Anda di halaman 1dari 18

Cara Budidaya Belut di Kolam dan Drum

Cara beternak belut di kolam dan drum. Beternak atau budidaya belut saat ini mulai digemari
seiring dengan banyaknya permintaan akan belut dan ketersediaan belut dipasar dari hasil
penangkapan

secara

alami

semakin

sedikit.

Beternak belut sebenarnya tidak begitu susah karena belut dapat dibudidayakan baik itu dalam
kolam

ataupun

drum.

Cara Budidaya Belut didalam kolam adalah dengan cara membuat kolam sedangkan jika
beternak dalam drum maka wadah untuk pemeliharaan yang digunakan adalah drum itulah
perbedaan keduanya sedangkan dalam tehnis budidaya sama saja. Perlu diingat bahwa belut akan
cepat besar jika medianya cocok sehingga dalam budidaya belut dalam kolam dan drum media
harus menjadi perhatian yang utama.
Media yang baik untuk beternak belut di kolam dan drum adalah lumpur kering, kompos, jerami
padi, pupuk TSP, dan mikroorganisme stater. Peletakkannya diatur: bagian dasar kolam dilapisi
jerami setebal 50 cm. Di atas jerami disiramkan 1 liter mikroorganisma stater. Berikutnya
kompos setinggi 5 cm. Media teratas adalah lumpur kering setinggi 25 cm yang sudah dicampur
pupuk TSP sebanyak 5 kg.

Cara Budidaya Belut di Kolam dan Drum


Karena belut tetap memerlukan air maka dalam beternak belut dalam kolam dan drum ini sebagai
habitat hidupnya, kolam diberi air sampai ketinggian 15 cm dari media teratas. Jangan lupa
tanami eceng gondok sebagai tempat bersembunyi belut. Eceng gondok harus menutupi besar

kolam.
Bibit belut yang ingin diternakkan tersebut tidak serta-merta dimasukkan. Media dalam kolam
perlu didiamkan selama 2 minggu agar terjadi fermentasi. Media yang sudah terfermentasi akan
menyediakan sumber pakan tambahan untuk ternak belut nantinya secara alami seperti jentik
nyamuk, zooplankton, cacing, dan jasad-jasad renik. Setelah itu baru bibit belut yang akan
diternakkan

dimasukkan.

Sifat kanibalisme dalam beternak belut di kolam dan drum yang dimiliki Monopterus albus itu
tidak terjadi selama pembesaran. Asal, pakan dalam budidaya belut tersebut tersedia dalam
jumlah cukup. Saat masih anakan belut tidak akan saling mengganggu. Sifat kanibal muncul saat
belut berumur 10 bulan, ujarnya. Sebab itu tidak perlu khawatir memasukkan bibit dalam jumlah
besar hingga ribuan ekor. Dalam 1 kolam berukuran 5 m x 5 m x 1 m, saya dapat memasukkan
hingga 9.400 bibit, katanya.

Pakan yang diberikan agar budidaya belut haruslah segar dan hidup, seperti ikan cetol, ikan
impun, bibit ikan mas, cacing tanah, belatung, dan bekicot. Pakan diberikan minimal sehari
sekali

di

atas

pukul

17.00.

Untuk menambah nafsu makan dapat diberi temulawak Curcuma xanthorhiza. Sekitar 200 g
temulawak ditumbuk lalu direbus dengan 1 liter air. Setelah dingin, air rebusan dituang ke kolam
pembesaran.

Pilih

tempat

yang

biasanya

belut

bersembunyi,

Pelet ikan dapat diberikan sebagai pakan selingan untuk memacu pertumbuhan belut yang
dibudidayakan. Pemberiannya ditaburkan ke seluruh area kolam. Tak sampai beberapa menit
biasanya anakan belut segera menyantapnya. Pelet diberikan maksimal 3 kali seminggu.
Dosisnya 5% dari bobot bibit yang ditebar. Jika bibit yang ditebar 40 kg, pelet yang diberikan

sekitar

kg.

Hama utama dalam budidaya belut di kolam dan drum adalah kehadiran hama seperti burung
belibis, bebek, dan berang-berang perlu diwaspadai. Mereka biasanya spontan masuk jika
kondisi kolam dibiarkan tak terawat. Kehadiran mereka sedikit-banyak turut mendongkrak
naiknya pH karena kotoran yang dibuangnya. Hama bisa dihilangkan dengan membuat kondisi
kolam

rapi

dan

pengontrolan

rutin

sehari

sekali,

Perlu diingat selain pakan, yang perlu diperhatikan dalam budidaya belut di kolam atau drum
adalah kualitas air. Bibit belut menyukai pH 5-7. Selama pembesaran, perubahan air menjadi
basa sering terjadi di kolam. Air basa akan tampak merah kecokelatan.
Penyebabnya antara lain tingginya kadar amonia seiring bertumpuknya sisa-sisa pakan dan
dekomposisi hasil metabolisme. Belut yang hidup dalam kondisi itu akan cepat mati. Untuk
mengatasinya, pH air perlu rutin diukur. Jika terjadi perubahan, segera beri penetralisir.
Suhu air optimal untuk beternak belut perlu dijaga agar tetap pada kisaran 26-28oC. Peternak di
daerah panas bersuhu 29-32oC, seperti Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi, perlu hujan
buatan untuk mendapatkan suhu yang ideal. Hanya dalam tempo 4 bulan sudah siap panen.

