Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH GAYA HIDUP HEDONISME DAN LITERASI KEUANGAN

TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN TENAGA KERJA MUDA


DI KOTA SURABAYA

PROPOSAL PENELITIAN
disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian

Oleh:
KHRISNA BAYU KUSUMA
2020212343

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA SURABAYA


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2022
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globasasi saat ini membawa peningkatan serta pertumbuhan perekonomian
seluruh negara-negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia yang memberikan dampak
terhadap perilaku keuangan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Individu harus
dapat mengelola keuangannya secara cermat agar menghasilkan keputusan yang tepat
dan efisien dalam penggunaan ataupun alokasi dana yang dimiliki. Saat ini, bila dilihat
disebuah kafe, mall, atau tempat wisata, maka pemandangan yang akan kita lihat adalah
generasi muda yang sedang sibuk dengan kegiatan dunia gemerlap kota. Hal ini memicu
timbulnya perilaku konsumtif dan terjadinya kegagalan pengelolaan keuangan pada
generasi muda dalam mengelola keuangan pribadi mereka, agar mereka bisa mengatur
dan mengelola antara pendapatan yang didapat dan pengeluaran yang sudah dianggarkan
dengan baik.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan pengelolaan keuangan yang baik.
Pengelolaan keuangan adalah tentang cara kita menjalani hidup setiap hari, dengan
senantiasa memperhatikan penghasilan yang kita peroleh dalam waktu terbatas, untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan sepanjang perjalanan hidup kita hingga usia
berakhir (OJK, 2019).
Sedangkan menurut Putri & Lestari (2019),perilaku pengelolaan keuangan merupakan
bagian dari kegiatan manajemen keuangan pribadi yang merupakan proses seorang
individu memenuhi kebutuan hidup melalui kegiatan mengelola sumber keuangan secara
tersusun dan sistematis. Mengelola keuangan tidak hanya penting untuk setiap individu
ataupun keluarga, para pekerja pun harusnya dapat mengelola keuangannya dengan baik
agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memperoleh kehidupan yang mandiri, bahagia
dan sejahtera. Perilaku pengelolaan keuangan pekerja yang bekerja dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu literasi keuangan, gaya hidup hedonisme dan tingkat
pendapatan.
Perilaku pengelolaan keuangan sangat erat kaitannya dengan literasi keuangan.
Literasi keuangan adalah aktifitas seseorang dalam meningkatkan pengetahuan maupun
keterampilannya dalam bidang keuangan yang meliputi pengetahuan umum keuangan,
pengetahuan manajemen keuangan, pengetahuan mengenai tabungan dan investasi, dan
pengetahuan mengenai manfaat dan risiko produk-produk keuangan (Setyawan &
Wulandari, 2020). Dengan demikian, literasi keuangan yang baik akan mendorong
pengelolaan keuangan yang baik pula. Alexander & Pamungkas (2019) membuktikan
2
bahwa literasi keuangan berpengaruh positif secara signifikan terhadap perilaku
pengelolaan keuangan.
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam perilaku pengelolaan keuangan juga dapat
dilihat dari gaya hidup hedonisme dari seseorang tersebut. Gaya hidup dapat dikatakan
sebagai suatu pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas, minat,
dan opininya. Gaya hidup hedonisme adalah pola hidup yang mencari kesenangan dan
menganggap kesenangan adalah tujuan hidup (Parmitasari et al., 2018). Gaya hidup
