Anda di halaman 1dari 17

1

MAKNA UANG
DALAM PERSPEKTIF MAHASISWA AKUNTANSI
(Studi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang)

Oleh:
Pratiwi Dian Mawarni

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak., CA
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya

Abstract: The Meaning of Money From The Perspective of College Students Major in Accounting
(Study at Economic and Business Faculty of Malang Brawijaya University). This research aims to
explain and to elaborate the understanding of the meaning of money from the point of view of college
students major in accounting. It is worth to take a deep look of the meaning of money from the point
of view of college students major in accounting because money enters into everything means from the
first until the last term at college. The method used in this research is qualitative approach with
interpretive paradigm, the inductive model used as data analysis. From seven participants through
deep interview, the research found five meanings of money which are: (1) the meaning of money as
measurement of somebody’s attitude; (2) the meaning of money as measurement of somebody’s
ethical and moral conduct; (3) the meaning of money as a tool to reach the future (life and after-life
investment); (4) the meaning of money as creating happiness through the real wealth; (5) the meaning
of money as regarding highly on simplicity.
Abstrak: Makna Uang Dalam Perspektif Mahasiswa Akuntansi (Studi Pada Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang). Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan
menjabarkan makna uang dalam perspektif mahasiswa akuntansi. Makna uang sangat menarik apabila
dilihat dari kacamata mahasiswa jurusan akuntansi karena kentalnya keterlibatan mahasiswa dengan
uang yang dimulai sejak semester awal sampai akhir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif dalam ranah interpretif dengan analisis data model induktif. Hasil temuan
makna yang dapat digali dari tujuh keterangan informan melalui wawancara mendalam adalah sebagai
berikut: (1) makna uang sebagai tolok ukur perilaku dan sikap; (2) makna uang sebagai penunjuk kuat
atau lemah etika seseorang; (3) makna uang sebagai alat untuk mencapai sesuatu di masa depan
(investasi dunia dan akhirat); (4) makna uang sebagai pencipta kebahagiaan melalui kekayaan yang
hakiki; (5) memaknai uang untuk menjunjung tinggi nilai kesederhanaan.
Kata Kunci: uang, makna, mahasiswa akuntansi

“Jane arep kuliah po arep model?!” kebanyakan ditunjang dari buah hasil dari
Penelitian ini berangkat dari ketertarikan kerja keras orang tua mereka. Anak memang
peneliti terhadap kalimat yang dilontarkan mendapat hak untuk mengenakan apa yang
salah satu teman mahasiswa akuntansi. Ia dibelikan oleh orang tua, tetapi kebebasan
berkata demikian karena melihat penampilan berlebih yang diberikan oleh orang tua
sebagian mahasiswa yang berada di kadang membuat penampilan sang anak juga
lingkungan Program S1 Akuntansi terlihat berlebihan.
begitu mencolok. Penampilan tersebut adalah Penampilan berlebihan yang ditunjukkan
sepatu hak tinggi berkelas, baju dan tas ber- oleh para mahasiswa mengindikasikan
merk mahal, mobil mewah dan dandanan menjalarnya dampak negatif globalisasi
menor seperti selebriti. Penampilan tersebut berupa paham kapitalisme yang didominasi
2

oleh Amerika Utara, Eropa Barat dan Jepang. melakukan apapun demi terpenuhinya
Dampak tersebut turut dirasakan oleh kepuasan untuk memiliki uang sebanyak-
mahasiswa di mana corak hedonisme dan banyaknya. Sedemikian kuatnya pengaruh
konsumerisme lebih dikedepankan. uang sehingga dapat mengubah pemikiran
dan perilaku seseorang (Vohs, Mead, &
Hedonistic Consumerism oleh Migone
Goode, 2006, 2008 dalam Qouidbach et al,
(2004) dipaparkan sebagai perubahan pola
2010).
konsumsi yang terjadi setelah Perang Dunia,
II di mana gejalanya adalah sebagai berikut: Gino & Pierce (2009) dan Low, Davey,
(1) Sistem ekonomi bergerak karena & Hooper (2006) melakukan penelitian yang
dorongan konsumerisme, di mana jumlah menghasilkan hipotesis presensi dari
barang dan jasa yang dikonsumsi melebihi kekayaan yang melimpah akan memicu
ambang batas dan laju mengonsumsi barang orang untuk berlaku tidak etis demi
dan jasa luar biasa cepat; (2) Sebagian besar kepentingan pribadi.
masyarakat berkonsumsi untuk memenuhi Tidak sampai di situ saja, presensi dari
hasrat kepuasan atas keinginan (wants) kekayaan yang melimpah akan memicu
dibanding dengan kebutuhan (needs) mereka. perasaan iri sebagai perantara timbulnya
Pola hidup yang demikian akan memicu perilaku tidak etis dan eksploitasi
degradasi moral yang tidak dapat dibendung keuntungan pribadi. Peperangan akan
karena banyak orang yang menghambur- kebutuhan material pada masa modern ini
hamburkan uang hanya untuk memenuhi seakan telah menjadi suatu kebudayaan yang
gaya hidup yang hedonis dan konsumtif. Hal mendikte bagaimana kita hidup untuk
tersebut juga membuat Orang-orang memenuhi kualitas hidup yang bagus.
cenderung mengedepankan uang sebagai Kebudayaan ini lantas dikenal dengan
simbol prestise dan sejauh mana budaya uang (money culture).
kekuasaannya berpengaruh. Masyarakat Berbeda dengan penelitian sebelumnya,
dengan mindset seperti ini menurut Ludigdo riset yang dilakukan oleh Xie, Yu, Zhou,
(2008), adalah cerminan dari masyarakat Sedikides & Vohs (2012) menjustifikasi
modernisme yang jauh mengedepankan bahwa pangkal masalah dari tindakan tidak
materialisme di atas idealisme. etis bukanlah karena presensi uangnya,
Gaya hidup yang hedonis dan tetapi pelaku itu sendiri.
konsumtif, tidak terlepas dari pengaruh Uang dijelaskan bukanlah sesuatu yang
lingkungan dengan kekayaan yang baik, tetapi bukanlah sesuatu yang jahat pula.
berlimpah. Lingkungan dengan kekayaan Jika seseorang bertindak tidak bermoral
yang berlimpah, memprovokasi timbulnya (immoral), maka yang patut disalahkan
perasaan iri terhadap kekayaan yang lain adalah pelakunya. Uang tidak dapat
sehingga memicu untuk bertindak tidak etis
dijadikan kambing hitam dan tidak dapat
(Gino & Pierce, 2009). dijadikan alasan jika pelaku melakukan
Contoh kecil dari tindakan tidak etis ini tindakan tidak bermoral tersebut.
dapat berupa mengambil uang di dompet Begitu juga dengan yang diutarakan
tanpa seizin orang tua atau berbohong independen Komisi Pemberantasan Korupsi
kepada orang tua agar uang saku ditambah (KPK) Indonesia melalui buku pendidikan
dengan alasan yang dibuat-buat. Jika anti korupsi yang dibuatnya. Salah satu
perilaku tersebut terbawa sampai dewasa,
penjelasan menarik mengenai penyebab
maka sangat memungkinkan akan memicu korupsi pada Buku Pendidikan Anti Korupsi
permasalahan yang lebih serius, yaitu adalah cara memandang kekayaan yang salah
korupsi. (Puspito dkk, 2011, hal.47). Mengutip Nur
Perilaku tidak etis semacam korupsi Syam (2000) dalam buku tersebut
timbul karena orang-orang cenderung dikemukakan bahwa:
3

