Anda di halaman 1dari 13

Nama : Rahmad Aditya Salim

NIM : 26020119120014

Kelas : Akuakultur B

TUGAS MATA KULIAH BISNIS AKUAKULTUR

EKOSISTEM BUDIDAYA DAN EKOSISTEM BISNIS IKAN BANDENG

A. Ekosistem Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Sistem dan Teknis Budidaya Ikan Bandeng

1. Penyiapan Lahan
Pengolahan lahan diawali dengan pengeringan lahan tambak secukupnya. Hal ini
bertujuan untuk membunuh hama dan penyakit yang ada didasar tambak. Pengeringan
dilakukan dengan mengeluarkan semua air dalam tambak kemudian dilakukan
penjemuran. Selama proses tersebut dilakukan kegiatan pengolahan tanah dasar, misalnya
pencangkulan/ pembalikan tanah lalu dikeringkan selama 3-5 hari sampai tanah dasar
tambak tersebut mengering. Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah
dasar kolam. Hal ini dilakukan untuk memberikan unsur hara yang diperlukan bagi
pertumbuhan pakan alami, memperbaiki struktur tanah dan menghambat peresapan air
pada tanah-tanah yang tidak kedap air.
Penggunaan pupuk untuk pemupukan tanah dasar kolam sangat tepat, pupuk yang
mengandung unsur-unsur mineral penting, dan asam-asam organik utama memberikan
bahan-bahan yang diperlukan untuk peningkatan kesuburan lahan dan pertumbuhan
plankton. Pintu tempat air masuk dan keluar dibuat untuk mengatur pemasukan dan
pengeluaran air didalam tambak sehingga sangat memudahkan untuk pergantian air selama
pemeliharaan ikan bandeng. Pembuatan pintu air masuk dan keluar dalam petak tambak
dapat dibuat dari papan atau pipa paralon yang dilengkapi dengan pipa tegak untuk
pergantian air. Selain itu pada pintu pemasukan dilengkapi dengan waring untuk mencegah
ikan liar masuk ke dalam petak tambak atau mencegah ikan keluar dari tambak.
Gambar 1. Kolam Budidaya Ikan Bandeng
2. Pengisian Air Tambak
Pengisian air ke dalam tambak menggunakan teknik memanfaatkan pasang surut
air laut. Waktu yang diperlukan untuk pengisian air sampai penuh keseluruh petakan
tambak adalah selama 14 hari. Selanjutnya hal yang perlu dilakukan yaitu mengukur
salinitas dan suhu air. Berdasarkan pendapat Suharyandi (2011),yang menyatakan bahwa
kadar garam atau salinitas yang baik dalam kegiatan pembesaran berkisar 15-25 ppt serta
suhu air berkisar 25-30°C.
3. Penyediaan Benih

Penyediaan benih lebih memilih menggunakan benih yang gelondongan dari pada
menggunakan benih nener. Hal ini disebabkan nener belum mampu mengatasi pengaruh
lingkungan, seperti halnya dimakan burung-burung yang ada di sekitar tambak. Benih
gelondongan ukurannya antara 30 – 70 mm dengan berat antara 5000 – 15000 mg dan
berumur antara 50 – 80 hari. Keuntungan lain penggunaan gelondongan adalah benih dapat
tumbuh cepat sehingga mempersingkat waktu pemeliharaan. Padat penebaran benih,
pembudidaya melakukan perbandingan untuk luas 1 ha tambak ditebar benih sebanyak
50.000 ekor. Ukuran awal rata-rata benih bandeng tersebut setelah 1 bulan masa
penampungan pada kolam benih yaitu 5 cm/ekor dengan bobot benih rata-rata 8 gr/ekor.
Adapun jangka waktu pemeliharaan ikan bandeng selama 4-6 bulan.

Proses penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari dimana kondisi perairan
tidak terlalu panas. Hal ini bertujuan agar benih ikan bandeng yang ditebar di dalam tambak
tidak mengalami stress apabila terkena cahaya matahari yang mengakibatkan kondisi
perairan menjadi panas. Sebelum benih ikan bandeng ditebar ke dalam tambak terlebih
dahulu dilakukan penyusuaian lingkungan atau aklimatisasi yaitu dengan cara membiarkan
kantong benih ikan badeng terapung di permukaan air tambak kurang lebih 5-10 menit
dengan membuka pengikat kantong benih ikan bandeng. Setelah ikan sudah merasa cocok
dengan lingkungannya maka dengan sendirinya ikan akan keluar dari kantong tersebut.
Waktu yang diperlukan untuk melakukan pengontrolan yang intensif pada benih yang baru
ditebar adalah 2 bulan dengan melihat tingkat mortalitas atau kematian pada benih ikan
bandeng.

