Anda di halaman 1dari 12

BUDIDAYA Belut Sawah (Monopterus albus)

Belut sawah (Monopterus albus) merupakan salah satu jenis komoditas perikanan
yang potensial untuk dikembangkan. Permintaan pasar akan belut sangat tinggi. Cita rasa
daging belut yang lezat membuat daging belut banyak diminati oleh konsumen lokal dan
manca negara.
Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat
memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan
anak anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup disawah sawah, dirawa rawa/ lumpur
dan dikali kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979 belut mulai dikenal dan digemari,
hingga saat ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.
Sentra perikanan belut international terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis dan
malaysia, sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah Yogyakarta dan
didaerah jawa barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan belut belut
tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan

Species

Klasifikasi belut sawah adalah sebagai berikut:

Kelas
: Pisces
Subkelas
: Teleostei
Ordo
: Synbranchoidae
Famili
: Synbranchidae
Genus
: Synbranchus
: Synbrancus Bengalensis Mc clell (belut rawa), Monopterus albus Zuieuw (belut sawah),
Macrotema caligans cant (belut kali/ laut)
Nama Dagang : Swamp eel
Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut kali / laut.
Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah.

Habitat dan Peyebarannya

Daerah penyebaranya meliputi Asia: India sampai China, Jepang, Malaysia dan
Indonesia. Terdapat juga di Bangladesh. Ditemukan di dataran tinggi sampai ke daerah muara
laut (estuaria). Hidup di media berlumpur, rawa dan sawah. Masuk ke dalam tanah yang
lembab ketika musim kemarau untuk bertahan pada musim kemarau yang lama tanpa air.
Belut adalah hewan nocturnal, yaitu mencari makanannya pada malam hari. Belut adalah

hewan carnivora, di alam belut memangsa ikan, cacing, binatang berkulit keras dan binatang
lain yang hidup di air

Cara Berkembang Biak

Belut sawah termasuk hewan hermaprodit, yaitu makhluk hidup yangp ada organ
gonadnya terdapat dua jaringan pembentuk ovarium dan sperma. Belut sawah termasuk pada
kelompok hermaprodit protandri, yaitu pada saat mencapai umur diatas 10 bulan akan
berubah menjadi jantan semua. Dengan demikian perkembang biakan terjadi antara belut
betina yang berumur dibawah 10 bulan dengan belut jantan yang telah berumur diatas 10
bulan. Belut sawah berkembang biak dengan cara bertelur (Ovovipar). Secara alami belut
berkembang biak satu tahun sekali dengan masa perkawinan daripermulaan musim hujan
sampai permulaan musim kemarau (lima bulan).
Perkawinan belut biasanya terjadi pada malam hari di bawah suhu 28 0C. Pada musim kawin,
belut jantan berbondong-bondong ke perairan dangkal membuat lubang untuk kawin. Lubang
ini berbentuk huruf U. Belut jantan akan membuat gelembung gelembung busa di
permukaan air lubang ini. Gelembung ini digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis
untuk datang ke lubang. Setelah betina tiba, percumbuan pun mulai di lakukan. Betina
mengeluarkan telurnya di antara gelembung-gelembung, sementara si jantan mengeluarkan
sperma untuk membuahinya. Telur yang sudah dibuahi dicakup belut jantan untuk
disemburkan dan diamankan di dalam lubang persembunyian. Belut betina akan segera
meninggalkan lubang karena belut jantan akan menjadi sangat ganas ketika menjaga telur telurnya.
PEMBENIHAN BELUT SAWAH (Monopterus albus)
Persiapan Lokasi Pembenihan

Lokasi usaha pembenihan harus sesuai dengan kebiasaan hidup belut sawah. Persyaratan
lokasi pembenihan adalah sebagai berikut :
Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang
spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah sampai
dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang
spesifik.
Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar
bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak
beracun.
Suhu udara/ temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25 - 31 oC.
Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan osigen
terutama untuk bibit/ benih yang masih kecil yaitu ukuran 1 - 2 cm.

