Anda di halaman 1dari 4

Ikan merupakan sumber protein hewani yang sangat penting peranannya dalam tubuh kita,

bahkan ikan sangat baik dikonsumsi oleh orang yang menderita penyakit darah tinggi, karena
daging ikan tidak mengandung kolesterol. Salah satu jenis ikan adalah belut. Kandungan gizi
belut tidak berbeda jauh dibandingkan dengan jenis ikan lainnya antara lain:
Kalori : 103
Protein : 14 gr
Lemak : 2,7 gr
Karbohidrat : 0 gr
Kalsium : 20 mgr
Besi : 1 mgr
Vit. A : 160 SI
Vit. B : 0,1 mgr
Vit. C : 2 mgr
Air : 58 gr
Dikonsumsi : 90 %

Beternak belut memiliki prosfek yang baik karena mudah pemeliharaannya dan tidak
memerlukan tempat yang luas. Oleh karenanya selain sebagai sumber protein hewani, belut juga
dapat mendatangkan tambahan penghasilan.

Dibandingkan dengan jenis ikan lainnya, belut sangat mudah untuk dibudidayakan. Untuk
beberapa jenis ikan dalam pemeliharaannya memerlukan kolam yang luas dan banyak, antara
lain untuk pemeliharaan induk, pemijahan, penetasan telur, pendederan dan pembesaran, dimana
pembuatannya disesuaikan dengan sumber air yang banyak dan mengalir.

Pemeliharaan belut dapat dilakukan di kolam yang sempit dan air tergenang, bahkan dalam drum
sekalipun asalkan tidak berkarat. Makanannya pun lebih mudah bila dibandingkan dengan jenis
ikan lain. Belut merupakan jenis ikan omnifora (pemakan tumbuhan dan hewan). Belut bisa
memakan cacing, ulat jentik nyamuk, nyamuk dan serangga kecil. Untuk pemeliharaan dalam
drum hanya perlu diberi makanan tambahan air cucian beras (tajin) sehari-hari.

Untuk pemeliharaan dalam drum, yang pertama kali harus disiapkan adalah sebuah drum bersih,
tanpa karat. Kemudian siapkan media yang berfungsi juga sebagai sumber makanan belut dengan
urutan susunan dari dasar drum ke atas sebagai berikut :
Lumpur (dari dasar kolam) setebal 4 cm
Pupuk kandang (sapi/kambing)setebal 5 cm
Jerami (dicampur dengan batang pisang busuk dan dicincang) setebal 10 cm
Pupuk kandang 5 cm
Jerami 5 cm
Lumpur 5 cm
Air 5 cm

Diamkan media dalam drum selama 1 bulan agar pembusukan media selesai sempurna dan
ditandai dengan adanya jentik nyamuk. Apabila air menjadi berbusa, buang dan ganti dengan air
yang baru. Masukkan belut yang akan dipelihara dengan ukuran panjang 1-2,5 cm sebanyak 100
ekor. Sekitar 4 bulan kemudian belut sudah bisa dipanen dengan panjang sekitar 25-30 cm.
Kalau untuk pembiakan, masuk kan induk belut 2 ekor betina dan 1 ekor jantan.

Belut adalah hewan hermaprodit (berkelamin ganda). Pada saat muda belut berkelamin betina
dan sesudah tua berubah jadi jantan. Patokan yang dapat memberikan petunjuk adalah panjang
tubuhnya. Belut dengan panjang tubuh sampai 30 cm adalah betina dan panjang diatas 35 cm
adalah jantan. Panjang tubuh antara 30-35 adalah masa peralihan kelamin.

Suka dengan artikel ini?


Silakan download gratis disini (ms word).