hedonisme bisa menyebabkan seseorang membelanjakan uangnya untuk memenuhi
keinginan, bukan kebutuhan, sehingga berdampak buruk pada pengelolaan keuangannya.
Rohmanto & Susanti, (2021) menyatakan bahwa semakin tinggi gaya hidup hedonisme
maka semakin kurang baik manajemen keuangan pribadi karena orang yang memiliki
kebiasaan tersebut akan menjadi lebih boros dalam hal keuangan karena tidak dapat
membedakan antara kebutuhan dengan keinginan. Namun gaya hidup hedonisme juga
bisa mendorong seseorang untuk mengelola keuangannya dengan baik yang dilakukan
agar dapat memenuhi keinginan untuk membeli barang mewah, menjalankan hobi, atau
melakukan aktivitas lain yang diinginkan. Penelitian yang dikemukakan Parmitasari et
al.(2018) juga menyebutkan bahwa gaya hidup hedonisme berpengaruh positif terhadap
perilaku perilaku pengelolaan keuangan, yang berarti semakin tinggi gaya hidup
hedonisme maka akan mendorong orang tersebut semakin baiknya perilaku pengelolaan
keuangan.
Selain literasi keuangan dan gaya hidup hedonisme, tingkat pendapatan juga
memiliki pengaruh terhadap perilaku pengelolaan keuangan. Tingkat pendapatan atau
income adalah peningkatan atau pertambahan dari seluruh transaksi distributif yang
diterima oleh individu,suatu keluarga atau rumah tangga selama periode tertentu
(Alexander & Pamungkas, 2019). Seluruh transaksi yang diterima tersebut bukan hanya
didapatkan dari gaji atau upah melainkan dari bonus & komisi, pensiun, jaminan sosial,
tunjangan anak, hasil investasi dari bunga dan dividen yang diterima, pendapatan dari
penjualan aset dan penghasilan lainnya.
Masyarakat dengan latar belakang pengetahuan keuangan yang baik akan sadar dan
lebih mementingkan proritas. Namun tidak menutup kemungkinan jika masyarakat
dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan kondisi finansial yang mapan akan
membelanjakan uangnya secara berlebihan tanpa adanya perhitungan dengan baik karena
mereka terdesak dengan gaya hidup yang ada pada lingkungannya. Rendahnya tingkat
literasi keuangan masyarakat juga menjadi penyebab tidak berjalan dengan baik sebuah
3
pengelolaan keuangan. Literasi keuangan menjadi sangat penting karena merupakan
sebuah landasan kritis bagi seseorang untuk pengambilan keputusan pembelian sesuatu.
Berdasakan ketiga variabel yang telah diuraikan di atas, yaitu literasi keuangan, gaya
hidup hedonisme, dan tingkat pendapatan berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan.
banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku pengelolaan keuangan para pekerja.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengembangkan penelitian dengan menggunakan
variabel-variabel tersebut pada para tenaga kerja muda di wilayah Kota Surabaya dengan
judul “Pengaruh Gaya Hidup Hedonisme, dan Literasi Keuangan Terhadap
Pengelolaan Keuangan Tenaga Kerja Muda di Kota Surabaya”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan berikut identifikasi masalah
yang dihadapi para tenaga kerja muda di Kota Surabaya:
1. Pengetahuan mengenai pengelolaan keuangan yang masih rendah
2. Tenaga kerja muda masih belum mampu mengelola keuangannya dengan baik.
3. Gaya hidup hedonisme atau menganggap kenikmatan dan kesenangan semata itu
adalah hal utama mengakibatkan tenaga kerja muda sering mengalami kegagalan
dalam mengelola keuangan.
4. Kurangnya penggunaan keuangan tenaga kerja muda yang lebih efisien,
dikarenakan untuk mendapatkan citra diri yang tinggi didepan rekan kerja
lainnya.