Persiapan Sarana dan Prasarana Pembenihan

Belut sawah membutuhkan media hidup berupa campuran tanah, bahan organik dan air.
Wadah untuk usaha pembenihan dapat dibuat dari bak semen maupun kolam tanah yang
dilapisi dengan terpal. Wadah harus dapat menahan agar belut tidak melarikan diri serta
terhindar dari hama pemangsa.

Perlu diketahui bahawa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan antara lain : kolam
induk / kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih belut berukuran 1 2 cm), kolam
belut remaja (untuk belut ukuran 3 5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi
menjadi 2 tahapan yang masing masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk
pemeliharaan belut beukuran 5 8 cm sampai menjadi ukuran 15 20 cm dan untuk
pemeliharaan belut dengan ukuran 15 20 cm menjadi 30 40 cm.
Bangunan jenis jenis kolam belut secara umum relatif sama, hanya dibedakan oleh ukuran
kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri. Ukuran kolam induk kapasitas biasanya
6 ekor/m2, untuk kolam pendederan ukuran belut 1 2 cm daya tampungnya 500 ekor/m 2,
untuk kolam belut remaja ukuran 2 5 cm daya tampungnya 250 ekor/m 2 dan untuk kolam
belut konsumsi pertama ukuran 5 8 cm daya tampungnya 100 ekor/m 2, serta kolam
konsumsi tahap kedua ukuran 15 20 cm daya tampungnya 50 ekor/m 2, hingga panjang
belut pemanenan kelak berukuran 3 50cm.
PERSIAPAN SARANA PEMBENIHAN ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
Persiapan Kolam
a. Kolam Pembenihan
Wadah dapat berupa bak semen atau terpal dengan ukuran minimal 1 x 1 meter dan
kedalaman minimal 80 cm. Terdapat dua lubang untuk saluran pemasukan air dan lubang
overflow. Yang harus diperhatikan adalah jarak antara permukaan media dengan bibir wadah.
Upayakan agar belut tidak dapat melarikan diri dan hama tidak dapat menjangkau media
budidaya.
Persyaratan pokok pembuatan kolam :
Tinggi minimum 80 cm dari dasar kolam, sebaiknya dalam pembuatan kolam tidak melebihi
100 cm karena ketinggian yang digunakan tidak lebih dari 90 cm.
Memiliki 2 lubang pembuangan :
1. Lubang pembuangan luapan air (overflow/ kelebihan air) Ketinggian lubang ini disesuaikan
dengan ketinggian media yang ada didalam kolam, sangat disarankan ketinggian lubang ini 2
cm diatas permukaan lumpur.
2. Lubang pembuangan pada saat panen minimal diameter pembuangan sebesar 3 inch (khusus
bak semen).
Letak saluran pembuangan bebas saja tetapi sebaiknya berdekatan dengan saluran
pembuangan air kotor (selokan) agar tidak menggenang disekitar kolam pada saat hujan/
pemanenan

Kolam Pakan Tambahan

Ukuran kolam pakan disesuaikan dengan sisa lahan yang tersedia, ketinggian kolam pakan
cukup 30 cm, karena berfungsi hanya sebagai tempat penampungan pakan tambahan yang
didapat dari alam dan sebagai tempat pemeliharaan pakan hidup seperti keong mas,
kecebong, bekicot, ikan cetol / ikan cere / ikan mas kecil.
Sebaiknya kolam ini sudah ada sebelum bibit ditebar karena untuk menghindari kekurangan
pakan tambahan. Selain itu juga dengan memiliki kolam pakan, biaya produksi bisa ditekan

Shading Net (Jaring Peneduh)

Peneduh diperlukan untuk mengurangi intesitas sinar matahari ke permukaan media


budidaya. Peneduh berfungsi untuk menghindari naiknya suhu media karena pengaruh panas
matahari. Peneduh dapat dibuat dengan cara membuat atap dari net atau kain hapa. Apabila
net sulit didapatkan atau pembiayaan yang terlalu mahal maka dapat menggunakan tanaman
enceng gondok atau tanaman air lainya. Tanaman air ini harus menutupi 2/3 bagian kolam.
Peralatan yang dibutuhkan Peralatan yang dibutuhkan untuk usaha budidaya belut sawah
meliputi cangkul, seser, ember, shading net (net peneduh) dan alat alat pendukung lainya.

