Anda di halaman 1dari 40

BAHAN AJAR

BUDIDAYA POLIKULTUR
LELE DAN SAYUR
(Materi disampaikan pada Pelatihan secara Daring, Ambon 30 Juni 2020)

OLEH :
TIM BUDIDAYA BPPP AMBON

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BALAI PELATIHAN DAN PENYULUHAN PERIKANAN AMBON
TAHUN 2020
BAHAN AJAR

BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR

I. PENDAHULUAN
Budidaya perikanan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan produksi perikanan pada masa kini dan masa mendatang dan
menunjukkan perkembangan yang pesat, baik usaha perikanan air tawar, air payau dan
air laut. Tujuan yang ingin dicapai dalam usaha budidaya perikanan adalah memperoleh
ikan dengan ukuran panjang serta berat tertentu dalam jumlah banyak dan biaya efisien.
Ikan lele merupakan jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh
masyarakat Indonesia secara luas. Lele memiliki nilai jual tinggi dan cara budidaya yang
tidak sulit. Ikan lele menjadi komoditas unggulan masyarakat Indonesia karena mudah
dibudidayakan, dapat dipijahkan sepanjang tahun, kandungan gizinya cukup tinggi serta
dapat dipelihara dengan padat tebar yang tinggi dalam lahan terbatas. Media
pemeliharaan dalam budidaya perikanan memiliki peran penting terhadap pertumbuhan
dan kelangsungan hidup kultivan. Perkembangan pembangunan yang pesat di wilayah
perkotaan berdampak pada semakin berkurangnya lahan perikanan dan pertanian yang
ada. Seiring maraknya pembangunan perekonomian dan pemukiman di wilayah
perkotaan, semakin meningkat pula alih fungsi lahan yang terjadi di perkotaan. Lahan-
lahan yang dulunya merupakan lahan perikanan atau pertanian, berubah menjadi
pemukiman penduduk. Dengan semakin menyempitnya potensi lahan di wilayah
perkotaan yang bisa dimanfaatkan, maka pemanfaatan pekarangan merupakan salah
satu opsi yang bisa dipilih. Yakni yang digunakan untuk mendukung pembangunan
perikanan dan pertanian. Pemanfaatan pekarangan kemudian sangat erat kaitannya
dengan usaha mencapai ketahanan pangan masyarakat yang dimulai dari skala yang
paling kecil, yaitu skala rumah tangga. Salah satu cara yang bisa digunakan dalam
pemanfaatan pekarangan adalah teknologi budidaya polikultur ikan lele dan sayur dalam
ember.

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 1


II. BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR
2.1. MEMILIH BENIH LELE

2.1 Identifikasi Asal Benih Lele


Sumber benih lele yang baik diusahakan dari panti-panti benih yang sudah
bersertifikat atau dari pembenih-pembenih yang sudah menerapkan CPIB, dari balai
benih yang ada. Standar benih harus memenuhi syarat . Standar benih ikan yang
memenuhi syarat sesuai dengan teknik budidaya ikan lele yang dipergunakan. Adapun
kriteria kuantitatif pada benih ikan lele disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria kuantitatif benih ikan lele dumbo


No Kriteria Satuan Larva Pend. 1 Pend. 2 Pend. 3 Pend. 4
1 Umur maksimal Hari 3 20 40 54 75
2 Panjang total Cm 0,75-1,0 1-3 3-5 5=8 8-12
3 Bobot minimal Gram 0,05 1 2,5 5 10
4 Keseragaman ukuran % >90 >75 >75 >75 >75
5 Keseragaman warna % 100 >90 >90 >90 >98

Sumber: SNI : 01-6484.2-2000

Jika persyaratan secara kuantitatif sesuai standar diatas, maka benih kelas tebar
dapat melalui tahapan berikutnya yaitu seleksi terhadap kualitas benih yang akan di
tebar.

2.2 Seleksi Benih Lele


Seleksi benih lele sangat penting dilakukan pada tahap awal masa pemeliharaan,
kualitas benih lele akan menentukan tingkat keberhasilan dalam proses budidaya
sehingga sangat penting mengetahui kriteria benih yang baik.
Adapun kriteria benih yang baik untuk ditebar dalam wadah pembesaran adalah
yang memenuhi ciri – ciri sebagai berikut :
- Spesies definitif dan tidak bercampur dengan spesies lain
- Organ tubuh lengkap
BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 2
- Ukuran seragam dan tidak membawa penyakit
- Responsif terhadap gangguan, dan terkejut jika wadahnya diketuk
- Posisi tubuh didalam air normal
- Menghadap dan melawan arus ketika diberi arus
- Berwarna cerah dan tampak mengkilap
- Setelah ditebar di kolam pemeliharaan akan cepat menyebar dan menuju dasar kolam

Benih ikan ikan lele sebelum ditebar dilakukan pemeriksaan kesehatan dan respon.
Adapun cara memeriksa kesehatan benih ikan lele adalah sebagai berikut :
1. Pengambilan contoh untuk pengujian kesehatan ikan dilakukan secara acak sebanyak
10 % dari populasi, dengan jumlah minimal 30 ekor baik untuk pengamatan visual
maupun mikroskopik.
2. Pengamatan visual dilakukan untuk pemeriksaan adanya gejala penyakit dan
kesempurnaan morfologi ikan.
3. Pengamatan mikroskopik dilakukan untuk pemeriksaan jasad patogen 5 dari 5 Benih
Ikan lele (parasit, jamur, virus dan bakteri) di laboratorium uji.

Gambar 1. Uji Benih ikan lele

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 3


Adapun cara menguji respon benih ikan lele dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Uji Respon terhadap arus dengan mengalirkan air di wadah pemeliharaan atau
penampungan, benih yang sehat akan bergerak/berenang melawan arus, uji dapat
diulangi dengan mengambil benih dari wadah lainnya yang diambil secara acak
sehingga diperoleh data yang akurat.
2. Uji Respon terhadap gangguan dengan memberikan rangsangan gangguan pada
wadah pemeliharaan terhadap gangguan atau penampungan, benih yang sehat akan
bergerak menyebar dengan cepat bila ada gangguan, dan juga saat pemberian pakan
benih yang sehat sangat responsive terhadap pakan yang diberikan.
3. Uji toleransi terhadap pengeringan dilakukan dengan menaruh beberapa benih dari
wadah pengangkutan yang diambil secara acak dan dimasukkan dalam wadah tanpa
diberi air. Berdasarkan beberapa hasil penelitian benih yang baik dapat bertahan hidup
tanpa air antara 1,5 - 2 menit, sedangkan benih yang sudah stress selama
pengangkutan akan lebih cepat mati dibandingkan ikan yang sehat.
4. Uji mikroskopis dilakukan menggunakan mikroskop untuk memerikna kelengkapan dan
kondisi tubuh ikan.

2.2. MEMILIH PAKAN IKAN

2.2.1 Memilih Jenis Pakan Ikan


Pada budidaya intensif peran pakan sangat penting karena sebagian besar biaya
operasional digunakan untuk pembelian pakan. Ada berbagai jenis pakan ikan yang
meliputi : Pakan alami, Pakan buatan (pelet) , dan Pakan tambahan .
Pengelolaan pemberian pakan dalam budidaya pada dasarnya dilakukan untuk
menumbuhkan ikan dengan menggunakan biaya pakan ikan serendah-rendahnya,
melalui pemilihan pakan yang berkualitas, penentuan jumlah yang mencukupi dan cara
pemberian pakan yang tepat.

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 4


Sebagai pengganti pakan alami, pakan buatan harus memiliki kandungan gizi
lengkap. Ada sumber kalori, protein, vitamin dan mineral. Kandungan protein yang
diperlukan 25-30% dan kandungan kalori 2500 kalori. Bentuk pakan bermacam, macam
ada yang tepung, pelet atau remah.
Sifat pakan buatan ada yang terapung atau tenggelam. Penggunaan pelet
terapung memudahkan kita memantau pakan yang diberikan apakah dimakan atau tidak.,
sehingga untuk kadar proten yang sama, harga pelet apung lebih mahal dari pelet
tenggelam. Sebagian besar pembudidaya menggunakan pelet terapung. Jumlah pakan
yang diberikan setiap hari disesuaikan dengan berat ikan. Istilah yang dikenal adalah
tingkat pemberian pakan (TPP, atau feeding level). TPP 3% artinya untuk setiap 100 kg
ikan diberi pakan sebanyak 3 kg.
TPP untuk setiap kelompok ukuran tidak sama. Makin kecil ukuran ikan makin
besar nilai TPPnya. ketika ukuran 10 gram TPP mencapai 10%, makin besar ukuran ikan
makin kecil TPPnya, sehingga menjelang panen mencapai 3%. Umumnya pembudidaya
memberi pakan sekenyangnya, artinya ikan diberi makan sedikit demi sedikit sampai
suatu saat terlihat sebagian besar ikan tidak lagi berrespon terhadap pakan yang
diberikan.
Selanjutnya pemberian pakan diulang pada waktu berikutnya. Jatah makanan
harian di atas tidak diberikan kepada ikan sekaligus, tetapi beberapa kali. Jumlah ulangan
pemberian pakan tiap hari dikenal sebagai frekuensi pemberian pakan. Frekuensi
pemberian pakan juga dipengaruhi oleh ukuran ikan. Makin kecil ukuran, makin besar
frekuensi pemberian pakannya. Pemberian pakan besarnya 5 kali sehari ketika ikan
ukuran 10 gram dan berkurang hingga 3 kali menjelang panen.