“penyebab seseorang melakukan semester akhir, mahasiswa Akuntansi sangat


korupsi adalah karena ketergodaannya kental dengan uang, seperti menghitung uang
akan dunia materi atau kekayaan yang mulai dari bilangan ribuan sampai jutaan dan
tidak mampu ditahannya. Ketika dari rupiah sampai dollar. Apakah
dorongan untuk menjadi kaya tidak lingkungan yang sarat terhadap pengelolaan
mampu ditahan sementara akses ke arah uang juga mempengaruhi preferensi mereka
kekayaan bisa diperoleh melalui cara yang berlebih terhadap uang?
berkorupsi, maka jadilah seseorang akan Penelitian ini diharapkan dapat
melakukan korupsi. Dengan demikian, mengetahui pemaknaan uang oleh
jika menggunakan sudut pandang mahasiswa Akuntansi, Fakultas Ekonomi
penyebab korupsi seperti ini, maka salah dan Bisnis, Universitas Brawijaya. Apa yang
satu penyebab korupsi adalah cara dilakukan pada masa muda sangatlah krusial
pandang terhadap kekayaan. Cara bagi mahasiswa untuk dapat
pandang terhadap kekayaan yang salah mengembangkan dirinya. Mengembangkan
akan menyebabkan cara yang salah diri tidak dinilai dari sisi material semata,
dalam mengakses kekayaan.” (hal. 40). tetapi juga dari sisi mindset, perilaku dan
Cara pandang yang salah terhadap sikap para mahasiswa memaknai uang.
kekayaan dan uang, tidak menutup Untuk mengungkap makna uang dalam
kemungkinan untuk melakukan tindak perspektif mahasiswa, penelitian ini
koruptif di masa depan. Profesionalisme pun dijembatani oleh Teori Interaksionisme
akan dipertanyakan karena menyimpang dari Simbolik, yang digagas oleh George Herbert
apa yang diharapkan masyarakat. Riset
Mead dan Herbert Blumer (Afdjani &
sebelumnya yang dilakukan oleh Ludigdo Soemirat, 2010; Bumolo, 2013).
(2008), menegaskan bahwa hancurnya
profesionalisme seseorang adalah karena Rohim (2006) dalam Prasetyo (2012)
terdapat kesalahan dalam memaknai uang. mengemukakan, bahwa teori interaksionisme
Uang dijadikan simbol kekayaan sekaligus simbolik menekankan pada dua hal, yaitu
simbol keberhasilannya berkecimpung dalam pertama, individu dalam masyarakat tidak
profesi. pernah lepas dari interaksi sosial. Kedua,
interaksi dalam masyarakat diwujudkan
Dengan adanya dua fenomena yang dalam simbol-simbol tertentu yang sifatnya
saling bertentangan di atas, peneliti ingin cenderung dinamis.
mengetahui lebih lanjut seberapa jauh peran
uang dalam kehidupan sehari-hari. Subyek Jadi, dapat disimpulkan bahwa interaksi
dari penelitian ini ditekankan pada antarindividu terdapat komunikasi yang
mahasiswa yang merupakan harapan berlangsung dengan pertukaran simbol,
masyarakat untuk dapat berkontribusi pertukaran simbol tersebut kemudian
dengan baik di masa depan. Oleh karena itu, diinterpretasikan untuk lahir menjadi makna.
penting dilakukan penelitian untuk Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengkaji
mengeksplorasi pemikiran mahasiswa cara mahasiswa berinteraksi dengan uang
tentang uang. dan lingkungannya sehingga dapat
memahami uang sebagai simbol-simbol
Namun, peneliti membatasi mahasiswa tertentu, simbol-simbol tersebut kemudian
akuntansi sebagai informan dalam penelitian diinterpretasikan yang akan muncul suatu
ini. Hal ini dikarenakan keterlibatan makna.
mahasiswa dan uang yang dimulai sejak
awal kuliah hingga akhir kuliah. Apakah Para ahli perspektif interaksionisme
preferensi atas uang yang berlebihan simbolik melihat bahwa individu adalah
mempengaruhi mereka salah dalam obyek yang bisa secara langsung ditelaah dan
memaknai uang? Selain itu, sejak masuk dianalisis melalui interaksinya dengan
perkuliahan mulai dari Semester I sampai individu yang lain. Menurut Mead dalam
4

Poloma (1987), individu tidak hanya keputusasaan, keterpurukan, stress, dan


menyadari orang lain, tetapi juga mampu skizofrenia (kepribadian ganda) (Ludigdo,
menyadari dirinya sendiri (Puritamy, 2011). 2008; Haryanto, 2004). Penyakit kejiwaan
Interaksi dengan diri sendiri akan yang tidak dapat dikendalikan ini lantas
membentuk sebuah kesadaran yang bersifat diwujudkan menjadi kekerasan fisik seperti
refleksif (introspeksi diri) dan disebut self- anak yang membunuh orang tuanya,
indication oleh Blumer (Anugrahani, 2014). pemerkosaan oleh kerabat sendiri atau
Self-indication adalah proses komunikasi perpecahan antar kelompok (Walidah, 2013).
yang sedang berjalan dalam konteks sosial, Dalam setiap aspek kehidupan,
di mana individu mengetahui sesuatu, kemampuan dalam memaknai setiap perilaku
menilainya, memberikan makna, dan dan kegiatan merupakan hal yang harus
memutuskan untuk bertindak berdasarkan dilakukan manusia supaya tidak memicu
makna yang dipahaminya (Anugrahani, kekosongan batin dan jiwa dalam dirinya.
2014). Begitu penting pemaknaan hidup sehingga
Dalam penelitian ini, makna uang yang menjadi faktor krusial bagi perkembangan
lahir dari proses interaksi dan diwujudkan psikologis dan spiritualitas manusia. Jika hal
dalam simbol-simbol, mempunyai makna tersebut diabaikan, maka kemampuan
tersendiri bagi suatu individu. Makna psikologis dan spiritualitas untuk
tersebut kemudian diinterpretasikan oleh mengendalikan energi negatif dalam dirinya
individu yang menjadi dasar individu akan hilang (Kleftaras & Psarra, 2012).
tersebut bertindak. Oleh karena itu, pemaknaan dalam
Pentingnya makna disampaikan kembali setiap kegiatan, perilaku atau peristiwa yang
oleh Blumer (1969:5) yang bertumpu pada terjadi dalam hidup secara langsung/tidak
tiga premis, yaitu: (1) manusia bertindak langsung dapat membebaskan kebahagiaan
terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna dalam relung hati manusia. Kebahagiaan ini
yang ada pada sesuatu itu bagi mereka; (2) dipancarkan melalui wajah yang berseri-seri
makna tersebut berasal dari interaksi sosial (Little, Burt & Perrett, 2006), tubuh yang
seseorang dengan orang lain melalui sehat (Maddi, 1967; dikutip oleh Kleftaras &
penggunaan bahasa; (3) makna-makna Psarra, 2012) dan perilaku yang baik
tersebut disempurnakan di saat proses misalnya, saling berbagi (charitable
interaksi sosial berlangsung. behavior) (Anik, Aknin, Norton & Dunn,
2009).
Pentingnya pencarian makna dan tujuan
dalam setiap aspek kehidupan sebagaimana
METODE
diutarakan oleh Emmons (2003), tidak lain
untuk kebahagiaan jangka panjang dan Studi pada penelitian ini dilakukan di
kepuasan dalam hidup. Makna dan tujuan lingkungan Program S1 Akuntansi, Fakultas
hidup oleh seseorang dapat mengotimalisasi Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya.
dirinya untuk berkontribusi menjadi makhluk Pengambilan data dilaksanakan dengan
hidup yang lebih baik lagi. wawancara mendalam tak terstruktur,
observasi dan pencatatan (memoing).
Namun, apa yang dialami oleh manusia
modern saat ini justru menunjukkan gejala Informan dipilih dengan menggunakan
“penyakit makna” dengan stadium tinggi. teknik purposive sampling, yaitu
Ludigdo (2008) mengemukakan bahwa pengambilan anggota sampel yang dipilih
ketiadaan sensitivitas akan makna secara khusus sesuai tujuan penelitiannya
kehidupan, menjadikan manusia tersebut (Usman & Akbar, 2009 dalam Anggraini,
kering akan nilai-nilai moral. Penyakit 2013), dengan batasan: (1) telah menempuh
makna ini kemudian menjadi penyebab dari semua mata kuliah wajib akuntansi dan mata
penyakit kejiwaan seperti depresi berat, kuliah Etika Bisnis dan Profesi; (2)
5