4. Pemberian Pakan
Ikan bandeng suka memakan tumbuh-tumbuhan yang ada di kolam. Tumbuhan
yang disukai bandeng adalah lumut, ganggang dan klekap. Untuk mempercepat
pertumbuhan perlu adanya pakan buatan. Pakan roti digunakan untuk membiasakan dan
merangsang agar ikan terbiasa dengan makanan tambahan dari mulai masa tabur sampai
dengan umur 2 bulan. Setelah itu, pada umur 3 bulan sampai masa panen diberi pakan
tambahan produk dari pabrik. Untuk menambah nafsu makan agar ikan lebih cepat besar
petani menggunakan pakan perangsang makan. Pemberian pakan sebanyak 25 kg/ha serta
dicampurkan suplemen pakan merek lodan sebanyak 500 gram dalam waktu 2 minggu
sekali. Proses pemberian pakan dengan cara mencampurkan pakan dan suplemen pakan
pada suatu wadah yang diberi air dengan takaran yang secukupnya dan kemudian dibuat
bentuk bulatan. Pemberian pakan dengan menyebarkan secara merata pada seluruh areal
kolam akan mendapatkan hasil yang baik, karena dengan demikian seluruh bandeng bisa
mendapatkan pakan dengan merata. Total pemberian pakan untuk ikan bandeng adalah 14
kali selama 4-6 bulan dengan jumlah total pakan sebanyak 350 kg dan suplemen pakan
sebanyak 3,5 kg. Bandeng dapat dipanen setelah mencapai ukuran konsumsi (150-300
gram per ekor) dengan lama pemeliharaan 4-6 bulan dari gelondongan.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Gangguan-gangguan yang biasa dihadapi oleh para pembudidaya bandeng dalam


kegiatan pembesaran adalah gangguan hama seperti katak dan biawak. Cara
penanggulangannya yaitu dengan memasang saringan di tempat pintu masuknya air yang
berada dalam tambak.

6. Panen dan penanganan pasca panen


Setelah melakukan pemeliharaan selama 4-6 bulan, atau setelah ukuran panen yang
diinginkan/ukuran pasar tercapai, ikan dipanen. Ukuran panen tersebut berkisar antara 150-
300 gram per ekor. Pertumbuhan ikan bandeng bergantung pada kesuburan tambaknya.
Sebelum panen sebaiknya dilakukan pemantauan pertumbuhan ikan bandeng dengan
melakukan pengecekan ukuran/berat bandeng. Caranya adalah saat mendekati waktu
panen, sejumlah ikan tertentu, misalnya 20 ekor, ditangkap dengan menggunakan jala atau
jaring, di beberapa tempat. Kemudian ditimbang dan dihitung berat rata-ratanya. Jika berat
rata-ratanya sudah sesuai dengan ukuran yang diinginkan maka pemanenan sudah bisa
dilaksanakan, tetapi jika tidak maka masa pemeliharaan harus ditambah. Waktu
pelaksanaan panen bandeng yang tepat adalah pagi atau sore hari suhu air di dalam tambak
rendah sehingga ikan bandeng tidak stress. Cara pemanenan ada 2 macam yakni
pemanenan penjarangan dan pemanenen total. Panen penjarangan dilakukan ketika tambak
masih ada air, sedangkan panen total dilakukan melalui pengurasan air tambak.
Pasca panen yang dilakukan pada kegiatan usaha pembesaran ikan bandeng
bertujuan untuk mempertahankan mutu dan kesegaran ikan. Ikan yang akan dijual yaitu
dalam keadaan mati sesuai permintaan dari pedagang pengumpul. Walaupun ikan yang
akan dipasarkan dalam keadaan mati tetap dengan tetap menjaga mutu kesegarannnya.
Setelah dilakukan pemanenan, ikan yang terkumpul dimasukan kedalam cool box yang
terbuat dari bahan styrofoam dan telah diberi batu es yang dihancurkan agar ikan tetap
segar sampai ketempat tujuan. Alat transportasi yang digunakan mengankut ikan hasil
panen menggunakan mobil pick up dari lokasi tambak.
Gambar 2. Kegiatan Panen Ikan Bandeng

