Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH LITERASI EKONOMI DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI

TERHADAP KEGIATAN KONSUMSI MASYARAKAT PESISIR DI


INDONESIA

PROPOSAL PENELITIAN

RAHMAD ADITYA SALIM


26020119120014

DEPARTEMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam upaya pemenuhan kebutuhan, konsumen seringkali didorong oleh motif-motif

tertentu untuk memperoleh barang dan jasa yang mereka butuhkan. Motif konsumsi dalam

masyarakat modern lebih didasarkan pada motif emosional daripada rasional. Permasalahan

yang dihadapi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dipenuhi dengan berbagai aktivitas

konsumsi. Konsumsi barang atau jasa membentuk gaya hidup tertentu dari kelompok status

tertentu, dan dasar untuk naik dari kelompok status. Seseorang di kelas atas cenderung

memiliki gaya hidup yang berbeda dengan seseorang di kelas bawah. Mereka yang berada di

kelas atas cenderung mengkonsumsi lebih banyak daripada mereka yang berada di kelas

bawah. Ketidakseimbangan konsumsi ini terjadi karena kelimpahan sumber daya memfasilitasi

pengeluaran, dan, jika pengeluaran tersebut adalah dilakukan tanpa dilandasi oleh rasionalitas

literasi ekonomi, perilaku konsumtif kemungkinan besar akan terjadi. Masyarakat pesisir

terkenal dengan karakternya yang keras. Karakter ini dibenarkan karena gaya hidup

masyarakat ini sangat bergantung pada alam. Secara karakteristik, masyarakat pesisir ini telah

memilih perikanan sebagai sumber pendapatan utama mereka.

Pada mayoritas masyarakat pesisir di Indonesia, sistem pendidikannya berbeda dengan

masyarakat perkotaan. Mayoritas masyarakat pesisir menganut pendidikan yang didasarkan

pada pengalaman hidup. Persekolahan formal di masyarakat pesisir sangat terbatas dan

didukung oleh fasilitas yang kurang memadai, menjadikan pendidikan di masyarakat pesisir

kurang berkualitas. Ditambah lagi dengan cara berpikir, budaya dan tekanan ekonomi. Isu-isu
tersebut mempengaruhi tingkat pemahaman (literasi) masyarakat tentang kebutuhan dasar,

kelangkaan sarana pemenuhan kebutuhan, prinsip-prinsip ekonomi, motif ekonomi dan

aktivitas ekonomi rendah, yang mempengaruhi perilaku konsumsi. Kondisi sosial ekonomi

masyarakat pesisir dapat dinilai berdasarkan tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat

pendapatan, kepemilikan barang-barang berharga ekonomi, serta kualitas dan status tempat

tinggal (kepemilikan rumah). Masyarakat pesisir memiliki beberapa ciri, yaitu: (1) tingkat

pendidikan nelayan yang sangat rendah sehingga tidak ada pilihan pekerjaan selain

melanjutkan sebagai nelayan, (2) pendapatan nelayan (pendapatan harian) yang jumlahnya

tidak tetap, dengan pendapatan tergantung pada musim dan status nelayan, dan (3) nelayan erat

kaitannya dengan ekonomi barter dan produksi tidak terkait dengan makanan pokok.

Perilaku konsumsi masyarakat pesisir lebih konsumtif. Ketika pendapatan masyarakat ini

tinggi, maka pola konsumsi mereka juga tinggi. Namun, ketika pendapatan rendah, komunitas

ini bertahan hidup dengan menjual barang berharga mereka atau meminjam uang dengan

bunga tinggi. Berdasarkan perincian tersebut, diperoleh indikasi permasalahan yaitu,

bagaimana tingkat literasi ekonomi dan kondisi sosial ekonomi keluarga mempengaruhi

perilaku konsumsi masyarakat pesisir di Indonesia. Dengan demikian, tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat literasi ekonomi dan kondisi sosial ekonomi

keluarga terhadap perilaku konsumsi masyarakat pesisir di Indonesia.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengkaji pengaruh literasi ekonomi dan kondisi sosial ekonomi terhadap kegiatan

konsumsi masyarakat pesisir di Indonesia


2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat literasi masyarakat pesisir

3. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan ekspansi

ekonomi di wilayah pesisir

1.3 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah menambah pengetahuan tentang bagaimana pengaruh

literasi terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir serta perkembangan kehidupan

masyarakat pesisir di masa kini.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa pengaruh literasi ekonomi dan kondisi sosial ekonomi terhadap kegiatan konsumsi

masyarakat pesisir di Indonesia ?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat literasi masyarakat pesisir?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan ekspansi ekonomi di

wilayah pesisir?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Melek ekonomi didefinisikan sebagai kompetensi dalam mengidentifikasi dan

mengevaluasi konsep-konsep ekonomi sebagai hal yang sangat berkaitan dengan keuangan

pribadi, ekonomi, dan sistem politik. Salemi (2005) menekankan literasi ekonomi bagi

kemampuan peserta didik untuk menerapkan konsep dasar ekonomi pada situasi yang relevan

dengan kehidupan sehari-hari. Buckley (2013) mendefinisikan literasi ekonomi sebagai investasi

karena seseorang dengan literasi ekonomi yang baik akan mengelola akses ke standar pendidikan

dan kesejahteraan sosial yang meningkat secara signifikan, lebih peka terhadap ancaman

penipuan/manipulasi keuangan, dan menjadi semakin bijak dalam mengambil keputusan

keuangan. Literasi ekonomi harus mendapat perhatian serius karena kaitannya dengan kemampuan

seseorang untuk memahami ekonomi secara keseluruhan, yang mempengaruhi kemampuan

seseorang untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. Seseorang yang tidak memiliki literasi

ekonomi yang memadai akan gagal mengelola uangnya, dapat terjebak dalam hutang dan

mengalami berbagai masalah dalam mengembangkan karir.

Berdasarkan pendapat tersebut, literasi ekonomi memungkinkan seseorang untuk

memahami konsep ekonomi dengan cukup baik untuk membuat pilihan cerdas berdasarkan

pengetahuan tentang kebutuhan dasar, kelangkaan sarana pemenuhan kebutuhan, prinsip ekonomi,

motif ekonomi dan kegiatan ekonomi. Literasi ekonomi memainkan peran penting dalam membuat

pilihan cerdas. Menurut Sitorus (2000) status sosial menentukan posisi individu dalam masyarakat.

Status sosial didasarkan pada diferensiasi masyarakat ke dalam kelas-kelas vertikal menurut

kekayaan. Kondisi sosial ekonomi, khususnya kelas ekonomi, biasanya digunakan untuk

menciptakan lapisan masyarakat berdasarkan elemen ekonomi. Berdasarkan pendapat Sitorus,


kelas sosial ekonomi membentuk status atau kedudukan individu dalam masyarakat. Dengan kata

lain, diferensiasi vertikal masyarakat ke dalam kelas-kelas diwujudkan dengan adanya tingkatan

sosial mulai dari yang tinggi sampai yang rendah berdasarkan kekayaan. Menurut Max Webber,

kondisi sosial ekonomi membagi masyarakat ke dalam kelas - kelas berdasarkan kepemilikan

tanah dan kepemilikan. Kelas-kelas tersebut adalah kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah.

Pembagian masyarakat dengan cara ini masih memungkinkan seseorang dari kelas bawah naik ke

kelas atas, dan sebaliknya, seseorang dari kelas atas mungkin jatuh ke kelas bawah, tergantung

pada prestasi dan ketabahan orang itu.

Kondisi sosial ekonomi juga membedakan masyarakat menurut kepemilikan dan

penguasaan materi. Ada kategori orang berdasarkan kepemilikan kekayaan dan aktivitas ekonomi

yang menggunakan prestasi mereka. Dengan kata lain, pendapatan, pendidikan, kepemilikan

kekayaan dan pekerjaan membagi anggota suatu masyarakat ke dalam berbagai lapisan atau kelas

sosial dalam suatu masyarakat. Dengan demikian, kondisi sosial ekonomi seseorang merupakan

indikator status atau posisinya dalam masyarakat, berdasarkan diferensiasi vertikal masyarakat ke

dalam kelas ekonomi. Kondisi sosial ekonomi ditunjukkan oleh faktor-faktor seperti tingkat

pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kepemilikan barang-barang ekonomi dan

kepemilikan rumah.