mahasiswa semester akhir tahun 2015, atas realitas sosial yang dialaminya. Peneliti
Jurusan Akuntansi, Universitas Brawijaya, menguak pemahaman ini dengan cara
yang berusia 21 tahun. mencari penjelasan (explanation) di level
kesadaran dan subyektivitas informan
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
(Burrel & Morgan, 1979:31).
kualitatif yang berada dalam ranah
interpretif. Metode penelitian kualitatif oleh Karena faktor subyektivitas inilah yang
Sugiyono (2013) dijelaskan sebagai metode menyebabkan perbedaan pemaknaan
penelitian yang bersifat naturalistik terhadap suatu fenomena oleh informan satu
(alamiah), di mana penelitian dilakukan pada dengan yang lain (Crotty, 1998 dalam
kondisi apa adanya dan tidak terdapat Scotland, 2012). Hal tersebut lantas
campur tangan dari peneliti. dikemukakan oleh Denzin (2010), bahwa
obyektivitas/generalisasi makna tidak akan
Selanjutnya menurut Creswell (2013:4),
ditemukan dalam realitas (Scotland, 2012).
penelitian kualitatif merupakan metode untuk
mengeksplorasi dan memahami makna yang Namun, hal tersebut tidaklah mengapa
–oleh sejumlah individu atau sekelompok karena diantara perbedaan pendapat tersebut,
orang- dianggap berasal dari masalah sosial terjalin sebuah interaksi antara manusia satu
atau kemanusiaan. Oleh karena itu, dengan manusia yang lain dan dengan dunia
pendekatan melalui data statistik saja tidak di sekitarnya. Dari interaksi tersebut akan
akan cukup untuk mengetahui makna muncul pengetahuan baru dan pemaknaan
sebenarnya yang disampaikan atas realitas baru yang dibangun dalam konteks sosial.
sosial di sekitarnya. Oleh karena itu, dunia sosial hanya dapat
dimengerti oleh individu-individu yang
Penelitian kualitatif menekankan
berpartisipasi di dalamnya (Scotland, 2012).
manusia turut berperan dalam pembangunan
realitas sosial melalui pemberian makna. Teknik analisis dan interpretasi data
Sebagaimana dikutip oleh Purnomosidi yang digunakan dalam penelitian ini
(2012), Triyuwono (2010) mengemukakan menganut model induktif yang disajikan oleh
bahwa manusia adalah makhluk yang aktif Creswell (2013:277). Analisis data induktif
dan memiliki free-will (bebas menentukan (inductive data analysis) membangun
keinginannya). Karena ada kecenderungan kategori-kategori dan tema-temanya dari
free-will ini, manusia tidak melakukan bawah ke atas (induktif). Langkah-langkah
pengukuran-pengukuran atas realitas sosial analisis data tersebut ada tujuh langkah,
yang sudah given (disediakan), melainkan ia sebagai berikut: (1) Mengolah dan
berusaha memberkan makna atas realitas mempersiapkan data untuk dianalisis; (2)
sosial yang diciptakannya sendiri dan/atau Membaca keseluruhan data. Selama
dengan masyarakat melalui interaksi sosial. melakukan proses ini yang dilakukan adalah
membangun general sense atas informasi
Untuk menunjang penelitian kualitatif,
yang diperoleh dan merefleksikan maknanya
peneliti mengadopsi paradigma interpretif
secara keseluruhan; (3) Menganalisis lebih
sebagai gagasan filofis penelitian. Dalam
detail dengan meng-coding data; (4)
sebuah penelitian, penting adanya sebuah
Membentuk tema-tema; (5) menyajikan
gagasan filosofis di mana keberadaannya
kembali tema-tema yang telah dibentuk ke
akan memengaruhi praktik penelitian.
dalam narasi/laporan kualitatif; (6)
Gagasan ini disebut Creswell (2013:6)
Menginterpretasi atau memaknai data
berupa pandangan-dunia (worldviews)
didukung literatur-literatur terkait.
filosofis.
Paradigma interpretif menekankan pada HASIL DAN PEMBAHASAN
upaya untuk memahami dunia secara apa Dari hasil wawancara mendalam dengan
adanya. Pemahaman ini didasarkan pada para informan, dan setelah melalui proses
pengalaman pribadi (subyektif) seseorang
6

interpretasi, ditemukan lima makna uang gaya hidup yang bermewah-mewahan atau
yang disampaikan secara implisit oleh berlebih-lebihan, yang lebih mementingkan
mahasiswa akuntansi. Makna yang pertama keinginan daripada kebutuhan.
adalah uang sebagai tolok ukur perilaku Apa yang disampaikan para informan
dan sikap seseorang. Pernyataan ini menunjukkan bahwa dalam mengelola
didukung oleh penelitian dengan hasil bahwa keuangan, kita tidak dapat meninggalkan
perilaku seseorang dapat dilihat dari unsur rasionalisasi, perasaan, serta jati diri.
manajemen waktu dan uang mereka Ketiga unsur tersebut menjadi faktor penentu
(Needleman, 1994; Gino & Mogilner, 2013; bagaimana cara kita memperlakukan dan
DeVoe & House, 2011). menyikapi keberadaan uang. Meskipun
Namun, para informan menunjukkan begitu kita sebagai manusia dengan segala
beragam cara dalam mengelola kekurangan mempunyai energi negatif yang
keuangannya. Hal ini dipengaruhi oleh latar bersemayam dalam lubuk hati kita. Sering
belakang keluarga, gaya hidup dan kali kita tidak dapat menahan godaan, bujuk
kepribadian masing-masing informan. rayu, atau fantasi negatif perihal
Sebagian besar informan mengaku bahwa memaksimalkan kepemilikan uang.
mereka dapat berperilaku boros terhadap Pada saat itulah kita tidak dapat
suatu hal, seperti yang diutarakan oleh Titik mengandalkan rasionalisasi, perasaan, serta
berikut ini: jati diri saja. Unsur lain sangat diperlukan
“...borosnya dalam hal tertentu aja. sebagai tolak bala energi negatif yang
Contohnya makanan, paling sulit kalau muncul. Unsur tersebut adalah etika, yang
gak boros, hehe.” akan dijelaskan lebih rinci pada makna uang
yang kedua, yaitu makna uang sebagai
Namun, lain halnya dengan Hanik yang
mengutarakan bahwa ia harus bisa menabung penunjuk kuat atau lemah etika dan moral
seseorang.
dan mengontrol semua jenis pengeluarannya.
Berikut Hanik menyampaikan: Keberadaan uang dapat menunjukkan
kuat atau lemahnya etika dan moral
“Wah..bingung juga, sih, tipe penabung
seseorang. Keberadaan uang yang berlimpah
atau pemboros. Dulu waktu awal-awal
memicu sifat di mana seseorang lebih
kuliah memang boros, tetapi semenjak
mementingkan diri sendiri, lantas
aku memulai usaha menjual jilbab ini,
menimbulkan perbuatan tidak etis (Gino &
aku pikir-pikir terlebih dahulu jika ingin
Pierce, 2009). Wujud visual uang yang
membeli sesuatu. Hal tersebut
ditempatkan pada lingkungan kerja juga
dikarenakan kesadaranku sendiri yang
memicu perilaku egois untuk meraih
mengatakan bahwa mencari uang itu
kepentingan pribadi (Vohs, Meade & Goode,
tidak gampang.”
2006, 2008). Hal ini memunculkan asumsi di
Terlepas dari sikap boros atau tidak, mana keberadaan uang yang berlimpah
seseorang harus tetap rasional dalam menjadi penyebab seseorang melakukan
melakukan pengeluaran. Pemikiran rasional tindakan tidak etis dan tidak bermoral.
yang disampaikan oleh para informan
Akan tetapi, asumsi tersebut disanggah
menunjukkan bahwa seharusnya yang
oleh Indri yang memaparkan bahwa uang
menjadi prioritas adalah kebutuhan.
adalah benda mati yang tidak dapat
Pemikiran itu membantu untuk mencegah
disalahkan begitu saja karena ia tidak tahu
perilaku hedonisme dan konsumerisme.
bahwa fungsinya akan digunakan untuk
Hedonisme dan konsumerisme menjadi hal
kebaikan atau keburukan.
yang lumrah apabila berada di lingkungan
dengan uang berlimpah (Gino & Pierce, “Keberadaan uang tentu saja tidak dapat
2009; Veenhoven, 2003). Oleh karena itu, disalahkan karena uang benda mati.
perilaku ini harus dicegah dengan menekan Uang tidak tahu ia akan dibawa ke jalan
7