Panduan praktis budidaya belut


Belut merupakan binatang air yang digolongkan dalam kelompok ikan. Berbeda dengan
kebanyakan jenis ikan lainnya, belut bisa hidup dalam lumpur dengan sedikit air. Binatang ini
mempunyai dua sistem pernapasan yang bisa membuatnya bertahan dalam kondisi tersebut.
Jenis belut yang paling banyak dikenal di Indonesia adalah belut sawah (Monopterus albus). Di
beberapa tempat dikenal juga belut rawa (Synbranchus bengalensis). Perbedaan belut sawah dan
belut rawa yang paling mencolok adalah postur tubuhnya. Belut sawah tubuhnya pendek dan
gemuk, sedangkan belut rawa lebih panjang dan ramping.
Terdapat dua segmen usaha budidaya belut yaitu pembibitan dan pembesaran. Pembibitan
bertujuan untuk menghasilkan anakan. Sedangkan pembesaran bertujuan untuk menghasilkan
belut hingga ukuran siap konsumsi.
Kali ini alamtani akan menguraikan tentang budidaya pembesaran belut di kolam tembok. Mulai
dari pemilihan bibit hingga pemanenan. Semoga bermanfaat.

Memilih bibit belut


Bibit untuk budidaya belut bisa didapatkan dari hasil tangkapan atau hasil budidaya. Keduanya
memiliki kekurangan dan keunggulan masing-masing.
Bibit hasil tangkapan memiliki beberapa kekurangan, seperti ukuran yang tidak seragam dan
adanya kemungkinan trauma karena metode penangkapan. Kelebihan bibit hasil tangkapan
adalah rasanya lebih gurih sehingga harga jualnya lebih baik.
Kekurangan bibit hasil budidaya harga jualnya biasanya lebih rendah dari belut tangkapan.
Sedangkan kelebihannya ukuran bibit lebih seragam, bisa tersedia dalam jumlah banyak, dan
kontinuitasnya terjamin. Selain itu, bibit hasil budidaya memiliki daya tumbuh yang relatif sama
karena biasanya berasal dari induk yang seragam.
Bibit belut hasil budidaya diperoleh dengan cara memijahkan belut jantan dengan betina secara
alami. Sejauh ini di Indonesia belum ada pemijahan buatan (seperti suntik hormon) untuk belut.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pembibitan, silahkan baca kiat sukses pembibitan belut.
Bibit yang baik untuk budidaya belut hendaknya memiliki kriteria berikut:

Ukurannya seragam. Ukuran bibit yang seragam dimaksudkan untuk memudahkan


pemeliharaan dan menekan risiko kanibalisme atau saling memangsa.

Gerakannya aktif dan lincah, tidak loyo.

Tidak cacat atau luka secara fisik.

Bebas dari penyakit.

Budidaya belut untuk segmen pembesaran biasanya menggunakan bibit belut berukuran panjang
10-12 cm. Bibit sebesar ini memerlukan waktu pemeliharaan sekitar 3-4 bulan, hingga siap
konsumsi. Untuk pasar ekspor yang menghendaki ukuran lebih besar, waktu pemeliharaan bisa
mencapai 6 bulan.

Menyiapkan kolam budidaya belut


Budidaya belut bisa dilakukan dalam kolam permanen maupun semi permanen. Kolam permanen
yang sering dipakai antara lain kolam tanah, sawah, dan kolam tembok. Sedangkan kolam semi
permanen antara lain kolam terpal, drum, tong, kontainer plastik dan jaring.
Kali ini kita akan membahas budidya belut di kola tembok. Kolam tembok relatif lebih kuat,
umur ekonomisnya bisa bertahan hingga 5 tahun.
Bentuk dan luas kolam tembok bisa dibuat berbagai macam, disesuaikan dengan keadaan ruang
dan kebutuhan. Ketinggian kolam berkisar 1-1,25 meter. Lubang pengeluaran dibuat dengan pipa
yang agak besar untuk memudahkan penggantian media tumbuh.
Untuk kolam tembok yang masih baru, sebaiknya dikeringkan terlebih dahulu selama beberapa
minggu. Kemudian direndam dengan air dan tambahkan daun pisang, sabut kelapa, atau pelepah
pisang. Lakukan pencucian minimal tiga kali atau sampai bau semennya hilang.

Media tumbuh untuk budidaya belut


Di alam bebas belut sering dijumpai dalam perairan berlumpur. Lumpur merupakan tempat
perlindungan bagi belut. Dalam kolam budidaya pun, belut membutuhkan media tumbuh berupa
lumpur.
Beberapa material yang bisa dijadikan bahan membuat lumpur/media tumbuh antara lain, lumpur
sawah, kompos, humus, pupuk kandang, sekam padi, jerami padi, pelepah pisang, dedak,
tanaman air, dan mikroba dekomposer.

