Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENELITIAN

KESESUAIAN AKAD SYARIAH DENGAN STRATEGI


BISNIS INVESTREE

Disusun Oleh:
RISKI AMANDA (11170930000032)
ANGGI ADE NUGROHO (11170930000037)
DADI ILHAM SETIADI (11170930000055)
RAIHAN NOVRI PASHA (11170930000045)
RENDY YUDA DAMANIK (11170930000034)
LUSI RAHMI (11170930000036)
ANNISA RIZKYANA (11170930000038)
MELYSA WAHYUNINGSIH (11170930000040)

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018

i
ABSTRAK

Penulisan jurnal ini bertujuan untuk menjelaskan pengertian, fungsi,


penerapan P2P Lending serta kesesuaian transaksi dalam Investree dengan akad
syariah. Adapun yang menjadi latar belakang dari penulisan ini karena
bekembangnya penggunaan teknologi khususnya Fintech (Financial Technology)
di Indonesia. Produk Fintech yang akan dibahas penulis dalam penulisan ini yaitu
P2P Lending dengan menggambil contoh perusahaan Investree. Investree adalah
perusahaan teknologi finansial di Indonesia dengan sebuah misi sederhana, sebagai
online marketplace yang mempertemukan orang yang memiliki kebutuhan
pendanaan dengan orang yang bersedia meminjamkan dananya.
Penelitian ini berfokus di Indonesia dengan menggunakan data Pimer yaitu
Studi literatur berupa buku-buku terkait tentang objek penelitian, dan data sekunder
yang diperoleh dari Internet. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari metodologi pengumpulan data berupa metode observasi dan studi
literatur. Hasil analisis didapatkan bahwa Investree terdiri dari 2 Skema transaksi,
yaitu skema konvensional dan skema Syariah, dimana pada skema konvensional
masih terdapat bunga dalam peminjaman maupun pendanaan, sedangkan didalam
skema Syariah terdapat 2 akad yang sesuai dengan akad Syariah yaitu akad Al
Qardh dan Akad Wakalah Bil Ujrah.

Kata Kunci: P2P Lending, Investree, Akad

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia yang telahdiberikan, sehingga proposal penelitian yang berjudul
“Kesesuaian Akad Syariah Dengan Strategi Bisnis Investree.” ini bisa terselesaikan
dengan baik.
Adapun maksud dan tujuan diajukannya proposal penelitian skripsi ini
adalah untuk mempelajari Apakah akad akad didalam Syariah sesuai dengan akad
akad yang ada didalam produk produk Investree. Proposal penelitian ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima
kasih banyak kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis, diantaranya:

1. Rinda Hesti Kusumaningtyas, M.M.S.I selaku Dosen Dasar Dasar Ekonomi


Islam yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal ini.
2. Pihak Pihak Lain yang membantu dalam Penyelesaian Proposal Penelitian
ini.

Diharapkan, proposal ini bisa bermanfaat untuk semua pihak. Selain itu, kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca sekalian
agar proposal ini bisa lebih baik lagi.

Ciputat, 27 Mei 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..............................................................................1


1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................3
1.3 Rumusan Masalah .........................................................................3
1.4 Ruang Lingkup Penelitian.............................................................4
1.5 Tujuan Penelitian ..........................................................................4
1.6 Metode Penelitian .........................................................................4
1.7 Manfaat Penelitian ........................................................................4
1.8 Sistematika Penulisan ...................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 P2P Lending ..................................................................................6

2.2 Akad – Akad Syariah ....................................................................6

2.3 Tinjauan Pustaka ...........................................................................7

2.3.1 Literatur Acuan ...................................................................7

2.3.2 Metode Penelitian ...............................................................7

2.3.3 Metode Pengumpulan Data .................................................7

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................8

3.1.1 Tempat Penelitian ...............................................................8

iv
3.1.2 Waktu Penelitian .................................................................8

3.2 Metode Pengumpulan Data ...........................................................8

3.2.1 Observasi ............................................................................8

3.2.2 Studi Literatur .....................................................................9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 P2P Lending ................................................................................10

4.1.1 Definisi P2P Lending ........................................................10

4.1.2 Kelebihan dan Kekurangan P2P Lending .........................12

4.1.3 Penerapan P2P Lending ....................................................13

4.2 Akad – Akad Syariah ..................................................................15

4.2.1 Jenis – Jenis Akad Syariah................................................15

4.2.2 Akad Syariah di dalam Inverstree .....................................18

4.3 Kesesuaian Akad Syariah dengan Investree ...............................19

4.3.1 Investree ............................................................................19

4.3.2 Analisis Kesesuaian Akad ................................................26

4.3.3 Hasil Analisis ....................................................................26

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ................................................................................27

5.2 Saran ...........................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................29

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era digital diwarnai dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru
yang memanfaatkan perkembangan teknologi. Teknologi hadir dengan tujuan untuk
mempermudah kehidupan manusia dalam kegiatan sehari-hari. Keberadaan
teknologi informasi dan komunikasi ini mempercepat segala bentuk transaksi
dengan lebih efisien, efektif bahkan tanpa batas. Salah satu bentuk perkembangan
teknologi yang menjadi bahan kajian terkini di Indonesia adalah Financial
Technology (FinTech). Fintech merupakan terobosan baru berupa inovasi di dalam
bidang jasa keuangan yang menggunakan sistem teknologi. Fintech juga memiliki
beberapa jenis seperti Peer to Peer (P2P) Lending, E-aggregator, Manajemen
Resiko dan Investasi, Payment, Clearing and Settlement.
Berdasarkan literatur dan referensi yang ada, Fintech memiliki terminologi
yang generik dengan cakupan pengertian yang luas. Lembaga riset NDRC (The
National Digital Research Centre) menyebutkan bahwa Fintech adalah sebuah
istilah untuk “inovasi dalam jasa finansial”, baik itu produk baru dari sebuah startup
atau adopsi pendekatan baru dari pemain yang ada, di mana teknologi adalah
kuncinya. Sementara Gubernur Bank Indonesia, Agus DW Martowardojo dalam
sambutan kuncinya (keynote speech) di acara Indonesia Fintech Festival and
Conference 2016, di Jakarta mengatakan bahwa Fintech merupakan layanan
keuangan yang berbasis teknologi informasi seperti big data, cloud computing, dan
distributed ledger system.
Peer to Peer Lending (P2P Lending) adalah praktek atau
metode memberikan pinjaman uang kepada individu atau bisnis dan juga
sebaliknya, mengajukan pinjaman kepada pemberi pinjaman, yang
menghubungkan antara pemberi pinjaman dengan peminjam atau investor secara
online atau berbasis Internet. Peer to Peer Lending (P2P Lending) memungkinkan
setiap orang untuk memberikan pinjaman atau mengajukan pinjaman yang satu
dengan yang lain untuk berbagai kepentingan tanpa menggunakan jasa dari