C. Batasan Masalah
Pada penelitian ini, peneliti membatasi objek penelitian yaitu pada tenaga kerja
muda rentang usia 21-27 tahun CV. Muara Mas di Kota Surabaya.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah literasi keuangan berpengaruh terhadap perilaku pengelolaan keuangan
tenaga kerja muda di Kota Surabaya?
2. Apakah gaya hidup hedonisme berpengaruh terhadap perilaku pengelolaan
keuangan tenaga kerja muda di Kota Surabaya?

4
3. Apakah tingkat pendapatan berpengaruh terhadap perilaku pengelolaan
keuangan tenaga kerja muda di Kota Surabaya?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah pada penelitian ini maka peneliti memiliki tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk menguji pengaruh literasi keuangan terhadap perilaku pengelolaan
keuangan tenaga kerja muda di Kota Surabaya.
2. Untuk menguji pengaruh gaya hidup hedonisme terhadap perilaku pengelolaan
keuangan tenaga kerja muda di Kota Surabaya.
3. Untuk menguji pengaruh tingkat pendapatan terhadap perilaku pengelolaan
keuangan tenaga kerja muda di Kota Surabaya.

F. Kegunaan Hasil Penelitian


Dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan berbagai manfaat baik secara
empiris, teoritis maupun kebijakan diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi para tenaga kerja muda
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang
perilaku pengelolaan keuangan serta bermanfaat bagi tenaga kerja muda.
2. Bagi Civitas Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Civitas Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Indonesia sebagai koleksi kumpulan penelitian yang dapat digunakan
sebagai referensi penelitian yang akan datang.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang akan
melakukan penelitian yang berkaitan dengan topik perilaku pengelolaan
keuangan.

5
6
II. LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
1. Perilaku Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan keuangan merupakan bagian dari kegiatan manajemen keuangan pribadi
yang merupakan proses seorang individu memenuhi kebutuan hidup melalui kegiatan
mengelola sumber keuangan secara tersusun dan sistematis (Putri & Lestari, 2019). Perry
& Morris (dalam Anggraeni, 2021) mendefinisikan bahwa perilaku pengelolaan
keuangan (financial management behavior) merupakan kecenderungan individu untuk
merencanakan, menyimpan, dan mengendalikan pengeluaran keuangan. Kholilah &
Iramani (2013) mendefinisikan perilaku pengelolaan keuangan sebagai kemampuan
seseorang dalam mengatur (perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan,
pengendalian, pencarian dan penyimpanan) dana keuangan sehari-hari. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa perilaku pengelolaan keuangan berkaitan dengan pengelolaan
pendapatan seseorang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di masa
sekarang maupun masa depan.
Pengelolaan keuangan dapat diukur dengan lima hal yaitu mengendalikan pengeluaran,
membayar tagihan tepat waktu, merencanakan keuangan masa depan seseorang,
menyimpan uang, dan menyediakan kebutuhan untuk individu dan keluarga Perry &
Morris (dalam Anggraeni, 2021). Kholilah & Iramani (2013) menyatakan bahwa
indikator untuk mengukur variabel perilaku pengelolaan keuangan ini yaitu dengan
pembayaran tagihan tepat waktu, penyusunan rancangan keuangan untuk masa depan,
penyisihan uang untuk tabungan, pembagian uang untuk pribadi dan keluarga.

2. Literasi Keuangan dan Pengaruhnya pada Perilaku Pengelolaan Keuangan


Literasi keuangan merupakan pemahaman individu mengenai konsep keuangan dan
pengetahuan individu mengenai fakta-fakta keuangan pribadi yang dibutuhkan sebagai
dasar dalam pengelolaan serta pengambilan keputusan keuangan secara efektif
(Alexander & Pamungkas, 2019). Setyawan & Wulandari (2020) mendefinisikan bahwa
literasi keuangan adalah aktifitas seseorang dalam meningkatkan pengetahuan maupun
keterampilannya dalam bidang keuangan yang meliputi pengetahuan umum keuangan,
pengetahuan manajemen keuangan, pengetahuan mengenai tabungan dan investasi, dan
pengetahuan mengenai manfaat dan resiko produk-produk keuangan. Literasi keuangan
merupakan hal dasar yang harus dimiliki oleh setiap individu kerena literasi keuangan
berkaitan dengan perilaku pengelolaan keuangan serta pengambilan keputusan keuangan
7
secara efektif. Literasi keuangan yang baik akan membuat seseorang sadar dan lebih
mementingkan prioritas dalam pengambilan keputusan pembelian sesuatu Putri & Lestari
(2019). Setyawan & Wulandari (2020) menyimpulkan bahwa literasi keuangan
berpengaruh positif terhadap perilaku pengelolaan keuangan.
Variabel literasi keuangan dapat diukur dengan indikator pengetahuan tentang bunga
dan kredit, pengetahuan tentang dividen, pengetahuan tentang penyusunan anggaran
keuangan, pengetahuan tentang cara membuka polis asuransi, pengetahuan tentang cara
investasi pada reksadana dan pengetahuan tentang cara investasi pada deposito,
pengetahuan tentang cara investasi pada properti, serta pengetahuan tentang perincian
laporan kredit (Kholilah & Iramani, 2013). Menurut Iramani & Lutfi (2021), literasi
keuangan dapat diukur dari beberapa indikator yaitu pengetahuan dasar keuangan,
tabungan, kredit, asuransi, dan investasi. Sementara Chen & Volpe (dalam Anggraeni,
2021) menyatakan bahwa literasi keuangan dapat diukur dari beberapa hal yaitu
pengetahuan keuangan secara umum, simpanan dan pinjaman, asuransi, dan investasi.
Berdasarkan beberapa indikator yang telah diuraikan diatas, peneliti memilih
menggunakan indikator menurut Iramani & Lutfi (2021) untuk mengukur variabel
literasi keuangan.