Komposisi material organik dalam media tumbuh budidaya belut tidak ada patokannya. Sangat
tergantung dengan kebiasaan dan pengalaman. Pembudidaya bisa meramu sendiri media tumbuh
dari bahan-bahan yang mudah didapatkan.
Berikut ini salah satu alternatif langkah-langkah membuat media tumbuh untuk budididaya belut:

Bersihkan dan keringkan kolam. Kemudian letakkan jerami padi yang telah dirajang pada
dasar kolam setebal kurang lebih 20 cm.
Letakkan pelepah pisang yang telah dirajang setebal 6 cm, di atas lapisan jerami.

Tambahkan campuran pupuk kandang (kotoran kerbau atau sapi), kompos atau tanah
humus setebal 20-25 cm, di atas pelepah pisang. Pupuk organik berguna untuk memicu
pertumbuhan biota yang bisa menjadi penyedia makanan alami bagi belut.

Siram lapisan media tumbuh tersebut dengan cairan bioaktivator atau mikroba
dekomposer, misalnya larutan EM4.

Timbun dengan lumpur sawah atau rawa setebal 10-15 cm. Biarkan media tumbuh
selama 1-2 minggu agar terfermentasi sempurna.

Alirkan air bersih selama 3-4 hari pada media tumbuh yang telah terfermentasi tersebut
untuk membersihkan racun. Setel besar debit air, jangan terlalu deras agar tidak erosi.

Langkah terakhir, genangi media tumbuh tersebut dengan air bersih. Kedalaman air 5 cm
dari permukaan. Pada kolam tersebut bisa diberikan tanaman air seperti eceng gondok.
Jangan terlalu padat.

Dari proses di atas didapatkan lapisan media tumbuh/lumpur setebal kurang lebih 60 cm.
Setelah semuanya selesai, bibit belut siap untuk ditebar.

Catatan: Dengan metode lain, budidaya belut bisa dipelihara dalam air bersih tanpa
menggunakan lumpur.

Penebaran bibit dan pengaturan air


Belut merupakan hewan yang bisa dibudidayakan dengan kepadatan tinggi. Kepadatan tebar
untuk bibit belut berukuran panjang 10-12 cm berkisar 50-100 ekor/m2.
Lakukan penebaran bibit pada pagi atau sore hari, agar belut tidak stres. Bibit yang berasal dari
tangkapan alam sebaiknya dikarantina terlebih dahulu selama 1-2 hari. Proses karantina
dilakukan dengan meletakkan bibit dalam air bersih yang mengalir. Berikan pakan berupa
kocokan telur selama dalam proses karantina.

Aturlah sirkulasi air dengan seksama. Jangan terlalu deras (air seperti genangan sawah) yang
penting terjadi sirkulasi air. Atur juga kedalaman air, hal ini berpengaruh pada postur tubuh belut.
Air yang terlalu dalam akan membuat belut banyak bergerak untuk mengambil oksigen dari
permukaan, sehingga belut akan lebih kurus.

Pemberian pakan
Belut merupakan hewan yang rakus. Keterlambatan dalam memberikan pakan bisa berakibat
fatal. Terutama pada belut yang baru ditebar.
Takaran pakan harus disesuaikan dengan berat populasi belut. Secara umum belut membutuhkan
jumlah pakan sebanyak 5-20% dari bobot tubuhnya setiap hari.
Berikut kebutuhan pakan harian untuk bobot populasi belut 10 kg:

Umur 0-1 bulan: 0,5 kg

Umur 1-2 bulan: 1 kg

Umur 2-3 bulan: 1,5 kg

Umur 3-4 bulan: 2 kg

Pakan budidaya belut bisa berupa pakan hidup atau pakan mati. Pakan hidup bagi belut yang
masih kecil (larva) antara lain zooplankton, cacing, kutu air (daphnia/moina), cacing, kecebong,
larva ikan, dan larva serangga. Sedangkan belut yang telah dewasa bisa diberi makanan berupa
ikan, katak, serangga, kepiting yuyu, bekicot, belatung, dan keong. Frekuensi pemberian pakan
hidup dapat dilakukan 3 hari sekali.
Untuk pakan mati bisa diberikan bangkai ayam, cincangan bekicot, ikan rucah, cincangan
kepiting yuyu, atau pelet. Pakan mati untuk budidaya belut sebaiknya diberikan setelah direbus
terlebih dahulu. Frekuensi pemberian pakan mati bisa 1-2 kali setiap hari.
Karena belut binatang nokturnal, pemberian pakan akan lebih efektif pada sore atau malam hari.
Kecuali pada tempat budidaya yang ternaungi, pemberian pakan bisa dilakukan sepanjang hari.

Pemanenan
Tidak ada patokan seberapa besar ukuran belut dikatakan siap konsumsi. Tapi secara umum pasar
domestik biasanya menghendaki belut berukuran lebih kecil, sedangkan pasar ekspor
menghendaki ukuran yang lebih besar. Untuk pasar domestik, lama pemeliharaan pembesaran
berkisar 3-4 bulan, sedangkan untuk pasar ekspor 3-6 bulan, bahkan bisa lebih, terhitung sejak
bibit ditebar.