2.2.2. Syarat Mutu Pakan Ikan


Pakan yang diberikan pada ikan lele akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan
ikan lele dan kualitas air media pemeliharaan. Secara umum nilai Feed Convertion Ratio
(FCR) pada ikan lele adalah 1, artinya bahwa dibutuhkan 1 kg pakan untuk menghasilkan

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 5


1 kg daging. Hal tersebut akan berlaku jika pakan yang diberikan memiliki kualitas yang
sesuai dengan kebutuhan ikan lele.
Syarat mutu pakan sendiri meliputi kualitas nutrisi, stabilitas dan harga yang sesuai
dengan kebutuhan dalam pemeliharaan. Adapun syarat mutu pakan disesuaikan dengan
umur ikan, dan kondisi fisik ikan lele. Berikut syarat pakan yang diberikan pada ikan lele
dalam pemeliharaan:
- Jenis kandungan pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan
- Ukuran pakan sesuai dengan ukuran bukaan mulut ikan
- Pakan bermutu baik dan tidak mengandung racun
- Pakan diproduksi oleh pabrik/industri yang telah disertifikasi
- Nutrien pakan sesuai untuk kebutuhan ikan lele
- Uji kestabilan dalam air baik (pakan apung/tenggelam)
- Aroma disukai ikan lele
- Bila diberikan tidak langsung merusak air
- Memberikan pertumbuhan yang baik untuk ikan yang dibudidayakan
Secara spesifik, kebutuhan nutrisi setiap ikan berbeda-beda, untuk itu syarat mutu
pakan terkait nutrien dalam pakan sedapat mungkin disesuaikan dengan kebutuhan ikan.
Pada ikan lele, kandungan nutrien sesuai kebutuhannya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan Nutrisi pada Ikan Lele
No. Kandungan Nutrisi Kebutuhan Nutrisi Ikan Lele (%)
1 Protein 32
2 Lemak 3-5
3 Serat 4-6
4 Abu 10 – 13
5 Energi 11 – 13
6 Arginin 1,38
7 Histidin 0,48
8 Isoleusin 0,83
9 Leusin 1,12
10 Lisin 1,63
11 Metionin 0,74

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 6


No. Kandungan Nutrisi Kebutuhan Nutrisi Ikan Lele (%)
12 Fenilalanin 1,60
13 Treonin 0,64
14 Valin 0,96
15 Tryptophan 0,16

Trisnawati, (2014), Lovell, (2014).


2.2.3. Jenis dan Ukuran Pakan Ikan Lele
Pakan ikan lele pada kegiatan pembesaran ikan terdiri atas pakan starter, grower
dan finisher. Masing-masing pakan memiliki spesifikasi yang berbeda baik dari ukuran,
kandungan nutrisi dan sifatnya. Secara umum jenis pakan ikan lele pada kegiatan
pembesaran terdiri atas pakan terapung (Floating pellet) dan pakan tenggelam (Sinking
pellet).

a. Pakan Terapung

Pada kegiatan pembesaran, pakan starter merupakan pakan terapung dimana


jenis pakan ini dapat kita amati kondisinya pada permukaan air media pemeliharaan saat
dilakukannya pemberian pakan. Hal ini penting, mengingat jumlah konsumsi ikan masih
terbatas sehingga kita bisa melakukan kontrol terhadap nafsu makan ikan dan banyaknya
pakan terkonsumsi. Jangan sampai pemberian pakan dilakukan berlebih yang berdampak
pada menurunnya nafsu makan ikan dan peningkatan bahan organik akibat pembusukan
pakan tak terkonsumsi. Selain itu juga bisa kita amati persebaran dan kemampuan makan
ikan terhadap pellet yang diberikan.

Pakan terapung juga dapat diberikan pada ikan pada tahap pertumbuhan (grower
fase). Penggunaan pakan apung pada masa pertumbuhan memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan penggunaan pakan apung pada fase ini adalah bahwa kita dapat
mengamati tingkat konsumsi pakan ikan sekaligus mengamati kesehatan dan ukuran ikan
yang akan terlihat ketika ikan muncul kepermukaan ikan untuk mengambil pakan.
Penggunaan pakan terapung akan mempermudah dalam menyusun program feeding

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 7


karena akan diperoleh data pada jumlah pakan berapa ikan lele kenyang dan pada waktu
kapan saja ikan lele memiliki perbedaan nafsu makan.

Pakan terapung sendiri memiliki kekurangan dalam hal harga. Secara ekonomis,
penggunaan pakan terapung akan lebih boros karena harga yang relatif lebih mahal jika
dibandingkan dengan penggunaan pakan tenggelam. Penggunaan pakan tenggelam
dapat menurunkan biaya produksi khususnya di biaya pakan hingga 20%. Pakan
terapung sendiri biasa dijual dalam beberapa bobot kemasan. Pakan starter biasa
dikemas dalam bobot 10 kg dan untuk masa pertumbuhan dan akhir pemeliharaan 20 –
25 kg.

b. Pakan Tenggelam
Berbeda dengan pakan ikan terapung, pakan jenis ini pada kegiatan pembesaran
tidak disarankan diberikan diawal masa pemeliharaan dimana konsumsi pakan masih
terbatas. Akan sangat sulit mengkontrol tingkat konsumsi pakan pada saat ikan lele masih
kecil. Kesalahan dalam menentukan jumlah pakan ikan dengan jenis tenggelam ini akan
berdampak pada meningkatnya bahan organik secara signifikan, pemborosan biaya
operasional dan menurunkan nafsu makan ikan.
Pakan tenggelam biasa diberikan pada masa pertumbuhan dimana ikan lele yang
dipelihara sudah memasuki bobot 50 gr/ekor. Pemberian pakan dengan pakan tenggelam
dilakukan dengan melakukan sampling bobot biomassa dan prosentase untuk
menentukan jumlah pakan yang diberikan. Data dan kebiasaan pemberian pakan dengan
pakan tenggelam dapat dijadikan acuan dalam menentukan jumlah pakan yang diberikan
per bobot biomassa dan per ukuran ikan untuk menyesuaikan bukaan mulut ikan.
Kelebihan dari pakan tenggelam jika digunakan dalam masa pemeliharaan ikan
lele adalah rendahnya biaya pakan dan menuntut kedisiplinan kita dalam mengamati
perilaku makan ikan sehingga secara otomatis kita juga dapat secara berkala mengamati
kesehatan dan kondisi kegiatan budidaya secara umum terutama dalam kolam
pemeliharaan.

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 8


Akurasi terkait jumlah dan waktu pemberian pakan dengan jenis pakan tenggelam
ini menjadi penting. Hal tersebut yang dirasa sulit oleh pembudidaya untuk diamati, dan
ditentukan. Namun demikian dengan disiplin dan kebiasaan, maka penentuan jumlah dan
waktu pemberian pakan akan dapat dilakukan dengan akurat.
Masing-masing jenis pakan diatas dapat dipilih sesuai dengan keinginan atas dasar
kemampuan analisa dan biaya operasional pakan yang tersedia. Dalam pemberian pakan,
maka yang menjadi kunci agar efektifitas dan efisiensi pemberian pakan tercapai salah
satunya adalah kesesuaian ukuran pakan ikan yang diberikan. Semakin merata
pemberian pakan, maka keseragaman ukuran, efisiensi biaya dan waktu pemeliharaan
akan dicapai.
Guna mensiasati agar pemberian pakan berdampak optimal, prinsip bahwa ukuran
pakan lebih kecil akan memiliki jumlah butiran lebih banyak daripada pakan ukuran yang
lebih besar dapat diterapkan pada masa pemeliharaan. Bahwa ukuran pakan lebih kecil
dengan bobot yang sama dengan pakan ukuran lebih besar memiliki jumlah butiran lebih
banyak maka peluang setiap ikan mendapatkan pakan akan lebih besar dalam jumlah
yang relatif sama. Oleh karena itu, sebaiknya ukuran pakan sebaiknya digunakan yang
lebih kecil selama masih dapat dikonsumsi oleh ikan.
Ukuran pakan ikan berbeda-beda sesuai dengan peruntukannya. Pakan starter
biasanya memiliki diameter 0,5 - 1 mm, grower memiliki diameter 1 – 2 mm dan finisher
≥ 2 mm. Pastikan bahwa pada pakan yang akan diberikan memiliki ukuran dibawah
ukuran bukaan mulut ikan agar pakan dapat terkonsumsi dengan mudah oleh ikan dan
tidak rusak sebelum terkonsumsi.