1
lembaga keuangan yang sah sebagai perantara. Pada dasarnya, sistem P2P
Lending ini sangat mirip dengan konsep marketplace online, yang menyediakan
wadah sebagai tempat pertemuan antara pembeli dengan penjual.

Hasil Imbal Pendanaan Fintech P2P


Lending Per Tahun

15%
20%

35%

Investree Modalku Amartha

Sumber : Investree , modalku dan amartha


Gambar 1.1: Peningkatan Pendapatan P2P Lending tahun
terakhir

Investree sebagai salah satu penyedia layanan peer-to-peer lending


marketplace di Indonesia yang akan membantu peminjam dan pemberi pinjaman
mendapatkan deal yang baik untuk meraih tujuan finansial secara efektif dan
efisien. Invetsree membagi pencari pinjaman ke dalam 2 tipe: pinjaman perusahaan
dan pinjaman individu dengan bunga 1,2 persen per bulan atas nilai pinjaman.
Dengan 2 tipe borrower, Investree memberikan kesempatan bagi para investor untuk
mendanai dari Rp 5.000.000 untuk Business Loan dan Rp 1.000.000 untuk
Employee Loan.Per tahun Investree memberikan return sebesar 20 persen. Investree
sudah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Investree menghubungkan antara pemberi pinjaman dan peminjam, disitu


terjadilah transaksi atau akad. Akad adalah ikatan antara beberapa pihak transaksi
melalui ijab dan qabul. Macam-macam akad dalam islam yaitu; Akad Mudharabah,
Akad Murabahah, Akad Musyarakah, Akad Ijarah, Akad Wakalah, Akad Qardh,

2
dll. Dalam pembahasan kali ini, penulis ingin membahas khusus tentang akad
pinjam-meminjam yaitu akad Qardh. Akad Qardh adalah akad yang

Dengan adanya teknologi yang dapat mempermudah transaksi keuangan


salah satunya penggunaan Fintech yang berbasis online, perkembangan
penggunaan Fintech khususnya Peer to Peer Lending mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Dengan semakin banyaknya pengguna, munculah berbagai perusahaan
yang memberikan kemudahan dalam peminjaman uang, penulis mengakaji proses
transaksi pinjam-meminjam dalam Investree yang sesuai dengan Akad Syariah.

1.2 Identifikasi masalah


Permasalahan penelitian yang penulis ajukan ini dapat diidentifikasi
permasalahannya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Definisi, Fungsi dan Penerapan sistem P2P Lending di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Akad Syariah yang digunakan dalam
Perusahaan Investree.
3. Untuk bisa menganalisis kesesuaian Akad Syariah dengan produk di
Investree.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian, maka ada beberapa perumusan
masalah yang ingin penulis kaji, yaitu :
1. Apakah P2P lending itu? Bagaimana fungsi dan penerapannya di
Indonesia?
2. Apa saja Akad Syariah yang digunakan didalam Produk Produk di
Investree?
3. Apakah Akad yang digunakan di produk Investree telah sesuai dengan
Akad Syariah?

3
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas tentang kesesuaian akad yang digunakan di
produk-produk investree dengan Akad Syariah yang telah dipelajari, Penelitian ini
berfokus di Indonesia dengan menggunakan data Pimer yaitu Studi literatur berupa
buku buku terkait tentang objek penelitian, dan data sekunder yang diperoleh dari
internet.

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalahnya, maka ada beberapan tujuan yang ingin
penulis capai, yaitu:
1. Untuk Mengetahui Definisi, fungsi, dan penerapan P2P Lending di
Indonesia.
2. Untuk Mengetahui Akad Akad yang digunakan didalam produk produk
Investree.
3. Untuk Mengetahui Kesesuaian Akad di produk Investree dengan Akad
Syariah.

1.6 Metode Penelitian


1.6.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana
penelitian kuantitatif adalah Pendekatan kuantitatif adalah penelitian
yang analisisnya lebih fokus pada data-data numerikal (angka) yang
diolah dengan menggunakan metode statistika.
1.6.2 Metode Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data menggunakan Observasi dan Studi
Literatur.

1.7 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis dan pihak-pihak
yang berkepentingan, diantaranya yaitu:
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Ujian Akhir Semester mata
kuliah Dasar-Dasar Ekonomi Islam.

4
2. Dapat memperkaya pengetahuan mengenai P2P Lending di Indonesia.
3. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak yang akan ataupun
sedang melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan topik penelitian
ini.

