PROPOSAL PENELITIAN
DEPARTEMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
tertentu untuk memperoleh barang dan jasa yang mereka butuhkan. Motif konsumsi dalam
masyarakat modern lebih didasarkan pada motif emosional daripada rasional. Permasalahan
yang dihadapi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dipenuhi dengan berbagai aktivitas
konsumsi. Konsumsi barang atau jasa membentuk gaya hidup tertentu dari kelompok status
tertentu, dan dasar untuk naik dari kelompok status. Seseorang di kelas atas cenderung
memiliki gaya hidup yang berbeda dengan seseorang di kelas bawah. Mereka yang berada di
kelas atas cenderung mengkonsumsi lebih banyak daripada mereka yang berada di kelas
bawah. Ketidakseimbangan konsumsi ini terjadi karena kelimpahan sumber daya memfasilitasi
pengeluaran, dan, jika pengeluaran tersebut adalah dilakukan tanpa dilandasi oleh rasionalitas
literasi ekonomi, perilaku konsumtif kemungkinan besar akan terjadi. Masyarakat pesisir
terkenal dengan karakternya yang keras. Karakter ini dibenarkan karena gaya hidup
masyarakat ini sangat bergantung pada alam. Secara karakteristik, masyarakat pesisir ini telah
pada pengalaman hidup. Persekolahan formal di masyarakat pesisir sangat terbatas dan
didukung oleh fasilitas yang kurang memadai, menjadikan pendidikan di masyarakat pesisir
kurang berkualitas. Ditambah lagi dengan cara berpikir, budaya dan tekanan ekonomi. Isu-isu
tersebut mempengaruhi tingkat pemahaman (literasi) masyarakat tentang kebutuhan dasar,
aktivitas ekonomi rendah, yang mempengaruhi perilaku konsumsi. Kondisi sosial ekonomi
masyarakat pesisir dapat dinilai berdasarkan tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat
pendapatan, kepemilikan barang-barang berharga ekonomi, serta kualitas dan status tempat
tinggal (kepemilikan rumah). Masyarakat pesisir memiliki beberapa ciri, yaitu: (1) tingkat
pendidikan nelayan yang sangat rendah sehingga tidak ada pilihan pekerjaan selain
melanjutkan sebagai nelayan, (2) pendapatan nelayan (pendapatan harian) yang jumlahnya
tidak tetap, dengan pendapatan tergantung pada musim dan status nelayan, dan (3) nelayan erat
kaitannya dengan ekonomi barter dan produksi tidak terkait dengan makanan pokok.
Perilaku konsumsi masyarakat pesisir lebih konsumtif. Ketika pendapatan masyarakat ini
tinggi, maka pola konsumsi mereka juga tinggi. Namun, ketika pendapatan rendah, komunitas
ini bertahan hidup dengan menjual barang berharga mereka atau meminjam uang dengan
bagaimana tingkat literasi ekonomi dan kondisi sosial ekonomi keluarga mempengaruhi
perilaku konsumsi masyarakat pesisir di Indonesia. Dengan demikian, tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat literasi ekonomi dan kondisi sosial ekonomi
1.2 Tujuan
1. Mengkaji pengaruh literasi ekonomi dan kondisi sosial ekonomi terhadap kegiatan
1.3 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah menambah pengetahuan tentang bagaimana pengaruh
literasi terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir serta perkembangan kehidupan
1. Apa pengaruh literasi ekonomi dan kondisi sosial ekonomi terhadap kegiatan konsumsi
wilayah pesisir?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mengevaluasi konsep-konsep ekonomi sebagai hal yang sangat berkaitan dengan keuangan
pribadi, ekonomi, dan sistem politik. Salemi (2005) menekankan literasi ekonomi bagi
kemampuan peserta didik untuk menerapkan konsep dasar ekonomi pada situasi yang relevan
dengan kehidupan sehari-hari. Buckley (2013) mendefinisikan literasi ekonomi sebagai investasi
karena seseorang dengan literasi ekonomi yang baik akan mengelola akses ke standar pendidikan
dan kesejahteraan sosial yang meningkat secara signifikan, lebih peka terhadap ancaman
keuangan. Literasi ekonomi harus mendapat perhatian serius karena kaitannya dengan kemampuan
seseorang untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. Seseorang yang tidak memiliki literasi
ekonomi yang memadai akan gagal mengelola uangnya, dapat terjebak dalam hutang dan
memahami konsep ekonomi dengan cukup baik untuk membuat pilihan cerdas berdasarkan
pengetahuan tentang kebutuhan dasar, kelangkaan sarana pemenuhan kebutuhan, prinsip ekonomi,
motif ekonomi dan kegiatan ekonomi. Literasi ekonomi memainkan peran penting dalam membuat
pilihan cerdas. Menurut Sitorus (2000) status sosial menentukan posisi individu dalam masyarakat.