3. Gaya Hidup Hedonisme dan Pengaruhnya pada Perilaku Pengelolaan Keuangan


Gaya hidup dapat dikatakan sebagai suatu pola hidup seseorang di dunia yang
diekspresikan dalam aktifitas, minat, dan opininya. Gaya hidup hedonisme adalah pola
hidup yang mencari kesenangan dan menganggap kesenangan adalah tujuan hidup
(Parmitasari et al., 2018). Gaya hidup hedonis adalah pola hidup yang mengarahkan
aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu
diluar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli
barang-barang mahal (branded) untuk memenuhi hasratnya, cenderung followersdalam
gaya hidupnya dan selalu ingin menjadi pusat perhatian (Kasali dalam Anggraeni, 2021).
Parmitasari et al. (2018) juga mengatakan bahwa Gaya hidup hedonisme dapat membuat
kebutuhan seseorang tidak terpenuhi demi memenuhi keinginannya. Hal ini
dilatarbelakangi adanya keinginan untuk terlihat cantik dan tidak ketinggalan. Variabel
gaya hidup dapat diukur dengan melihat tiga hal yaitu gaya hidup seseorang dalam
mengikuti tren dan mode, pandangan orang lain, dan pendangan seseorang seputar
barang bermerk (Ardiawan & Kusumadewi, 2015). Menurut (Anggraeni, 2021) gaya
hidup hedonisme dapat diukur berdasarkan gaya hidup tren masa kini, membeli atau
8
memakai barang-barang bermerek, gemar mengunjungi tempat-tempat yang bersifat
hedon, menghabiskan waktu diluar rumah, suka menjadi pusat perhatian. Berdasarkan
beberapa indikator yang telah diuraikan diatas, peneliti memilih menggunakan indikator
menurut (Kasali dalam Anggraeni, 2021) untuk mengukur variabel gaya hidup
hedonisme.
Gaya hidup hedonisme yang tinggi akan berdampak pada perilaku pengelolaan
keuangan yang buruk, karena gaya hidup hedonisme yang tinggi akan mendorong
seseorang untuk melakukan pembelian secara berlebihan dan tidak sesuai dengan
kebutuhan melainkan pada keinginan, hal tersebut akan mendorong seseorang
berperilaku hidup boros. Pandangan ini sejalan dengan penelitian Nurvitria (2015) dan
Kosyu et al.(2014) yang membuktikan bahwa semakin tinggi gaya hidup hedonisme
maka semakin kurang baik dalam perilaku pengelolaan keuangannya Hasil penelitian
dari juga membuktikan bahwa gaya hedonisme yang tinggi dapat memicu pengelolaan
pengelolaan keuangan yang kurang baik. Namun gaya hidup hedonisme juga bisa
mendorong perilaku keuangan yang lebih baik. Parmitasari et al. (2018) membuktikan
bahwa gaya hidup hedonisme berpengaruh positif pada perilaku pengelolaan keuangan
mahasiswa. Hal tersebut berarti apabila seseorang memiliki gaya hidup hedonisme yang
tinggi maka seseorang tersebut memiliki perilaku pengelolaan keuangan yang baik pula.
Perilaku pengelolaan yang baik ini dilakukan agar seseorang gaya hidup hedonisme
dapat memenuhi pengelurang cukup besar untuk kebutuhan hobi, barang mewah, dan
aktivitas lain di masa datang.

4. Tingkat Pendapatan dan Pengaruhnya pada Perilaku Pengelolaan Keuangan


Tingkat pendapatan atau income adalah peningkatan atau pertambahan dari seluruh
transaksi distributif yang diterima oleh individu, suatu keluarga atau rumah tangga
selama periode tertentu (Alexander & Pamungkas, 2019). Seluruh transaksi yang
diterima tersebut bukan hanya didapatkan dari gaji atau upah melainkan dari bonus &
komisi, pensiun, jaminan sosial, tunjangan anak, hasil investasi dari bunga dan dividen
yang diterima, pendapatan dari penjualan aset dan penghasilan lainnya. Sedangkan
menurut Kholilah & Iramani (2013), pendapatan merupakan penghasilan seseorang atau
keluarga yang terdiri dari pendapatan inti dan pendapatan lain-lain. Termasuk dalam
pendapatan inti yaitu seperti upah dan gaji, sedangkan pendapatan bunga, dan
pendapatan investasi termasuk dalam pendapatan lain-lain.