Terdapat dua cara memanen budidaya belut, panen sebagian dan panen total. Panen sebagian
dilakukan dengan cara memanen semua populasi belut, kemudian belut yang masih kecil
dipisahkan untuk dipelihara kembali.
Sedangkan pemanenan total biasanya dilakukan pada budidaya belut intensif, dimana pemberian
pakan dan metode budidaya dilakukan secara cermat. Sehingga belut yang dihasilkan memiliki
ukuran yang lebih seragam.

TERNYATA MUDAH BUDIDAYA BELUT


DI KOLAM TERPAL
Indonesia terdapat 3 jenis belut yakni belut sawah, belut rawa dan belut laut/payau. Paling
banyak yang dibudidayakan oleh masyarakat adalah belut sawah. Habitat hidup belut cukup luas
dari perairan tawar sampai perairan laut. Belut cendrung hidup diperairan dangkal denga dasar
lumpur,sawah, tepian rawa-rawa, danau. Sungai atau genangan air lainnya.
Bentuk belut sangat berbeda dengan ikan karena lebih menyerupai ular yaitu gilig memanjang,
tidak mempunyai sisip dada, sirip punggung dan sirip dubur telah mengalami perubahan bentuk
menyerupai lipatan kulit tetapi belut termasuk dalam golongan ikan. Sedangkan sirip dada dan

sirip punggung hanya berbentuk semacam guratan kulit yang halus. Bentuk ekor pendek dan
tipis, badan lebih panjang dari ekornya. Cara hidupnya sangat berbeda dari ikan karena belut
suka membenamkan diri didalam lumpur dengan membuat lubang sebagai tempat hidupnya,
Belut tergolong jenis ikan yang toleran cukup tinggi terhadap lingkungan tumbuhnya, sehingga
penyebarannya mencakup wilayah giografis yang luas. Namum belut dewasa dengan belut pada
pase larwa dan anakan terdapat perbedaan tempat hidup yang disukai. Belut dewasa mempunyai
kemampuan adaptasi yang tinggisehingga dapat hidup didalam lumpur atau dimedia yang sangat
keruh. Sedangka belut pada pase larva dan anakan lebih menyukai air yang berkualitas yang
baik yakni pH 5-7. Hal ini karena pH yang terlalul asam dan basa tidak baik untuk proses
pemijahan dan pemeliharaan larva belut.
Penebaran Benih
Benih belut yang ditebar dalam kolam terpal biasanya berukuran panjang sekitar 12-15 cm
sebanyak 25 ekor/m2 atau berat sekitar 1-1,5 kg per m2 luas kolam budidaya. Oleh karena itu
untuk menghindari tingginya angka kematian, maka harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Benih yang ditebar sebaiknya dalam keadaan sehat, gesit, tidak sakit dan memiliki ukuran
panjang tubuh yang sama. Hal ini untuk menghindari dari pesaingandalam memanfaatkan
makanan.
2. Sewaktu memasukkan belut kedalam media budidaya sebaiknya dengan pelan-pelan,
sedikit demi sedikit biarkan belut keluar sendiri menuju kolam. Belut jangan dibenamkan
dalam air media atau kolam dengan secara paksa. Bila belut yang ditebar kedalam kolam
terpal dengan cepat membuat lubang itu artinya belut sudak cocok dengan media yang
digunakan.
3. Sebaiknya penebaran benih belut untuk pembesaran dilakukan disore hari dan pagi hari
sebelum jam 09.00 karena waktu tersebut pengaruh intensitas cahaya matahari masih atau
sudah berkurang
4. Pembudidaya belut ada yang berani menabar belut pada siang hari setelah benih belut
diistirahatkan selama 30 menit dan diberi air serta larutan gula.
5. Media yang sudah diisi belut jangan diaduk-aduk lagi karena dapat membuat belut stress
dan mengalami kematian yang ditandai dengan keluarnya belut dari media lumpur atau
belut merayap pada permukaan dipagi-siang hari. Kematian tersebut dapat disebabkan
oleh strees, luka atau racun
Media budidaya Belut
Pembuatan media untuk budidaya belut cukup berbeda dengan beudidaya ikan yang lainnya
karena didalam media juga harus terkandung bahan organic sebagai tempat untuk membenamkan

