam adalah hadits dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma. Beliau
berkata,"Ketika Nabi SAW tiba di Madinah, penduduk Madinah
menjual buah-buahan dengan pembayaran di muka, sedangkan
buah-buahan yang dijualnya dijanjikan mereka dalam tempo
setahun atau dua tahun kemudian.”
5) Akad Isthisna
Akad isthisna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual
(pembuat shani’). Sahni akan menyiapkan barang yang dipesan
sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dimana ia dapat
menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain (istishna’ parallel)
6) Akad Qardh
Menurut Syafi’i Antonio (1999), qardh adalah pemberian
harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali
atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharap imbalan.
Menurut Bank Indonesia (1999), qardh adalah akad pinjaman dari
bank (muqridh) kepada pihak tertentu (muqtaridh) yang wajib
dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman dan waktu
yang telah ditentukan dan disepakati.
17
7) Akad Ijarah
Akad Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa (Ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang tersebut. Akad ijarah hampir mirip dengan
sewa menyewa pada transaksi konvensional, sewa menyewa dalam
transaksi Ijarah terjadi antara bank sebagai pihak yang menyewakan,
dan Nasabah sebagai penyewa, dengan mengacu pada objek yang di
sewakan. Namun demikian, dalam transaksi Ijarah, sewa menyewa
tersebut dapat digunakan sebagai mekanisme pembiayaan dengan
skema syariah.
18
Akad Al Qardh adalah akad pembiayaan atau penyaluran dana
kepada Penerima Pembiayaan dengan ketentuan sebagai berikut:
Penerima Pembiayaan wajib mengembalikan dana yang diterimanya
kepada Lembaga Keuangan Syariah (LKS) atau kepada Pemberi
Pembiayaan lainnya pada waktu yang telah disepakati oleh Penerima
Pembiayaan dengan LKS atau Pemberi Pembiayaan.
Wakalah Bil Ujrah adalah jenis akad di mana salah satu pihak
memberikan kuasa kepada pihak lain untuk melakukan tindakan yang
diperlukan atas nama pemberi wakalah atau kuasa. Dan
atas wakalah tersebut, penerima kuasa akan menerima ujrah atau upah.
19
penawaran, permohonan, undangan, saran, maupun rekomendasi untuk
menginvestasikan sekuritas, produk pasar modal, atau jasa keuangan
lainya. Perusahaan dalam memberikan jasanya hanya terbatas pada
fungsi administratif.
Pendanaan dan pinjaman yang ditempatkan di rekening Investree
adalah tidak dan tidak akan dianggap sebagai simpanan yang
diselenggarakan oleh Perusahaan seperti diatur dalam Peraturan
Perundang-Undangan tentang Perbankan di Indonesia. Perusahaan atau
setiap Direktur, Pegawai, Karyawan, Wakil, Afiliasi, atau Agen-
Agennya tidak memiliki tanggung jawab terkait dengan setiap gangguan
atau masalah yang terjadi atau yang dianggap terjadi yang disebabkan
oleh minimnya persiapan atau publikasi dari materi yang tercantum pada
situs Perusahaan.
20
yang baik, namun risiko yang melekat pada pendanaan Anda tidak
dapat sepenuhnya dihindarkan.
Dalam setiap kegiatan pendanaan, Lender selalu memiliki
potensi kehilangan seluruh pendanaannya atau mendapati pembayaran
pokok dan bunga yang akan diterima terpengaruh oleh beberapa hal.
Untuk menghindarinya, Anda dapat mempelajari terlebih dahulu risiko-
risiko berikut ini untuk kemudian menentukan langkah yang tepat
dalam melakukan pendanaan.
Dengan fasilitas pendanaan yang ditawarkan oleh Investree saat ini
yaitu sistem mitigasi risiko berupa credit-scoring, verifikasi,
dan credit-grading yang lengkap sebagai layanan tanpa agunan, namun
kemungkinan terjadinya gagal bayar
oleh Borrower pada platform kami akan tetap ada. Level akurasi
dari credit-scoring dan grading yang digunakan juga tidak
dapat merefleksikan kondisi dan karakter kredit Borrower secara utuh.
Selain itu, Borrower bisa mengalami gagal bayar karena kondisi di luar
dugaan seperti sakit keras atau meninggal dunia.
21
pencurian identitas atau oknum yang melakukan pemalsuan informasi
gaji dan kewajiban utang yang dapat mempengaruhi kemampuan bayar
mereka. Untuk mengindarinya, pihan Investree memproteksi Lender
dengan system pengamanan dan manajemen risiko.
Pihak yang bisa meminjam harus memenuhi criteria sebagai berikut:
1. Berusia 21 tahun atau lebih.
2. Terdaftar sebagai karyawan di perusahaan yang bekerjasama
dengan Investree.
3. Berpenghasilan tetap dengan jumlah minimal Rp 3.100.000.
4. Memiliki kelengkapan dokumen: KTP, NPWP, Surat Keterangan
Kerja, dan slip gaji.
22
2. Biaya Bunga. Biaya bunga akan mengacu pada tingkat risiko yang
dihasilkan dari proses credit-scoring oleh Tim Analis Investree.