Menurut Lamb et al.,(2001),yang menyatakan bahwa Perilaku konsumen merupakan suatu

proses bagi seorang pelanggan dalam mengambil keputusan pembelian, juga untuk menggunakan

dan membuang barang dan jasa yang dibelinya, dan juga termasuk faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan untuk membeli dan menggunakan suatu produk. Kemudian menurut

Umar (2003),Perilaku konsumen adalah “tindakan langsung dalam memperoleh, mengkonsumsi

dan menggunakan suatu produk dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan sebelumnya
dan tindakan selanjutnya”. Perilaku konsumen juga menginformasikan studi tentang proses

pengambilan keputusan yang menyelidiki mengapa konsumen membeli dan mengkonsumsi

produk (Griffin & Ebert, 2003). Berdasarkan definisi perilaku konsumen tersebut, dapat dikatakan

bahwa perilaku konsumen adalah perilaku dan aktivitas konsumsi yang diarahkan untuk

menemukan, mengatur, menukar, menyaring, menggunakan, dan mengevaluasi barang dan/atau

jasa untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB III

METODE

3.1.Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif berdasarkan model desain survei

deskriptif korelasional untuk mengetahui pengaruh antara beberapa variabel penelitian, yaitu

literasi ekonomi dan kondisi sosial ekonomi keluarga, sebagai variabel prediktor, dan perilaku

konsumsi sebagai kriteria variabel. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket,

observasi, wawancara dan dokumentasi.

3.1.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer

dan data sekunder.

3.1.1.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara berperan langsung dalam survey ke lapangan

mengenai pengaruh literasi ekonomi dan kondisi sosial ekonomi terhadap kegiatan konsumsi

masyarakat pesisir
3.1.1.2.Data sekunder

Data sekunder diperoleh melalui wawancara langsung dengan masyarakat sekitar, hasil

pengamatan di lapangan serta studi pustaka yang relevan dengan kegiatan di lapangan.

3.2.Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Ho : literasi ekonomi dan kondisi sosial ekonomi tidak berpengaruh terhadap perilaku

konsumsi masyarakat pesisir di Indonesia

H1 : literasi ekonomi dan kondisi sosial ekonomi berpengaruh terhadap perilaku konsumsi

masyarakat pesisir di Indonesia

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Tingkat Literasi

Tingkat literasi ekonomi masyarakat pesisir disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1

Deskriptif Tingkat Literasi Ekonomi Masyarakat Pesisir

No. Selang Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. 35 – 40 Sangat tinggi 0 0.00

2. 27 – 34 Tinggi 0 0.00

3. 21 – 26 Sedang 60 35.29

4. 15 – 20 Rendah 110 64.71


5. 8 - 14 Sangat rendah 0 0.00

Total 170 100

Sumber:Kuesioner Penelitian, 2014

Tabel 1 menunjukkan bahwa tingkat literasi ekonomi masyarakat pesisir tergolong

rendah, dengan nilai rata-rata 19,22 dan standar deviasi 2,99. Rendahnya tingkat literasi ekonomi

juga dibuktikan dengan menggunakan rumus persentase, menghasilkan angka interval 21%-40%

dalam kategori rendah. Oleh karena itu dapat ditunjukkan bahwa masyarakat pesisir memiliki

tingkat literasi ekonomi yang rendah mengenai kebutuhan dasar, kelangkaan sarana untuk

mengamankan kebutuhan, prinsip-prinsip ekonomi, motif ekonomi dan kegiatan ekonomi.

4.2 Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga

Kondisi sosial ekonomi keluarga masyarakat pesisir disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2

Deskriptif Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Masyarakat Pesisir

No. Selang Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. 26 - 30 Sangat tinggi 0 0,00

2. 21 - 25 Tinggi 0 0,00

3. 16 – 20 Sedang 0 0,00

4. 11 – 15 Rendah 32 18,82

5. 6 - 10 Sangat rendah 138 81,18

Total 170 100

Sumber:Kuesioner Penelitian, 2014


Tabel 2 menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi keluarga masyarakat pesisir sangat

rendah, dengan skor rata-rata 9,56 dan standar deviasi 1,31. Kondisi sosial ekonomi keluarga

yang rendah tersebut juga dibuktikan dengan menggunakan rumus persentase yang

menghasilkan interval dari 21%-40% dalam kategori rendah. Dengan demikian, masyarakat

pesisir memiliki kondisi sosial ekonomi keluarga yang sangat rendah, dilihat dari tingkat

pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kepemilikan barang berharga ekonomi, dan

kepemilikan rumah.