2.3. MENENTUKAN KEBUTUHAN PAKAN


Pakan memegang peranan penting dalam kegiatan budidaya perikanan karena
biaya pakan dapat mencapai 70% dari total biaya operasional. Mengingat tingginya biaya
yang harus dikeluarkan untuk pengadaan pakan, maka manajemen pemberian pakan
harus diatur sedemikian rupa agar pakan menjadi efektif dan efisien. Pakan yang sesuai
kebutuhan, baik kandungan nutrisi maupun ukuran pakannya akan efektif memacu

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 9


pertumbuhan. Selain sesuai kebutuhan nutrisinya, ukuran pakan ikan juga harus
ditentukan sesuai prosedur. Secara rinci, penentuan dan kebutuhan pakan dan proses
pemberian pakan akan dibahas lebih lanjut.

2.3.1 .Perhitungan Kebutuhan Pakan


Sebelum diberikan pada ikan lele, pakan ikan terlebih dahulu diketahui jenis dan
jumlahnya. Perhitungan kebutuhan pakan yang tepat akan meningkatkan efisiensi biaya.
Perhitungan pakan sendiri berhubungan umur dan bobot ikan, jenis ikan, sistem
budidaya, padat tebar dan metode pemberian pakan yang telah ditentukan. Setelah
mengalami waktu pemeliharaan tertentu, ukuran ikan bertambah berat atau biasa disebut
tumbuh. Ikan tumbuh karena jumlah pakan yang diberikan melebihi kebutuhan untuk
perawatan tubuhnya, seperti untuk menggerakkan organ-organ tubuh atau berenang.
Dalam budidaya ikan pertumbuhan ikan selalu dikaitkan dengan waktu, sehingga dikenal
istilah laju pertumbuhan. Laju pertumbuhan adalah selisih berat awal ikan dengan berat
ikan setelah masa pemeliharaan tertentu dibagi lamanya pemeliharaan
Terdapat berbagai macam metode pemberian pakan, yang tentunya berbeda pula
cara penentuan kebutuhan pakan pada masing-masing metode tersebut. Ketepatan
dalam memilih metode pemberian pakan yang disesuaikan dengan jenis ikan, umur,
kebiasaan ikan akan mengoptimalkan nilai konversi pakan. Pada bahan ajar ini akan
dibahas beberapa metode yang digunakan dalam menentukan kebutuhan pakan selama
masa pemeliharaan

2.3.2. Metode Penentuan Kebutuhan Pakan


Kebutuhan pakan ikan harus di estimasi sebelum kegiatan pemeliharaan dilakukan
sehingga kita dapat memelihara ikan dalam media budidaya sesuai dengan kemampuan
biaya. Metode penentuan kebutuhan pakan dapat digunakan sebagai acuan dalam
mengestimasi kebutuhan pakan ikan. Beberapa metode tersebut antara lain metode
persentase, satiasi, ad libitum, Blind Feeding.

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 10


1. Metode Persentase
Penentuan jumlah pakan (Feeding Rate) merupakan penjabaran dari metode
persentase. Pada metode ini, kebutuhan pakan juga dapat dilakukan berdasarkan hasil
sampling populasi dan biomassa ikan yang dikalikan dengan nilai feeding rate. Persentase
pakan yang diberikan akan bergantung pada jenis ikan, umur ikan. Ikan jenis karnivora
akan memiliki nilai persentase pakan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis
herbivora.
Metode ini biasanya digunakan pada pemeliharaan induk sehingga produksi gonad
dapat diatur. Pada kegiatan budidaya lele kurang begitu populer digunakan karena sifat
ikan lele yang rakus dan selalu merasa lapar. Pada ikan lele metode ini biasa digunakan
pada pemeliharaan induk dan treatment ikan sakit saja. Adapun langkah-langkah pada
penerapan metode ini adalah sebagai berikut :
- Sampling ikan lele dilakukan pada beberapa titik agar ikan yang diambil mewakili
keseluruhan populasi ikan dalam kolam pemeliharaan
- Bobot rata-rata ikan ditentukan dengan cara menimbang bobot total ikan terambil
kemudian dibagi jumlah ekor ikan terambil
- Dengan diketahuinya bobot ikan rata-rata per ekor, maka kita dapat mengestimasi
bobot biomassa total ikan dalam kolam dengan mengkalikan bobot rata-rata per ekor
ikan dengan jumlah ekor estimasi total ikan dalam wadah
- Untuk menghitung kebutuhan pakan harian, maka dapat dilakukan dengan cara
mengkalikan biomassa total ikan dalam wadah dengan nilai Feeding Rate yang di
inginkan
Contoh :
Hasil sampling dari beberapa titik di kolam diperoleh 50 ekor ikan. Setelah ditimbang
ternyata bobot total ikan terambil adalah 2, 5 kg. Total ikan ditebar adalah 10.000 ekor
dengan estimasi Survival Rate (SR) 95%. Jika nilai Feeding Rate 3%, berapakah jumlah
pakan harian yang diberikan?
Jawab :
Bobot total biomassa adalah 2.500 gr

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 11


Bobot rata-rata tiap ikan = 2.500 gr / 50 ekor
= 50 gr/ekor.
Total biomassa ikan dalam wadah = ( Jumlah tebar x SR) x Bobot per ekor ikan
= (10.000 ekor x 95%) x 50 gr
= 9.500 ekor x 50 gr
= 475.000 gr
Jumlah pakan pada hari ini = 475.000 gr x 3%
= 14.250 gr
= 14,25 kg.
Jadi jumlah pakan yang diberikan pada hari tersebut total adalah 14,25 kg yang terbagi
menjadi beberapa kali pemberian pakan sesuai yang ditentukan. Misal sehari 2 kali
pemberian pakan maka pemberian pakan di bagi dua pagi dan sore.
Metode persentase ini memiliki kesulitan bahwa kita harus akurat dalam
mengestimasi biomassa ikan dalam kolam, karena akan menentukan jumlah pakan yang
akan diberikan. Kesalahan dalam mengestimasi jumlah pakan, maka akan mengakibatkan
ketidak sesuaian pemberian pakan yang berdampak ekonomis. Untuk mempermudah
dalam mengestimasi biomassa, maka pemberian pakan metode ini dilakukan pada ikan
setelah tingkat kematian rendah dalam masa pemeliharaan agar SR dapat di estimasi
secara akurat.

2. Metode Satiasi
Metode satiasi ini artinya adalah pemberian pakan sampai kenyang. Artinya bahwa
tingkat kekenyangan pada ikan dapat kita tentukan. Dalam menentukan tingkat
kekenyangan tentunya juga harus memperhatikan jenis, umur dan kebiasaan ikan.
Tingkat kekenyangan total artinya bahwa ikan dalam kondisi 100% kenyang dimana ikan
tidak memiliki nafsu makan kembali selama beberapa saat setelah diberikan pakan.
Pemberian pakan dengan satiasi penuh ini akan berdampak pada tingginya produksi feses
dalam waktu yang relatif singkat, karena proses pencernaan pakan dalam perut ikan akan
berjalan relatif lebih cepat. Hal tersebut mengakibatkan kerja mikroba pengurai menjadi
berat sehingga beresiko munculnya bahan organik tak terurai yang bersifat toxic/racun.