9
Besar kemungkinan bahwa individu dengan pendapatan yang lebih akan
menunjukkan perilaku pengelolaan keuangan lebih bertanggung jawabkarenaindividu
tersebut memiliki lebih banyak sisa dana untuk menabung, berinvestasi, asuransi, dan
kebutuhan di hari tua. Hilgert dalam Anggraeni (2021) menyatakan bahwa seseorang
yang memiliki pendapatan yang lebih rendah kemungkinan akan melaporkan membayar
tagihan mereka kurang tepat waktu dibandingkan dengan seseorang yang memiliki
pendapatan yang lebih tinggi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Novianti et al (2016)
yang menyatakan bahwa tingkat pendapatan berpengaruh positif terhadap perilaku
pengelolaan keuangan. Namun hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian Kholilah &
Iramani (2013) serta Alexander & Pamungkas (2019) yang menyatakan bahwa
pendapatan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pengelolaan
keuangan.

B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan deskripsi teori yang telah diuraikan maka kerangka pemikiran dalam
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Berpikir


C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka penelitian yang telah dirancang, maka hipotesis yang akan
diajukan oleh peneliti sebagai berikut :
H1 : Literasi keuangan memiliki pengaruh positif terhadap pengelolaan keuangan
pekerja.
H2 : Gaya Hidup Hedonisme berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan pekerja.

10
H3 : Tingkat Pendapatan berpengaruh positif terhadap pengelolaan keuangan
pekerja.

11
III. PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode
Metode penelitian adalah rancangan, pedoman ataupun acuan penelitian yang akan
dilaksanakan. Sesuai permasalahan yang di angkat dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif menurut Juliandi dkk (2015, hal 65) bahwa
penelitian kuantitatif adalah analisis data terhadap data-data yang mengandung angka-
angka atau numerik tertentu.

B. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah Tenaga Kerja Muda CV. Muara Mas Surabaya
kriteria usia 21-27 tahun. Adapun sample yaitu sebanyak 50 orang yang mewakilinya.
Maka metode pemilihan sample yang digunakan adalah Judgement sampling, (Juliandi
dkk 2015, hal 58) judgement sampling adalah teknik penarikan sample yang dilakukan
berdasarkan karakteristik yang ditetapkan terhadap elemen populasi target yang
disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Teknik penentuan sample dengan
pertimbangan tertentu dengan kriteria usia 21-27 tahun.

C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, digunakan instrumen penelitian yaitu berupa kuesioner
menggunakan teknik skala likert dirancang untuk menguji tingkat kesetujuan (degree of
agreement) responden terhadap suatu pernyataan. Tingkat kesetujuan itu pada umumnya
dibagi atas lima angkatan yaitu Sangat Tidak Setuju (1), Tidak Setuju (2), Kurang Setuju
(3), Setuju (4) dan Sangat Setuju (5) responden diminta melingkari nomor yang sesuai
dengan penilaiannya. Kriteria pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria pengukuran skala likert

12
D. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau
keterangan yang menunjukkan fakta (Juliandi, dkk: 2015, hal. 65). Dalam penelitian ini,
pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner kepada responden. Peneliti
menyebarkan kuesioner secara tertutup. Selanjutnya dilakukan kriteria pengukuran
menggunakan skala likert seperti pada Tabel 1. Adapun instrumen yang disusun diuji
kelayakannya melalui pengujian validitas dan reliabilitas seperti berikut:
a. Uji Validitas
Validitas dapat menggambarkan ukuran tingkat kevalidan sebuah
instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila termasuk dalam kategori tinggi,
sedangkan instrumen yang memiliki validitas rendah maka dapat dikatakan
kurang valid (Arikunto, 2012). Kevalidan suatu instrumen dapat diuji
menggunakan rumus korelasi product moment, secara matematis ditulis
sebagai berikut:
N Σ XY −( Σ X )( ΣY )
r xy = (1)
√[ ( N Σ X −( Σ X ) )( N Σ Y −( Σ Y ) )]
2 2 2 2