Saat Calon Borrower mengajukan aplikasi pinjaman, Investree
secara otomatis akan menganalisis setiap data, dokumen, dan
keterangan lainnya yang diajukan oleh Calon Borrower. Hasil
analisis tersebut akan menghasilkan loan grade sebagai penentu
tingkat dan biaya bunga yang harus dibayarkan oleh Borrower.
23
- Biaya Platform. Investree membebankan Biaya Platform sebesar
3% – 5% tergantung pada loan grade yang diberikan kepada setiap
aplikasi pinjaman. Harga akan dikenakan secara otomatis ketika
pinjaman dicairkan kepada Borrower.
- Biaya Keterlambatan. Apabila Borrower mengalami keterlambatan
dalam membaya pinjaman atau tidak sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan, Investree akan membebankan Biaya
Keterlambatan per harinya.
- Biaya Asuransi. Khusus untuk Employee Loan atau Pembiayaan
Karyawan, Investree mewajibkan Borrower untuk berpartisipasi
pada asuransi jiwa kredit, berfungsi untuk mengambil alih
kewajiban Borrower terhadap Pendana ketika terjadi keadaan kahar
yang tidak diinginkan.
- Denda Pembatalan Pinjaman. Investree akan membebankan denda
apabila Borrower membatalkan pinjaman. Jika pembatalan
pinjaman dilakukan setelah pemberi pinjaman berpartisipasi,
maka Borrower dikenakan denda sebesar 1% dari nilai pinjaman
atau maksimal Rp 2.500.000 ditambah 50% dari nilai bunga,
terhitung sejak tanggal pembatalan sampai dengan tanggal jatuh
tempo pinjaman. Sebaliknya, jika pembatalan pinjaman dilakukan
sebelum pemberi pinjaman berpartisipasi, maka Borrower tidak
dikenakan denda, partisipasi dari masing-masing pemberi pinjaman
pun akan dikembalikan. Denda ini berlaku untuk Pinjaman Bisnis
dan Pinjaman Personal.
- Denda Pembayaran Dipercepat. Investree tidak membebankan
denda terhadap pembayaran dipercepat untuk produk Pinjaman
Bisnis, namun Borrower memiliki kewajiban untuk membayar
bunga senilai nominal yang telah disepakati di awal sebagai bentuk
komitmen kepada para pemberi pinjaman. Denda pembayaran
dipercepat hanya akan dibebankan kepada Borrower untuk produk
Pinjaman Personal sebesar dua bulan bunga.
24
4.3.2 Analisis Kesesuaian Akad
Penulis Menganalisis berdasarkan Studi Literatur dan referensi di
internet, bahwa Akad Akad yang terdapat didalam bisnis investree
adalah akad Al Qardh dan Akad Wakalah Bil Ujrah, yang dimana akad
akad tersebut berasal dari produk investree Syariah, investree Syariah
sendiri adalah anak usaha dari investree yang bergerak dibidang P2P
lending dengan menggunakan sistem dan transaksi berbasis Syariah.
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
P2P (peer to peer) Lending adalah penyelenggaraan layanan jasa keuangan
untuk mempertemukan Pemberi Pinjaman dengan Penerima Pinjaman dalam
rangka melakukan perjanjian pinjam meminjam melalui sistem elektronik dengan
menggunakan jaringan internet.
Investree sebagai salah satu penyedia layanan peer-to-peer lending
marketplace di Indonesia yang akan membantu peminjam dan pemberi pinjaman
mendapatkan deal yang baik untuk meraih tujuan finansial secara efektif dan
efisien. Dalan proses transaksinya, Investree memiliki 2 skema transaksi, yaitu
skema konvensional dan skema Syariah, dimana pada skema konvensional masih
terdapat bunga dalam peminjaman maupun pendanaan, sedangkan didalam skema
syariah dirancang dengan menggunakan Akad Al Qardh untuk pemberian dana
talangan dan Akad Wakalah Bil Ujrah untuk mendapatkan keuntungan atau ujrah.
5.2 Saran
Berdasarkan pada permasalahan yang diangkat yaitu mengenai “Kesesuaian
Akad Syariah dengan Strategi Bisnis Investree”, maka dari itu penulis
memberikan saran sebagai berikut:
1. Agar pengguna P2P Lending lebih memerhatikan alur transaksi dalam
produk P2P Lending yang seperti dijelaskan diatas yaitu Investree lebih jeli,
agar terhindar dari Harta Riba dan akan merugikan dirinya sendiri.
2. Lebih pintar dalam menggunakan produk P2P Lending, misalkan ingin
meminjam uang dalam produk P2P Lending, ia harus yakin dapat
mengembalikan uang tersebut dan dijadikan modal untuk memperoleh
keuntungan dari modal uang yang ia pinjam dalam P2P Lending.
3. Pihak produk P2P Lending juga tidak hanya berorientasi kepada keuntungan
semata, tetapi berorientasi juga kepada keberkahan yang telah membantu
26
orang lain yang membutuhkan uang sehingga produk yang ditawarkan dapat
diterima oleh banyak orang yang membutuhkan produk tersebut.
4. Penelitian ini jauh dari kata sempurna, baik itu karena keterbatasan waktu
maupun terkait dengan sumber yang penulis dapatkan, maka dari itu bagi
pihak yang ingin mengembangkan penulisan ini diperlukan penelitian yang
lebih mendalam lagi sehingga dapat melengkapi penulisan ini menjadi lebih
baik.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
29