Anda di halaman 1dari 79

BUDIDAYA IKAN KERAPU (Epinephelus tauvina)

Budidaya ikan laut seperti kerapu hitam (Epinephelus tauvina), kerapu merah/sunuk/tutul (Plectropenus leopardus) dan kakap (Lates calcarifer) merupakan pemeliharaan ikan dalam keramba apung yang bertujuan : untuk penelitian yang dilakukan oleh Sub BPPL Tanjung Pinang. untuk percobaan dan percontohan yang dilakukan oleh Dinas Perikanan. Keramba apung yang menggunakan pelampung dari drum-drum bekas yang saat ini terdapat di perairan P. Dompak Kabupaten Kepulauan Riau adalah usaha percobaan Dinas Perikanan, berjumlah 9 unit. Ikan yang dipelihara adalah kerapu dan kakap. Karena harga pasaran yang baik di Singapura maka budidaya ikan kerapu di Kepulauan Riau pada saat ini telah memasyarakat. Hal ini terlihat dengan adanya bermunculan usaha masyarakat yang memiliki keramba yang tersebar di Bintan Selatan, Bintan Timur, Lingga, Senayang dan Batam, Baik yang sifatnya menjual

benih maupun pemeliharaan ikan kerapu. Dari data-data yang ada berdasarkan laporan dari petugas di daerah, jumlah keramba yang ada sebanyak 51 buah. (lihat daftar). 3.1 Benih Ukuran benih berkisar beratnya 100 150 200 gram. Benih berasal dari hasil penangkapan nelayan setempat dengan harga rata-rata Rp. 500/ekor. Pengadaan benih masih merupakan masalah yang belum teratasi secara baik karena belum diketahui lokasi populasi benih yang dapat dikumpulkan serempak. 3.2 Makanan Kerapu dan kakap merupakan ikan pemakan daging, makanannya terdiri dari ikan-ikan rucah yang dibeli dari para nelayan. Ikan kerapu hidup yang dipasarkan mempunyai nilai harga yang berbeda tergantung pada ukurannya, yang disukai konsumen pada umumnya adalah yang berukuran berat antara 600 900 gram /ekor. Untuk waktu pemeliharaan yang mencapai ukuran tersebut memerlukan waktu selama kurang lebih 5 6 bulan. Sedangkan makanan yang diperlukan setiap kenaikan berat 100 gram adalah lebih kurang 800 gram. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan selama 6 bulan untuk mencapai berat ikan 700 gram seekornya, dibutuhkan makanan (700 150) 800 gram = 4.400 gram. TEKNIK BUDIDAYA IKAN KERAPU PENYIAPANDANPENEBARANBENIH Benih yang digunakan bisa berasal dari tangkapan maupun pembenihan. Umumnya jumlah benih dari tangkapan sangat terbatas, ukuran tidak seragam, sering terserang penyakit akibat luka saat penangkapan dan pengangkutan. Dengan alasan tersebut lebih baik benih yang digunakan berasal da pembenihan. Selain jumlahnya banyak, ukuran relatif seragam serta kualitas dan kontinuitas terjamin. Benih yang sehat tampak dari warnanya cerah, geraknya lincah dan aktif, nafsu makannya tinggi serta tidak ada cacat tubuh. Pada tabel dibawah ini diberikan gambaran standar padat tebar dan ukuran tebar

pada setiap tingkatan pembesaran ikan kerapu. Tabel 1. Standar wadah pemeliharaan,padat tebar, ukuran teba- lama pemeliharaan pada setiap tingkatan pembesaran ikan kerapu macan (Epinephelus fuscogutattus) Ukuran ikan (gram) No. Kegiatan 15 - 25 1. Wadah pemeliharaan 2. Penebaran -padat tebar (ekor/m3) : jaring 150 - 200 1 > 80 50 - 75 jaring 75 - 100 2 > 85 400 - 500 jaring 20 - 25 4 > 95