SNI Ikan Bandeng

Tabel 1- Proses produksi Benih ikan bandeng

Tingkatan benih
No Uraian Satuan Gelondongan Gelondongan Gelondongan
Nener
I II III
Penebaran
 jenis Telur Nener gelondongan I Gelondongan II
1 Butir/liter 20 – 30
 padat tebar
m3 40 – 50 30 - 40 20 - 30
 ukuran mm 0,9 - 1,2 14 – 17 30 - 40 40 - 60
Pakan hidup
sel/ml
2  chlorella 100-500 - - -
(x103)
 rotifera Ind/ml 10 - 25 - - -
Pakan
buatan
3  dosis % 10 5 5
 frekuensi
Kali/hari 2 2 2
pemberian
4 Umur Hari 17 - 21 15 - 20 21 - 30 31 - 45
Panen
 sintasan
% 30 80 85 95
(minimal)
5  panjang mm 14 - 17 30 – <40 40 - <60 60 – <80
0,008 -
 bobot g
0,012
5 – <7 7 - <10 10 – <15

Tabel 2 - Kriteria kuantitatif nener dan gelondongan ikan bandeng

Gelondongan I Gelondongan Gelondongan


No Kriteria Satuan Nener II III
Alam Pembeniha
n
1 *Umur hari 17-21 15 – 20 21 – 30 31 – 45
2 Panjang Total cm 1,5- 1,4 -1,7 3 <4 4- < 6 6-<8
1,7
3 Bobot g 0,00 0,008 – 5-7 7-10 10-15
8– 0,01
0,01
Keseragaman
4 Populasi % 80 90 90 90 90
(minimal)

Sarana dan Prasarana Budidaya Ikan Bandeng

1) Sarana Pokok
Fasilitas pokok yang dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan produksi adalah bak
penampungan air tawar dan air laut, laboratorium basah, bak pemeliharaa larva, bak
pemeliharaan induk dan inkubasi telur serta bak pakan alami.

a. Bak Penampungan Air Tawar dan Air Laut.


Bak penampungan air (reservoir) dibangun pada ketinggian sedemikian rupa sehingga air
dapat didistribusikan secara gravitasi ke dalam bak-bak dan sarana lainnya yang
memerlukan air (laut, tawar bersih). Sistim pipa pemasukkan dan pembuangan air perlu
dibangun pada bak pemelihara induk, pemeliharaan larva, pemeliharan pakan alami,
laboratorium kering dan basah serta saran lain yang memerlukan air tawar dan air laut serta
udara (aerator). Laboratorium basah sebaiknya dibangun berdekatan dengan bangunan
pemeliharaan larva dan banguna kultur murni plankton serta diatur menghadap ke kultur
masal plankton dan dilengkapi dengan sistim pemipaan air tawar, air laut dan udara.
b. Bak Pemeliharaan Induk
Bak pemeliharaan induk berbentuk empat persegi panjang atau bulat dengan kedalaman
lebih dari 1 meter yang sudut-sudutnya dibuat lengkung dan dapat diletakkan di luar
ruangan langsung menerima cahaya tanpa dinding.

c. Bak Pemeliharan Telur


Bak perawatan telur terbuat dari akuarium kaca atau serat kaca dengan daya tampung lebih
dari 2.000.000 butir telur pada kepadatan 10.000 butir per liter.

d. Bak Pemeliharaan Larva


Bak pemeliharaan larva yang berfungsi juga sebagai bak penetasan telur dapat terbuat dari
serat kaca maupun konstruksi beton, sebaiknya berwarna agak gelap, berukuran (4x5x1,5)
m3 dengan volume 1-10 ton berbentuk bulat atau bujur sangkar yang sudut-sudutnya dibuat
lengkung dan diletakkan di dalam bangunan beratap tembus cahaya tanpa dinding balik.
Untuk mengatasi penurunan suhu air pada malam hari, bak larva diberi penutup berupa
terpal plastik untuk menyangga atap plastik, dapat digunakan bentangan kayu/bambu.

e. Bak Pemeliharaan Makanan Alami, Kultur Plankton Chlorella sp dan Rotifera.