1.8 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Berisi rumusan singkat latar belakang, Identifikasi Masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab ini dimaksudkan
untuk mengarahkan pembaca untuk memahami subtansi dari laporan ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


Pada bab ini diuraikan teori teori yang menunjang dan digunakan dalam
penelitian. Selain itu, diuraikan juga mengenai studi literatur acuan dengan
penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini menguraikan secara rinci tempat dan waktu penelitian dan metode
pengumpulan data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai hasil dan pembahasan penelitian penulis
BAB V PENUTUP
Bab Ini menguraikan kesimpulan yang berkenaan dengan hasil pemecahan
masalah yang diperoleh langsung dari penelitian serta saran untuk
pengembangan lebih lanjut

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 P2P Lending


Peer to Peer Lending (P2P Lending) adalah praktek atau metode
memberikan pinjaman uang kepada individu atau bisnis dan juga
sebaliknya, mengajukan pinjaman kepada pemberi pinjaman, yang
menghubungkan antara pemberi pinjaman dengan peminjam atau investor
secara online. Peer to Peer Lending (P2P Lending) memungkinkan setiap
orang untuk memberikan pinjaman atau mengajukan pinjaman yang satu
dengan yang lain untuk berbagai kepentingan tanpa menggunakan jasa dari
lembaga keuangan yang sah sebagai perantara. Peraturan soal P2P diatur
dalam Peraturan OJK (POJK) nomor 77/POJK.01/2016.
P2P Lending memberikan pinjaman sangat mudah dan cepat,
khususnya jika Anda memiliki dana lebih namun tidak tahu harus
mengalokasikannya ke mana. Namun jika Anda menginvestasikan uang
melalui P2P Lending, Anda tidak bisa menarik uang yang Anda
investasikan kapan pun Anda mau, tidak seperti menyetor uang ke bank.

2.2 Akad-akad Syariah


Di dalam Hukum Islam, aqad artinya “gabungan atau penyatuan dari
penawaran (Ijab) dan penerimaan (qabul)” yang sah sesuai dengan hukum
Islam. Ijab adalah penawaran dari pihak pertama, sedangkan qabul adalah
penerimaan dari penawaran yang disebutkan oleh pihak pertama. Jenis-jenis
akad syariah yaitu: Akad Musyarakah, Akad Wadi’ah, Akad Salam, Akad
Isthisna, Akad Qardh, Akad Ijarah, Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik
(IMBT), Akad Hawalah, Akad Wakalah bil ujrah dan lain-lain.

6
2.3 Tinjauan Pustaka
2.3.1 Literatur Acuan
Literatur acuan yang digunakan berasal dari struktur
susunan skripsi yang bersumber dari referensi-referensi internet
dan juga buku buku terkait

2.3.2 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif.

2.3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan
cara melalui metode observasi dan studi literatur.

7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Tempat dan Waktu Penelitian


3.1.1. Tempat Penelitian
Penelitian mengenai “Kesesuaian Akad Syariah dengan
Strategi Bisnis Investree” ini dilaksanakan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

3.1.2. Waktu Penelitian


Proses penelitian dilakukan secara bertahap dari
pengumpulan data, proses pengolahan data sampai dengan hasil
dan pembahasan dari tema yang diangkat. Rentang waktu yang
dibutuhkan secara keseluruhan selama ±1 bulan terhitung sejak
tanggal (tanggal uts) sampai dengan (tanggal uts+1bulan).

3.2. Metode Pengumpulan Data


Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
metodologi pengumpulan data. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini berupa metode observasi dan studi literatur. Beberapa metode
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.2.1. Observasi
Melakukan pengamatan terhadap aplikasi terkait yang telah
terinstal di smartphone penulis untuk mengumpulkan data tentang
hal-hal yang berkaitan dengan penelitian yang sedang diteliti.
Observasi dilakukan dengan cara menganalisis dan mengamati
bagaimana proses pelayanan transaksi yang tersedia pada Investree.
Hasil dari observasi tersebut adalah untuk mendapatkan gambaran
tentang proses pelayanan transaksi yang tersedia pada Investree.

8
3.2.2. Studi Literatur
Metode ini dilakukan dengan cara menelusuri literatur yang
ada serta membaca dan menelaahnya secara tekun. Untuk dijadikan
sumber materi penelitian adalah membaca beberapa referensi yang
berkaitan dengan teori-teori P2P Lending dan akad akad.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 P2P Lending


4.1.1 Definisi P2P Lending
P2P (peer to peer) Lending adalah penyelenggaraan layanan jasa
keuangan untuk mempertemukan Pemberi Pinjaman dengan Penerima
Pinjaman dalam rangka melakukan perjanjian pinjam meminjam
melalui sistem elektronik dengan menggunakan jaringan internet.
Layanan P2P merupakan penyelenggara badan hukum Indonesia yang
menyediakan, mengelola, dan mengoperasikan Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Penerima Pinjaman
(borrower) adalah orang dan/atau badan hukum yang mempunyai utang
karena perjanjian Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi
Informasi. Pemberi Pinjaman (Investor) adalah orang, badan hukum,
dan/atau badan usaha yang mempunyai piutang karena perjanjian
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
Peraturan soal P2P diatur dalam Peraturan OJK (POJK).

Menurut OJK, P2P Lending telah menunjukkan trend yang sangat


positif. OJK mencatat, hingga bulan September 2017, pertumbuhan
penyaluran dana melalui fintech p2p lending ini di Indonesia mencapai
Rp 1,6 triliun. Sementara itu, nilai pendanaan di luar Pulau Jawa
meningkat sebesar 1.074 persen sejak akhir tahun lalu menjadi Rp 276
miliar. Hal tersebut didukung adanya peningkatan jumlah pemberi
pinjaman di luar pulau Jawa sebesar 784 persen, begitu juga dengan
jumlah peminjam yang meningkat sebesar 745 persen.

Direktur Pengaturan, Perizinan dan Pengawasan OJK Hendrikus


Passagi menuturkan, setidaknya masih ada 30 perusahaan fintech

10
lending yang sedang dalam proses mendaftar ke OJK. Lalu terdapat 10
perusahaan fintech yang datang dan berniat untuk mengajukan izin.