Status sosial didasarkan pada diferensiasi masyarakat ke dalam kelas-kelas vertikal menurut
kekayaan. Kondisi sosial ekonomi, khususnya kelas ekonomi, biasanya digunakan untuk
lain, diferensiasi vertikal masyarakat ke dalam kelas-kelas diwujudkan dengan adanya tingkatan
sosial mulai dari yang tinggi sampai yang rendah berdasarkan kekayaan. Menurut Max Webber,
kondisi sosial ekonomi membagi masyarakat ke dalam kelas - kelas berdasarkan kepemilikan
tanah dan kepemilikan. Kelas-kelas tersebut adalah kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah.
Pembagian masyarakat dengan cara ini masih memungkinkan seseorang dari kelas bawah naik ke
kelas atas, dan sebaliknya, seseorang dari kelas atas mungkin jatuh ke kelas bawah, tergantung
penguasaan materi. Ada kategori orang berdasarkan kepemilikan kekayaan dan aktivitas ekonomi
yang menggunakan prestasi mereka. Dengan kata lain, pendapatan, pendidikan, kepemilikan
kekayaan dan pekerjaan membagi anggota suatu masyarakat ke dalam berbagai lapisan atau kelas
sosial dalam suatu masyarakat. Dengan demikian, kondisi sosial ekonomi seseorang merupakan
indikator status atau posisinya dalam masyarakat, berdasarkan diferensiasi vertikal masyarakat ke
dalam kelas ekonomi. Kondisi sosial ekonomi ditunjukkan oleh faktor-faktor seperti tingkat
kepemilikan rumah.
proses bagi seorang pelanggan dalam mengambil keputusan pembelian, juga untuk menggunakan
dan membuang barang dan jasa yang dibelinya, dan juga termasuk faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan untuk membeli dan menggunakan suatu produk. Kemudian menurut
dan menggunakan suatu produk dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan sebelumnya
dan tindakan selanjutnya”. Perilaku konsumen juga menginformasikan studi tentang proses
produk (Griffin & Ebert, 2003). Berdasarkan definisi perilaku konsumen tersebut, dapat dikatakan
bahwa perilaku konsumen adalah perilaku dan aktivitas konsumsi yang diarahkan untuk
BAB III
METODE
3.1.Metode
deskriptif korelasional untuk mengetahui pengaruh antara beberapa variabel penelitian, yaitu
literasi ekonomi dan kondisi sosial ekonomi keluarga, sebagai variabel prediktor, dan perilaku
konsumsi sebagai kriteria variabel. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket,
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer
Data primer diperoleh dengan cara berperan langsung dalam survey ke lapangan
mengenai pengaruh literasi ekonomi dan kondisi sosial ekonomi terhadap kegiatan konsumsi
masyarakat pesisir
3.1.1.2.Data sekunder
Data sekunder diperoleh melalui wawancara langsung dengan masyarakat sekitar, hasil
pengamatan di lapangan serta studi pustaka yang relevan dengan kegiatan di lapangan.