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 12


Selain dampak terhadap kualitas air, ikan dengan pemberian pakan sampai kenyang total
akan memiliki gerakan yang melambat, cenderung diam yang berakibat pada mudahnya
parasit dan patogen menempel, dan diserang oleh ikan lain yang mengakibatkan luka.
Pemberian pakan dengan metode satiasi ini dapat ditentukan pada nilai 80 – 90%
kenyang. Fungsi dari pemberian pakan tidak penuh 100% adalah untuk mengefisien dan
mengefektifkan proses pencernaan pakan ikan, mengkontrol produksi feses, dan
menjaga agar ikan selalu aktif sehingga patogen tidak mudah menempel dan terhindar
dari serangan ikan lain. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk dapat
menerapkan metode ini adalah sebagai berikut :
- Bobot pakan total dalam satu hari di tentukan berdasarkan jumlah pakan yang
diberikan sesuai frekuensinya
- Total pakan harian kemudian dikalikan dengan nilai tingkat kekenyangan yang
diinginkan apakah 80% atau 90%
- Nilai hasil perkalian tersebut diperoleh bobot pakan yang akan diberikan dalam
beberpa hari kedepan sebelum dilakukan sampling tingkat kekenyangan kembali untuk
meningkatkan jumlah pakan secara bertahap.
- Hasil perhitungan bobot total pakan harian kemudidan dibagi menjadi beberapa kali
pemberian pakan sesuai frekuensi pemberian pakan yang telah ditentukan

2.3.3. Penentuan Kebutuhan Pakan Ikan Lele


Ikan lele jika dilihat dari sifatnya merupakan biota nocturnal dimana ikan lele akan
lebih aktif pada malam hari, untuk itu sebaiknya pemberian pakan pada malam hari lebih
banyak dibandingkan pemberian pakan pada siang hari. selain pertimbangan sifat,
kebutuhan pakan juga dipengaruhi oleh umur ikan dan ukurannya. Semakin besar ikan,
maka kebutuhan pakannya akan semakin sedikit jika dihitung persentase per bobot
tubuhnya, namun secara kuantitas akan meningkat.
Pakan yang diberikan pada ikan harus memenuhi persyaratan yang dibutuhkan
oleh ikan seperti ukuran, kandungan nutrisi, jumlah pakan yang diberikan dan frekuensi
pemberiannya. Pakan yang sesuai akan mengoptimalkan pertumbuhan. Data mengenai
kebutuhan pakan ikan lele disajikan pada Tabel 3.
BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 13
Tabel 3. Kualifikasi pakan ikan lele berdasarkan bobot ikan
Berat Panjang
Umur (hari) Ukuran pakan (mm) Protein (%)
Badan (gr/ekor) (cm)
1 – 10 <1 <3 Tepung 45
10 – 20 1–2 3–5 0.8 40
20 – 40 2 – 3.5 5–7 1 38
40 – 50 3.5 – 5 7–9 2 Min. 30
50 – 60 5 – 20 9 – 12 2 Min. 30
60 – 70 20 – 50 12 – 15 2/3 Min. 30
70 – 80 50 – 80 15 – 25 3 Min. 30
80 – 120 80 – 100 25 – 30 3 Min. 30
> 120 > 100 > 30 3 Min. 30
Sumber : Suprapto (2013), Samtafsir (2013).
Mengingat sifat ikan lele yang cepat lapar dan kanibal, maka pemberian pakan
harus tepat waktu dan tepat jumlah agar FCR dan SR tetap terjaga. Pakan harus
diestimasi dari awal sehingga kekurangan pakan tidak terjadi.

2.3.4. Manajemen Pemberian Pakan


Suhu media yang optimum akan mendorong enzim-enzim pencernaan dan
metabolisme untuk bekerja secara efektif. Konsumsi pakan yang tinggi yang disertai
dengan proses pencernaan dan metabolism yang efektif, akan menghasilkan energi yang
optimal untuk pertumbuhan dan reproduksi. Proses metabolism ikan umumnya
meningkat jika suhu naik hingga dibawah batas yang mematikan. Berdasarkan hokum
van’t hoff, kenaikan suhu sebesar 100 C akan menyebabkan kecepatan reaksi metabolism
meningkat 2-3 kali lipat dibandingkan pada kondisi normal. Kebutuhan protein pada ikan
untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimum sangat dipengaruhi oleh suhu.
Tingginya kadar metabolit dalam darah menyebabkan ikan cepat lapar.
Pemberian pakan dapat dilakukan 4 kali dalam sehari untuk benih yang baru tebar
selama 2 minggu, selanjutnya pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali hingga ikan
lele dipanen. Pemberian pakan dilakukan dengan metode persentase atau satiasi 80%
yang artinya ikan lele tidak kenyang 100%. Dan akan dilakukan penambahan atau
perhitungan ulang setiap 3 hari sekali. Pengurangan pakan dilakukan ketika kesehatan
ikan menurun dan nafsu makan hilang. Penambahan vitamin dan probiotik dapat
dilakukan melalui pencampuran pada pakan.

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 14


2.3.5. Program Pemberian Pakan
Perencanaan pemberian pakan dapat dilakukan terlebih dahulu dalam menyusun
program pemberian pakan sehingga pakan yang diberikan nantinya sesuai dengan
kebutuhan. Beberapa hal yang dilakukan dalam program pemberian pakan adalah
penentuan jadwal pemberian pakan, penambahan additif pada pakan, dan fermentasi
pakan. Hasil maksimal dapat diperoleh berupa rendahnya nilai FCR jika pemberian pakan
dilakukan sesuai dengan prosedur yang benar.

a. Jadwal Pemberian Pakan


Frekuensi pemberian pakan dan jumlah pakan yang diberikan dipengaruhi oleh
umur dan ukuran ikan. Semakin besar ikan maka frekuensi pemberian pakan dapat
dikurangi namun jumlah total pakan semakin ditingkatkan. Jumlah pakan yang diberikan
dapat ditetapkan dengan metode persentase atau dengan metode satiasi. Tingkat satiasi
dapat ditetapkan 90% pada awal pemeliharaan dan menurun menjadi 80%. Sedangkan
persentase akan diturunkan seiring meningkatnya bobot dan ukuran ikan. Frekuensi dan
program pakan secara rinci disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah pakan dan frekuensi pemberian pakannya
Berat Panjang Konsumsi Tingkat
Umur (hari) Frek. (x/hr)
badan (gr/ekor) (cm) pakan (% BB) Satiasi (%)
1 – 10 <1 <3 > 10 90 4– 3
10 – 20 1–2 3–5 10 – 8 90 3
20 – 40 2 – 3.5 5–7 7–8 80 3
40 – 50 3.5 – 5 7–9 6–7 80 2– 3
50 – 60 5 – 20 9 – 12 5–6 80 2– 3
60 – 70 20 – 50 12 – 15 4–5 80 2– 3
70 – 80 50 – 80 15 – 25 3–4 80 2
80 – 120 80 – 100 25 – 30 2–3 80 2
> 120 > 100 > 30 2 80 2
Sumber : Suprapto (2013), Samtafsir (2013).

Pemberian pakan sesuai frekuensi dengan tabel diatas dapat diterapkan dengan
membagi waktu dalam sehari atau 24 jam dan dalam menentukan sebaiknya
dipertimbangkan kemudahan dalam pelaksanannya. Untuk jumlah pakan pada sore atau

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 15


malam hari sebaiknya ditambah hingga 10% dari pemberian pakan siang hari
menyesuaikan dengan tingkat keaktifan ikan lele pada malam hari.

2.3.6. Pemberian Pakan Ikan Lele


Teknik pemberian pakan akan mempengaruhi keseragaman ukuran, dan
pertumbuhan ikan. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan secara merata dan dalam
waktu yang sesingkat mungkin untuk memperbesar peluang ikan mendapatkan jumlah
pakan yang sama dalam satu waktu pemberian pakan. Pemberian pakan pada masa
pemeliharaan ikan harus konsisten dan setiap pemberian pakan dilakukan secara merata.
Perbedaan ukuran akan terlihat jika pemberian pakan tidak konsisten dan tidak merata.
Pakan yang diberikan adalah pakan yang telah dilakukan fermentasi atau ditambah
dengan additif pakan agar lebih berdampak terhadap pertumbuhan dan kualitas air yang
tetap terjaga karena konsentrasi bahan organik yang rendah. Sesuai dengan program
pakan, maka pakan untuk ikan dengan ukuran kecil atau masa awal tebar diberikan
dengan jumlah dan frekuensi yang lebih banyak. Berikut ini langkah-langkah dalam
memberikan pakan ikan lele :
1. Pakan hasil fermentasi atau penambahan additif ditimbang sesuai kebutuhan dan
ditempatkan pada wadah pemberian pakan
2. Pakan dalam wadah dibawa pada saat penebaran pakan
3. Pakan ditebar secara cepat sehingga persebaran pakan terjadi seluas mungkin dalam
kolam pemeliharaan
4. Perilaku ikan selama dan sesudah pemberian pakan diamati
5. Peralatan pemberian pakan dirapihkan kembali setelah dilakukan pemberian pakan.
6. Pencatatan aktifitas pemberian pakan pada formulir laporan pemberian pakan.
Jumlah pemberian pakan dapat dikurangi jika terjadi penurunan nafsu makan. Hal
tersebut bisa dikarenakan ikan sakit atau rusaknya kualitas air. Pemberian pakan dapat
dilakukan setelah nafsu makan ikan kembali seperti semula setelah dilakukan tindakan
pengobatan atau perbaikan kualitas air. Penurunan akibat ikan sakit dapat dilakukan 50
– 75% dari total pakan yang diberikan pada hari sebelumnya. Pada masa kritis pemberian
pakan hanya untuk mencampurkan obat-obatan saja.