Bisnis fintech lending dalam negeri memang terhitung berkembang


pesat. Data OJK mencatat, hingga kuartal III 2017, penyaluran pinjaman
telah mencapai Rp 1,4 triliun. Jumlah tersebut naik 497% dari realisasi
Desember tahun lalu yang hanya tercatat Rp 242,49 miliar. “Dari yang
sudah terdaftar 22 fintech kami juga dorong untuk ekspansi wilayah
untuk membangun Indonesia dari pinggir,” terang Hendrikus, baru-baru
ini.

Salah satu pemicu pertumbuhan P2P Lending di Indonesia adalah


masih sangat rendahnya inklusi keuangan di Indonesia. Asosiasi
FinTech Indonesia melaporkan masih ada 49 juta UKM yang belum
bankable di Indonesia yang umumnya disebabkan karena pinjaman
modal usaha mensyaratkan adanya agunan. P2P Lending dapat
menjembatani UKM peminjam yang layak/credit worthy menjadi
bankable dengan menyediakan pinjaman tanpa agunan.

Laporan lembaga konsultan Oliver Wyman[4] menyebutkan bahwa


Indonesia memiliki lebih dari 57 juta usaha mikro; namun, hanya sekitar
1% di antara mereka yang mampu berkembang menjadi UKM (Usaha
Kecil dan Menengah). Salah satu penyebab utamanya keterbatasan
akses pendanaan dan kredit bagi pengusaha mikro, yang diproyeksikan
mencapai US$ 54 miliar di tahun 2020, Sementara, di sisi lain, dari sisi
supply terdapat banyak dana menganggur dari orang - orang kaya, yang
selama ini hanya ditempatkan di deposito dan instrumen investasi lain,
sejumlah US$ 210 miliar.

Hasil ini sejalan dengan riset World Bankbeberapa tahun lalu yang
menemukan bahwa hanya 17% orang Indonesia meminjam dari Bank
dan alasan tidak bisa meminjam ke bank adalah keterbatasan

11
persyaratan dokumen, dan tidak memiliki jaminan. Meskipun bank di
Indonesia salah satu yang paling untung di dunia, tetapi karena kondisi
pasar yang oligopolistik menyebabkan perbankan tidak banyak
menyalurkan kredit ke sektor pinjaman mikro.

Dalam kondisi, rendahnya akses sektor mikro terhadap pinjaman,


P2P Lending hadir sebagai penghubung pemilik dana dan peminjam. Di
dunia, fenomena Peer to Peer Lending sudah berkembang pesat
beberapa dekade sebelumnya. Pertama kali hadir di United Kingdom
dengan provider P2P Zopa di tahun 2005. Saat ini, salah satu yang
pertumbuhan industri P2P paling cepat adalah di China.

Menurut keterangan resmi OJK, sampai Maret 2018, jumlah


penyedia dana fintech peer to peer lending sebanyak 145.965 entitas
atau meningkat 44,61 persen (ytd). Jumlah peminjam mencapai
1.032.776 orang atau meningkat 297,78 persen (ytd). Nilai pinjaman
sebesar Rp4,47 triliun atau meningkat 74,45 persen (ytd) dengan rasio
nilai pinjaman macet sebesar 0,55 persen atau menurun dibanding
Desember 2017 sebesar 0,99 persen.

4.1.2 Kelebihan dan Kekurangan P2P Lending


Kelebihan
• P2P Lending sudah resmi diatur dan diawasi oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) lewat Peraturan OJK nomor 77/POJK.01/2016.
• Memberikan pinjaman sangat mudah dan cepat dengan P2P
Lending, khususnya jika Anda memiliki dana lebih namun tidak
tahu harus mengalokasikannya ke mana.
• Suku bunga pinjaman yang diterima memiliki nilai yang signifikan,
sehingga lebih menguntungkan.
• Memberikan pinjaman melalui sistem P2P Lending ini juga
memudahkan Anda untuk mendiversifikasi investasi Anda,

12
sehingga memperbesar kesempatan untuk meraup keuntungan yang
lebih besar.

Kekurangan
• Jika Anda menginvestasikan uang melalui P2P Lending, Anda tidak
bisa menarik uang yang Anda investasikan kapan pun Anda mau,
tidak seperti menyetor uang ke bank.
• Ada kemungkinan bahwa si peminjam akan gagal dalam
mengembalikan uang pinjamannya, sehingga dana yang Anda
pinjamkan bisa lenyap. Namun hal ini sudah diatasi oleh mayoritas
platform Peer to Peer Lending dengan jaminan yang diberikan
kepada Anda sebagai pendana.

4.1.3 Penerapan P2P Lending


Pesatnya perkembangan tekfin di Indonesia dapat dilihat dari data
yang dirilis oleh Asosiasi Fintech Indonesia. Asosiasi ini mencatat
adanya loncatan pertumbuhan tekfin dari 9% di rentang tahun 2013-
2014 menjadi 78% di 2015-2016. Hingga akhir 2016, tercatat sejumlah
156 perusahaan yang bergerak di sektor tekfin. Nilai transaksi layanan
tekfin pun diperkirakan mencapai 15.02 miliar dolar AS pada tahun
2016.
Munculnya platform UangTeman, Modalku, Cicil dan banyak tekfin
lain akibat ramainya pendanaan investor membuat masyarakat semakin
mudah untuk mengakses jasa finansial. Dari berbagai layanan yang
ditawarkan oleh tekfin, 25% diantaranya adalah sektor pinjaman dan
pembiayaan personal atau peer to peer landing (P2P). Berbeda dengan
Amerika Serikat yang sudah mengenal skema ini sejak 2009, di
Indonesia, skema ini masih terbilang baru. Akan tetapi, survei yang
diselenggarakan oleh Investree, startup fintech dengan skema P2P,
menyatakan bahwa jumlah penyaluran pinjaman melalui skema ini telah
mencapai angka 22.2 miliar rupiah per September 2016. Data ini