Peralatan yang dibutuhkan

Peralatan yang dibutuhkan untuk usaha budidaya belut sawah meliputi cangkul, seser, ember,
shading net (net peneduh) dan alat alat pendukung lainnya.

Persiapan media

Media yang digunakan dalam kegiatan pembenihan adalah campuran dari jerami, gedebog
pisang, kompos / pupuk kandang, lumpur dan air sebagai lapisan paling atas. Media tersebut
diletakkan dalam wadah dengan komposisi yang berbeda dan penempatan tersendiri dan
difermentasi dengan bantuan bakteri starter. Urutan dalam pembuatan media adalah potongan
jerami, kedebog pisang, kompos / pupuk kandang masing masing dengan tebal 20 cm dan
disusun secara berurutan. Kemudian media ini disiram bakteri mikroorganisme starter yang
telah dilarutkan dengan air dengan perbandingan 1 : 1. Media ini disiram sampai basah semua
oleh bakteri mikroorganisme starter. Kemudian media ditutup dengan pastik atau bahan lain
yang kedap udara selama satu minggu. Media yang telah ditutup selama satu minggu akan
mengalami proses pembusukan oleh bakteri pengurai. Langkah selanjutnya adalah
meletakkan
media lumpur sebagai lapisan teratas setinggi 30 cm. Lumpur ini harus yang bersih dan tidak
tercemar oleh limbah berbahaya. Selain itu tekstur lumpur tidak boleh kasar yang akan
melukai permukaan kulit belut. Hal ini dapat menurunkan kualitas belut yang akan kita
panen. Setelah itu media diisi dengan air sampai setinggi 5 cm dari lapisan teratas. Air ini
juga harus air yang bersih. Benih belut yang akan dihasilkan dari proses pembenihan akan
membutuhkan air dengan
kualitas yang optimal. Hal ini karena ketika belut berada dalam stadia benih akan rentan
terhadap kualitas lingkungan budidaya.
Media yang telah selesai disusun tersebut belum dapat digunakan untuk budidaya. Media
harus dibiarkan selama 10 14 hari agar terjadi proses fermentasi yang sempurna. Apabila
proses fermentasi media belum sempurna maka media mengandung bahan yang beracun bagi
belut yang akan dibudidayakan. Untuk memeriksa proses fermentasi media apakah sudah
aman bagi pemeliharaan belut dapat ditempuh dengan berbagai cara. Cara pertama adalah
dengan menancapkan batang bambu kedalam media. Jika terjadi gelembung udara yang
disertai bau busuk dari udara yang keluar maka media tersebut belum terfermentasi secara
sempurna. Cara kedua adalah dengan melepaskan beberapa ekor ikan seribu atau benih ikan
mas kedalam media, jika ikan tersebut terlihat bergerak dengan tidak normal maka dapat
dipastikan bahwa

media belum siap digunakan. Jika media belum siap harus dibiarkan sampai media menjadi
matang dan telah terfermtasi dengan sempurna.