3. Lama pemeliharaan (bln) 4. Sintasan produksi (%)

Sumber: Kumpulan SNI Bidang Pembudidayaan, Ditjen Perikanan Budidaya, 2002 Kepadatan optimum untuk fase pendederan adalah 150-200 ekor/m3 dengan ratarata panjang ikan 9-12 cm dan berat 15-25 g. Setelah dibesarkan selama 1-1,5 bulan, kepadatannya dikurangi menjadi 100 ekor/m3. Kepadatan ini harus dipertahankan hingga masa pembesaran 2 bulan, selanjutnya kepadatan menjadi 20-25 ekor/m3 dipertahankan selama 4 bulan hingga ikan mencapai ukuran konsumsi (400-500 g). Tabel 2. Standar wadah pemeliharaan,padat tebar, ukuran tebar, lama pemeliharaan pada setiap tingkatan pembesaran ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis).

Ukuran ikan(gram) No. Kegiatan 15-25 1. Wadah pemeliharaan jaring 50-75 jaring 400 - 500 jaring

2.

Penebaran -padat tebar (ekor/m3)

150-200

75-100 3 95

20-25 9 95

3. Lama pemeliharaan (bulan) 3 4. Sintasan produksi (%) 90

Sumber: Kumpulan SNI Bidang Pembudidayaan, Ditjen Perikanan Budidaya, 2002 PEMBERIANPAKAN Pemilihan jenis pakan untuk pembesaran harus didasarkan pada kemauan ikan untuk memakan pakan yang diberikan, kualitas, nutrisi dan harga atau nilai ekonomis. Pada umumnya untuk ikan kerapu diberikan ikan rucah segar karena harganya relatif murah, bisa juga pakan buatan berupa pellet sebagai pengganti ikan rucah. FrekuensiPernberianPakan Keberhasilan pembesaran ikan kerapu sangat tergantung pada kecukupan pakan. Pada tahap awal pembesaran, pemberian pakan dilakukan sesering mungkin sampai ikan benar-benar kenyang, minimal tiga kali sehari. Tahap berikutnya waktu dan frekwensi pemberian pakan harus tepat agar pertumbuhan baik dan penggunaan pakan menjadi efisien, karena berkaitan dengan pencernaan dan pemakaian energi. Sebaiknya pemberian pakan 2 kali sehari pada saat pagi dan sore hari. Pakan ikan segar harus dicacah hingga ukurannya sesuai dengan bukaan mulut ikan. RasioPemberianPakan Rasio pemberian pakan harus tepat agar pakan yang diberikan dapat efisien dikonsumsi ikan yang dipelihara dan memberikan kelangsungan hidup yang baik yaitu : Tabel 3. Standar jenis dan dosis penggunaan pakan pada setiap tingkatan pembesaran ikan kerapu macan dan bebek. Ukuran ikan (gram) No. Dosis dan Jenis pakan 15 - 25 1. Ikan mean segar (%) 2. Pellet (%) 10 - 15 7,5 - 10 50 - 75 7,5 - 10 5 - 7,5 400 - 500 5 - 7,5 3-5

Sumber: Kumpulan SNI Bidang Pembudidayaan, Ditjen Perikanan Budidaya,

2002 PemberianMultivitamin Kegunaan penambahan multivitamin dapat menambah kekebalan tubuh ikan sehingga dapat tumbuh secara normal, di samping itu dapat mencegah terjadinya lordosis dan scoliosis atau tubuh bengkok karena perkembangan tulang belakang yang tidak sempurna. Manfaat lain adalah dapat meningkatkan sintasan ikan, atau menurunkan tingkat kematian, berpengaruh terhadap kinerja ikan, warna tubuh menjadi lebih cerah dan agresif. Dapat juga diberikan tambahan vitamin C sebanyak 2 gram/kg berat pakan yang diberikan 2 kali per minggu. Tabel 4. Standar penggunaan jenis dan dosis anastesi, desinfectan, dan obatobatan pada pembesaran ikan kerapu macan dan bebek sesuai SNI 01-6487.42000 No. Jenis 1 2 Treflan Acriflavin Dosis 1 ppm 5-10 ppm Keterangan Dioleskan Perendaman jam Perendaman 30 - 60 menit Perendaman 30 - 60 menit Pencampuran pakan Pencampuran pakan dim dim 1-2