13
mengindikasikan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap skema ini
mulai meningkat.
Kehadiran P2P bukanlah hal yang baru. Sejak krisis 2008,
penggunaan P2P untuk mendapatkan kredit banyak dilakukan oleh
investor. Pinjam-meminjam tersebut dapat terjadi karena rendahnya
bunga pinjaman dan rendahnya tingkat gagal bayar. Hal ini
menyebabkan P2P dapat tumbuh dan berkembang. Secara khusus,
kehadiran P2P diakibatkan oleh beberapa hal seperti kondisi makro yang
membaik, perubahan demografi, perilaku konsumen, pertumbuhan
pembiayaan, dan keuntungan dalam hal regulasi.
Akan tetapi, harus disadari bahwa perkembangan layanan P2P juga
terjadi di Indonesia. Banyaknya pengguna yang memakai P2P di
Indonesia tidak dapat dilepaskan dari perkembangan kredit konsumsi
dan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).
Grafik 1. Posisi Kredit Konsmsi dan UMKM Indonesia

Sumber: Bank Indonesia (2017)


Grafik di atas menunjukkan bahwa perkembangan kredit mengalami
kenaikan dari sisi nominal. Di sisi lain, pertumbuhan generasi muda juga
semakin besar. Hal ini ditunjukkan dengan komposisi pemuda usia 21
tahun sampai 25 tahun yang mengalami peningkatan hingga mencapai 33.6
persen dari keseluruhan pemuda pada tahun 2015.

14
4.2 Akad-Akad Syariah
Perbedaan yang nyata antara perbankan syariah dan perbankan
konvensional adalah bahwa di perbankan syariah dikenal akad dalam prinsip
syariah. Definisi akad menurut undang-undang perbankan syariah no 21 tahun
2008 bahwa akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS
dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing
pihak sesuai dengan prinsip syariah. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam
dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga
yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang Syariah.
Kontrak atau Akad dalam bahasa arab adalah ‘uqud jamak dari ‘aqd, yang
secara bahasa arti nya, mengikat, bergabung, mengunci, menahan, atau dengan
kata lain membuat suatu perjanjian. Di dalam Hukum Islam, aqd artinya
“gabungan atau penyatuan dari penawaran (Ijab) dan penerimaan (qabul)”
yang sah sesuai dengan hukum Islam. Ijab adalah penawaran dari pihak
pertama, sedangkan qabul adalah penerimaan dari penawaran yang disebutkan
oleh pihak pertama.
4.2.1 Jenis-Jenis Akad Syariah
1) Akad Mudharabah
Secara teknis, mudharabah merupakan akad kerja sama di
bidang usaha baik antara pemilik dana (malik, shahibul mal, atau
nasabah) dan pengelola dana (‘amil, mudharib, atau Bank Syariah)
untuk dibuat sebuah usaha dan dikelola baik laba dibagi atas dasar
nisbah bagi hasil menurut kesepakatan baik pihak pertama maupun
pihak kedua. Namun, bila terjadi kerugian maka akan ditanggung
oleh si-pemilik dana kecuali disebabkan oleh pengelola dana itu
sendiri.
Akad Mudharabah memang biasa disebut sebagai suatu
transaksi pendanaan atau investasi yang menggunakan kepercayaan
sebagai modal utamanya. Seperti halnya pemilik dana, memang
sengaja memberikan dana pada pengelola untuk diolah agar lebih
bermanfaat dan lebih menguntungkan. Dari pengertian dan sikap
awalnya saja, akad ini membutuhkan rasa percaya antara pihak yang

15
terlibat. Dalam istilah ekonomi, mudharabah biasa disebut trust
financing yang memang bermodalkan keperayaan untuk
membangun sebuah transaksinya.
Berikut ini adalah skema yang menjelaskan bagaimana
akad mudharabah bisa bergulir hingga menghasilkan sebuah usaha.

Sumber:https://dosenakuntansi.com/akad-mudharabah
Gambar 1.2: Skema Akad Mudharabah l,f;;,; m;m;m

Dilihat dari skemanya, pemilik dana dan pengelola dana


sama-sama memiliki hubungan dengan tujuan utama dari akad
mudharabah yakni proyek usaha. Namun, ditinjau dari skema,
pemilik dana memang memegang peranan penting dalam majunya
usaha tersebut dan gagalnya usaha tersebut.
2) Akad Musyarakah
Akad musyarakah atau biasa disebut Al-Musyarakah adalah
akad kerjasama antara kedua belah pihak atau kemungkinan lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak akan
memberikan kontribusi dana atau biasa disebut expertise, dengan
memiliki kesepakatan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan
kesepakatan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
porsi dana masing-masing.
3) Akad Wadi’ah
Wadiah menurut bahasa adalah barang atau uang yang
dititipkan orang lain supaya dijaga. Sedangkan menurut
istilah Wadiah adalah pemberian otoritas pemilikan suatu barang
atau uang kepada orang lain agar dijaga secara jelas dan tegas. Para

16
ulama dari kalangan mazhab Maliki, Syafi‟i, dan Hambali
(jumhurul ulama) mendefinisikan Wadiahsebagai mewakilkan
orang lain untuk memelihara harta tertentu dengan cara tertentu.
Sedangkan ulama mazhab Hanafi berpendapat wadiahadalah
mengikut sertakan orang lain dalam memelihara hartabaikdengan
ungkapan yang jelas, melalui tindakan, maupun isyarat.
4) Akad Salam
Salam atau disebut juga salaf adalah jual beli barang yang
ditunda penyerahannya yang disifati (dengan jelas) dan masih dalam
tanggungan si penjual dengan bayaran yang didahulukan atau
dengan syarat yang telah ditentukan. Dalil tentang disyari'atkannya
salam adalah hadits dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma. Beliau
berkata,"Ketika Nabi SAW tiba di Madinah, penduduk Madinah
menjual buah-buahan dengan pembayaran di muka, sedangkan
buah-buahan yang dijualnya dijanjikan mereka dalam tempo
setahun atau dua tahun kemudian.”
5) Akad Isthisna
Akad isthisna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual
(pembuat shani’). Sahni akan menyiapkan barang yang dipesan
sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dimana ia dapat
menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain (istishna’ parallel)
6) Akad Qardh
Menurut Syafi’i Antonio (1999), qardh adalah pemberian
harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali
atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharap imbalan.
Menurut Bank Indonesia (1999), qardh adalah akad pinjaman dari
bank (muqridh) kepada pihak tertentu (muqtaridh) yang wajib
dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman dan waktu
yang telah ditentukan dan disepakati.