Bak kultur plankton chlorella sp disesuaikan dengan volume bak pemeliharaan larva yang
terbuat dari serat kaca maupun konstruksi beton ditempatkan di luar ruangan yang dapat
langsung mendapat cahaya matahari. Bak perlu ditutup dengan plastik transparan pada
bagian atasnya agar cahaya juga bisa masuk ke dalam bak untuk melindungi dari pengaruh
air hujan.
Kedalamam bak kultur chlorella sp harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga
penetrasi cahaya matahari dapat dijamin mencapai dasar tangki. Kedalaman air dalam
tangki disarankan tidak melebihi 1 meter atau 0,6 m, ukuran bak kultur plankton chlorella
sp adalah (20 x 25 x 0,6)m3. Bak kultur rotifera terbuat dari serat kaca maupun konstruksi
beton yang ditempatkan dalam bangunan beratap tembus cahaya tanpa dinding.
Perbandingan antara volume bak chlorella, rotifera dan larva sebaliknya 5:5:1.

2) Sarana Penunjang
Untuk menunjang perbenihan sarana yang diperlukan adalah laboratorium pakan alami,
ruang pompa,air blower, ruang packing, ruang genset, bengkel, kendaraan roda dua dan
roda empat serta gudang (ruang pentimpanan barang-barang opersional) harus tersedia
sesuai kebutuhan dan memenuhi persyaratan dan ditata untuk menjamin kemudahan serta
keselamatan kerja.
a. Laboratorium pakan alami seperti laboratorium fytoplankton berguna sebagai tempat
kultur murni plankton yang ditempatkan pada lokasi dekat hatchery yang memerlukan
ruangan suhu rendah yakni 22~25 0C.
b. Laboratorium kering termasuk laboratorium kimia/mikrobialogi sebaiknya dibangun
berdekatan dengan bak pemeliharaan larva berguna sebagai bangunan stok kultur dan
penyimpanan plankton dengan suhu sekitar 22~25 0C serta dalam ruangan. Untuk kegiatan
yang berkaitan dengan pemasaran hasil dilengkapi dengan fasilitas ruang pengepakan yang
dilengpaki dengan sistimpemipaan air tawar dan air laut, udara serta sarana lainnya seperti
peti kedap air, kardus, bak plastik, karet dan oksigen murni. Alat angkut roda dua dan
empat yang berfungsi untuk memperlancar pekerjaan dan pengangkutan hasil benih harus
tersedia tetap dalam keadaan baik dan siap pakai. Untuk pembangkit tenaga listrik atau
penyimpanan peralatan dilengkapi dengan fasilitas ruang genset dan bengkel, ruang pompa
air dan blower, ruang pendingin dan gudang.

3) Sarana Pelengkap
Sarana pelengkap dalam kegiatan perbenihan terdiri dari ruang kantor, perpustakaan, alat
tulis menulis, mesin ketik, komputer, ruang serbaguna, ruang makan, ruang pertemuan,
tempat tinggal staf dan karyawan.

B. Ekosistem Bisnis Ikan Bandeng


Supply Chain Management (SCM)/Manajemen Rantai Pasok
Strategi yang paling prinsip dalam struktur supply chain management (SCM)
berkaitan erat dengan faktor fisik dan manajemennya. Dalam rancangan struktur rantai
pasok mulai dari jaringan antar Channel sampai pada konfigurasi fasilitas di dalam sebuah
channel yang tidak bisa dilepaskan dari karakteristik produk atau jasa. Proses rantai pasok
hingga distribusi produk perikanan mempunyai struktur yang melibatkan banyak pihak
antaranya nelayan, pedagang kecil, pedagang besar, konsumen akhir. Struktur distribusi
rantai pasok pada ikan bandeng secara umum dapat di ilustraikan sebagai berikut :
1. Struktur Rantai 1
Nelayan -----TPI -----Pedagang Besar --- -- Pengecer---- pasar tradisonal------
konsumen akhir
Nelayan menjual Bandeng ke Tempat pelelangan Ikan (TPI), disana para pedagang
besar akan membeli bandeng tersebut dengan partai besar, selanjutnya akan di jual ke
pengecer untuk di bawa ke pasar-pasar tradisional hingga ke konsumen akhir.
2. Struktur Rantai 2
Nelayan ----- Pedagang Besar -----Pasar- ----pengecer ------ Konsumen akhir
Nelayan akan menjual bandengnya langsung ke pedagang besar tanpa melalui TPI
dengan berbagai alasan dan pertimbangan, yang selanjutnya akan dibawa ke pasar
untuk dijual ke pengecer untuk dijual ke konsumen akhir.