Artikel Terkait


Beternak Cacing Tanah
 Beternak Lele
 Beternak Belut Dalam Drum
 Pembesaran Ikan Mas Dalam Drum
 Budidaya Ikan Haruan

Belut Tantangan dan Harapan Masa Depan

Budidaya Belut saat ini dirasa sangat menguntungkan mengingat permintaan dalam dan luar
negeri terus meningkat, namun Belut alam yang hidup bebas sangat sulit ditemukan. Penggunaan
pestisida pembahas hama dilahan pertanian ternyata berdampak menghilangnya sebagian spesies
ikan, termasuk belut. Hal ini sangat memprihatinkan, bila dipandang dari segi keseimbangan
alam. Kelestarian alam merupakan tanggungjawab bersama penghuni bumi. Budidaya Belut
sebenarnya tidak sulit dan juga tidak mahal. Masyarakat yang memiliki lahan sempitpun dapat
memelihara belut. Secara Teknis Budidaya dan pemeliharaan belut (monopterus albus) hanya
memerlukan perhatian dalam memilih tempat/lokasi budidaya, pembuatan kolam, media
pemeliharaan, memilih benih, perkembangbiakan belut, penetasan, makanan dan kebiasaan
makan serta hama. Disisi lain kita memerlukan tata cara panen, pasca panen, pemasaran dan
pencatatan. Teknik Budidaya dan Pemeliharaan Belut

1. Tempat/Lokasi Budidaya Pemilihan lokasi bakal pembuatan kolam ditempat yang tidak
secara langsung terkena sinar matahari, meskipun dapat disiasati dengan pemberian
peneduh. Disamping itu luas lahan dengan memperhatikan kemiringan dan batas calon
kolam.
2. Kolam ini dapat diatas tanah atau galian tanah, hal ini tergantung pada luas lahan yang
akan memudahkan pengamatan, pembangunan konstruksi kolam, seperti pintu air,
saringan dan lain sebagainya. Pembuatan kolam Lokasi yang telah ditentukan dengan
memperhatikan persyaratan teknis dan jenis kolam, baik kolam penampungan induk,
kolam pemijahan dan pendederan serta kolam pembesaran. Kolam-kolam ini memiliki
ukuran tersndiri, pertama, Kolam Penampungan Induk berukuran 200 cm x 400 cm x 80
cm, kedua Kolam Pemijahan 200 cm x 200 cm x 100 cm, ketiga, Kolam Pembesaran 500
cm x 500 cm x 120 cm.
3. Media Pemeliharaan Kolam budidaya belut menggunakan media pemelihaan sebagai
tempat hidup berupa tanah/lumpur sawah yang dikeringkan, pupuk kandang, pupuk
kompos (sekam/gabah padi yang dibusukkan), jerami padi, cincangan batang pisang,
pupuk urea dan NPK dengan perbandingan kurang lebih sebagai berikut : Lapisan paling
bawah tanah/lumpur setinggi 20 cm.

 Lapisan pupuk kandang setinggi 5 cm.


 Lapisan tanah/lumpur setinggi 10 cm.
 Lapisan Pupuk kompos setinggi 5 cm.
 Lapisan tanah/lumpur setinggi 10 cm.Lapisan jerami padi setinggi 15 cm, yang diatasnya
ditaburi secara merata pupuk urea 2,5 kg dan NPK 2,5 kg untuk ukuran kolam 500 cm x 500 cm.
Perbandingan jumlah pupuk dan luas kolam ini juga dipergunakan dalam ukuran kolam, baik
lebih besar maupun kecil. 

1. Lapisan tanah/lumpur setinggi 20 cm.


2. Lapisan air dengan kedalaman setinggi 15 cm, yang ditaburi secara merata batang pisang
sampai menutupi permukaan kolam. Seluruh media pemeliharaan ini didiamkan agar
terjadi proses permentasi dan siap untuk pemeliharaan belut selama kurang lebih dua
minggu.
3. Pemilihan Benih Media pemeliharaan yang sudah lengkap dan siap untuk pemeliharaan,
menuntut pemilihan bibit belut yang berkualitas agar menghasilkan keturunan normal.
Syarat Benih Belut : pertama, anggota tubuh utuh dan mulus atau tidak cacat atau bekas
gigitan. kedua, mampu bergerak lincah dan agresif. ketiga, penampilan sehat yang
ditunjukan dengan tubuh yang keras, tidak lemas tatkala dipegang. keempat, tubuh
berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklatan. kelima, usia berkisar 2-4 bulan.
Disamping itu diperhatikan pula pemilihan induk belut jantan dan betina sebagai berikut :

1. Ciri Induk Belut Jantan Berukuran panjang lebih dari 40 cm. Warna permukaan kulit gelap
atau abu-abu. Bentuk kepala tumpul. Usia diatas sepuluh bulan.