17
7) Akad Ijarah
Akad Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa (Ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang tersebut. Akad ijarah hampir mirip dengan
sewa menyewa pada transaksi konvensional, sewa menyewa dalam
transaksi Ijarah terjadi antara bank sebagai pihak yang menyewakan,
dan Nasabah sebagai penyewa, dengan mengacu pada objek yang di
sewakan. Namun demikian, dalam transaksi Ijarah, sewa menyewa
tersebut dapat digunakan sebagai mekanisme pembiayaan dengan
skema syariah.

8) Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT)


Yang dimaksud dengan akad ijarah muntahiyah bittamlik
adalah akad sewa atau akad penyediaan dana dalam rangka
pemindahan hak guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa
berdasarkan transaksi sewa dengan opsi pemindahan kepemilikan
barang.
9) Akad Hawalah
Secara etimologi, al Hawalah berarti pengalihan,
pemindahan, perubahan warna kulit, memikul sesuatu diatas
pundak. Sedangkan secara terminologi al hawalah didefinisikan
dengan: Pemindahan kewajiban membayar hutang dari orang
membayar hutang (al Muhil) kepada orang yang berhutang lainya
(al muhtal alaih).

4.2.2 Akad Syariah di dalam Investree


Di dalam investree, pembiayaan tagihan atau invoice
financing syariah adalah produk mendanai yang dijamin oleh tagihan
atau invoice, dirancang dengan menggunakan skema syariah melalui
Akad Al Qardh untuk pemberian dana talangan dan Akad Wakalah Bil
Ujrah untuk mendapatkan keuntungan atau ujrah.

18
Akad Al Qardh adalah akad pembiayaan atau penyaluran dana
kepada Penerima Pembiayaan dengan ketentuan sebagai berikut:
Penerima Pembiayaan wajib mengembalikan dana yang diterimanya
kepada Lembaga Keuangan Syariah (LKS) atau kepada Pemberi
Pembiayaan lainnya pada waktu yang telah disepakati oleh Penerima
Pembiayaan dengan LKS atau Pemberi Pembiayaan.
Wakalah Bil Ujrah adalah jenis akad di mana salah satu pihak
memberikan kuasa kepada pihak lain untuk melakukan tindakan yang
diperlukan atas nama pemberi wakalah atau kuasa. Dan
atas wakalah tersebut, penerima kuasa akan menerima ujrah atau upah.

4.3 Kesesuaian Akad Syariah dalam Investree


4.3.1 Investree
Investree adalah perusahaan teknologi finansial di Indonesia dengan
sebuah misi sederhana, sebagai online marketplace yang
mempertemukan orang yang memiliki kebutuhan pendanaan dengan
orang yang bersedia meminjamkan dananya. Tak hanya meningkatkan
perolehan Lender, Investree juga membuat pinjaman menjadi lebih
terjangkau dan mudah diakses bagi Borrower.
PT. Investree Radhika Jaya (Perusahaan) merupakan badan hukum
yang didirikan berdasarkan Hukum Republik Indonesia. Sejak tanggal
31 Mei 2017 lalu, Investree telah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa
keuangan (OJK). Berdiri sebagai perusahaan yang telah terdaftar dan
dalam pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Indonesia,
Perusahaan menyediakan layanan interfacing sebagai penghubung
pihak yang memberikan pinjaman dan pihak yang membutuhkan
pinjaman meliputi pendanaan dari individu, organisasi, maupun badan
hukum kepada individu atau badan hukum tertentu. Perusahaan tidak
menyediakan segala bentuk saran atau rekomendasi pendanaan terkait
pilihan-pilihan dalam situs ini.
Isi dan materi yang tersedia pada situs investree.id dimaksudkan
untuk memberikan informasi dan tidak dianggap sebagai sebuah

19
penawaran, permohonan, undangan, saran, maupun rekomendasi untuk
menginvestasikan sekuritas, produk pasar modal, atau jasa keuangan
lainya. Perusahaan dalam memberikan jasanya hanya terbatas pada
fungsi administratif.
Pendanaan dan pinjaman yang ditempatkan di rekening Investree
adalah tidak dan tidak akan dianggap sebagai simpanan yang
diselenggarakan oleh Perusahaan seperti diatur dalam Peraturan
Perundang-Undangan tentang Perbankan di Indonesia. Perusahaan atau
setiap Direktur, Pegawai, Karyawan, Wakil, Afiliasi, atau Agen-
Agennya tidak memiliki tanggung jawab terkait dengan setiap gangguan
atau masalah yang terjadi atau yang dianggap terjadi yang disebabkan
oleh minimnya persiapan atau publikasi dari materi yang tercantum pada
situs Perusahaan.