3.2.Hipotesis
Ho : literasi ekonomi dan kondisi sosial ekonomi tidak berpengaruh terhadap perilaku
H1 : literasi ekonomi dan kondisi sosial ekonomi berpengaruh terhadap perilaku konsumsi
BAB IV
PEMBAHASAN
Tabel 1
2. 27 – 34 Tinggi 0 0.00
3. 21 – 26 Sedang 60 35.29
rendah, dengan nilai rata-rata 19,22 dan standar deviasi 2,99. Rendahnya tingkat literasi ekonomi
juga dibuktikan dengan menggunakan rumus persentase, menghasilkan angka interval 21%-40%
dalam kategori rendah. Oleh karena itu dapat ditunjukkan bahwa masyarakat pesisir memiliki
tingkat literasi ekonomi yang rendah mengenai kebutuhan dasar, kelangkaan sarana untuk
Kondisi sosial ekonomi keluarga masyarakat pesisir disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2
2. 21 - 25 Tinggi 0 0,00
3. 16 – 20 Sedang 0 0,00
4. 11 – 15 Rendah 32 18,82
rendah, dengan skor rata-rata 9,56 dan standar deviasi 1,31. Kondisi sosial ekonomi keluarga
yang rendah tersebut juga dibuktikan dengan menggunakan rumus persentase yang
menghasilkan interval dari 21%-40% dalam kategori rendah. Dengan demikian, masyarakat
pesisir memiliki kondisi sosial ekonomi keluarga yang sangat rendah, dilihat dari tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kepemilikan barang berharga ekonomi, dan
kepemilikan rumah.
Tabel 3
Deskriptif Tingkat Perilaku Konsumsi Masyarakat Pesisir
sedang, dengan nilai rata-rata 15,97 dan standar deviasi 1,14. Perilaku konsumsi tingkat
sedang ini juga dibuktikan dengan menggunakan rumus persentase yang menghasilkan
interval 41% - 60% dalam kategori sedang. Dengan demikian, dapat diamati bahwa
masyarakat pesisir memiliki perilaku konsumsi tingkat sedang, dilihat dari kepuasan
kebutuhan dasar menurut intensitas, penerapan prinsip ekonomi dalam konsumsi, motif
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat literasi ekonomi masyarakat pesisir
tergolong rendah, yang ditunjukkan dengan tingkat pemahaman masyarakat pesisir tentang
ekonomi dan kegiatan ekonomi. Dari 170 responden, 60 responden atau 35,29% termasuk
dalam kategori sedang, dan 110 responden atau 64,71% termasuk dalam kategori rendah,
tanpa ada responden yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, tinggi, atau sangat rendah.
Hasil tersebut didukung oleh perhitungan persentase yang menghasilkan hasil sebesar 48,06%
Hasil ini sejalan dengan pendapat Sina (2012) bahwa literasi ekonomi yang rendah
akan mempengaruhi karakteristik konsumsi suatu masyarakat. Indikasi lain dari rendahnya
literasi ekonomi adalah banyaknya kasus dan korban penipuan investasi. Fenomena lainnya
adalah rendahnya keinginan masyarakat Indonesia untuk menabung dan kecenderungan untuk
membelanjakan uang secara berlebihan, sehingga sulit untuk menjadi konsumen yang cerdas.
Dengan menjadi konsumen yang tunduk pada keinginan untuk berbelanja, masyarakat
Indonesia menciptakan siklus hidup yang menghalangi mereka untuk mencapai aspirasi
mereka.
keharusan bagi individu dan keluarga yang ingin sejahtera. Dengan kata lain, peningkatan
penguasaan literasi ekonomi tak terbantahkan dan dimulai dari keinginan untuk belajar
berimbang. Peningkatan literasi ekonomi berpengaruh positif terhadap akumulasi aset,
deakumulasi utang, proteksi, akumulasi tabungan dan pengelolaan pengeluaran (Sina, 2012).