4.3 Perilaku Konsumsi


Tingkat perilaku konsumsi masyarakat pesisir disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3
Deskriptif Tingkat Perilaku Konsumsi Masyarakat Pesisir

No. Selang Kategori Frekuensi Persentase (%)


1. 26–30 Sangat tinggi 0 0,00
2. 21–25 Tinggi 0 0,00
3. 16–20 Sedang 114 67,06
4. 11–15 Rendah 56 32,94
5. 6–10 Sangat rendah 0 0,00
Total 170 100
Sumber data:Kuesioner Penelitian, 2014

Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat perilaku konsumsi masyarakat pesisir tergolong

sedang, dengan nilai rata-rata 15,97 dan standar deviasi 1,14. Perilaku konsumsi tingkat

sedang ini juga dibuktikan dengan menggunakan rumus persentase yang menghasilkan

interval 41% - 60% dalam kategori sedang. Dengan demikian, dapat diamati bahwa
masyarakat pesisir memiliki perilaku konsumsi tingkat sedang, dilihat dari kepuasan

kebutuhan dasar menurut intensitas, penerapan prinsip ekonomi dalam konsumsi, motif

melakukan konsumsi, skala prioritas dalam konsumsi danselektivitas dalam konsumsi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat literasi ekonomi masyarakat pesisir

tergolong rendah, yang ditunjukkan dengan tingkat pemahaman masyarakat pesisir tentang

kebutuhan dasar, kelangkaan sarana pemenuhan kebutuhan, prinsip ekonomi, motivasi

ekonomi dan kegiatan ekonomi. Dari 170 responden, 60 responden atau 35,29% termasuk

dalam kategori sedang, dan 110 responden atau 64,71% termasuk dalam kategori rendah,

tanpa ada responden yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, tinggi, atau sangat rendah.

Hasil tersebut didukung oleh perhitungan persentase yang menghasilkan hasil sebesar 48,06%

(selang 21% - 40%, kategori rendah).

Hasil ini sejalan dengan pendapat Sina (2012) bahwa literasi ekonomi yang rendah

akan mempengaruhi karakteristik konsumsi suatu masyarakat. Indikasi lain dari rendahnya

literasi ekonomi adalah banyaknya kasus dan korban penipuan investasi. Fenomena lainnya

adalah rendahnya keinginan masyarakat Indonesia untuk menabung dan kecenderungan untuk

membelanjakan uang secara berlebihan, sehingga sulit untuk menjadi konsumen yang cerdas.

Dengan menjadi konsumen yang tunduk pada keinginan untuk berbelanja, masyarakat

Indonesia menciptakan siklus hidup yang menghalangi mereka untuk mencapai aspirasi

mereka.

Dengan demikian, rendahnya literasi ekonomi mempengaruhi perilaku konsumsi dan

kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, mengutamakan literasi ekonomi merupakan

keharusan bagi individu dan keluarga yang ingin sejahtera. Dengan kata lain, peningkatan

penguasaan literasi ekonomi tak terbantahkan dan dimulai dari keinginan untuk belajar
berimbang. Peningkatan literasi ekonomi berpengaruh positif terhadap akumulasi aset,

deakumulasi utang, proteksi, akumulasi tabungan dan pengelolaan pengeluaran (Sina, 2012).

Hasil ini juga sejalan dengan Caplan (Kustiandi, 2011), yang menyatakan bahwa literasi

ekonomi membentuk pengetahuan tentang ekonomi, yang diperlukan karena aktivitas

manusia (konsumsi) tidak dapat dipisahkan dari masalah ekonomi. Selanjutnya hasil tersebut

juga sejalan dengan Budiwati (2014), yang menunjukkan bahwa perilaku konsumen

dipengaruhi oleh literasi ekonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

tingkat literasi ekonomi seseorang maka semakin rasional perilaku konsumsinya. Peningkatan

literasi ekonomi sangat penting dalam menciptakan konsumen yang rasional, dan dapat

dicapai melalui pendidikan ekonomi formal, pelatihan pendidikan nonformal, atau melalui

pendidikan informal dalam keluarga.

Hasil di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) pendidikan mempengaruhi tingkat

pengetahuan dan sikap yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keluarga, dan (2)

secara umum pendidikan mempengaruhi tingkat pendapatan yang mempengaruhi daya beli.

Daya beli yang tinggi akan memberikan lebih banyak pilihan dalam menentukan variasi

makanan dan gizi yang dikonsumsi. Dengan demikian, tingkat pendapatan yang tinggi, di

samping sikap dan pengetahuan ekonomi yang baik, akan berpengaruh positif terhadap

perilaku konsumsi.

Dengan demikian, pendidikan dan pendapatan merupakan kunci untuk menentukan

perilaku konsumsi. Implikasinya, setiap usaha untuk meningkatkan arah konsumsi harus

berusaha untuk meningkatkan pendapatan dan pendidikan. Jika tujuan ini dilakukan dengan

baik, tetapi pasokan makanan terganggu, maka upaya tersebut tidak akan berarti apa-apa.