Pemilihan Induk Belut

Belut tergolong hewan yang bisa mengalami pergantian kelamin, ketika masih muda kelamin
belut adalah betina. Setelah dewasa (biasanya berumur sembilan bulan) berubah menjadi
jantan. Pada saat terjadi pengantian kelamin, belut mengalami kosong kelamin. Saat itu belut
dapat menjadi kanibal dan ganas sehingga memakan sesamanya. Dari problema tersebut
diperlukan ketelitian dalam memilih induk yang baik untuk dipijahkan di kolam. Induk yang
akan dipijahkan di dalam kolam budidaya sebaiknya telah memenuhi syarat ukuran badan.
Berikut ini di jelaskan
ciri-ciri induk yang baik untuk dipijahkan.

a. Induk Jantan :
Berukuran panjang lebih dari 40 cm

Warna permukaan kulit gelap atau abu abu

Bentuk kepala tumpul


Usianya di atas sepuluh bulan.
b. Induk Betina :
Berukuran panjang antara 20 - 30 cm
Warna permukaan kulit lebih cerah atau lebih muda
Warna punggung hijau dan warna perut putih kekuningan
Bentuk kepala runcing
Usianya di bawah sembilan bulan.

Setelah memenuhi syarat tersebut di atas barulah belut siap untuk dijadikan sebagai induk.
Komposisi induk di dalam kolam untuk 1 m2 adalah 1 : 2 atau untuk setiap 1 m2 dapat diisi
sebanyak 1 induk jantan dan 2 induk betina.

Pemijahan

Secara alami belut berkembang biak satu tahun sekali dengan masa perkawinan dari
permulaan musim hujan sampai permulaan musim kemarau (lima bulan). Perkawinan belut
biasanya terjadi pada malam hari di bawah suhu 28 0C. Pada musim kawin, belut jantan
berbondong-bondong ke perairan dangkal membuat lubang untuk kawin. Lubang ini
berbentuk huruf U. Belut jantan akan membuat gelembung-gelembung di permukaan air
lubang ini. Gelembung ini digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis untuk dating ke
lubang. Setelah betina tiba, percumbuan pun mulai di lakukan. Betina mengeluarkan telurnya
di antara gelembung-gelembung, sementara si jantan mengeluarkan sperma untuk
membuahinya. Telur yang sudah dibuahi dicakup belut jantan untuk disemburkan dan
diamankan di dalam lubang persembunyian. Belut betina akan segera meninggalkan lubang
karena belut jantan akan menjadi sangat ganas ketika menjaga telur-telurnya.
Pada kolam budidaya, untuk mengetahui kapan induk belut bertelur kolam pemijahan harus
diperiksa. Jika di permukaan kolam sudah terdapat gelembung-gelembung busa, berarti
pemijahan akan segara dimulai. Agar memudahkan dalam penangkapan benih nantinya,
bagian yang berbusa diberi tanda dengan menancapkan bambu atau kayu kecil. Busa ini akan
menghilang setelah 10 hari. Itu berarti belut telah selesai kawin. Telur-telur yang dihasilkan
akan menetas dalam waktu 10 hari kemudian.

Penetasan Telur

Telur-telur belut di alam bebas dan wadah budidaya akan menetas 9 -10 hari setelah dibuahi
pada air dengan suhu antara 28 32 0C. Anak belut yang menetas untuk sementara diasuh
oleh induk jantan selama . Biasanya, dari 400 - 500 butir telur yang dibuahi hanya 100 - 200
diantaranya yang berhasil menetas menjadi larva. Setelah menetas dan dipelihara oleh induk
jantan selama 5 8 hari maka induk dapat diambil dan dipindah ke bak lainya atau dijual
sebagai belut konsumsi. Induk diambil dengan cara menangkapnya menggunakan pancing
tumpul yang diberi umpan. Cara lain dengan menggunakan perangkap bubu. Induk jantan
sebaiknya dijual sebagai belut konsumsi karena sudah tidak bagus untuk dijadikan induk.

Induk betina yang telah diambil dapat dijadikan sebagai induk selanjutnya sebagai induk
betina apabila umur masih dibawah 9 bulan dan dapat dijadikan sebagai induk jantan pada
pemijahan selanjutnya.