Risiko Pendanaan adalah kemungkinan terjadinya kerugian terhadap


pendanaan yang dilakukan oleh Lender. Untuk itu, Lender dianjurkan
untuk mempertimbangkan berbagai macam risiko yang diprediksi bisa
terjadi sebelum memberikan pinjaman melalui platform Investree.
Meskipun Investree memiliki sistem credit-scoring yang akurat, tim
penilai kredit yang kompeten, dan hanya akan memberikan pinjaman
kepada badan atau perorangan yang memiliki tingkat kelayakan kredit

20
yang baik, namun risiko yang melekat pada pendanaan Anda tidak
dapat sepenuhnya dihindarkan.
Dalam setiap kegiatan pendanaan, Lender selalu memiliki
potensi kehilangan seluruh pendanaannya atau mendapati pembayaran
pokok dan bunga yang akan diterima terpengaruh oleh beberapa hal.
Untuk menghindarinya, Anda dapat mempelajari terlebih dahulu risiko-
risiko berikut ini untuk kemudian menentukan langkah yang tepat
dalam melakukan pendanaan.
Dengan fasilitas pendanaan yang ditawarkan oleh Investree saat ini
yaitu sistem mitigasi risiko berupa credit-scoring, verifikasi,
dan credit-grading yang lengkap sebagai layanan tanpa agunan, namun
kemungkinan terjadinya gagal bayar
oleh Borrower pada platform kami akan tetap ada. Level akurasi
dari credit-scoring dan grading yang digunakan juga tidak
dapat merefleksikan kondisi dan karakter kredit Borrower secara utuh.
Selain itu, Borrower bisa mengalami gagal bayar karena kondisi di luar
dugaan seperti sakit keras atau meninggal dunia.

Oleh karena itu, apabila Borrower mengalami wanprestasi atau


gagal bayar atas pinjamannya, Investree akan segera menginformasikan
kepada Lender dan melakukan usaha-usaha penagihan
kepada Borrower sebagai komitmen kami untuk mendapatkan
penyelesaian yang menguntungkan bagi semua pihak, terlebih Lender.
Usaha penagihan akan dijalankan melalui Unit Penagihan Pihak
Ketiga dengan upaya-upaya yang sesuai dengan koridor hukum yang
berlaku. Meskipun demikian, Investree tidak dapat menjamin
kesuksesan dari Pihak Ketiga atau upaya-upaya hukum untuk
menagihkan sisa pinjaman sehingga Lender tetap dapat mengalami
kerugian sepenuhnya dari pendanaan yang ditanamkan.
Fraud merupakan kondisi dimana Borrower bukanlah pemilik
identitas sebenarnya sehingga terdapat kemungkinan tidak dilakukan
pembayaran sama sekali. Borrower bisa jadi meupakan korban

21
pencurian identitas atau oknum yang melakukan pemalsuan informasi
gaji dan kewajiban utang yang dapat mempengaruhi kemampuan bayar
mereka. Untuk mengindarinya, pihan Investree memproteksi Lender
dengan system pengamanan dan manajemen risiko.
Pihak yang bisa meminjam harus memenuhi criteria sebagai berikut:
1. Berusia 21 tahun atau lebih.
2. Terdaftar sebagai karyawan di perusahaan yang bekerjasama
dengan Investree.
3. Berpenghasilan tetap dengan jumlah minimal Rp 3.100.000.
4. Memiliki kelengkapan dokumen: KTP, NPWP, Surat Keterangan
Kerja, dan slip gaji.

Interest Rates and Fees (Tingkat dan Biaya Suku Bunga)


1. Transparan. Tanpa biaya tambahan apapun. Bebas biaya
pendaftaran maupun pengajuan pinjaman. Beban biaya hanya
berlaku ketika pinjaman Anda berhasil didanai oleh para Pendana.
Bagi Anda yang sedang memiliki kebutuhan pembiayaan, pelajari
terlebih dahulu biaya-biaya yang akan dibebankan saat Anda telah
berstatus “Disbursed”. Begitu juga dengan Pendana, hanya pokok
pendanaan dan bunga yang akan Anda terima sepenuhnya.

22
2. Biaya Bunga. Biaya bunga akan mengacu pada tingkat risiko yang
dihasilkan dari proses credit-scoring oleh Tim Analis Investree.
Saat Calon Borrower mengajukan aplikasi pinjaman, Investree
secara otomatis akan menganalisis setiap data, dokumen, dan
keterangan lainnya yang diajukan oleh Calon Borrower. Hasil
analisis tersebut akan menghasilkan loan grade sebagai penentu
tingkat dan biaya bunga yang harus dibayarkan oleh Borrower.

23
- Biaya Platform. Investree membebankan Biaya Platform sebesar
3% – 5% tergantung pada loan grade yang diberikan kepada setiap
aplikasi pinjaman. Harga akan dikenakan secara otomatis ketika
pinjaman dicairkan kepada Borrower.
- Biaya Keterlambatan. Apabila Borrower mengalami keterlambatan
dalam membaya pinjaman atau tidak sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan, Investree akan membebankan Biaya
Keterlambatan per harinya.
- Biaya Asuransi. Khusus untuk Employee Loan atau Pembiayaan
Karyawan, Investree mewajibkan Borrower untuk berpartisipasi
pada asuransi jiwa kredit, berfungsi untuk mengambil alih
kewajiban Borrower terhadap Pendana ketika terjadi keadaan kahar
yang tidak diinginkan.
- Denda Pembatalan Pinjaman. Investree akan membebankan denda
apabila Borrower membatalkan pinjaman. Jika pembatalan
pinjaman dilakukan setelah pemberi pinjaman berpartisipasi,
maka Borrower dikenakan denda sebesar 1% dari nilai pinjaman
atau maksimal Rp 2.500.000 ditambah 50% dari nilai bunga,
terhitung sejak tanggal pembatalan sampai dengan tanggal jatuh
tempo pinjaman. Sebaliknya, jika pembatalan pinjaman dilakukan
sebelum pemberi pinjaman berpartisipasi, maka Borrower tidak
dikenakan denda, partisipasi dari masing-masing pemberi pinjaman
pun akan dikembalikan. Denda ini berlaku untuk Pinjaman Bisnis
dan Pinjaman Personal.
- Denda Pembayaran Dipercepat. Investree tidak membebankan
denda terhadap pembayaran dipercepat untuk produk Pinjaman
Bisnis, namun Borrower memiliki kewajiban untuk membayar
bunga senilai nominal yang telah disepakati di awal sebagai bentuk
komitmen kepada para pemberi pinjaman. Denda pembayaran
dipercepat hanya akan dibebankan kepada Borrower untuk produk
Pinjaman Personal sebesar dua bulan bunga.