yang lurus atau tidak. Uang tidak tahu mendapat sesuatu yang lebih dengan
bahwa nantinya ia digunakan untuk menghalalkan segala cara, termasuk korupsi.
menabung atau korupsi.” Kekurangan tersebut apabila tidak
Seperti yang telah disampaikan oleh ditambah oleh sesuatu yang positif, akan
para Indri, uang tidak dapat menyebabkan tulinya hati nurani. Apabila
dikambinghitamkan sebagai penyebab hal tersebut terjadi, suara hati nurani yang
seseorang melakukan tindakan tidak etis. berteriak sekalipun tidak akan pernah
Uang adalah benda mati yang tidak dapat terdengar apabila sudah dibungkam oleh
berkehendak sendiri. Hal ini kembali kepada keinginan memperoleh keuntungan yang
manusia/orangnya sendiri. Ia yang sebesar-besarnya. Hati nurani yang
mempunyai kuasa atas uang dan benda mati terbungkam tidak dapat dibiarkan begitu saja
lainnya. Ia pula yang menentukan untuk karena dapat menyebabkan degradasi moral.
memperoleh manfaat atau rugi dari benda- Oleh karena itu, investasi etika dan
benda tersebut. moral merupakan upaya yang penting untuk
Pernyataan tersebut lantas diperkuat oleh dilakukan guna meminimalisir degradasi
Novi di bawah ini: moral, seperti korupsi. Ibarat uang sebagai
ujian, etika dan moral adalah usaha kita
“Jika kita dalam situasi disuap, yang
belajar.
salah sebenarnya siapa? Uangnya, orang
yang menyuap, atau kita yang disuap? Etika dan moral sangat kita perlukan
Tetap salah kita yang gak kuat iman. agar kita dapat berpikir sebelum bertindak
Orang yang kuat iman mau disuap dan berkata-kata. Karena, etika merupakan
berapapun ya gak bakal mempan karena pedoman tentang perilaku baik/buruk,
pada awalnya kita memang benar-benar benar/salah, atau adil/dzalim yang ada dalam
gak mau.” masyarakat sehingga tercipta perilaku yang
baik bagi setiap lapisan masyarakat
Sebagian besar studi yang dilakukan
(Triyuwono, Ceramah 2014; Bertens,
oleh peneliti lainnya mengemukakan bahwa
2000:5).
jika seseorang terlalu fokus kepada uang,
perhatiannya untuk tolong-menolong Etika dan moral juga membantu kita
terhadap sesama akan tersita, sering dalam berintrospeksi diri terhadap tindakan
berperilaku curang, acuh tak acuh jika yang telah dilakukan. Dengan mempunyai
lingkungan mengabaikannya, dan berusaha etika dan moral, meski bertindak negatif pun,
untuk melakukan apapun demi kepentingan kita lebih mudah untuk berkaca pada
pribadi (Vohs, Mead, & Goode, 2006, 2008; kesalahan, sehingga membuat kita sadar
Yang, Wu, Zhou, Mead, Vohs, & untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut di
Baumeister, 2012; Zhou, Vohs, & masa depan. Dengan demikian, etika dan
Baumeister, 2009). moral juga merupakan sebuah bekal untuk
jalan panjang menuju masa depan.
Hal-hal negatif semacam tersebut dapat
memicu hal negatif yang lebih besar lagi, Makna berikutnya yang ditemukan
yakni korupsi. Korupsi muncul dari sebagai makna ketiga adalah, makna uang
keserakahan manusia. Keserakahan timbul sebagai alat mencapai masa depan
dari sifat yang tidak pernah puas diimbangi (investasi dunia dan akhirat). Para informan
dengan sikap mental yang tidak pernah menuturkan bahwa apa yang ingin mereka
merasa cukup dengan keinginan yang tidak capai kelak memang membutuhkan uang
pernah usai (Puspito dkk, 2011:46-47). dengan jumlah yang cukup signifikan.
Para koruptor adalah mereka yang selalu Hal ini juga disampaikan oleh
merasa kurang sehingga terdorong untuk pernyataan Needleman (1994: 3) bahwa apa
yang kita inginkan, yang kita impikan baik
8

sekarang, bulan depan, tahun depan, bahkan sekarang kebiasaan itu masih melekat.
untuk sepanjang hidup kita akan Meskipun sekarang aku hanya bisa ikut
membutuhkan uang dalam jumlah yang transfer dari sini (Malang) kalau Papi
cukup signifikan. mau ke panti.”
Selama melakukan wawancara dengan Tekad Elly untuk selalu bersedekah
informan, ditemukan bahwa mereka ingin merupakan hal yang patut dicontoh untuk
menggunakan uang tersebut untuk investasi menekan sifat tamak dan serakah. Sedekah
di dunia dan akhirat. Investasi yang dalam konteks keagamaan Islam sangat
dilakukan oleh mahasiswa di dunia juga dianjurkan untuk dikerjakan karena dapat
demi mencapai kebaikan akhirat. Beberapa menyucikan harta serta jiwa orang yang
informan menyatakan bahwa apa yang bersedekah maupun yang diberi. “Ambillah
mereka lakukan di dunia, harus dapat zakat dari sebagian harta mereka, dengan
menyumbangkan pahala untuk kehidupan di zakat itu kamu membersihkan dan
akhirat kelak. Salah satu yang meyatakan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk
demikian adalah Sinta, berikut penuturannya: mereka. Sesungguhnya doamu itu
menumbuhkan ketenteraman bagi jiwa
“Jika nanti dengan bekerja saya
mereka. Allah Maha Mendengar, Maha
memiliki tabungan lebih, saya tetap
Mengetahui.” (Q.S. At-Taubah: 103).
ingin melakukan investasi dan mendapat
banyak uang. Terhadap uang tersebut Ludigdo (2004) juga menerangkan
saya ingin menggunakannya untuk bahwa zakat, infaq dan shodaqoh juga
mengelola yayasan, atau kalau gak gitu merupakan bentuk lain suatu investasi.
saya ingin memiliki usaha sendiri.” Wujud kembalian dari suatu investasi
tidaklah hanya berupa uang dan materi
Sinta lantas melanjutkan bahwa apa
lainnya. Akan tetapi, kita dapat
yang ia miliki adalah titipan Tuhan yang
memaksimalkan uang investasi tersebut demi
harus ia mafaatkan pula demi kepentingan
kebaikan kita di akhirat kelak.
orang lain.
Selain sebagai investasi dunia dan
“...Saya juga berharap saya bisa
akhirat, orientasi di masa depan tentang uang
memberi manfaat kepada orang lain.
Novi fungsikan sebagai pembuktian. Masa
Karena hakekatnya apa yang saya miliki
kecilnya ia habiskan dengan mengamati
adalah titipan dari-Nya.”
lingkungan masyarakat sekitar yang
Melakukan sesuatu yang berorientasi memandang seseorang dari seberapa banyak
pada orang lain juga didukung oleh Elly uang yang dipunya. Semakin banyak uang
yang menyatakan demikian. Sejak kecil ia yang dimiliki, semakin terhormatlah orang
memang dibiasakan untuk bersedekah oleh tersebut.
Ayahnya. Kebiasaan tersebut dibawanya
Seiring berjalannya waktu, ia kemudian
hingga ia dewasa, bahkan sejak ia berpisah
mendengar pepatah, “Jika kamu dilahirkan
dari orang tuanya untuk merantau di Malang.
dalam keluarga miskin, itu memang takdir.
“Sebelum aku merantau ke Malang, Akan tetapi, jika kamu mati dalam keadaan
Papiku pasti selalu mengajak anak- miskin, itu namanya tidak berusaha.” Apa
anaknya untuk menyambangi panti yang dialami, dilihat dan didengar Novi ia
asuhan atau yayasan anak yatim. akumulasikan menjadi sebuah tekad untuk
Meskipun Papiku gak pernah membuktikan pandangan masyarakat
menyampaikan secara langsung apa tersebut. Ia ingin mengetahui sendiri apakah
tujuannya ke panti, tetapi kita bisa masyarakat masih mengagung-agungkan
berpikir sendiri bahwa niat Papi adalah uang dan kedudukan dalam memandang
mengajarkan kita agar kita bersedekah seseorang.
kapan saja. Alhamdulillah sampai
9