Pemeliharaan Larva

Larva dapat langsung dipelihara di bak pemijahan setelah induk kita ambil atau dengan
menggunakan bak khusus untuk perawatan larva. Bak untuk perawatan larva dapat terbuat
dari semen atau dari terpal. Ukuran bak minimal 1 x 1 meter dengan kedalaman media
minimal 80 cm. Komposisi media yang digunakan sama dengan media untuk pemijahan.
Kepadatan penebaran larva dapat mencapai 400 ekor/ m2. Perawatan larva belut tidak terlalu
rumit. Yang harus kita perhatikan adalah menjaga kualitas air dan pemberian pakan selama
masa pemeliharaan. Hal ini karena pakan alami akan semakin menipis, oleh karena itu larva
membutuhkan pasokan akan tambahan. Kualitas air selama perawatan larva harus dijaga agar
tidak terjadi kenaikan pH air akibat proses pembusukan bahan bahan organik dan sisa
pakan serta sisa kotoran hasil metabolisme. Setiap kali air harus dicek dengan cara mencium
bau dan melihat warna air. Setiap minggu air media diganti dengan air yang baru. Pemberian
shading net sangat diperlukan untuk mengurangi intensitas sinar matahari yang masuk
kedalam media perawatan larva. Selain dengan menggunakan shading net juga dapat dengan
menggunakan tanaman air berupa enceng gondok atau tanaman air lainya sehingga menutupi
seluruh perairan media. Pemberian pakan selama perawatan larva selain plankton dan jasad
renik hasil pemupukan di kolam, larva belut dapat diberi makanan tambahan berupa kutu air,
jentik nyamuk, udang renik, pelet, atau kuning telur rebus. Udang renik bisa diperoleh dari
kolam, genangan air, atau bak pengkulturan. Pelet harus ditumbuk terlebih dahulu sebelum
diberikan. Kuning telur harus diremas-remas terlebih dahulu, tujuannya agar larva belut dapat
dengan mudah memakannya. Pemberian makanan tambahan diberikan pada saat hari ke
sepuluh dari saat
menetas.
Jumlah pakan yang diberikan untuk larva belut setiap harinya adalah 2% dari berat larva yang
dipelihara dan diberikan selama 2 bulan. Setelah 2 bulan benih tersebut dapat memakan
bekicot yang dipotong-potong dan daging lainnya.

Pemanenan Benih

Benih belut dipanen pada saat berumur 2 3 bulan dengan ukuran sekitar 8 - 10 cm.
Pemanenan dilakukan dengan cara menggunakan seser atau dengan cara menguras media dan
menangkap benih dengan hati hati agar tidak terluka karena akan mengurangi kualitas
benih.

PEMBESARAN BELUT SAWAH (Monopterus albus)


Pemupukan
Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang subur dan pupuk
kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama.

Pemberian Pakan

Bila diperlukan diberi pakan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar (bealtung) yang
diberikan setiap 10 hari sekali selain iperlu dilakukan Pemberian vaksinasi

Pemeliharaan Kolam Dan Tambak

Yang perlu diperhatikan pada pembesaran belut adalah menjaga kolam agar tidak ada
gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.
Hama dan Penyakit
Hama
1.

hama belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut
seperti tikus, burung, musang dll
2. di alam bebas dan dikolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain : berang
berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan ikan gabus
3. diperkarangan terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak
dan kucing, pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang oleh hama
Penyakit
Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat
rendah se[erti virus, bakteri, jamur dan protozoa yang berukuran kecil.
Panen
Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :

berupa belut yang dijual untuk diternak / di budidayakan, bisa saja saat masih
berupa larva atau benih Benih hasil pedederan berumur 2 3 bulan dapat
dibesarkan sendirisebagai belut konsumsi yang nilai jualnya lebih tinggi atau
langsung dijualkepada para pengusaha pembesaran. Benih belut umur 2 3 bulan
dipasarandijual dengan harga Rp 25.000,- (Trubus, 2007). Selain itu penjualan benih
belutdapat dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan para pengusaha belut.Bentuk
kerjasama ini biasanya dalam bentuk plasma. Sebagai anggota plasmamaka harga
ditentukan sesuai dengan kesepakatan. Keuntungan sebagaianggota plasma kita tidak
perlu bersusah payah dengan pemasaran benih karena sudah dijamin oleh induk
plasma.

Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi
(besar/panjangnya sesuai denganpermintaan para konsumen).

Cara penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan
antara lain : bubu/posong, jaring/jala bermata lembut dengan pancing atau kail dan
pengeringan kolam sehingga belut tinggal diambil saja

Pasca Panen

Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan pasca
panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh konsumen
dalam kualitas yang biak, sehingga mempunyai jaaringan pemasaran yang luas
ANALISA UNTUK PEMBENIHAN BELUT
BIAYA BIAYA
Biaya investasi
Uraian

Harga satuan

Jumlah

Bak pemijahan dari terpal


( 5 x 5 x 1) m
Bak pakan tambahan dari terpal
(2 x 1 x 1) m
Selang air (10 meter)

Rp 10.000,00

Rp 280.000,00

Rp 10.000,00

Rp 30.000,00

Rp 6.000,00

Rp 60.000,00

Shading net (25 m2)

Rp 5.000,00

Rp 125.000,00

No
1
2
3
4
Perlengkapan Produksi
5

Rp 100.000,00

JUMLAH
A. Biaya Tetap
Uraian
No
Penyusutan bak pemijahan (50%
1
pertahun)
Penyusutan bak pakan tambahan
2
(50% pertahun)
Penyusutan selang air (25%
3
pertahun)
Penyusutan Shading net (50%
4
pertahun)
Bunga modal (24% pertahun)
5
JUMLAH

Rp 595.000,00
Jumlah
Rp 140.000,00
Rp 15.000,00
Rp 15.000,00
Rp 62.500,00
Rp 142.800,00
Rp
375.300,00

A. Biaya Variabel
Uraian

Harga satuan

Jumlah

No
1

Induk jantan dan betina


(75 ekor)
Media

Rp 30.000,00

Rp 225.000,00

Rp 100.000,00

Pakan tambahan

Rp 100.000,00

2
3
JUMLAH

Rp 325.000,00

Total biaya = Biaya tetap + Biaya Variabel


= Rp 375.300 + Rp 325.000
= Rp 700.300,-

PENDAPATAN
Dari 50 ekor induk diasumsikan ada 25 ekor yang bertelur sehingga didapatkan 5.000 ekor
larva. Selama 2 bulan pemeliharaan didapatkan benih sebanyak 50 kg benih (100 ekor benih /
kg). Dengan demikian pendapatan dapat dihitung sebagai berikut :
Penjualan Benih = 50 kg x Rp 25.000,= Rp 1.250.000,Pendapatan juga didapatkan dari penjualan induk sebagai belut konsumsi karena sudah tidak
dipakai sesudah dipijahkan. Penjualan Induk = 7,5 kg x Rp 20.000,= Rp 150.000,Pendapatan total = Penjualan benih + Penjualan Induk = Rp 1.250.000 + Rp 150.000
= Rp 1.400.000,KELAYAKAN USAHA
a. Laba / Rugi
Laba / Rugi = Pendapatan total Biaya Variabel
= Rp 1.400.000 - Rp 325.000
= Rp 1.075.000
b. R/C Ratio
R/C Ratio = Pendapatan / Jumlah Biaya
= Rp 1.400.000 / Rp 1.295.300
= 1,08
c. Break Event point (BEP)
BEP unit = Total Biaya / Harga satuan

= Rp 700.300 / Rp 25.000
= 28,012 kg
Artinya untuk memperoleh keuntungan kita harus dapat memproduksi benih lebih dari 28,012 kg per
satu kali produksi.
BEP harga = Total Biaya / Total produksi
= Rp 700.300 / 50 kg
Artinya kita mencapai TITIK IMPAS pada saat harga jual benih Rp 14.006,-/ kg. Keuntungan
didapatkan apabila harga jual benih belut diatas Rp 14.006,- / kg.

Anda mungkin juga menyukai