2. Ciri Induk Belut Betina Berukuran panjang 20-30 cm Warna permukaan kulit cerah atau lebih
muda Warna hijau muda pada punggung dan warna putih kekuningan pada perut Bentuk kepala
runcing Usia dibawah sembilan bulan.

e. Perkembangan Belut Belut berkembangbiak secara alami dialam terbuka dan dapat dibudidaya
dengan perkembangbiakan normal dikolam dengan media pemeliharaan yang memenuhi
persyaratan. Belut secara lami memiliki masa kawin selama musim hujan (4-5 bulan), dimalam
hari dengan suhu sekitar 28° C atau lebih. Musim kawin ini ditandai dengan berkeliarannya belut
jantan kepenjuru kolam, terutama ketepian dan dangkal yang akan menjadi lubang perkawinan.
Lubang berbentuk “U”dimana belut jantan akan membuat gelembung busa dipermukaan air
untuk menarik perhatian betina, namun belut jantan menunggu pasangannya dikolam yang tidak
berbusa. Telur-telur dikeluarkan disekitar lubang, dibawah busa dan setelah dibuahi akan
dicakup pejantan untuk disemburkan dilubang persembunyian yang dijaga belut jantan.

f. Penetasan Telur-telur ini akan menetas setelah 9-10 hari, tetapi dalam pendederan menetas
pada hari ke 12-14. Anak-anak belut ini memiliki kulit kuning yang semakin hari akan
berangsur-angsur menjadi coklat. Belut jantan akan tetap menjaga sampai belut muda berusia
dua minggu atau mereka meninggalkan sarang penetasan untuk mencari makanan sendiri.
g. Makanan dan kebiasaan makan Belut secara alamiah memakan segala jenis binatang kecil
yang hidup atau terjatuh di air. Belut ini akan menyergap makanannya dengan membuat lubang
perangkap, lubang ini menyerupai terowongan berdiameter 5 cm.

h. Hama belut Belut jarang terserang penyakit yang disebabkan oleh kuman atau bakteri, namun
mereka sering kekurangan pangan, kekeringan atau dimakan sesama belut dan predator lainnya,
sehingga memerlukan air mengalir agar tetap sehat.

Setelah belut berkembang sesuai yang diharapkan, kita harus memperhatikan tata cara panen
agar belut tidak luka dan tetap segar, baik untuk pasar lokal maupun antar daerah dan ekspor.
Belut untuk pasar lokal hanya memerlukan ukuran sedang dengan umur 3-4 bulan, sedangkan
ekspor perlu ukuran lebih besar dengan usia 6-7 bulan. Perlakukan pasca panenpun juga harus
diperhatikan, baik dalam membersihkan dan memperbaiki kolam pemeliharaan serta dilakukan
penggantian media yang baru, sehingga makanan belut tidak habis bahkan semakin banyak.
Belut merupakan makanan bergizi yang layak dikonsumsi manusia, sehingga dapat dipasarkan
dimanapun, baik lokal maupun ekspor dengan harga yang cukup menguntungkan. Dalam rangka
budidaya ini akan diselenggarakan Seminar atau Pelatihan Budidaya Belut dengan
instruktur/narasumber Ir. R.M. Sonson Sundoro di Kaliurang pada tanggal 12-13 Februari 2005
dengan materi “Teknik Budidaya Belut” di Wisma Taman Eden Kaliurang Yogyakarta.
Kontribusi Pelatihan ini Rp. 525.000,- dengan fasilitas training kit, sertifikat, kartu anggota
plasma, kaos, tas, kontrak jaminan pemasaran, transportasi ke peternak belut dan pertanggungan
asuransi jiwa.

Anda mungkin juga menyukai