Orientasi yang disampaikan Novi sangat Apakah sebenarnya yang disebut


unik dan menarik untuk diteliti. Novi kekayaan itu? Apakah kebahagiaan dapat
menyebutkan sistem yang demikianlah yang tercipta dengan kekayaan? Fundamental dari
membuatnya bertekad untuk berusaha ilmu ekonomi mengatakan bahwa uang yang
sekeras mungkin dalam mencapai kekayaan berasal dari pendapatan tinggi dapat
yang diinginkannya. Sistem di mana membuat kita bahagia (Gardner & Oswald,
pencapaian kekayaan materiil, yang antara 2001).
lain disimbolkan dengan kepemilikan uang Materialitas atau kekayaan yang
yang berlimpah, telah menjadi arus utama dihasilkan dari pendapatan yang tinggi
dalam mengukur kesuksesan seseorang diasumsikan dapat membuat kehidupan
(Ludigdo, 2008). manusia berada pada taraf subjective well-
Apabila ia sudah mengetahui dan being (SWB) (Blanchflower & Oswald,
merasakan dampak dari sistem tersebut, ia 2004; Clark, Frijters, & Shields, 2008; Clark
ingin memutar balikkan pandangan yang & Oswald, 1996; Ferrer-i-Carbonell, 2005;
menjadi pedoman sistem tersebut. Novi ingin Luttmer, 2005; dalam Boyce, Brown &
masyarakat tidak fokus pada hasil akhirnya Moore, 2010).
saja, tetapi juga fokus pada proses Faktor-faktor yang mendukung untuk
perjuangan untuk mendapatkan kebahagiaan menjadi SWB diantara lain pendapatan
duniawi tersebut. Semua yang ia dapatkan tinggi yang identik dengan uang berlimpah
bukanlah instan dan bukanlah pertolongan (Diener & Oishi, 2000). Uang tersebut dapat
dari lampu ajaib. Peluh keringat yang dimanfaatkan untuk membeli apapun yang
membasahi tubuhnyalah yang menjadi saksi
bersifat menyenangkan dan memuaskan.
bisu akan perjuangannya dalam mencapai Kepemilikan uang yang berlimpah juga
kesuksesan tersebut. menjadi suatu sumber daya yang positif
Sikap yang ditunjukkan oleh Novi di berupa kekuatan dan kehormatan, di mana
atas merupakan manifestasi rasionalisasi, hal tersebut merupakan suatu harga diri di
perasaan, jati diri, iman, dan etika yang lingkungan sekitarnya (Diener, Horwitz &
dimilikinya. Kekayaan yang sebenarnya Emmons 1984).
menurut Novi adalah wujud dari proses Pernyataan tersebut ditegaskan kembali
perjuangan yang ditekuninya. Orientasi masa oleh Qouidbach, Dunn, Petrides, &
depan yang disertai etika dan iman akan Mikolajczak (2010), bahwa kekayaan
membantu dalam memandang kekayaan membuka pintu menuju pengalaman mewah
dengan sudut pandang yang berbeda. yang bersifat membahagiakan, mulai dari
Seseorang dapat menemukan arti kekayaan perjalanan atau liburan mahal, makan malam
yang sebenarnya apabila ia memandang di restoran mewah hingga perawatan di salon
dengan sudut pandang yang baik. mahal.
Dengan begitu, kekayaan yang Akan tetapi, hal tersebut cukup berbeda
sebenarnya atau kekayaan yang hakiki dapat dengan apa yang disampaikan oleh para
dimiliki oleh siapa saja tanpa melibatkan informan. Beberapa informan menyatakan
keberadaan uang yang berlimpah. Kekayaan bahwa kebahagiaan memang dapat tercipta
yang hakiki memiliki arti berbeda-beda karena uang, tetapi tidak selamanya.
bergantung pada individu yang Kebahagiaan berdasarkan materi merupakan
menemukannya. Kekayaan hakiki akan kebahagiaan sementara. Hal ini disampaikan
dijelaskan lebih lanjut pada makna sendiri oleh Novi:
berikutnya, yaitu makna uang sebagai
pencipta kebahagiaan melalui kekayaan “Hm...mungkin iya, tapi hanya
yang hakiki. kebahagiaan sementara. Misalnya, aku
sedih lantas kamu nraktir aku ke Pizza
Hut, aku senang dalam waktu sesaat
10

saja. Traktiran itu tidak dapat mengobati Masih dalam penelitian yang sama,
sedihku seutuhnya. Traktiran itu tercantum bahwa orang buta, idiot atau cacat
sebenarnya hanya pelampiasan saja.” tidak kurang bahagia dengan orang normal
lainnya (Cameron, 1972; Cameron, Titus,
Kebahagiaan karena konsumsi yang
Kostin, & Kostin, 1973). Jadi, dapat
berlebihan merupakan hal yang bersifat
disimpulkan bahwa uang bukanlah faktor
sementara. Konsumsi tersebut hanya sebagai
utama dalam menciptakan kebahagiaan.
pelampiasan, bukan pelipur lara yang abadi.
Konsumsi yang bersifat pelampiasan tidak Titik juga mendukung pernyataan
dapat memunculkan kebahagiaan yang tersebut dengan pengungkapannya bahwa
bertahan lama. Karena sifatnya sementara uang tidak dapat menjadi solusi dari setiap
dan tidak dapat diakumulasikan, lama- masalah, ia mengandalkan hati dan
kelamaan akan muncul kekosongan dalam pikirannya untuk memecahkan masalah
hati (Chwastiak & Young, 2003). Rasa tersebut. Novi, Indri dan Sinta juga
kekosongan ini memicu untuk mengonsumsi menuturkan bahwa perasaan adalah hal yang
lebih banyak lagi, begitu seterusnya seperti sensitif sehingga tidak dapat dipermainkan
sebuah siklus (Frank, 1999 dalam Chwastiak dengan uang.
& Young, 2003). Lantas, bagaimana kita menciptakan
Pada dasarnya, definisi kebahagiaan kebahagiaan dengan uang yang kita miliki?
relatif menurut masing-masing individu Bagaimana kita bisa memperoleh tidak
(Brickman, Coates & Bulman, 1978), hanya kebahagiaan sementara tetapi
misalnya, prajurit Amerika yang kebahagiaan yang bertahan lama dari
berpendidikan tinggi dan mempunyai kekayaan yang kita miliki? Pertanyaan
kesempatan besar untuk dipromosikan belum tersebut dibuka oleh jawaban Hanik yang
tentu senang dengan promosi tersebut. mengutarakan di bawah ini:
Selama beberapa dekade berjalan, “Misalnya, pada suatu keluarga dengan
penelitian yang menunjukkan korelasi antara uang berlimpah dan dapat membeli ini
uang dan kebahagiaan menunjukkan hasil itu, tetapi tidak mempunyai anak, apa
yang lebih kompleks. Kebahagiaan tidak gunanya uang melimpah tersebut?
hanya diciptakan dari uang saja, tetapi Kebutuhan batin akan hadirnya seorang
terdapat faktor lain seperti keluarga dan anak tidak dapat terpenuhi dan uang
orang yang disayangi (Diener, Horwitz & tidak dapat menyelesaikan masalah
Emmons, 1984). Hal ini serupa dengan apa tersebut. Kebahagiaan kerena uang
yang disampaikan oleh Titik: adalah bukan kebahagiaan hakiki.”
“Kebahagiaan menurutku adalah ketika Seperti yang disebutkan oleh Hanik,
suasana hatiku sedang senang, kebahagiaan karena kita menghabiskan uang
contohnya bertemu orang tua di tersebut untuk diri sendiri bukanlah
kampung halaman, bertemu keponakan, kebahagiaan yang hakiki. Agar kita bisa
dan lain-lainnya.” tetap memanfaatkan uang tersebut untuk
memperoleh kebahagiaan, kita dapat
Beberapa penelitian yang tercantum
menggunakan uang tersebut untuk berbagi
dalam Brickman (1978), menyebutkan
dengan yang lain.
bahwa penduduk yang tinggal di kota miskin
(Scheineder, 1975) atau wilayah miskin (Liu, Dengan begitu, kekayaan yang kita
1973), bahkan negara (Esterlin, 1973) tidak peroleh juga dirasakan oleh orang lain
kurang bahagia dibandingkan dengan (Dunn, Aknin & Norton, 2008). Investasi
penduduk yang tinggal di tempat yang lebih uang yang ditujukan untuk diberikan kepada
maju. orang lain, prosentase kebahagiaan yang
dirasakan lebih besar dibandingkan dengan
11