Prefuran

1 ppm

Methilyne blue

3-5 ppm

Vitamin C

2-4 g/kg pakan

Multivitamin

3-5 g/kg pakan

Sumber: Kumpulan SNI Bidang Pembudidayaan, Ditjen Perikanan Budidaya, 2002 MONITORINGPERTUMBUHANIKAN Untuk menentukan dosis pakan perlu dilakukan pengukuran berat dan panjang ikan dengan cara sampling (acak) sebanyak 10% minimal sebulan sekali. Ikan

dibius terlebih dahulu sebelum diukur. Kematian selama pemeliharaan juga dihitung untuk memperoleh nilai SR (kelulusan hidup) selama pemeliharaan. Laju pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh jenis pakan, jumlah yang diberikan dan mutu pakan. Laju pertumbuhan ikan kerapu bebek 1-1,3 gram/hari sedangkan laju pertumbuhan kerapu macan 2,5-3 gram/hari (hasil kajian Balai Budidaya Laut Lampung). Kerapu bebek yang dipelihara dengan berat awal 1,3 gram dan panjang total 4 cm akan mencapai berat antara 400-500 gram selama 12-14 bulan, sedangkan kerapu macan dapat dipanen pada bulan ke tujuh dengan berat 525 gram. Pertambahan berat kerapu bebek relatif lebih lambat dibanding kerapu macan hal ini dimungkinkan karena secara genetik memang lambat tumbuh.Dari hasil pengamatan di BBL Lampung pertambahan berat kerapu bebek dan kerapu macan selama pembesaran di karamba jaring apung adalah sbb. Tabel 5 Pertambahan Berat Ikan Kerapu Bebek dan Macan selama Fase Pembesaran (gram) Bulan ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kerapu Macan 82,5 165,0 247,5 320,0 412,5 495,0 577,5 660,0 742,5 825,0 907,5 990,0

Kerapu Bebek 34,5 69,0 103,5 138,0 172,5 207,0 241,5 276,0 310,5 345,0 379,5 414,0

Sumber: Balai Budidaya Laut Lampung, 2001 Tabel Padat Penebaran, Lama Pemeliharaan dan Sintasan Produksi dalam Pembesaran Ikan Kerapu Macan dan Kerapu Bebek. Jenis Ikan No. 1 Kegiatan Kerapu Bebek Padat penebaran ekor/m3 20-25 12 95 Kerapu Macan 20-25 7 95

2 Lama pemeliharaan (bulan) 3 Sintasan produksi (%)

Sumber: Kumpulan SNI Bidang Pembudidayaan, Ditjen Perikanan Budidaya, 2002 PEMILAHANUKURAN Kerapu macan termasuk ikan buas dan memiliki sifat kanibal. Oleh sebab itu kegiatan pemilahan atau penyeragaman ukuran harus secara rutin dilakukan. Hal ini dilakukan agar setiap waring/jaring hanya diisi ikan yang berukuran sama, bila ada perbedaan ukuran maka ikan yang lebih kecil akan kalah bersaing dengan ikan yang lebih besar dalam memperoleh makanan, hal ini bisa menyebabkan banyak kematian. Penyeragaman ukuran dilakukan mulai dari awal pembesaran dan selanjutnya diteruskan minimal setiap dua minggu sekali, terutama kalau terdapat variasi ukuran. Pemilahan ukuran dilakukan dengan cara jaring/waring diangkat lalu ikan diambil dan ditampung dalam ember plastik berkapasitas 100 liter, kemudian ikan diseleksi berdasarkan ukuran dan dimasukan kembali dalam wadah pemeliharaan. PERAWATANWARINGDANJARING Perawatan dan pengontrolan waring/jaring selama masa pembesaran mutlak dilakukan. Waring/jaring yang kotor dapat menghambat pertukaran air dan oksigen dan menghambat pertumbuhan dan menimbulkan penyakit pada ikan peliharaan. Penggantian waring/jaring yang kotor dengan yang bersih dilakukan minimal 3 minggu sekali. Waring/jaring yang kotor dijemur sampai kering lalu dicuci dengan cara disemprot air. Setelah bersih dijemur kembali sampai kering, sebelum digunakan waring/jaring dikontrol kembali apakah ada yang rusak atau putus. PENGAMATANKESEHATANIKANDANKUALITASAIR Pengamatan kesehatan ikan perlu dilakukan secara visual dan organoleptik untuk