diri. Terkait dengan pembuatan media untuk belut yang dibudidayakan pada kolam terpal,
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yakni :
1. Media budidaya belut memerlukan bahan organic yaitu berupa tanah dan kedeboh pisang.
Oleh karena bahan organic tersebut lebih berat daripada air dalam volume yang sama,
penyangga kolam terpal harus dibuat lebih kuat agar tidak jebol.
2. Sebelum belut ditebar, upayakan media budidaya sudah bener-bener sudah siap. Bila
proses pematangan media masih berjalan ( ditandai dengan masih berprosesnya gas
bahan organic/suhu masih agak tinggi) bisa menggangu kehidupan belut
3. Sebisa mungkin hindari kebocoran kolam terpal akibat digerogoti tikus. Kebocoran dapat
menyebabkan media mongering dan dapat membahayakan kehidupan belut.
Pemberian Pakan
Tanah humus merupakan sumber makanan yang baik untuk belut karena didalam nya terdapat
hewan renik seperti makrobenthos, cacing, siput, kerang atau larwa nyamuk. Tanah humus juga
banyak mengandung banyak air yang sangat membantu sebagai media kehidupan belut.
Perhitungan pakan belut dilakukan dengan cara menghitung presentasi dari berat awal jumlah
keseluruha belut yang dibudidayakan. Takaran pakan yang diberikan harus semakin meningkat
mulai 5 -20%. Pemberian pakan untuk pertumbuhan belut diberikan 2-3 kali sehari. Pemberian
pakan dilakukan pada waktu pagi hari dan sore hari. Pemberian pakan juga harus menberikan
rasa nyaman bagi belut. Alasanya karena dengn rasa nyaman akan dapat mempengaruhi nafsu
makannya sehingga belut mampu makan secara optimal. Beberapa cara pemberian pakan pada
belut yakni :
1. Beberapa hari sebelum benih belut ditebar dalam media budidaya, pada media budidaya
sebaiknya dimasukkan pakan alami seperti bekecot, keong, yuyu stsu hewan lainnya yang
telah direbus terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar pakan alamim tersebut bisa terurai
atau tercampur dengan media budidaya sehingga mikroorganisme yang dibutuhkan belut
bisa tumbuh.
2. Pakan yang diberikan hidup berupa ikan kecil atau kecebong, perhatikan kondisi
ketinggian air jangan sampai terlalu tinggi karena belut akan kesulitan menangkapnya.
3. Pakan yang diberikan berupa cacing, kondisikan cacing dapat hidup pada media budidaya
dengan harapan belut dapat memakannya.
4. Binatang mati juga dapat sebagai pakan alternative untuk kosumsi belut, tetapi harus
sesuai takaran dan harus direbus dulu agar bisa bertahan lama dan tidak menimbulkan
bau busuk pada air media budidaya.
Pemberian Pakan Pembesaran Belut Selama 4 Bulan untuk 10 Kg Belut

1. Umur 30 hari dari awal penebaran, presentase pakan yang diberikan 5%, berat pakan
yang diberikan 0,5 kg/hari dan jumlah pemberian pakan 30 x 0,5 = 15 kg
2. Umur 60 hari, presentase pakan yang diberikan 10%, berat pakan yang diberikan 1
kg/hari dan jumlah pemberian pakan 60 x 1 : 2 = 30 kg
3. Umur 90 hari, presentase pakan yang diberikan 15%, berat pakan yang diberikan 1,5
kg/hari dan jumlah pemberian pakan 90 x 1,5 : 3 = 45 kg
4. Umur 120 hari , presentase pakan yang diberikan 20%, berat pakan yang diberikan 2
kg/hari dan jumlah pakan 120 x 2 : 4 = 60 kg

CARA TERNAK BELUT DI RUMAH


Cara Ternak Belut Di Rumah : Belut adalah jenis ikan yang rasanya nikmat, dengan rasa
khasnya dan banyaknya gizi yang di kandungnya. Belut merupakan salah satu sumber protein
hewani yang sangat digemari banyak orang saat ini, dahulu di tahun 60-an masyarakat hanya
mengenal belut sawah atau belut liar, sehingga sangat sulit untuk dapat mengkonsumsi belut
setiap hari. Saat ini sudah sangat banyak orang yang membudidayakan belut ini sehingga belut
dengan mudah dapat dijumpai di pasar. Budidaya belut ternyata tidak sulit, dan tidak
membutuhkan lahan yang luas, dengan media tong saja belut sudah dapat dibudidayakan dalam
jumlah yang besar.
Budidaya belut lebih mudah daripada memelihara ikan, apakah itu sebagai ikan ternak ataupun
hanya sekedar ikan peliharaan. Saat ini hanya masalah bibit saja yang menjadi kendala utama
dalam budidaya belut, sulitnya mendapatkan bibit ini juga membatasi jumlah peternak belut saat
ini. Bibit belut ini dapat diambil langsung di alam atau bisa juga dibeli di pembibitan belut.
Namun pembibitan belut secara komersil saat ini sanagt sulit ditemukan, bahkan mungkin belum
ada di daerah anda.

Lokasi ideal budidaya belut


Belut dapat dipelihara di semua jenis daerah, baik dataran tinggi maupun rendah, baik daerah
dengan curah hujan tinggii maupun curah hujan rendah. Hal ini wajar saja karena padi bisa
tumbuh di semua daerah, setiap ada sawah yang bisa ditumbuhi oleh padi maka daerah itu
kemungkina besar dapat dijadikan sebagai lokasi budidaya belut. Begitu juga dengan kondisi air,
syarat budidaya belut hanyalah terdapat air bersih dalam artian bersih dari pencemaran limbah
pabrik, pestisida dan detergen. Suhu 25-31C adalah suhu terbaik untuk membudidayakan belut.
Kondisi air yang bersih ini terutama untku anak belut atau sering disebut dengan bibit, ukuran
bibit yang baik antara 1 2 cm. ketika belut sudah tumbuh dewasa maka kondisi air tidak lagi
menjadi masalah karena umumnya belut dewasa dapat hidup di air yang keruh (akibat lumpur).