menginvestasikan uang tersebut untuk diri jarang muncul. Hal tersebut dikarenakan apa
sendiri (Dunn, Aknin & Norton, 2008). yang telah dimiliki terkadang lebih berharga
daripada uang itu sendiri. Kasih sayang dari
Investasi untuk diberikan orang lain
keluarga dan sahabat merupakan suatu
dalam konteks keagamaan Islam sama saja
anugerah dalam hidup. Keberadaannya tidak
dengan melakukan sedekah atau zakat. Zakat
dapat dinilai, dan kehilangannya tidak dapat
sering juga disebut sedekah wajib. Setiap
diganti dengan uang dalam jumlah
orang kaya atau orang yang berkecukupan
berapapun. Kekayaan tidaklah harus selalu
diwajibkan menyedekahkan sebagian
identik dengan uang, kasih sayang yang
hartanya kepada orang-orang yang terkena
diterima adalah kekayaan hati, dan
musibah atau fakir miskin. Hal tersebut
karenanya kita dapat merasa bahagia dengan
dilakukan tidak lain adalah untuk
tulus.
menyucikan harta mereka dan mengharap
ridho Allah swt. Dengan begitu, investasi Makna uang terakhir yang ditemukan
dalam bentuk zakat atau sedekah juga dari para informan adalah, menjunjung
merupakan investasi dunia dan investasi tinggi nilai kesederhanaan. Diantara enam
akhirat. informan lainnya, hanya Nia yang
mengutarakan pengeluarannya per bulan
Dengan menyadari bahwa kekayaan
Rp400.000-Rp500.000.
yang dimiliki merupakan titipan Tuhan Yang
Maha Esa, Hanik juga berkeinginan untuk “Pengeluaranku untuk makan sehari-hari
selalu memberikan hartanya kepada orang- sekitar Rp400.000 per bulan, ditambah
orang yang membutuhkan. Rp100.000 untuk fotocopy buku-buku.
Jadi, paling tidak pengeluaranku
“Aku ingin menjadi orang kaya yang
Rp500.000 per bulan.”
bisa memberi. Itu saja doaku sehari-hari.
Aku ingin menjadi orang kaya yang Dengan biaya hidup yang termasuk
selalu memberi semampuku, dalam mahal di Malang, Nia sanggup untuk
bentuk apapun.” mengelola pengeluarannya sehemat
mungkin. Kesederhanaan yang dimiliki Nia
Dalam menjaga kekayaan yang dimiliki,
merupakan hal tidak perlu dipertanyakan
kita juga harus senantiasa bersyukur agar
lagi. Ia berasal dari keluarga yang dinaungi
tidak menghalalkan perbuatan apa saja untuk
religiusitas tinggi dan tinggal di Tuban.
mencapai kekayaan yang sebanyak-
Kultur pedesaan yang kaya akan
banyaknya. Hal tersebut disampaikan oleh
kesederhanaan ia pegang teguh kemanapun
Indri karena ia mengetahui bahwa orang
ia melangkah. Ia adalah anak sulung dari tiga
kaya akan diuji dengan hartanya.
bersaudara, tanggung jawabnya sebagai
“Ada pepatah yang mengatakan, ’orang kakak pertama untuk membiayai adik-
kaya diuji dengan hartanya, sedangkan adiknya juga tidak ia lupakan. Alasan-alasan
orang miskin diuji dengan tersebut yang mendewasakannya agar tidak
kesabarannya’”. menggunakan uang sekehendak hatinya.
Indri ingin menjadi seseorang yang Kesederhanaan merupakan sikap yang
pandai bersyukur agar ia tidak tergoda untuk memandang segala sesuatu dengan wajar,
mendapatkan yang lebih dengan tidak berlebihan, dan sesuai dengan tempat
menghalalkan segala cara. Selain bersyukur, dan fungsinya (Hasan, 1998 dalam Fariz,
ia juga ingin membawa hartanya ke jalan 2013). Pola hidup sederhana dapat dilihat
yang lurus dengan bersedekah agar uang dari penyesuaian antara keinginan dan
yang miliki mempunyai manfaat yang lebih kebutuhan seseorang terhadap suatu barang
kepada orang lain. atau jasa. Contohnya adalah penghematan
Dengan selalu merasa cukup terhadap terhadap pengeluaran yang masih bisa
apa yang dipunya, rasa kekurangan akan ditunda (Fariz, 2013).
12

Konsep hidup sederhana juga diajarkan Akuntansi yang mereka geluti sehari-hari.
dalam agama Islam seperti qona’ah. Indri menuturkan bahwa dengan masuk
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Nia Jurusan Akuntansi, ia mendapat pengetahuan
hidup di lingkungan yang kaya akan suasana bahwa beban tidak boleh melebihi
religius. Ajaran dan qona’ah sudah pasti pendapatan dan uang harus tetap dijalankan
menjadi hal yang biasa ia lakukan. Qona’ah untuk menghasilkan lebih.
merupakan kepuasan jiwa (merasa cukup) “Bagiku dengan masuk Jurusan
terhadap apa yang diberikan Allah swt Akuntansi banyak pengetahuan dan teori
kepadanya (Syukur, 2003 dalam Fariz, yang aku dapat. Misalnya, pendapatan
2013). Untuk menghadapi problema harus lebih besar daripada beban, ilmu
kehidupan yang serba materialistis, nilai- tentang investasi, dan sebagainya.
nilai rohaniah sangat diperlukan demi Jurusan Akuntansi mengajarkan bahwa
keseimbangan antara kebutuhan dan uang harus dijalankan untuk
kepuasan hati. memberikan hasil yang lebih.”
Begitu penting untuk selalu mempunyai Begitu juga dengan apa yang
sikap sederhana. Kesederhanaan dapat disampaikan oleh Hanik. Ia merasakan
diajarkan sejak dini melalui kisah dan manfaat yang signifikan dari Ilmu Akuntansi
membiasakan mereka hemat menggunakan yang dipelajari.
uang jajan, menabung menyisihkan uang
jajan, atau bersedekah kepada fakir miskin “Menurutku ilmu akuntansi dasar
(Purwaningsih, 2010). Keuntungan untuk memang bermanfaat dan dapat
selalu menjunjung tinggi nilai kesederhanaan membantu mengelola keuanganku
adalah dapat menekan jiwa materalistis dan menjadi lebih baik. Akuntansi juga
konsumerisme (Fariz, 2013). memberikan pengetahuan bahwa
pencatatan itu penting, di mana aku bisa
Kemauan untuk selalu hidup sederhana mengetahui berapa pengeluaran dan
juga dapat menumbuhkan kreatifitas dalam pemasukan kita sehari-hari. Dengan
diri. Hal tersebut membantu agar dapat begitu, aku dapat menganalisa
memecahkan masalah dengan memanfaatkan keuanganku sendiri.”
apa yang sudah dimiliki. Dengan begitu, kita
dapat lebih bahagia dengan merasa cukup Bahkan Sinta menyampaikan bahwa ia
terhadap apa yang kita miliki, seperti konsep menemukan makna tersendiri di balik Ilmu
qona’ah yang telah dijelaskan sebelumnya. Akuntansi.
”Simplicity is the best”, merupakan “Dengan masuk jurusan akuntansi saya
semboyan salah satu dosen Akuntansi, memahami bahwa yang terpenting dari
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas kekayaan bukanlah nilainya melainkan
Brawijaya. Beliau menyampaikan semboyan bagaimana kekayaan tersebut dapat
tersebut ketika menjadi pemateri pembekalan dimanfaatkan dengan baik agar bisa
skripsi. Beliau sangat menegaskan bahwa menambah nilainya bagi semua pihak.”
dalam menulis harus menjunjung tinggi
kesederhanaan baik dalam topik, kalimat SIMPULAN, KETERBATASAN DAN
atau paragraf. Beliau kemudian juga IMPLIKASI
mengajukan sebuah pertanyaan sebagai Penelitian ini bertujuan untuk
renungan kepada mahasiswa untuk memilih, menggambarkan pemaknaan mahasiswa
”Manakah yang lebih baik, sesuatu yang Program Studi S1 Akuntansi terhadap uang
berkualitas tapi kompleks atau sesuatu yang berdasarkan data dan fakta-fakta yang
simpel tapi berkualitas. diperoleh di lapangan. Berdasarkan hasil dan
Temuan makna yang digali dari pembahasan yang telah dilakukan, pada bab
informan, tidak terlepas dari peran Ilmu ini peneliti sampaikan kembali mengenai
13