mengamati ektoparasit dan morfologi ikan. Sedangkan pengamatan secara mikroskopik dilakukan di laboratorium untuk pemeriksaan jasad patogen (endo perasit, jamur, bakteri dan virus). Cara pengukuran kualitas air (suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, amoniak, amonium sulfat, nitrit, nitrat, chlorin, dsb) dilakukan dengan menggunakan termometer untuk suhu, refractometer untuk mengukur salinitas, pH meter atau kertas lakmus untuk mengukur pH, DO meter untuk mengukur oksigen terlarut dan water quality test kit untuk mengukur kualitas air lainnya disesuaikan dengan petunjuk kerja dari masing-masing alat yang digunakan. Frekuensi pengukuran dilakukan minimal dua kali seminggu. Sumber : Buku Petunjuk Teknis Budidaya Laut Ikan Kerapu, Ditjen P. Budidaya 3.3 P a n e n Panen dilakukan 6 bulan sekali. Berat ikan dipanen rata-rata mencapai 650 700 gram. Menghasilkan rata-rata Rp. 4.500/ekor ( Rp. 6.500 per kg). Keuntungan yang diperoleh : selama penelitian terdapat kematian (mortalitas) ikan rata-rata 3 % yang disebabkan antara lain oleh sifat canibalisme dan mati karena sakit dan dapat pula disebabkan karena hilangnya ikan dari kerusakan jaring. Dari percobaan yang dilakukan diperoleh gambaran sebagai berikut :

- Jumlah ikan yang dipelihara = 360 ekor @ Rp. 500,- Jumlah makanan 268 kg/bulan @ Rp. 53.600

Rp. 153.000,Rp. 321.600,-

Rp. 474.600,Panen 297 ekor @ Rp. 4.500,Keuntungan yang Rp. 1.336.500,Rp. 1.336.500,-

diperoleh adalah

Rp. 474.600,Rp. 861.900,Keuntungan dalam satu bulan : Rp. 861.900 :6= Rp. 143.650,-

Analisa di atas masih merupakan gambaran umum karena belum diperhitungkan biaya alat maupun tenaga, sebab diharapkan kegiatan ini merupakan kegiatan pemeliharaan skala kecil yang dilakukan oleh rumah tangga perikanan dimana komponen tenaga dipakai tenaga rumah tangga perikanan. 3.4 Dampak Dari percobaan dan percontohan yang dilakukan oleh Dinas Perikanan terlhat dampak positipnya. Terlihat dengan munculnya 41 buah keramba untuk budidaya kerapu tersebar di Bintan Selatan, Bintan Timur, Lingga, Senayang dan Batam. (Tabel 1). Nelayan-nelayan yang bermodal kecil melihat situasi perkembangan budidaya kerapu ini, lalu ikut-ikutan membuat keramba untuk menampung bibit-bibit kerapu maupun kakap yang diperolehnya. Tabel 1. Daftar desa di Kabupaten Kepulauan Riau yang telah ada usaha budidaya ikan di laut. Selain itu juga telah berkembang kritik baru dalam penangkapan dan pengangkutan ikan hidup, untuk pemasaran ekspor ke Singapura telah dikonstruksi kapal dengan peralatan khusus pengangkut ikan hidup. Sumber : http://www.fao.org/docrep/field/003/AB882E/AB882E30.htm Opini :