Aspek ketersediaan pangan ini juga merupakan faktor kunci dalam keragaman konsumsi
pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi ekonomi dan kondisi sosial ekonomi

keluarga berpengaruh secara simultan dan positif terhadap perilaku konsumsi. Hasil ini

sejalan dengan Jappelli (2009) yang menunjukkan bahwa literasi ekonomi dipengaruhi oleh

tingkat pencapaian pendidikan, interaksi sosial, dan tingkat perkembangan ekonomi suatu

negara.

Studi ini menunjukkan bahwa masyarakat pesisir memiliki perilaku konsumsi tingkat

sedang dalam pemenuhan kebutuhan dasar, pelaksanaan prinsip ekonomi dalam konsumsi,

motif konsumsi, skala prioritas dalam konsumsi dan selektif dalam mengkonsumsi. Tidak

dapat dipungkiri bahwa perilaku konsumsi masyarakat saat ini cenderung ke arah gaya hidup

yang lazim di negara-negara maju. Pilihan komoditas yang dikonsumsi tidak lagi

menunjukkan bahwa individu tidak mengetahui apa yang merupakan kebutuhan pokok, dan

tidak dapat lagi menentukan skala prioritas, sehingga seluruh pendapatan dihabiskan untuk

konsumsi produk-produk prioritas rendah. Selain menimbulkan sikap konsumtif,

ketidaktahuan akan definisi kebutuhan pokok ini mengakibatkan kebutuhan pokok ikut

tercukupi. Teori Revealed Preference menyatakan bahwa konsumen akan membeli beberapa

kelompok barang tertentu karena dia lebih menyukai barang tersebut daripada barang lain atau

karena harganya lebih murah.


BAB V

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi ekonomi dan kondisi sosial ekonomi

keluarga berpengaruh secara simultan dan positif terhadap perilaku konsumsi. Literasi ekonomi

membentuk pengetahuan tentang ekonomi, yang diperlukan karena aktivitas manusia

(konsumsi) tidak dapat dipisahkan dari masalah ekonomi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan

bahwa semakin tinggi tingkat literasi ekonomi seseorang maka semakin rasional perilaku

konsumsinya. Peningkatan literasi ekonomi sangat penting dalam menciptakan konsumen yang

rasional, dan dapat dicapai melalui pendidikan ekonomi formal, pelatihan pendidikan

nonformal, atau melalui pendidikan informal dalam keluarga.


Daftar Pustaka

Buckley, P.J dan M.Casson. 2013.Masa Depan Perusahaan Multinasional.New York: Holmes

dan Meier

Budiwati, N. 2014. Analisis literasi ekonomi dan perilaku konsumen. Universitas Pendidikan

Indonesia

Griffin, Ricky W. dan Ebert R.J. 2003.“Bisnis”. Jakarta: Prenhallindo

Jappeli, T. 2009. Literasi Ekonomi: Sebuah Perbandingan Internasional.Fislinno – Italia: CSEF

– Pusat Studi Ekonomi dan Keuangan. Universitas Salerno.

Kustiandi, J. 2011. Beberapa Kajian Teori Kawasan Pendidikan Ekonomi. PPS UM Malang.

Lamb, Hair, dan McDaniel. 2001.Pemasaran.Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Rakib,M. 2015. Economic Literacy and The Socio-Economic Condition of Coastal

Communities in Indonesia. International Journal of Applied Business and Economics

Research. 13(6) : 4397-4410

Salemi, M.K. 2005. Mengajarkan Literasi Ekonomi; Mengapa, Apa, dan Bagaimana.Ulasan

Internasional tentang Pendidikan Ekonomi. 4 (2): 46-57

Sina, P.G. 2012. Analisis Literasi Ekonomi. Jurnal Ekonomi.8(2): 135-143

Sitorus,M.,2000. Sosiologi. Bandung: Cahaya Budi

Tamboto,H.J.D.,A.A.C.Manongko dan J.J.Manengkey. 2016. Poverty Alleviation Based On

Economic Literacy And Social Capital In Improving Economic Welfare In Coastal

Communities North Minahasa Regency, North Sulawesi Provence, Indonesia.

International Journal of Scientific Research and Management. 6(10): 1-7

Umar, Husain. 2005.Manajemen Riset dan Perilaku Konsumen.Jakarta: PT. Gramedia Pusat

Anda mungkin juga menyukai