Hasil ini juga sejalan dengan Caplan (Kustiandi, 2011), yang menyatakan bahwa literasi
manusia (konsumsi) tidak dapat dipisahkan dari masalah ekonomi. Selanjutnya hasil tersebut
juga sejalan dengan Budiwati (2014), yang menunjukkan bahwa perilaku konsumen
dipengaruhi oleh literasi ekonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
tingkat literasi ekonomi seseorang maka semakin rasional perilaku konsumsinya. Peningkatan
literasi ekonomi sangat penting dalam menciptakan konsumen yang rasional, dan dapat
dicapai melalui pendidikan ekonomi formal, pelatihan pendidikan nonformal, atau melalui
Hasil di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) pendidikan mempengaruhi tingkat
pengetahuan dan sikap yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keluarga, dan (2)
secara umum pendidikan mempengaruhi tingkat pendapatan yang mempengaruhi daya beli.
Daya beli yang tinggi akan memberikan lebih banyak pilihan dalam menentukan variasi
makanan dan gizi yang dikonsumsi. Dengan demikian, tingkat pendapatan yang tinggi, di
samping sikap dan pengetahuan ekonomi yang baik, akan berpengaruh positif terhadap
perilaku konsumsi.
perilaku konsumsi. Implikasinya, setiap usaha untuk meningkatkan arah konsumsi harus
berusaha untuk meningkatkan pendapatan dan pendidikan. Jika tujuan ini dilakukan dengan
baik, tetapi pasokan makanan terganggu, maka upaya tersebut tidak akan berarti apa-apa.
Aspek ketersediaan pangan ini juga merupakan faktor kunci dalam keragaman konsumsi
pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi ekonomi dan kondisi sosial ekonomi
keluarga berpengaruh secara simultan dan positif terhadap perilaku konsumsi. Hasil ini
sejalan dengan Jappelli (2009) yang menunjukkan bahwa literasi ekonomi dipengaruhi oleh
tingkat pencapaian pendidikan, interaksi sosial, dan tingkat perkembangan ekonomi suatu
negara.
Studi ini menunjukkan bahwa masyarakat pesisir memiliki perilaku konsumsi tingkat
sedang dalam pemenuhan kebutuhan dasar, pelaksanaan prinsip ekonomi dalam konsumsi,
motif konsumsi, skala prioritas dalam konsumsi dan selektif dalam mengkonsumsi. Tidak
dapat dipungkiri bahwa perilaku konsumsi masyarakat saat ini cenderung ke arah gaya hidup
yang lazim di negara-negara maju. Pilihan komoditas yang dikonsumsi tidak lagi
menunjukkan bahwa individu tidak mengetahui apa yang merupakan kebutuhan pokok, dan
tidak dapat lagi menentukan skala prioritas, sehingga seluruh pendapatan dihabiskan untuk
ketidaktahuan akan definisi kebutuhan pokok ini mengakibatkan kebutuhan pokok ikut
tercukupi. Teori Revealed Preference menyatakan bahwa konsumen akan membeli beberapa
kelompok barang tertentu karena dia lebih menyukai barang tersebut daripada barang lain atau
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi ekonomi dan kondisi sosial ekonomi
keluarga berpengaruh secara simultan dan positif terhadap perilaku konsumsi. Literasi ekonomi
(konsumsi) tidak dapat dipisahkan dari masalah ekonomi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa semakin tinggi tingkat literasi ekonomi seseorang maka semakin rasional perilaku
konsumsinya. Peningkatan literasi ekonomi sangat penting dalam menciptakan konsumen yang
rasional, dan dapat dicapai melalui pendidikan ekonomi formal, pelatihan pendidikan
Buckley, P.J dan M.Casson. 2013.Masa Depan Perusahaan Multinasional.New York: Holmes
dan Meier
Budiwati, N. 2014. Analisis literasi ekonomi dan perilaku konsumen. Universitas Pendidikan
Indonesia
Kustiandi, J. 2011. Beberapa Kajian Teori Kawasan Pendidikan Ekonomi. PPS UM Malang.
Salemi, M.K. 2005. Mengajarkan Literasi Ekonomi; Mengapa, Apa, dan Bagaimana.Ulasan
Umar, Husain. 2005.Manajemen Riset dan Perilaku Konsumen.Jakarta: PT. Gramedia Pusat