CARA TERNAK BELUT DI RUMAH


1.Perlengkapan
Hal yang paling utama dan pertama sekali yang harus dipersiapkan dalam budidaya belut
didalam tong adalah peralatan-peralatan sebagai berikut:

Tong atau Drum, disarankan yang terbuat dari bahan plastik agar tidak berkarat.

Paralon

Kawat Kasa

Tandon sebagai penampung air

Ember, cangkul, baskom dan juga jerigen.

2.Persiapan dan Teknik Budidaya Belut


Persiapan dan teknik budidaya belut perlu diketahui agar kelak mendapatkan hasil yang
maksimal. Disini hal yang perlu diperhatikan adalah media pemeliharaan sebagai tempat
berkembang biak atau media tempat membesarkan belut. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut:
A. Drum atau Tong
Drum yang digunakan untuk budidaya belut harus yang tidak bocor dan juga tidak berkarat. Bila
drum yang digunakan terbuat dari besi atau kaleng, maka sebaliknya drum tersebut sebaiknya
dibersihkan terlebih dahulu dari karat dan lakukan pengecetan ulang dan diamkan sampai kering
hingga tidak berbau cat lagi.
Cara mempersiapkan drum atau tong sebagai media budidaya belut dilakukan dengan tahapantahapan sebagai berikut ini:

Letakkanlah tong pada posisi tanah yang datar. Hal ini dilakukan agar media menjadi
lebih luas.

Buka bagian tengan drum dan sisakan 5 cm pada bagian sisi kiri dan kanan.

Pasang alat sebagai penganjal agar drum tidak menggelinding dan bergerak.

Buat saluran pembuangan dibawah tong. Letak saluran pembuangan ini dapat disesuaikan
dengan penampungan limbah pembuangan.

Buah peneduh tong, sehingga intensitas panas matahari tidak terlalu tinggi dan mengenai
langsung ke permukaan drum. Bahan ini dapat dibuat dengan net atau waring dan bisa
juga dibuat dengan bahan-bahan yang lebih sederhana lainnya.

B.MediaTanah
Media tanah yang digunakan adalah tanah yang tidak berpasir dan juga tanah yang tidak terlalu
liat dan memiliki kandungan hara yang cukup. Dalam hal ini disarankan untuk menggunakan

media tanah yang diambil dari sawah. Pematangan media tanah dapat dilakukan dengan tahapantahapan sebagai berikut:

Masukkan tanah kedalam tong hingga ketinggian 30-40 cm

Masukkan air hingga tanah becek namun tidak menggenang.

Masukkan EM 4 sebanyak 4 botol kedalam tong.

Aduk tanah sebanyak 2 kali sehari hingga tanah menjadi lembut dan gembur.

Perlu diketahui bahwa perlakuan diatas tidak berlaku untuk bahan baku tanah yang diambil dari
sawah.
C. Media Instan Bokashi
Media ini dibuat diluar tong yang merupakan campuran dari bahan utama dan bahan campuran.
Penggunaan 100 kilo bahan akan menghasilkan 90 kilo media instan bokashi. Untuk setiap tong
ukuran 200 liter membutuhkan 40 kilo bokashi. Dalam pembuatan bokashi dibutuhkan bahanbahan utama sebagai berikut:

Jerami padi (40 persen)

Pupuk Kandang (30 persen)

Bekatul (20 persen)

Potongan batang pisang (10 persen)

Bahan dan campurannya terdiri atas

EM4

Air Sumur

Larutan 250 gram gula pasir untuk menghasilkan 1 liter larutan molases.

Cara pembuatan media instan bokashi dilakukan sebagai berikut:

Cacah jerami dan potongan batang pisang dan kemudian dikeringkan terlebih dahulu.
Tanda bahan yang sudah kering adalah hancur ketika digenggam.

Campurkan bahan cacahan diatas dengan bahan pokok lainnya dan aduk hingga merata.

Campurkanlah bahan ini sedikit demi sedikit tetapi jangan terlalu basah.

Tutup media dengan karung goni atau terpal selama 4-7 hari. Bolak balik campuran agar
tidak membusuk.

D.Mencampur Media Tanah dan Media Bokashi


Untuk mencapur media tanah dan media bokashi dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut:

Masukkan media Bokashi kedalam tong dan aduk hingga merata.

Masukkan air kedalam tong hingga ketinggian 5 cm dan diamkanlah hingga terdapat
plankton atau cacing (sekitar 1 minggu) selama proses ini berlangsung tong tidak perlu
ditutup.

Keluarkan air dari tong dan ganti dengan air baru dengan ketinggian yang sama.