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 16


2.4. MENGIDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT YANG MENYERANG IKAN
2.4.1. Hama
a. Difinisi hama ada beberapa macam tetapi pada prinsipnya mempunyai arti yang
sama:
- Hama adalah semua makhluk hidup yangmengganggu ikan yang dipelihara namun
tidak menyebabkan ikan sakit
- Hama Segala macam hewan yang ada di kolam/wadah budidaya selain yang
dibudidayakan dan dianggap merugikan karena mengurangi produktivitas
maksimal, disebabkan hilangnya hewan budidaya karena proses makan memakan
(predasi), terjadi persaingan dalam pemanfaatan sumber energi atau menimbulkan
kerugian bidang fasilitas.
b. Berdasarkan aktivitasnya hama digolongkan menjadi
- Predator (pemangsa)
- Kompetitor (penyaing)
- Perusak sara
- Karier
c. Jenis – jenis hama
- Pemangsa (predator) adalah Hewan yang secara langsung membunuh dan
memakan ikan budidaya sehingga jumlah ikan dalam wadah budidaya menjadi
berkurang. Sebagai contoh : katak, uncit, ular, burung (blekok, blibis, elang),
mamalia (garangan, linsang, biawak).
- Penyaing ( Kompotitor) adalah Hewan yang menghambat pertumbuhan ikan
melalui persaingan makanan baik makanan alami maupun buatan, persaingan
oksigen maupun persaingan habitat
- Perusak adalah menimbulkan kerusakan pada tanggul sehingga menimbulkan
kebocoran pada pintu air baik pintu pemasukan maupun pintu pengeluaran atau
kerusakan pada jaring apung. Contoh perusak yaitu yuyu, kepiting.

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 17


- Karier adalah yaitu Hama kolam yang membawa bibit penyakit (karier) terutama
virus dan parasit. Penyebarannya terjadi karena ikan yang sehat bersentuhan
dengan ikan yang sakit.
d. Prosedur pengendalian hama secara fisik
Pengendalian hama dilakukan saat persiapan kolam dan selama pembesaran
meliputi:
- Pengolahan dasar kolam
- Pengeringan secara total, agar semua organism mati dan memperbaiki struktur
tanah dasar agar gas-gas beracun keluar.

2.4.2. Penyakit Ikan


Penyakit adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi
atau struktur alat tubuh baik secara langsung ataupun tidak langsung. Ikan yang menjadi
lemah dapat disebabkan oleh cara perawatan kurang baik, selain itu pemupukan kolam
tanpa mempertimbangkan dosis dan kondisi juga menyebabkan terjadinya perubahan
lingkungan. Penyebab lain kualitas air rerndah karena banyak limbah pabrik yang
mencemari perairan, penebaran bibit terlalu padat juga memberikan dampak yang
kurang baik terhadap ikan yaitu memudahkan penyebaran penyakit.
Masalah penyakit pada kegiatan budidaya adalah merupakan salah satu faktor yang
menghambat laju perkembangan budidaya. Salah satu penyebab adanya gangguan
tersebut adalah parasit. Parasit adalah hewan atau tumbuhan yang hidup di dalam atau
tubuh organisme lain (berbeda jenis), sehingga memperoleh makanan dari inangnya
tanpa ada kompensasi apapun. Parasit yang dikenal menyerang berbagai ikan budidaya
antara lain Protozoa dan Metazoa. Secara alami penyakit dibedakan menjadi dua yaitu
penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh bakteri, jamur, virus,
dan parasit. Penyakit non infeksi disebabkan oleh pencemaran air, kerusakan akibat
penangkapan dan abnormalitas akibat faktor keturunan.

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 18


Organisme parasit adalah organisme yang hidupnya dapat menyesuaikan diri
dengan inangnya. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit berdasarkan keberadaan
dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Parasit luar (ektoparassit), merupakan parasit yang menginfeksi pada bagian tubuh
luar dan bagian insang termasuk sirip atau di dalam liang-liang dalam kulit atau
bagian tubuh lain yang berhubungan dengan lingkungan (mata, hidung, mulut, dan
sebagainya).
b. Parasit dalam (endoparasit) merupakan parasit yang menginfeksi pada bagian dalam
tubuh ikan seperti usus, lambung, hati, dan organ dalam lainnya.

Dalam kondisi fisiologis yang prima keberadaan organisme tersebut baik dalam
tubuh ataupun dalam media pemeliharaan tidak akan menyebabkan penyakit.
Tingkat serangan penyakit tergantung pada jenis dan jumlah mikroorganisme yang
menyerang ikan. Kondisi lingkungan dan daya tahan tubuh juga turut memacu cepat
tidaknya penyakit itu menyerang ikan.
Ekosistem akuakultur merupakan lingkungan perairan yang artifisial (tidak alami)
dan tidak setabil. Semakin tinggi intensitas akuakultur, semakin besar ketidak
stabilnyapada semua komponen lingkungan fisik (suhu, cahaya, suara, tekanan air),
kimia (pH, NH3, NO2, CO2, buangan metabolik, logam berat), dan biologis (padat tebar
dan keberadaan hama). Misalkan saja kasus kegagalan pada budidaya udang di tambak
yang melanda wilayah potensi pertambakan ini membawa dampak yang cukup besar
terhadap perlembangan perikanan pada umumnya.
Secara umum faktor yang mendasari terjadinya penyakit dalam kalangan petani
pembudidaya yang selama ini mereka pahami adalah :
- Sulitnya untuk mendapatkan air dengan kualitas yang baik sehingga dalam kegiatan
pergantian air tidak bisa dilakukan sebaik mungkin.
- Kurangnya sarana irigasi

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 19


- Kurangnya koordinasi dari tingkat petani itu sendiri, sehingga terjadi petani
membuang air pada saat yang sama petani lain memasukkan air kedalam petakan
pemeliharaan, hal ini menyebabkan perkembangan penyakit pada petakan yang
memasukkan air.
- Koordinasi dengan pihal lain, misalkan kasus industri pengolahan yang membuang
limbah kedalam sistim irigasi.

Oleh karena itu dengan timbulnya suatu penyakit pada kegiatan budidaya adalah
merupakan suatu hambatan untuk keberhasilan kegiatan tersebut, sehingga sebelum
dilakukan suatu tindakan maka yang perlu kita ketahui terlebih dahulu penyebab dari
terjadinya penyakit. Penyebab timbulnya penyakit ikan secara umum dalam suatu proses
kegiatan budidaya dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Penyakit infeksi yang ditimbulkan oleh parasit, yang dimaksud dengan parasit
adalah merupakan suatu bentuk organisme yang hidupnya dapat menyesuaikan
diri baik dalam tubuh ikan ataupun dalam media pemeliharaan yang sifatnya
merugikan biota yang kita pelihara.
Penyakit parasite tidak menyebabkan kematian pada ikan dalam waktu yang
singkat, tetapi memerlukan waktu inkubasi untuk menjadi epizootik. Penyakit
kelompok bakteri, jamur, virus dan protozoa lebih cepat menimbulka nepizootik
bila dibandingkan dengan arthopoda, sedangkan penyakit helmitiasis (cacing)
jarang menimbulkan wabah atau kematian.
2. Penyakit non infeksi yang ditimbulkan oleh faktor non parasit. Penyakit ini biasanya
dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan biotik
dan abiotik. Lingkungan biotik misalnya adalah blooming alga, larva atau imoga
serangga, sedangkan lingkungan abiotik adalah suhu, oksigen dalam air, pH air,
dan populasi.
Pada dasarnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang dengan
sendirinya melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi
lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi ikan (inang), dan adanya jasad patogen (jasad

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 20


penyakit) (Lengka, et.al 2013). Timbulnya suatu penyakit disebabkan dari hasil interaksi
yang tidak sesuai dengan lingkungan yang menyebabkan stres pada ikan, sehingga
mengakibatkan kondisi tubuhnya melemah dan nantinya terserang oleh penyakit.
Dari keterangan diatas dapat diartikan bahwa adanya penyakit pada suatu
kegiatan budidaya disebabkan oleh interaksi antara 3 (tiga) faktor, yaitu :
1. Keberadaan ikan sebagai inang/host Lingkungan (Enviroment)
2. Penyebab penyakit (patogen)
3. Interaksi antara ketiga faktor utama tersebut