(Arikunto, 2012)
Keterangan:
r xy =¿ angka korelasi product moment
N = banyaknya responden
X = skor butir soal
Y = skor total butir soal
Butir soal dikatakan valid apabila r hitung >r tabel dengan taraf signifikan
α =0 , 05 atau 5 %. Kriteria angka korelasi product moment dapat
diinterpretasikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kriteria angka korelasi product moment
Angka korelasi Makna
0,800<r ≤ 1,000 Sangat valid
0,600<r ≤ 0,799 Valid
0,400<r ≤ 0,599 Cukup valid
0,200<r ≤ 0,399 Tidak valid
0,000<r ≤ 0,199 Sangat tidak valid
(Arikunto, 2012)
b. Reliabilitas

13
Reliabilitas dapat menggambarkan sebuah instrumen dapat digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto,
2012). Adapun untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus Spearman-
Brown dengan persamaan sebagai berikut:
2r1 1
22
r 11= (3.2)
(1+r 1 1 )
22

(Arikunto, 2012)
Keterangan:
r 11 =¿ reliabilitas instrumen
r 1 1 = r yang diartikan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen
xy
22

Instrumen tes dinyatakan reliabel apabila r hitung >r tabel dengan taraf
signifikan α =0 , 05 atau 5 %. Kriteria koefisien reliabilitas dapat
diinterpretasikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Kriteria koefisien reliabilitas
Angka korelasi Makna
0,81<r ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,61<r ≤ 0,80 Tinggi
0,41<r ≤ 0,60 Cukup
0,21<r ≤ 0,40 Rendah
0,00<r ≤ 0,20 Sangat rendah
(Arikunto, 2012)
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan jawaban dari rumusan masalah yang akan diteliti
dari masing-masing variabel. Variabel bebas (Literasi Keuangan, Gaya Hidup, dan
Pendapatan) tersebut berpengaruh terhadap variabel terikat nya Perilaku Keuangan, baik
secara simultan maupun parsial. Berikut ini adalah teknik analisis data yang digunakan
untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini :
1. Regresi Linier Berganda
Regresi adalah suatu metode untuk menentukan sebab dan akibat antara satu
variabel dengan variabel-variabel yang lain. Secara umum rumus regresi
linier berganda adalah sebagai berikut :

Keterangan :

14
Y : Perilaku Keuangan
X1 : Literasi Keuangan
X2 : Gaya Hidup
a : Konstanta
β1 dan β2 : Koefisien regresi

Besarnya Konstanta terlihat dari dalam a dan besarnya koefisien


regresi dari masing-masing variabel independen ditunjukkan dari b. Dengan
kriteria yang digunakan untuk melakukan analisis regresi dapat dilakukan
dengan menggunakan uji asumsi klasik. Tujuan pengujian ini adalah untuk
mendeteksi adanya penyimpangan yang cukup serius dari asumsi-asumsi
pada regresi berganda. Sebelum peneliti melakukan uji hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini perlu dilakukan pengujian asumsi klasik pada
regresi berganda.
Sebelum melakukan pengujian hipotesis dari penelitian ini, dilakukan
pengujian asumsi klasik, hal ini untuk memastikan bahwa alat uji regresi
berganda dapt digunakan atau tidak. Apabila uji asumsi klasik telah
terpenuhi, maka alatt uji statistik regresi linier berganda telah dapat
digunakan. Pengujian asumsi klasik ini bermaksud untuk mendeteksi adanya
penyimpangan asumsi klasik pada regresi berganda. Maka ada bebeapa
kriteria persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi untuk bisa
menggambarkan regresi berganda, yaitu sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Menurut (Ghozali, 2011) pengujian normalitas ini bertujuan
untuk “apakah dalam model regresi, variabel independen (bebas) dan
variabel devenden (terikat) keduanya apakah mempunyai distribusi
normal atau tidak”. Dasar pengembalian keputusan dalam deteksi
normalitas yaitu data menyebar disekitar garis diagonal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalis. Tetapi jika data menyebar jauh dari
garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model
regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Menurut (Juliandi dan Irfan 2014, hal.160) uji normalitas yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan:
1) Uji NormalP-P Plot of Regression Standardized Residual
15
Uji ini dapat digunakan untuk melihat model regresi normal
atau tidaknya dengan syarat yaitu:
a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal atau grafik historisnya
menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogramnya
menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2) Uji kolmogorov smirnov
Uji ini bertujuan agar dalam penelitian ini dapat mengetahui
berdistribusi normal atau tidaknya antara variabel
independen dengan variabel dependen ataupun keduanya.
a) Jika angka signifikansi > 0,05 maka data mempunyai
distribusi yang normal.
b) Jika angka signifikansi < 0,05 maka data tidak
mempunyai distribusi yang normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independen dan variabel
bebas. Model regresi yang baik seharusnya bebas dari uji
multikolinearitas atau tidak terjadi kolerasi diantara variabel
independen. di dalam model regresi dapat diketahui dari nilai toleransi
dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai toleransi lebih
besar dari 0,1 atau nilai VIF lebih kecil dari 10, maka dapat
disimpulkan tidak terjadinya multikolinieritas pada data yang akan
diolah.
c. Uji Heterokedastisitas
Menurut (Juliandi 2014, hal.161) “ Heterokedastitas digunakan
untuk menguji apakah dalam model regresi, terjadi ketidaksamaan
varians dari residual dari suatu pengamatan yang lain”. Jika variasi
residual dari suatu pengamatan yang lain tetap, maka disebt
homokedasittas, dan jika varians berbed disebut heterokedastitas.
16
Model yang baik adalah tidak terjadi heterokedastitasi. Dasar
pengambilan keputusannya adalah :jika pola tertentu, seperti titik-titik
(poin-poin) yang ada membentuk satu pola tertentu teratur, maka
terjadi heterokedastistas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
poin 0 menyebar dibawah dan diatas angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heterkedastisitas (Juliandi, 2014).