kesimpulan temuan makna uang yang menjalani hidup dengan ikhlas terhadap apa
diperoleh selama di lapangan. yang sudah dimiliki.
Pertama, uang dimaknai sebagai tolok Keenam, Ilmu Akuntansi memiliki peran
ukur perilaku dan sikap seseorang. kita bisa yang sangat penting bagi mahasiswa dalam
mengetahui perilaku, sikap, kepribadian, menemukan makna uang. Dalam konteks
serta cara berpikir seseorang dalam setiap hal yang sempit, uang dalam akuntansi hanya
dengan mengetahui cara memperlakukan
dimaknai sebagai alat pembayaran, profit
uang.
atau beban semata. Namun, dalam konteks
Kedua, uang dimaknai sebagai penunjuk yang lebih luas, akuntansi memberikan
kuat atau lemahnya etika dan moral pemahaman bahwa yang penting dari
seseorang. Keberadaan uang yang berlimpah kekayaan bukanlah nilainya, melainkan
disebutkan sebagai ujian untuk menguji bagaimana kekayaan tersebut dapat
seberapa kuat atau lemah etika dan moral dimanfaatkan dengan baik agar bisa
dalam hati nurani seseorang. Agar dapat menambah nilainya bagi semua pihak.
lulus ujian tersebut, investasi etika dan moral
Ada beberapa keterbatasan dalam
harus kita tingkatkan sebagai usaha belajar.
penelitian ini yang membatasi
Ketiga, uang dimaknai sebagai sarana kesempurnaannya. Adapun keterbatasan
untuk mencapai masa depan seseorang. Apa tersebut antara lain: pertama, informan yang
yang kita capai di masa depan, tidak dapat sebagian besar berjenis kelamin perempuan.
dipungkiri akan membutuhkan uang dalam Hal tersebut memunculkan fokus makna dari
jumlah yang cukup signifikan. Uang tersebut sudut pandang perempuan saja.
dapat kita gunakan untuk berinvestasi di
Kedua, informan yang tidak ingin
dunia maupun di akhirat.
diwawancari secara langsung. Informan
Keempat, uang dimaknai sebagai tersebut memilih untuk mengetik hasil
penemu kekayaan melalui kebahagiaan yang jawaban karena ia mengaku lebih terbuka di
haikiki. Apakah kebahagiaan selalu dapat atas hitam dan putih. Hal tersebut membuat
tercipta dari kekayaan? Kebahagiaan karena peneliti tidak dapat mengetahui ekspresi dan
uang dan materi lainnya sifatnya tidak kekal. gerak-gerik yang ditunjukkan oleh informan.
Uang memang mampu membeli solusi, tetapi
Ketiga, akses yang sempit pada beberapa
tidak mampu memberikan kelegaan yang
informan sehingga wawancara harus
bertahan lama.
dilakukan melalui telepon. Hal tersebut
Lalu bagaimana kita dapat menemukan dikarenakan peneliti yang tidak dapat
kebahagiaan sejati dengan uang? Kita dapat mengimbangi kesibukan informan sehingga
menggunakan uang tersebut untuk berbagi wawancara tidak dapat dilaksanakan secara
kepada orang lain yang membutuhkan. Kita langsung.
dapat merasa lebih bahagia dengan
Terlepas dari keterbatasan-keterbatasan
memberikan uang tersebut kepada orang lain
yang ditemukan dalam penelitian ini, dapat
daripada menghabiskan uang tersebut untuk
menjadi acuan perbaikan bagi penelitian
diri sendiri. sejenis di masa yang akan datang. makna
Keuntungan dari menjalani hidup secara uang perlu digali melalui beberapa
sederhana adalah menekan pola hidup pandangan lain yang lebih luas. Makna uang
konsumerisme dan hedonisme, dapat lebih digali lagi temuannya melalui
menumbuhkan kreatifitas untuk dapat informan laki-laki yang lebih banyak. Hal ini
dapat memberikan pemahaman perbedaan
memecahkan masalah dengan kemampuan
sendiri tanpa harus membeli solusi, dan
14

jenis dapat memengaruhi persepsi terhadap Anggraini, W. 2013. Konstruksi Identitas


uang. Diri Anak Jalanan (Studi
Fenomenologi pada Anak Jalanan di
Proses wawancara sebaiknya dilakukan
Komunitas Jaringan Kemanusiaan
dengan menemui langsung para informan.
Jawa Timur Malang). Skripsi.
Dengan melaksanakan wawancara secara
Universitas Brawijaya: Malang.
bertatap muka, peneliti dapat mengetahui
Anugrahani, B. Y. 2014. Pemaknaan Etnis
ekspresi, gerak-gerik dan bahasa tubuh untuk
Tionghoa Dalam Mengaktualisasikan
lebih memperdalam makna yang ditemukan.
Nilai Leluhur Pada Bisnis Perdangan.
Makna membantu mahasiswa untuk Skripsi. Jurusan Ilmu Komunikasi,
memahami apa yang seharusnya dilakukan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
agar tidak sampai menyalahgunakan fungsi Universitas Brawijaya, Malang.
uang. Dengan mengetahui pentingnya makna Aknin, L. B., M. I. Norton., dan E. W. Dunn.
uang, diharapkan mahasiswa dapat selalu 2009. From wealth to well-being?
menyikapi dan memperlakukan uang dengan Money matters, but less than people
bijak. think. The Journal of Positive
Makna uang menurut mahasiswa Psychology, Volume 4, No. 6,
merupakan sebuah awal untuk menguatkan November 2009, 523-527.
hati nurani sebelum mereka terjun ke Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis.
masyarakat untuk berpenghasilan. Makna Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
membantu mahasiswa untuk memahami apa Blumer, H. 1969. Symbolic Interactionism
yang seharusnya dilakukan agar tidak sampai Perspective and Method. Prentice Hall,
menyalahgunakan fungsi uang. Dengan Inc.: Englewood Cliffs, New Jersey,
mengetahui pentingnya makna uang, USA.
diharapkan mahasiswa dapat selalu Boyce, C. J., G. D. A. Brown, dan S. C.
menyikapi dan memperlakukan uang dengan Moore. 2010. Money and Happiness:
bijak. Rank of Income, not Income, Affects
Life Satisfaction. Journal of
Makna uang dapat dicari lagi kedalaman Psychology. Warwick & Cardiff
artinya menurut masyarakat yang sudah University, United Kingdom.
mapan. Hal ini sangat diharapkan bahwa Brickman, P. dan D. Coates. 1978. Lottery
uang yang mereka hasilkan sendiri akan Winners and Accident Victims: Is
mempunyai arti yang lebih bagi mereka. Happiness Relative? Journal of
Oleh karena itu, sangat menarik apabila Personality and Social Psychology,
informan seperti dosen, pengusaha, dokter, Volume 38, No. 8, 917-927, 1978.
insinyur, dan lain sebagainya dapat dijadikan Burrel, G. dan G. Morgan. 1979.
sumber dalam menggali makna uang. Sociological Paradigms and
Organizational Analysis. Heinemann
DAFTAR RUJUKAN Educational Books. Althenaum Press
Afdjani, H. dan S. Soemirat. 2010. Makna Ltd.: Great Britain.
Iklan Televisi (Studi Fenomenologi Chwastiak, M. dan J. J. Young. 2002.
Pemirsa di Jakarta Terhadap Iklan Silences in Annual Report. Critical
Televisi Minuman “Kuku Bima Perspective on Accounting (2003).
Energi” Versi Kolam Susu). Jurnal 533-552. Elsevier Science Ltd.: USA.
Ilmu Komunikasi, Volume 8, No. 1, Creswell, J. W. 2013. Research Design:
Januari – April 2010. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Al-Qur’an Terjemahan. 2002. Al-Huda, Mixed. Edisi Ketiga Terjemahan.
Kelompok Gema Insani: Depok, Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Jakarta. DeVoe, S. E. dan J. House. 2011. Time,
money, and happiness: How does
15