2.4.3. Mengidentifikasi Penyakit ikan


1) Ciri-ciri Ikan Sakit
Ikan sakit sering memperlihatkan kelainan perilaku yang dapat dengan mudah
diperhatikan atau diamati secara langsung. Abnormalitas organ tubuh bisa untuk
memastikan ikan terserang penyakit. Sebaiknya pemantauan timbulnya penyakit
dilakukan secara berkala dan teliti dengan mengamati tingkah laku ikan secara individu
atau berkelompok. Pengamatan terutama pada cara berenang, pola makan atau tanda-
tanda gejala penyakit, seperti luka atau perubahan warna kulit dan insang.
Tingkah laku ikan sakit ditandai dengan sering menggosok-gosokkan tubuhnya kebenda-
benda, seperti batu, tanaman air, dinding atau dasar kolam. Perilaku ini tidak hanya
sekali, melainkan berulang kali. Gejala ini kemungkinan ikan terserang parasit yang
menyebabkan tubuhnya gatal.
Gerakan ikan sakit tidak terkendali, salah satunya menandakan tubuhnya seolah-
olah kehilangan keseimbangan, ada juga ikan berdiam diri didasar kolam atau cenderung
muncul kepermukaan air kolam seperti menggantung.
Bila dipegang tubuh ikan sakit terasa licin karena produksi selaput lendir
berlebihan, gejala ini bisa diamati lebih jelas pada ikan yang berwaarna gelap. Serangan
penyakit juga bisa dilihat pada bagian-bagian tertentu, seperti pada sisik, sirip, dan
bagian lainnya.

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 21


2) Cara Penularan Penyakit
Berjangkitnya wabah penyakit disuatu perairan tergantung pada kondisi ikan.
Dalam tingkat penyerangan penyakit ada dua yaitu peyakit yang menyerang sangat cepat
seperti bintik putih (white spot), ada juga penyakit yang tingkat penyerangannya tidak
cepat seperti Saprolegnia sp. Meskipun demikian jika terjadi serangan penyakit harus
segera ditemukan teknik penanganannya.
Serangan penyakti ikan bisa meluas atau tidak tergantung pada distribusi ikan.
Semakin banyak lalu lintas perdagangan ikan sakit maka semakin luas pula wabah
penyakit terjadi di suatu daerah. Oleh sebab itu bila terjadi wabah penyakit di suatu
perairan, biasanya segera melokalisir wilayah tersebut agar tidak menyebar kedaerah
lain. Daerah tersebut harus dikarantina terlebih dahulu selama beberapa periode sampai
penyakit sudah benar-benar hilang.
Ada beberapa jenis tingkatan penyebaran penyakit di suatu wilayah, yaitu sebagai
berikut :
a. Endemi. Terjadinya wabah penyakit hanya terjadi di suatu wilayah perairan yang tidak
menyebar ke lokasi lain.
b. Epidemi. Wabah penyakit tidak hanya menyebar di suatu wilayah, tapi sudah meluas
ke daerah lain, hal ini terjadi biasanya karena pembudidaya kurang memperhatikan
penyakit ikan.
c. Pandemi. Terjangkitnya wabah penyakit pandemi ini sangatlah berbahaya karena
penyebaran penyakit sudah terjadi di seluruh dunia. Terjadinya wabah penyakit ini
biasanya karena proses pemantauan kesehatan ikan dibandara-bandara nasional
maupun internasionadl tidak dijalankan dengan baik, namun kasus ini sangat kecil
sekali terjadi pada ikan, akan tetapi sering terjadi pada manusia.

Di dalam air sangat mudah terjadi penularan penyakit dari ikan satu ke ikan lainnya.
Penularan bisa melalui insang atau gesekan antarkulit. Parasit dapat masuk kedalam
kolam atau wadah budidaya melalui air, tumbuh-tumbuhan atau hewan lain. Peralatan
kolam, seperti serok dan jaring dapat juga menjadi perantara masuknya bibit penyakit.

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 22


Cara berjangkit dan penularan penyakit pada ikan dalam kegiatan budidaya adalah
sebagai berikut :
1. Melalui air; bila air yang digunakan telah tercemar oleh panyakit biasanya ikan yang
dipelihara juga kan terserang oleh penyakit tersebut. Penggunaan air yang
berkualitas rendah atau air yang telah tercemar oleh senyawa racun dapat
menyebabkan timbulnya penyakit pada ikan peliharaan.
2. Melalui kontak atau gesekan badan secara langsung dengan ikan yang telah
terserang penyakit. Gesekan badan umumnya terjadi pada saat
pengangkutan/pemindahan ikan atau jika kepadatan ikan yang dipelihara terlalu
tinggi.
3. Melalui peralatan yang telah digunakan untuk menangani atau mengangkut ikan yang
terserang penyakit.
4. Penyakit yang terbawa oleh ikan, dpakan hidup atau tumbuhan dari daerah adalnya
dan berkembang dengan pesat di daerah (kolam) yang baru. Mungkin saja organisme
penyakit tersebut tidak dapat tumbuh dengan baik didaerah asalnya, sedangkan di
daerah yang baru ia dapat tumbuh dengan pesat karena kondisi lingkungan yang
menunjang.
5. Konstruksi kolam yang kurang memenuhi syarat, sehingga memungkinkan sumber
penyakit berupa organisme predator atau kompetitor memasuki kolam peliharaan.

3) Identifikasi Penyakit
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk mengatasi penyakit yang
menyerang ikan peliharaan adalah mendeteksi tanda-tanda serangan dan
mengidentifikasi secepat mungkin penyebabnya.
Secara gasir besarnya, tanda-tanda ikan yang terserang panyakit adalah sebagai
berikut :
✓ Ikan kelihatan pasif, lemah dan kehilangan keseimbangan tubuhnya sehingga
cenderung mengapung di permukaan air,

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 23


✓ Nafsu makan menurun, bahkan pada ikan yang sangat lemah tidak ada nafsu makan
sama sekali,
✓ Ikan mengalami kesulitan untuk bernafas (megap-megap) dan mempunyai reaksi
lambat, bahkan sering dijumpai ikan tidak bereaksi sama sekali,
✓ Tubuh ikan tidak licin karena lendir yang ada dipermukaan tubuh telah berkurang atau
habis, sehingga ikan lebih mudah ditangkap,
✓ Pada bagian tubuh tertentu pada tubuh ikan terjadi pendaharahan
✓ Sisik terlihat menjadi rusak atau rontok,
✓ Sirip punggung, dada dan ekor mengalami rusak atau pecah-pecah,
✓ Kehilangan fungsi insang sehingga ikan sulit untuk bernafas,
✓ Jika bagian perut dibelah akan terlihat organ hati menjadi berwarna kekuningan dan
ususnya agak rapuh
Untuk mengetahui secara pasti penyebab penyakit pada ikan, sehingga dapat
dilakukan dpengobatan secara tepat perlu dilakukan pemeriksaan ikan secara teratur dan
berurutan. Pemeriksaan dilakukan pada bagian luar dan bagian dalam tubuh ikan dan
secara baktriologis.
4) Jenis – jenis penyakit ikan
- Aeromonas hydrophiladan
Gejala warna tubuh ikan gelap, terjadi pendarahan , ikan sulit bernafas, berenang
lemah, terjadi pendarahan pada ginjal, hati dan limpa. Tindakan penanggulangan
menjaga kualitas air, penyuntikan dengan Terramicyne 25-30 mg/kg ikan. 3 hari
sekali (3x suntikan), Mencampur pakan dengan Terramicyne 50 mg/kg ikan.
- Saprolegiasis
Gejala tubuh ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus berwarna putih. Tindakan
penanggulangan hindari luka pada tubuh ikan, rendam pada Malachife Green Oxalete
(MGO) dosis 3 g/m3-30 menit
- Bintik Putih
Gejala ikan berenang lemah, selalu di permukaan air, terdapat bintik putih pada kulit.
Tindakan penanggulangan ikan diberok pada air yang mengalir, padat tebar

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 24


dikurangi. Lakukan perendaman dengan larutan formalin 25 ml/m3 air ditambah
larutan Oxalete 0,1 h/ m3 air selama 12-24 jam.
- Kutu Air (Argulus)
Gejala ikan kurus, argulus menempel pada kulit, sirip, insang. Tindakan
penanggulangan kolam dikeringkan dan dikapur sebanyak 200 g/m2, air yang masuk
disaring. Untuk semua jenis penyakit parasit : garam 1-2 gram/100 cc air selama
5-10 menit.
- Penyakit insang busuk
Penyakit ini berciri khas filament insang berwarna kekuningan dan membusuk.
Kematian tidak terjadi secara serentak namun berlangsung terus setiap hari. Gejala
yang diperlihatkan adalah nafsu makan hilang, ikan tampak lemas dan lesu di
permukaan air, tubuh kurus dan tampak berwarna gelap. Penyebab infeksi ini diduga
adalah bakteri Cytophaga, Flexibacter atau Flavobacterium. Pengendalian yang
terbaik adalah pengelolaan kualitas air yang baik dengan menghindari kepadatan
yang berlebihan, DO yang rendah dan tingginya ammonia.