2. Uji Normalitas
Menurut Sugiyono (2012, hal.93) Pengujian hipotesis adalah jawab
sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis adalah data yang
penting karna berperan penting untuk menjawab rumusan masalah penelitian,
dan hipotesis penelitian.
a. Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji apakah ada pengaruh secara
parsial antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) untuk
menguji signifikan atau tidak antara variabel bebas terhadap variabel
terikat dapat dilihat pada nilai probabilitasnya. Menurut Sugiyono
(2010, hal 184) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat
signifikan dapat dilakukan uji- t dengan rumus, yaitu :

Keterangan :
t = t hitung yang dikonsultasikan
r = Korelasi parsial yang ditemukan
n = Jumlah sampel

Ketentuan :
Jika nilai t dengan probabilitas korelasi yakni sig-2 tailed < taraf
signifikan (α) sebesar 0,05 maka H 0 diterima. Sedangkan jika nilai t
dengan probabilitas t dengan korelasi yakni sig-2 tailed > taraf
signifikan (α) sebesar 0,05 maka H0 ditolak.
Bentuk pengujian:

17
1) H0 : rs = 0, artinya tidak terdapat hubungan signifikan antara
variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y).
2) H0 : rs ≠ 0, artinya terdapat hubungan signifikan antara variabel
bebas (X) dengan variabel terikat (Y).
Kriteria pengambilan keputusan
1) H0 diterima jika: -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, pada α = 5%, df= n-2
2) H0 ditolak jika: thitung > ttabel atau –thitung < -ttabel

Gambar 2 Kriteria pengujian hipotesis uji t


Keterangan:
thitung = Hasil perhitungan korelasi kebijakan hutang, ukuran perusahaan
dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
ttabel = Nilai t dan tabel t berdasarkan n

b. Uji – F
Uji F pada dasarnya menunjukkan secara serentak apakah
variabel bebas atau dependent variabel (Xi) mempunyai pengaruh yang
positif atau negatif, serta signifikan terhadap variabel terikat atau
dependent variabel (Y). Menurut Silaen (2017, hal. 165) untuk
pengujian signifikansi atau uji hipotesis terhadap korelasi berganda
digunakan uji F dengan menggunakan rumus F hitung sebagai berikut:

Keterangan:
Fh = F hitung
R2 = Koefisien korelasi ganda
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah Sampel