putting a price on time affect our Critical Perspective on Accounting


ability to smell the roses? Journal of (2008) 222-254. Elsevier Ltd.: USA.
Experimental Social Psychology. Ludigdo, U. 2004. Mengembangkan
Elsevier Inc.: USA. Pendidikan Akuntansi Berbasis IESQ
Diener, E. dan Oishi S. 2000. Money and Untuk Meningkatkan Perilaku Etis
Happiness: Income and Subjective Akuntan. Jurnal TEMA, Volume 5,
Well-being across Nations. The MIT No.2, September, 2004.
Press: USA. Ludigdo, U. 2008. Makna Uang Dalam
Diener, E. J. Horwitz, dan R. A. Emmons. Konstruksi Kesadaran Etis Akuntan.
1978. Happiness of The Very Healthy. Jurnal Tema: Malang, Jawa Timur.
Psychology Department, University of Migone, A. 2004. Hedonistic Consumerism:
Illinois, USA. From Want-Satisfaction to Whim-
Dunn, E. W., L. B. Aknin., dan M. I. Norton. Satisfaction. Department of Political
Spending Money on Others Promotes Science, Simon Fraser University.
Happiness. Science Magazine, 319, Centre for Global Political Economy
1687, 2008. Working Paper 2004-2005: Canada.
Emmons, R. A. 2003. Personal Goals, Life Needleman, J. 1991. Money and The
Meaning and Virtue: Wellsprings of Meaning of Life. Doubleday Publishing
Positive Life. Warwick University, Company: U.S.A.
United Kingdom. Purnomosidi, M. R. 2012. Interpretasi
Gardner, J. dan A. Oswald, 2001. Does Mahasiswa Atas Independensi
Money Buy Happiness? A Longitudinal Akuntan: Sebuah Studi Fenomenologi
Study Using Data on Windfalls. Perjalanan Kesadaran Intelektual.
Warwick University, United Kingdom, Skripsi. Jurusan Akuntansi, Fakultas
Gino, F. dan L. Pierce. 2009. The abundance Ekonomi dan Bisnis, Universitas
effect: Unethical behavior in the Brawijaya, Malang.
presence of wealth. Organizational Prasetyo, Aris Putro. 2012. Persepsi
Behavior and Human Decision Perempuan Remaja Terhadap
Processes 109 (2009) 142–155. Maskulinitas Boyband Indonesia Era
Elsevier Inc.: USA. 2010-an. Skripsi. Jurusan Ilmu
Haryanto, S. 2004. Konsep Spiritual Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan
Intelligence Danah Zohar dan Ian Ilmu Politik, Universitas Brawijaya,
Marshall Sebagai Pencegahan Stres. Malang.
Skripsi. Institut Agama Islam Negeri Puritamy, Ayu. 2011. Studi Interaksionisme
(IAIN) Walisongo, Semarang. Simbolik Komunikasi Pedagang
Kleftaras, G. dan E. Psarra. 2012. Meaning Keturunan Tionghoa di Kota Malang
in Life, Psychological Well Being and dalam Tranksaksi Perdagangan.
Depressive Symptology: A Skripsi. Jurusan Ilmu Komunikasi,
Comparative Study. Scientific Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Research Journal Psychology Vol.3, Universitas Brawijaya, Malang.
No.4, 337-345, 2012. SciRes: Greece. Puspito, N. T., M. Elwina S., I. S. Utari, dkk.
Little, C. A., D. M. Burt dan D. I. Perrett. 2010. Pendidikan Anti Korupsi untuk
2006. What is good beautiful: Face Perguruan Tinggi. Kementrian
Preference reflects desired personality. Pendidikan dan Kebudayaan RI,
Personality and Individual Differences Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
41 (2006) 1107–1118, Elsevier Ltd.: Bagian Hukum Kepegawaian: Jakarta.
USA. Qouidbach, J., E. W. Dunn, K. V. Petrides,
Low, M., H. Davey, dan K. Hooper. 2006. dan M. Mikolajczak. 2010. Money
Accounting Scandals, Ethical Giveth, Money Taketh Away: The
Dillemas, and Educational Challenges. Duan Effect of Wealth on Happiness.
16

Personality & Individual Differences Psychological Science, Volume 20, pp.


Unit, University of Liege, Belgium. 700-706.
Scotland, J. 2012. Exploring Philosophical
Underpinnings of Research: Relating
Ontology and Epistemology to the
Methodology and Methods of
Scientifics, Interpretive, and Critical
Research Paradigms. English
Language Teaching; Vol. 5, No. 9;
2012. Published by Canadian Center of
Science and Education: Qatar.
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian
Kualitatif. CV. Alfabeta: Bandung.
Veenhoven, R. 2003. Hedonism and
Happiness. Journal of Happiness
Study, 2003 Vol. 4, pg. 437-457.
Vohs, K. D., N. L. Mead dan M. R. Goode.
2006. The Psychological
Consequences of Money. Science
Magazine, Volume 314, 17 November
2006. New York Avenue, USA.
Vohs, K. D., N. L. Mead dan M. R. Goode.
2008. Merely Activating the Concept of
Money Changes Personal and
Interpersonal Behavior. Psychological
Science, Volume 17, pp. 208-212.
Walidah, F. 2013. Telaah Komparatif Atas
Pemikiran Danah Zohar, Ian Marshall
dan Ary Ginanjar Agustian Tentang
Kecerdasan Intelektual (Studi
Kepustakaan). Skripsi. Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN),
Salatiga.
Xie, W., B. Yu, X. Zhou, C. Sedikides, dan
K. D. Vohs. 2013. Money, Moral
Transgressions, and Blame. Journal of
Consumer Psychology (2013).
Yang, X., Q. Wu, X. Zhou, N. L. Mead, K.
D. Vohs, & R. F. Baumeister. 2012.
Diverging Effects on Clean Versus
Dirty Money on Attitudes, Values, and
Interpersonal Behavior.
Zelizer, V. A. 1994. The Social Meaning of
Money. BasicBooks, HarperCollins
Publisher, Inc., New York, U.S.A.
Zhou, X., K. D. Vohs, R. F. Baumeister.
2009. The Symbolic Power of Money:
Reminder of Money Alter Social
Distress and Physical Pain.
17

Anda mungkin juga menyukai