Masukkkan tumbuhan air yang tidak terlalu besar sebanyak 3/4 bagian dan ikan-ikan
kecil.

Masukkan vetsin secukupnya sebagai perangsang nafsu makan belut dan diamkan selama
2 hari.

Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah ketinggian seluruh media, kecuali media tumbuhan
air tidak lebih dari 50 cm.
E. Masukkan bibit belut
Setelah seluruh media budidaya diatas dipersiapkan, maka tahapan selanjutnya adalah
menebarkan bibit belut. Bibit yang ditebar sebaiknya sebanyak 2 kg atau dengan jumlah bibit
sebanyak 160-200 ekor.
3. Perawatan
Perawatan belut yang dibudidayakan didalam tong relatif lebih mudah karena pemantauan
budidaya juga relatif kecil. Tetapi demikian perawatan harus tetapi diperhatikan, diantaranya
adalah:
a. Pemberian Pakan
Sebenarnya tidak ada aturan baku tentang volume pemberian pakan. Tetapi sebaiknya pakan
diberikan 5 persen dari jumlah bibit yang ditebarkan. Pakan yang diberikan sebaiknya terdiri dari
cacing, kecebong, ikan-ikan kecil, dan cacahan keong mas atau bekicot. Pemberian pakan
diberikan pada hari ke-3 setelah bibit ditebar didalam tong. Pemberian pakan sebaiknya
dilakukan pada sore hari seperti kebiasaan belut makan dialam bebas, yaitu sore dan malah hari.

b. Pengaturan Air
Pengaturan air sangat diperlukan untuk membuang sisa makanan agar tidak menumpuk dan
menimbulkan penyakit bagi belut. Pengaturan air ini dapat dilakukan dengan cara mengalirkan
air bersih kedalam tong. Sebaiknya air yang masuk berupa percikan air, dan hal ini sangat cocok
dilakukan dengan menggunakan pipa paralon sebagai media aliran. Sementara untuk saluran
pembuangan dapat dilakukan dengan membuat lobang pada tong di ketinggian 8 cm dari
genangan air pada media. Selain itu untuk mengatur pembuangan sisa kotoran percikan air juga
sangat bermanfaat untuk menambah oksigen.
c. Perawatan Tanaman Air
Tanaman air ini juga digunakan sebagai penjaga kelembaban tempat budidaya dan juga menjaga
belut dari kepanasan.
d. Pemberian EM4
EM4 berfungsi untuk menetralisir sisa-sisa pakan. Selain itu juga berfungsi untuk mengurangi
bau. EM4 diberikan 2-3 kali sehari dengan dosis 1/2 sendok makan yang terlebih dilarutkan
dalam 1 liter air.
e. Perawatan Disekitar Lokasi
Perawatan di sekitar lokasi ini dilakukan untuk menjaga tong dari tanaman liar, lumut, dan hama
maupun predator pemangsa seperti ayam.
4. Pemanenan
Pemanenan belut sudah dapat dilakukan setelah 34 bulan masa budidaya dilakukan atau sesuai
dengan keinginan kita dan keinginan (permintaan) pasar. Pemanenan untuk media drum / tong
tentunya lebih mudah , dan belut hasil budidaya siap dipasarkan.

CARA BETERNAK BELUT DI DALAM DRUM BEKAS


Belut adalah sejenis ikan yang bentuknya hampir sama dengan ular, namun kandungan gizi dalam belut
sangat banyak sekali. belut bisa di olah menjadi makanan-makanan yang lezat, mulai dari belut goreng,
sambal belut, sayur belut, dan masih banyak jenis masakan belut lainya. Belut ini mudah untuk di ternak
di rumah-rumah atau di cari di persawahan di galengan-galengan sawah, untuk beternak belut di rumah
kita bisa menggunakan Drum.

CARA BETERNAK BELUT DI DALAM DRUM BEKAS


Menurut Ruslan, Cara Budidaya Belut akan cepat besar jika medianya cocok. Media yang digunakan
ayah dari 3 anak itu terdiri dari lumpur kering, kompos, jerami padi, pupuk TSP, dan mikroorganisme
stater. Peletakkannya diatur: bagian dasar kolam dilapisi jerami setebal 50 cm. Di atas jerami disiramkan
1 liter mikroorganisma stater. Berikutnya kompos setinggi 5 cm. Media teratas adalah lumpur kering
setinggi 25 cm yang sudah dicampur pupuk TSP sebanyak 5 kg.

Karena belut tetap memerlukan air sebagai habitat hidupnya, kolam diberi air sampai ketinggian 15 cm
dari media teratas. Jangan lupa tanami eceng gondok sebagai tempat bersembunyi belut. Eceng gondok
harus menutupi besar kolam, ujar peraih gelar Master of Management dari Philipine University itu.