18
Adapun Tahap-tahapannya adalah sebagai berikut :
1) Bentuk pengujian hipotesis dengan uji F
H0 = 0, berarti secara bersama-sama tidak ada pengaruh variable
bebas terhadap variable terikat.
Ha ≠ 0 berarti secara bersama-sama ada pengaruh variable bebas
dengan variable terikat.
2) Menentukan nilai F tabel
Menentukan taraf nyata atau level of significant, α = 0,05 atau 0,01
Derajat bebas (df) dalam distribusi F ada dua, yaitu :
df pembilang = dfn =df1= k
df penyebut = dfd = df2 = n – k – 1
df2 = 100 – 3 – 1 = 96
Dimana :
d = degree of freedom/ derajad kebebasan
n = Jumlah sampel
k = Banyaknya koefisien regresi
3) Menentukan daerah keputusan, yaitu dimana daerah hipotesa nol
diterima atau ditolak
- Ho diterima jika Fhitung ≤ Ftabel, artinya semua variable bebas
secara bersama-sama bukan merupakan variable penjelas yang
signifikan terhadap variable terikat.
- Ha ditolak jika Fhitung > Ftabel, artinya sermua variable bebas
secara bersama-sama merupakan variable penjelas yang
signifikan terhadap variable terikat.
4) Menentukan uji statistik nilai F
Nilai F table yang diperoleh dibandingkan dengan nilai F hitung
apabila nilai F hitung lebih besar dari F table maka diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara variable independen dan variable dependen.

19
Gambar 3 Kriteria pengujian hipotesis Uji F

3. Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan variabel independen (Merek dan Harga) dalam menerangkan
variabel dependen (Keputusan Pembelian).Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol dan satu. Jika nilai R2 semakin kecil (mendekati nol) berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen amat terbatas atau memiliki pengaruh yang kecil. Dan jika nilai R 2
semakin besar (mendekati satu) berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi dependen atau memiliki pengaruh yang besar. Menurut Sugiyono
(2010, hal 185) determinasi dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :
D = Koefisien determinasi
R = Koefisien korelasi variabel bebas dengan variabel terikat.
100% = Persentase Kontribusi

Untuk mempermudah peneliti dalam pengelolaan penganalisisan data,


peneliti menggunakan program komputer yaitu Statistical Program For
Social Science (SPSS).

20
IV. ORGANISASI DAN JADWAL PENELITIAN
A. Organisasi Penelitian
Alokasi
Program Waktu
No. Nama/NIM Uraian Tugas
Studi (jam/
minggu)
1 Khrisna Bayu Manajemen 6 jam / 1. Bertindak Sebagai Ketua
Kusuma/ 2020212343 minggu Kegiatan
2. Mengontrol jalannya
setiap kegiatan yang
dilakukan
3. Mengkoordinir jalannya
setiap evaluasi kegiatan
4. Mengkoordinir
pembagian tugas anggota
2 Justin Sudarmono/ Manajemen 6 jam / 1. Bertindak sebagai Wakil
2020212344 minggu Ketua Kegiatan
2. Bertanggung jawab atas
proses pengambilan data
(penyebaran kuesioner
terhadap responden)
3 Linda Evangelista/ Manajemen 6 jam / 1. Bertindak sebagai
2020212345 minggu Sekertaris Kegiatan
2. Bertanggung jawab atas
penyiapan tempat, alat tulis,
perlengkapan kuesioner
yang diperlukan pada kegiatan.
4 Siti Fatimah/ Manajemen 6 jam / 1. Bertindak sebagai
2020212346 minggu Bendahara Kegiatan
2. Bertanggung jawab atas
perlengkapan anggota selama
kegiatan.

21
B. Jadwal Penelitian
Adapun penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2023
dengan jadwal sebagai berikut:

V. BIAYA YANG DIPERLUKAN


Rincian biaya yang diperlukan untuk penelitian ini disajikan pada tabel berikut:
Unit Cost Jumlah
No. Kegiatan Volume Satuan
(Rp) (Rp)
1 Penyusunan Proposal
Penggandaan Proposal 4 paket 20.000 80.000
2 Pengadaan Bahan Habis Pakai
Kuesioner dan alat tulis 50 ok 5.000 250.000
Bahan Kontak 50 ok 5.000 250.000
3 Transport Penelitian 30 liter 10.000 300.000
4 ATK dan Penggandaan
a. Kertas 2 rim 40.000 80.000
b. Fotocopy dan jilid 1 paket 150.000 150.000
c. Tinta printer 2 buah 50.000 100.000
Jumlah 1.210.000

22

Anda mungkin juga menyukai