Gambar 2. Penyakit insang busuk

- Trichodiniasis
Disebabkan oleh ektoparasit ciliata protozoa Trichodina spp. Gejala klinis ikan
terinfeksi antara lain nafsu makan menurun, terlihat lamban dan pucat. Freksuensi
pernafasan cepat dan sering meloncat-loncat dipermukaan air. Mengosok-gosok
badan pada dinding bak, lendir berlebihan dan tubuh pucat, lipatan-lipatan
operculum dan mulut mangalami perdarahan hebat, insang yang terinfeksi

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 25


mengalami perdarahan dan pucat akibat infeksi tricodiniasis. Perendaman acriflavine
1 ppm selama 3 jam dan diulangi selama 3 hari berturut-turut dapat mengendalikan
serangan parasit ini atau perendaman formalin 30 ppm selama 1 jam dan diulangi
selama 2 hari berturut-turut. Pencegahan terbaik adalah dengan menjaga kondisi
lingkungan perairan yang baik pada bak pemeliharaan.

Trichodinia sp

Gambar 3. Penyakit Trichodina sp

- Caligiosis
Gelisah, suka menggosok-gosokan badannya pada dinding bak, kulit terasa kasar bila
diraba dengan tangan, terdapat luka di sekitar mulut. Ikan kehilangan nafsu makan,
berenang lemah dan eksresi lendir berlebihan. Infeksi parasit ini tidak menimbulkan
kematian, tetapi bila terjadi infeksi sekunder oleh bakteri dapat menimbulkan
kematian. Pengendalian terhadap penyakit ini adalah dengan merendam ikan air
tawar selama 5 – 10 menit dan diulangi selama 3 hari berturut-turut atau
perendaman dalam larutan hydrogen peroxide 150 ppm selama 30 menit.

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 26


Serangan Caligus sp

Gambar 4. Penyakit Caligiosis

- Cryptocaryoniosis atau White Spot yang menyerang kulit dalam bentuk bintik putih,
Trichodina yang juga menyerang kulit dan insang.

Gambar 5. Penyakit white spot

- Penyakit mata menonjol keluar, disebabkan karena tingginya bahan organic didalam
kolam.
- Penyakit Schooliosis (bengkok tulang punggung), disebabkan karena keturunan,
kejutan temperature terjadi pada fase larva (benih), kondisikualitas air yang jelek,
kekurangan vitamin C dan D.

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 27


2.4.4. Pengobatan Ikan Sakit
1. Pemeriksaan Organ
a. Pemeriksaan Tubuh bagian Luar
Pemeriksaan bagian luar bertujuan untuk menentukan jenis panyakit yang
menyerang ikan. Penyakit yang terdapat pada bagian luar tubuh ikan disebut
ekstoparasit. Bagian yang diamati pada saat pemeriksaan bagian luar adalah bagian sisik,
sirip dan insang. Bila sekedar luka atau borok akibat parasit, pengamatan cukup dengan
mata namun karena ukuran parasit sangat kecil sulit sekali dapat dilihat dengan mata
sehingga harus menggunakan mikroskop.
Cara pengamatan dengan mikroskop adalah kerok bagian yang diamati, kemudian
hasil kerokan diletakkan diatas preparat lalu ditutup dengan kaca obyek, selanjutnya
amati dengan mikroskop untuk memastikan jenis organisme yang menyerang. Berikut
penampakan ikan lele yang terserang penyakit jamur berdasarkan pemeriksaan tubuh
bagian luar seperti terdapat pada gambar 6.

Gambar 6. Ikan lele yang terserang penyakit jamur


b. Pemeriksaan Organ dalam
Pemeriksaan bagian organ dalam dilakukan dengan cara membedah ikan sampel
yang dianggap sakdit, pembendahan dilakukan secara hati-hati hal ini agar organ dalam
yang dibutuhkan tidak rusakterkena benda tajam yang digunakan.
Organ dalam yang diamati adalah jantung, hati, ginjal, limpa, gelembung renang,
dan organ lainnya. Untuk pengamatan jenis penyakit yang berukuran cukup besar

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 28


dilakukan dengan memperhatikan apakan ada organisme yang menempel pada organ
tersebut atau terjadinya pembekakan pada organ. Sedangkan untuk pengamatan
penyakit yang berukuran kecil dilakukan dengan pengamatan dengan menggunakan
mikroskop dan dilanjutkan dengan uji baktriologis.
2. Teknik Pengobatan
Adapun langkah pengobatan terhadap ikan yang terserang penyakit sangat perlu
diperhatikan agar ikan yang bersangkutan sembuh kembali dan tidak menular pada ikan
yang sehat. Upaya pengobatan dengan obat-obatan harus sesuai dengan waktu, cara,
jenis dan dosisnya. Pengobatan pada ikan merupakan alternatif terakhir setelah dilakukan
pencengahan terhadap timbulnya penyakit. Jika ikan sudah terinfeksi penyakit maka
harus segera dilakukan pengobatan, adapun cara pengobatan dapat dilakukan dengan
cara :
1. Hand dipping
Cara ini dilakukan dengan memasukkan ikan-ikan yang terserang parasit kedalam
bak/happa /tempat lain yang telah berisi larutan kimia dengan konsentrasi tertentu,
selawa waktu tertentu. Untuk proses ini wakru yang dianjurkan adalah sekitar 5-30
detik.
2. Short bathing
Cara ini dilakukan dengan memasukkan ikan yang terserang parasit ke
bak/happa/tempat lain yang berisi larutan kimia dengan konsentrasi tertentu dalam
waktu yang tertentu juga. Untuk cara ini waktu yang diperlukan sekitar 15-30 menit.
3. Long bathing
Yaitu memasukkan ikan-ikan yang terserang parasit kedalam bak/happa/tempat lain
yang berisi larutan kimia dengan konsentrasi tertentu dengan waktu yang relatif lama
yaitu sekitar 1 jam sampai beberapa hari.
4. Pond treratment
Cara ini dilakukan dengan melakukan penanganan pada kolam tempat pemeliharaan,
caranya yaitu dengan memindahkan ikan-ikan yang ada dalam kolam kedalam bak
atau wadah lain, kemudian kolam dikeringkan setelah itu kolam diberikan larutan

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 29


kimia atau bahan-bahan kimia dengan dosis tertentu dalam waktu beberapa hari
sehingga kolam bebas dari penyakit.
Teknik pengobatan sangat erat hubungan dengan dosis dan jenis obat yang
digunakan. Besarnya dosis yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis
efektivitas obat yang digunakan serta ukuran ikan yang akan diobati, hal ini sangat
menentukan keberhasilan dalam proses pengobatan ikan yang sakit. Misalnyakan
saja ukuran ikan yang kecil yang terserang oleh suatu penyakit maka konsentrasi
obat yang digunakan akan lebih rendah dibandingkan dengan ukuran ikan yang lebih
besar. Selain jenis dan ukuran ikan yang akan diobati, dalam proses pengobatan ikan
yang sakit disesuaikan dengan jumlah ikan yang akan diobati, jika ikan yang
terserang cukup banyak maka sebaiknya pengobatan dilakukan secara masal namun
sebaliknya jika ikan yang akan diobati hanya dalam jumlah yang sedikit dari jumlah
total maka sebaiknya pengobatan dilakukan secara seleksi, namun yang perlu diingat
setiap ikan yang ada didalam media pemeliharaan terserang penyakit maka wadah
dan media pemeliharaan dalam hal ini adalah air pemelihaeaan harus ditangani juga
karena bisa jadi terdapat sisa penyakit didalam media pemeliharan, oleh karena itu
bila dalam satu wadah terserang penyakit maka sebaiknya seluruh ikan dipindahkan
ketempat lain.

2.5. KUALITAS AIR


2.5.1..Suhu Air
Perubahan suhu air berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi air.
Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu (batas atas dan batas bawah) yang
disukai untuk pertumbuhan masing-masing kultivan (Effendi 2003). Menurut Nisrinah
(2013), nilai kelayakan suhu untuk pertumbuhan benih lele Yaitu 25-30°C. Suhu air
sangat mempengaruhi aktifitas dan nafsu makan benih lele. Semakin tinggi suhu air,
maka laju metabolisme benih lele akan bertambah. Laju metabolisme benih ikan lele yang
bertambah mengakibatkan tingginya tingkat konsumsi pakan karena nafsu makan benih
lele meningkat (Silalahi 2009).