24
4.3.2 Analisis Kesesuaian Akad
Penulis Menganalisis berdasarkan Studi Literatur dan referensi di
internet, bahwa Akad Akad yang terdapat didalam bisnis investree
adalah akad Al Qardh dan Akad Wakalah Bil Ujrah, yang dimana akad
akad tersebut berasal dari produk investree Syariah, investree Syariah
sendiri adalah anak usaha dari investree yang bergerak dibidang P2P
lending dengan menggunakan sistem dan transaksi berbasis Syariah.

4.3.2 Hasil Analisis


Berdasarkan analisis oleh penulis, didapatkan bahwa Investree
terdiri dari 2 skema transaksi, yaitu skema konvensional dan skema
Syariah, dimana pada skema konvensional masih terdapat bunga dalam
peminjaman maupun pendanaan, sedangkan didalam skema Syariah
terdapat 2 akad yang sesuai dengan akad Syariah, Akad Al Qardh
sebagai pemberian dana talangan dari Lender dan Akad Wakalah Bil
Ujrah yaitu pemberi dana yaitu Lender mendapatkan dana nya kembali
dan juga mendapatkan keuntungan atau ujrah dari peminjam dana
borrower. Besarnya Ujrah didapatkan atas kesepakatan yang dibuat
dalam marketplace Investree dan disanggupi oleh borrower saat ingin
meminjam dana dalam investree.

25
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
P2P (peer to peer) Lending adalah penyelenggaraan layanan jasa keuangan
untuk mempertemukan Pemberi Pinjaman dengan Penerima Pinjaman dalam
rangka melakukan perjanjian pinjam meminjam melalui sistem elektronik dengan
menggunakan jaringan internet.
Investree sebagai salah satu penyedia layanan peer-to-peer lending
marketplace di Indonesia yang akan membantu peminjam dan pemberi pinjaman
mendapatkan deal yang baik untuk meraih tujuan finansial secara efektif dan
efisien. Dalan proses transaksinya, Investree memiliki 2 skema transaksi, yaitu
skema konvensional dan skema Syariah, dimana pada skema konvensional masih
terdapat bunga dalam peminjaman maupun pendanaan, sedangkan didalam skema
syariah dirancang dengan menggunakan Akad Al Qardh untuk pemberian dana
talangan dan Akad Wakalah Bil Ujrah untuk mendapatkan keuntungan atau ujrah.

5.2 Saran
Berdasarkan pada permasalahan yang diangkat yaitu mengenai “Kesesuaian
Akad Syariah dengan Strategi Bisnis Investree”, maka dari itu penulis
memberikan saran sebagai berikut:
1. Agar pengguna P2P Lending lebih memerhatikan alur transaksi dalam
produk P2P Lending yang seperti dijelaskan diatas yaitu Investree lebih jeli,
agar terhindar dari Harta Riba dan akan merugikan dirinya sendiri.
2. Lebih pintar dalam menggunakan produk P2P Lending, misalkan ingin
meminjam uang dalam produk P2P Lending, ia harus yakin dapat
mengembalikan uang tersebut dan dijadikan modal untuk memperoleh
keuntungan dari modal uang yang ia pinjam dalam P2P Lending.
3. Pihak produk P2P Lending juga tidak hanya berorientasi kepada keuntungan
semata, tetapi berorientasi juga kepada keberkahan yang telah membantu

26
orang lain yang membutuhkan uang sehingga produk yang ditawarkan dapat
diterima oleh banyak orang yang membutuhkan produk tersebut.
4. Penelitian ini jauh dari kata sempurna, baik itu karena keterbatasan waktu
maupun terkait dengan sumber yang penulis dapatkan, maka dari itu bagi
pihak yang ingin mengembangkan penulisan ini diperlukan penelitian yang
lebih mendalam lagi sehingga dapat melengkapi penulisan ini menjadi lebih
baik.

27
DAFTAR PUSTAKA

Investree,2017, Cara Kerja P2P Lending, (online), (http://www.investree.id/how-


it-works, diakses tanggal 17 Mei 2018)
Investree,2017, Pertanyaan yang Sering Ditanyakan Tentang Investree, (online),
(http://www.investree.id/how-it-works/general-faq , diakses tanggal 17 Mei
2018)
Investree,2017, Pertanyaan yang Sering Ditanyakan Tentang Investree Syariah,
(online), (http://www.investree.id/syariah/faq-syariah/general, diakses
tanggal 17 Mei 2018)
Koinworks, 2018, Semua yang Perlu Anda Ketahui Tentang Peer to Perr Lending
(P2P), (online), (https://Koinworks.com/blog/ketahui-tentang-peer-peer-
lending, diakses pada tanggal 17 Mei 2018)
Wikipedia, 2018, P2P Lending, (online),
(http://id.m.wikipedia.org/wiki/P2P_Lending, diakses pada tanggal 17 Mei
2018)
Hardian, 2017, 5 Situs Investasi P2P Lending Indonesia buat Para Investor Zaman
Now, (online), (http://www.moneysmart.id/5-situs-investasi-p2p-lending-
indonesia-investor-zaman-now, diakses pada tanggal 17 Mei 2018)
Muamalat, Bank, 2016, Mengenal Akad Perbankan Syariah, (online),
(http://www.bankmuamalat.co.id/edukasi-perbankan/mengenal-akad-
perbankan-syariah, diakses pada tanggal 18 Mei 2018)

28
29

Anda mungkin juga menyukai