Grafik 1. Sistem Distribusi Ikan Bandeng

Rantai pasok ikan bandeng bermula dari nelayan sebagai pelaku pertama,
yang kemudian ikan didistribusikan ke tempat pelelangan ikan (TPI), di TPI
tersebut telah di tunggu pedangang besar (juragan) sesuai dengan nomer los yang
miliki. Pedagang besar merupakan pedagang yang membeli ikan dari nelayan
dalam jumlah yang besar dengan jenis ikan tertentu. Pada umumnya pedagang
besar membeli ikan bandeng untuk kemudian didistribusikan ke perusahaan
manufaktur (bandeng presto, bandeng asap, krupuk bandeng dan lain-lain), pasar-
pasar tradisonal dan pedagang kecil (pengecer). Objek pendistribusian ini dipilih
berdasarkan tingkat kebutuhan ikan bandeng dan juga tingkat harganya. Pedagang
kecil atau juga biasa disebut pedagang eceran adalah pedagang ikan yang menjual
ikan dengan jumlah sedikit, dilakukan dipasar-pasar tradisonal maupun dengan
menggunakan motor dan bak keranjang untuk menjajakan dagangannya. Pedagang
kecil biasanya menjual ikan tangkap segar ini ke konsumen tingkat akhir secara
langsung. Dalam menyalurkan produk nelayan tidak berhubungan langsung dengan
konsumen terakhir, melainkan melalui pemborong dan tempat pelelangan ikan
yang merupakan konsumen langsung bagi nelayan. Terdapat dua jenis pemborong
bagi nelayan, yaitu pedagang besar dan pabrik.
Nelayan merupakan supplier utama yang mensupply Ikan bandeng kepada
pihak pemborong. Nelayan mensupply hasil tangkapannya kepada pemborong
melalui TPI. Terdapat perbedaan antara pedagang besar dengan pabrik dalam
proses transaksi dengan nelayan. Jika pihak pedagang besar harus datang ke TPI
untuk membeli /mengorder Ikan bandeng dan harus mengikuti proses lelang utuk
mendapat kesepakatan harga, maka pabrik tidak perlu mendatangi TPI dan
mengikuti proses pelelangan karena sudah mempunyai kesepakatan sebelumnya
dengan nelayan. Pabrik bagi nelayan merupakan pemborong yang sudah menjadi
pelanggan tetap bagi nelayan, sehingga dalam prosesnya nelayan yang akan
mengantar Ikan bandeng kepada pabrik.
Aliran jaringan rantai pasok ikan bandeng dimulai dari persiapan hingga
proses penangkapan memerlukan waktu 1-3 hari. Nelayan (pemilik) tambak
langsung menjual ikan bandeng kepada pemborong melalui TPI. Harga ikan
bandeng perkeranjang rata-rata Rp. 900.000 (per keranjang 50 kg), pedagang besar
memasok ikan bandeng ke pengecer/pedagang kecil dengan harga Rp.20.000-
23.000/kg, selanjutnya pedagang kecil mengecerkan ikan bandeng dipasaran
dengan harga Rp.25.000- 30.000/kg. sedangkan ikan bandeng yang dijual di pabrik
yaitu Rp. 15.000/kg lebih rendah dibanding dengan harga yang dijual di pelelangan
karena pabrik membeli ikan bandeng dari nelayan dalam jumlah besar. Nelayan
cenderung menjual hasil ikan bandeng ke pabrik meskipun harga di tempat
pelelangan harga jualnya lebih tinggi daripada harga pabrik, karena dipelelangan
ikan bandeng tidak selalu habis terjual. Ikan bandeng di pabrik selanjutnya diolah
sehingga menjadi produk lalu dijual kepada konsumen melalui pengecer pabrik.
Bagi nelayan adanya pabrik memberi keuntungan karena nelayan tidak hanya
menjual ikan bandeng ke tempat pelelangan saja tetapi juga menjual ke pabrik
sehingga nelayan tidak menderita kerugian bila panen ikan bandeng melimpah.
Pelaku dalam rantai pasok ikan bandeng terdiri dari nelayan, pedagang
besarm pabrik, pedagang kecil, pengecer dan konsumen. Hal ini menunjukkan