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 30


2.5.2. pH Air (Derajat Keasaman)
Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan sejumlah ion hidrogen akan
menunjukkan larutan bersifat asam atau basa. Menurut Ahmadi et al. (2012), pH
optimum untuk budidaya benih lele yaitu 7-8,5. pH <5 sangat buruk terhadap kehidupan
benih lele, karena menyebabkan penggumpalan lendir pada insang dan menyebabkan
kematian pada ikan. pH >9 menyebabkan berkurangnya nafsu makan benih ikan lele. Air
budidaya dengan derajat keasaman yang tinggi dapat membahayakan kehidupan benih
lele, karena penyakit sering berkembang pada suasana asam.
2.5.3. Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen merupakan gas yang terlarut dalam perairan. Benih ikan lele memerlukan
oksigen untuk bernafas, berenang, proses pertumbuhan dan melakukan reproduksi.
Kadar oksigen terlarut dalam suatu perairan sangat bervariasi tergantung pada suhu,
salinitas, tekanan air, dan tekanan atmosfer. Mikroorganisme penyumbang kandungan
oksigen dalam perairan terbesar adalah fitoplankton. Menurut Handayani (2005),
fitoplankton memiliki peran penting dalam perairan, fungsi ekologinya sebagai produsen
primer dan produsen awal rantai jaring-jaring makanan. Fitoplankton dapat dijadikan
skala ukur kesuburan dalam perairan. Kisaran kandungan oksigen terlarut untuk benih
ikan lele adalah 3,5-6 ppm (Ramli 2015).

2.6. PANEN IKAN


Pemanenan sebaiknya dilakukan secara hari-hati hal ini untuk menghindari ikan
menjadi stress dan akhirnya akan mati. Pemanenan dapat dilakukan memenuhi
permintaan konsumen Pemanenan sebaiknya dilakukan dalam waktu suhu rendah yakni
pada pagi atau sore hari. dimana cara pemanenan ada dua cara yaitu : secara selektif
(pemanenan sebagian ikan yang telah memasuki ukuran panen) atau secara total
(pemanenan ikan secara keseluruhan).

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 31


2.7 POLIKULTUR LELE DAN SAYUR
Adapun dasar dari teknik ini adalah sistem akuaponik, yaitu menanam sayuran
(misalnya kangkung) dan memelihara ikan dalam satu wadah berupa ember. Prosesnya
dimana sayuran memanfaatkan unsur hara yang berasal dari kotoran ikan yang apabila
dibiarkan di dalam kolam akan menjadi racun bagi ikannya. Lalu sayuran akan berfungsi
sebagai filter vegetasi yang akan mengurai zat racun tersebut menjadi zat yang tidak
berbahaya bagi ikan, dan suplai oksigen pada air yang digunakan untuk memelihara
ikan. Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 bulan, hasil dari kegiatan tersebut adalah panen
ikan lele dan sayur kangkung. Lele sudah bisa dipanen kira-kira sekitar 1,5-2 bulan masa
pemeliharaan. Panen lele tidak dilakukan secara serentak untuk seluruh ember, karena
besar ikan lele tidak seragam untuk pemeliharaan selama dua bulan tersebut. Ikan yang
pertama kali dipanen sekitar lima ember dan setiap embernya ada kurang lebih 20-30
ekor dengan berat 1-2 kg setiap embernya. Bulan berikutnya sampai dengan
pemeliharaan bulan ke 4 bisa dilakukan panen kembali. Pada bulan ketiga pemeliharaan
bisa didapatkan panen lele dengan berat 3,8 kg dengan jumlah ikan 30 ekor. Sementara
panen kangkung pertama kali dilakukan pada masa pemeliharaan selama 2-3 minggu.
Jumlah awal panen kangkung rata-rata 1 ikat dua ember. Panen berikutnya sekitar satu
hingga dua minggu dengan jumlah panen sekitar lebih banyak dari panen pertama yaitu
satu ikat satu ember. Jumlah panen kangkung akan semakin berkurang ketika memasuki
bulan ketiga dan keempat pemeliharaan. Ketika jumlah panen kangkung sudah mulai
berkurang bisa dilakukan penanaman kembali melalui pergantian kangkung dengan bibit
yang baru.

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 32


III. MENYIAPKAN ALAT DAN BAHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN
SAYUR

Alat dan Bahan yang diperlukan untuk budidaya polikultur lele dan sayur seperti pada
tabel. 5.

Tabel 5. Kebutuhan Alat dan Bahan

No. Alat dan Bahan Spesifikasi Volume


1 2 3 4
1. Ember 80 Liter 1 Buah

2. Benih Lele Ukuran 6 – 10 cm 60 – 100 ekor

3. Kawat Las Bisa dibengkokan 6 meter

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 33


1 2 3 4
4. Gelas Plastik Gelas Plastik Jus 12 Buah

5. Arang Arang kayu atau batok


kelapa

6. Bibit Kangkung Batang kangkung yang 36 batang


masih memiliki akar

7. Solder Solder listrik 1 Buah

8. Tang Tang kombinasi 1 Buah

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 34


IV. PROSES PEMBUATAN WADAH POLIKULTUR
Langkah-langkah dalam membuat wadah pemeliharaan adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan untuk pembuatan wadah pemeliharaan.
2. Lubangi bagian bawah dari gelas plastik yang sudah disiapkan sebelumnya
dengan menggunakan solder ataupun paku yang sudah dipanasi. Gunanya adalah
untuk menyerap air saat tanam kangkung.

Gambar 7. Gelas Plastik yang sudah dilubangi

3. Potong kawat yang lentur tadi sekitar 40 cm lalu bengkokan seperti huruf
U agar nanti bisa di kaitkan ke ember. Untuk bentuk pembengkokan/pembentukan
kawat, dapat berinovasi sendiri sesuai selera yang penting penting kawat yang sudah
dibengkokkan dapat dikaitkan dengan ember Gambar 8

Gambar 8. Kawat yang sudah dibengkokan

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 35


4. isilah gelas dengan arang tapi mengisinya jangan sampai penuh setengah gelas
lebih sedikit.

Gambar 9. Pengisian arang

5. Selanjutnya isilah gelas dengan bibit kangkung, untuk bibit kangkungnya sendiri
bisa menggunakan kangkung yang ada akarnya yang bisa dibeli di warung potong
bagian bawahnya lalu tanam ke gelas yang sudah di siapkan.

Gambar 10. Pengisian bibit kangkung

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 36


6. Isilah ember dengan air secukupnya hingga sampai garis ember saja. Lalu
diamkan selama 2-3 hari agar air memiliki suhu stabil.
7. Masukan bibit lele yang sudah di siapkan tadi, untuk satu ember bisa di isi
hingga 60-100 bibit lele.

Gambar 11. Bibit lele

8. Cantolkan kangkung yang sudah di siapkan tadi pada pinggiran ember dan
usahakan bagian bawah gelas terendan air hingga setengahnya.

Gambar 12. Bibit kangkung yang sudah dicantolkan

9. Kangkung cukup dilakukan sekali tanam untuk dipanen berkali-kali hingga 4 bulan
berikutnya. Caranya adalah dengan memotong kangkung agar tunasnya dapat tumbuh
kembali.

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 37


DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., DS Sjafei, MF Rahardjo dan Sulistiono. 1992. Fisiologi Ikan. IPB Bogor : Pusat
Antar Universitas Ilmu Hayati.

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 1. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional.

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 2. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional.

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 3. . Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional.

Khairuman, Amri, K. 2012. Pembesaran Lele Diberbagai Jenis Kolam.Agromedia Pustaka.


Jakarta.

Kordi.M.G. 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal. Jakarta : Andi Publisher.

Lovell, R.L. 2014. Nutrition of Aquaculture Species. Journal of Animal Science. (69): 4193
– 4200.

Mahyuddin.Kholish. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. . Jakarta : Penebar Swadaya.

Rahayu, Sri. 2015. Budidaya Lele di Lahan Sempit. Jakarta : Infra Hijau.

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 38


Reinita, Riana. 2016. Panen Maksimal Budidaya Lele Unggulan. Jakarta : Anugrah.

Suyanto.R.S. 2007. Budidaya Ikan Lele. Jakarta : Penebar Swadaya.


Trisnawati y., Suminto, Agung Sudaryono. 2014. Pengaruh Kombinasi Pakan Buatan dan
Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Terhadap Efisiensi Pemanfaatan Pakan,
Pertumbuhan dan Kelulushidupan Lele Dumbo (Clarias gariepenus). JAMT-Vol.3,
Hal 86 – 93.

BAHAN AJAR PELATIHAN BUDIDAYA POLIKULTUR LELE DAN SAYUR 39

Anda mungkin juga menyukai