Bibit belut tidak serta-merta dimasukkan. Media dalam kolam perlu didiamkan selama 2 minggu agar
terjadi fermentasi. Media yang sudah terfermentasi akan menyediakan sumber pakan alami seperti jentik
nyamuk, zooplankton, cacing, dan jasad-jasad renik. Setelah itu baru bibit dimasukkan.
Berdasarkan pengalaman Ruslan, sifat kanibalisme yang dimiliki Monopterus albus itu tidak terjadi
selama pembesaran. Asal, pakan tersedia dalam jumlah cukup. Saat masih anakan belut tidak akan saling
mengganggu. Sifat kanibal muncul saat belut berumur 10 bulan, ujarnya. Sebab itu tidak perlu khawatir
memasukkan bibit dalam jumlah besar hingga ribuan ekor. Dalam 1 kolam berukuran 5 m x 5 m x 1 m,
saya dapat memasukkan hingga 9.400 bibit, katanya.
Pakan yang diberikan harus segar dan hidup, seperti ikan cetol, ikan impun, bibit ikan mas, cacing tanah,
belatung, dan bekicot. Pakan diberikan minimal sehari sekali di atas pukul 17.00. Untuk menambah nafsu
makan dapat diberi temulawak Curcuma xanthorhiza. Sekitar 200 g temulawak ditumbuk lalu direbus
dengan 1 liter air. Setelah dingin, air rebusan dituang ke kolam pembesaran. Pilih tempat yang biasanya
belut bersembunyi, ujar Ruslan.
Pelet ikan dapat diberikan sebagai pakan selingan untuk memacu pertumbuhan. Pemberiannya ditaburkan
ke seluruh area kolam. Tak sampai beberapa menit biasanya anakan belut segera menyantapnya. Pelet
diberikan maksimal 3 kali seminggu. Dosisnya 5% dari bobot bibit yang ditebar. Jika bibit yang ditebar
40 kg, pelet yang diberikan sekitar 2 kg.

HUJAN BUATAN
Selain pakan, yang perlu diperhatikan kualitas air. Bibit belut menyukai pH 5-7. Selama
perubahan air menjadi basa sering terjadi di kolam. Air basa akan tampak merah
Penyebabnya antara lain tingginya kadar amonia seiring bertumpuknya sisa-sisa pakan dan
hasil metabolisme. Belut yang hidup dalam kondisi itu akan cepat mati, ujar Son
mengatasinya, pH air perlu rutin diukur. Jika terjadi perubahan, segera beri penetralisir.

pembesaran,
kecokelatan.
dekomposisi
Son. Untuk

Kehadiran hama seperti burung belibis, bebek, dan berang-berang perlu diwaspadai. Mereka biasanya
spontan masuk jika kondisi kolam dibiarkan tak terawat. Kehadiran mereka sedikit-banyak turut
mendongkrak naiknya pH karena kotoran yang dibuangnya. Hama bisa dihilangkan dengan membuat
kondisi kolam rapi dan pengontrolan rutin sehari sekali, tutur Ruslan.
Suhu air pun perlu dijaga agar tetap pada kisaran 26-28oC. Peternak di daerah panas bersuhu 29-32oC,
seperti Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi, perlu hujan buatan untuk mendapatkan suhu yang ideal.
Son Son menggunakan shading net dan hujan buatan untuk bisa mendapat suhu 26oC. Bila terpenuhi
pertumbuhan belut dapat maksimal, ujar alumnus Institut Teknologi Indonesia itu.
Shading net dipasang di atas kolam agar intensitas cahaya matahari yang masuk berkurang. Selanjutnya 3
saluran selang dipasang di tepi kolam untuk menciptakan hujan buatan. Perlakuan itu dapat
menyeimbangkan suhu kolam sekaligus menambah ketersediaan oksigen terlarut. Ketidakseimbangan
suhu menyebabkan bibit cepat mati, ucap Son Son.
Hal senada diamini Ruslan. Jika tidak bisa membuat hujan buatan, dapat diganti dengan menanam eceng
gondok di seluruh permukaan kolam, ujar Ruslan. Dengan cara itu bibit belut tumbuh cepat, hanya dalam
tempo 4 bulan sudah siap panen.

Analisis Usaha Budidaya Belut di Dalam Tong atau Drum


Asumsi Budidaya Belut

1. Tong atau drum yang digunakan bervolume 200 liter sebanyak 20 buah.
2. Lama setiap periode pemeliharaan 4 bulan. Namun, tidak menutup kemungkinan jika periode
pemeliharaan bisa lebih cepat menjadi 3 bulan.
3. Tong atau deum dapat digunakan selama 4 tahun (12 Periode pemeliharaan)
4. Cat Minyak, Pipa PVC dan perlengkapan pendukung dapat digunakan selama 4 tahun
5. Padat tebar bibit 2 kg per drum, menggunakan bibit berjumlah 80-100 ekor per kg. Jadi kepadatan
maksimal tong 200 ekor bibit.
6. Kegiatan budi daya dilakukan sendiri oleh pembudidaya, hanya proses penyiapan tong dan
pembuatan media yang menggunakan tenaga kerja borongan.
7. Media yang digunakan adalah campuran tanah yang dimatangkan dengan media instan bokashi.
8. Pakan utama yang dibudidayakan sendiri, sehingga menekan biaya pakan.

Anda mungkin juga menyukai