sebuah jaringan Supply Chain dengan komponen yang kompleks. Semakin
kompleks komponen dalam jaringan Supply Chain semakin banyak pihak yang
terlibat maka semakin baik dalam kegiatan usaha tersebut. Oleh sebab itu Supply
Chain harus dikelola dengan baik setiap tingkatannya. Penerapan model Supply
Chain dapat memberikan titik temu antara faktor ktersediaan, kedekatan dan
kemudhan yang dapat diwujudkan dengan adanya koordinasi, kerjasama dan
kolaborasi yang didukung oleh teknologi yang terintegrasi antar pelaku yang
terlibat dalam proses distribusi ini. Seluruh pelaku harus memposisikan sebagai
mitra kerja yang diwujudkan dalam bentuk kerjasama, memiliki rasa saling
percaya, terbuka untuk kemajuan bersama dalam jangka panjang.
Dengan mengetahui alur kerja pada distribusi rantai pasok pada ikan
bandeng maka mekanisme yang terjadi pada masing level akan mempengaruhi cara
kerja level selanjutnya. Dengan penerapan SCM pada ikan bandeng akan
memberikan keunggulan kompetitif dari SCM terletak pada mekanisme pengaturan
aliran produk yang merupakan suatu jaringan kegiatan produksi dan distribusi
untuk dapat bekerja sama memenuhi tuntutan konsumen. Dengan menerapkan
SCM akan meningkatkan efisisensi distribusi sehingga kualitas produk meningkat,
mengurangi biaya, memberikan kepuasaan konsumen dan meningkatkan seluruh
hasil dari proses rantai pasok. Sehingga mengetahui aliran rantai pasok pada ikan
bandeng maka, kita akan dapat mengetahui waktu yang dibutuhkan dalam
persiapan dan proses penangkapan, kebutuhan waktu bongkar dan muat, sehingga
dapat memastikan kapan hasil tangkapan ikan bandeng sampai ke konsumen akhir.
Dengan mengetahui waktu yang dibutuhkan tersebut, kita dapat memastikan berapa
jumlah tambak yang memiliki masa panen yang cukup untuk dilakukan
pemanenan, berapa jumlah waktu yang dibutuhkan hingga sampai di Tempat
Pelelangan Ikan dan akan sampai ke tangkan pengecer, sehingga dengan demikian
maka kita dapat memastikan aliran rantai pasok akan berjalan dengan baik di setiap
level, sehingga dipastikan tidak terjadi kelangkaan hasil tangkapan ikan bandeng
dipasaran, yang yang terpenting lagi bahwa hasil tangkapan yang di jual adalah
hasil tangkapan yang telah memenuhi syarat jual, yaitu berat dan ukuran.
Daftar Pustaka

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2013. SNI 6148.2:2013. Ikan bandeng (Chanos
chanos,Forskal) - Bagian 2: Benih. Badan Standarisasi Nasional : Jakarta

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2013. SNI 6148.3:2013. Ikan bandeng (Chanos
chanos,Forskal) - Bagian 3: Produksi benih. Badan Standarisasi Nasional : Jakarta

Jefri,Rosdiana,A.K.Abadiyah dan E.Sosiawati. 2022. Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Ikan


Bandeng di Desa Binontoan Barat Kabupaten Toli-Toli. Jurnal TROFISH. 1(1): 10-17

Moritian,D.I.,H.Tanuwijaya dan A.P.Widodo. 2013. Analisis Kelayakan Investasi dan


Monitoring Usaha Budidaya Ikan Bandeng secara Intensif Berbasis Web di Sidayu
Kabupaten Gresik. Jurnal Sistem Informasi. 2(1) : 66-71

Rizqi,A.W. dan M.Jufriyanto. 2020. Manajemen Risiko Rantai Pasok Ikan Bandeng Kelompok
Tani Tambak Bungkak dengan Integrasi Metode Analytic Network Process (ANP) dan
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Jurnal Sistem Teknik Industri. 22(2): 88-107

Anda mungkin juga menyukai