10

Menurut saya, Melihat daya tampung pasar ekspor dan harga yang baik maka bila masalah-masalah pengembangan terpecahkan budidaya laut ikan akan berkembang pesat di Kepulauan Riau khususnya dan Perikanan Riau pada umumnya. Masalah tersebut terutama adalah supplai benih, tehnik perawatan jaring (pengaruh fouling organism) dan beberapa aspek pengumpulan dan pemasaran hasil serta supplai yang merata bahan makanan ikan ke tempat pemeliharaan. Prospek budidaya kerapu sangat tergantung pada pasar internasional yang daya serapnya kadang-kadang terbatas kecuali ditemukan teknik kultur kerapu yang dapat dikonsumsi di dalam negeri dengan teknik pengolahan yang sederhana. Zaman sekarang ini minat budidaya kerapu sangat tinggi selain keuntungannya yang besar, kita mudah untuk menentukan tempat pemeliharaan benihnya (spat) dikawasan Riau.

BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus ) 1. SEJARAH SINGKAT Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di

11

rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor. 2. SENTRA PERIKANAN Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah Yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan. 3. JENIS Klasifikasi belut adalah sebagai berikut: Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Synbranchoidae Famili : Synbranchidae Genus : Synbranchus Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant (belut kali/laut) Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut kali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah. 4. MANFAAT Manfaat dari budidaya belut adalah: 1) Sebagai penyediaan sumber protein hewani. 2) Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari. 3) Sebagai obat penambah darah. 5. PERSYARATAN LOKASI 1) Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran

12

rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik. 2) Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun. 3) Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31 derajat C. 4) Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh. 6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan 1) Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm. 2) Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri. 3) Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2. Serta kolam belut

13

konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm. 4) Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan dasar bak tidak perlu diplester. 5) Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya. 6) Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut diluncurkan ke dalam kolam. 6.2. Penyiapan Bibit 1) Menyiapkan Bibit a. Anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan. b. Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam. c. Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan. Biasanya belut yang dipijahkan 40 30 cm dan belut jantan berukuran adalah belut betina berukuran cm. d. Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2. Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telurtelur ikan belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut berkisar 1,52,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untuk ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belut dengan

14

ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam 1 (satu) bulan sampai anak belut pendederan calon bibit selama tersebut berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam kolam belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan. 2) Perlakuan dan Perawatan Bibit Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir. 6.3. Pemeliharaan Pembesaran 1) Pemupukan Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama. 2) Pemberian Pakan Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali. 3) Pemberian Vaksinasi 4) Pemeliharaan Kolam dan Tambak Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun. 7. HAMA DAN PENYAKIT 7.1. Hama 1) Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut. 2) Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan ikan gabus. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang hama.

15

7.2. Penyakit Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil. 8. PANEN Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu : 1) Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan. 2) Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi (besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen). Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja. 9. PASCAPANEN Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas. 10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA 10.1.Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis budidaya belut selama 3 bulan di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut: 1) Biaya Produksi a. Pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp.7.000,- Rp. 28.000,- b. Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,- Rp. 225.000,- c. Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp. 45.000,- d. Lain-lain Rp. 30.000,Jumlah Biaya Produksi Rp. 328.000,2) Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 2.500,- Rp. 750.000,3) Keuntungan Rp. 422.000,-

16

4) Parameter Kelayakan Usaha 2,28 10.2.Gambaran Peluang Agribisnis Budidaya ikan belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan belut semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen. SUMBER : 1) Satwono, B. 1999. Budidaya Belut dan Tidar. Penerbit Penebar Swadaya (Anggota IKAPI). Jakarta. 2) Ronni Hendrik S. 1999. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara, Jakarta Opini : Dalam pemeliharan belut ada banyak hal yang perlu kita perhatikan karena belut tidak sama dengan jenis ikan-ikan budidaya lainnya. Hal pokok yang harus diperhatikan yaitu : 1.Sejarah Singkat 2. Sentra Perikanan 3. Jenis 4. Manfaat 5. Persyaratan Lokasi 6. Pedoman Teknis Budidaya 7. Hama Dan Penyakit 8. Panen.

BUDIDAYA IKAN HIAS MAS KOKI MUTIARA

17

1. PENDAHULUAN Ikan koki mutiara merupakan jenis ikan mas yang mempunyai tubuh bulat dengan kepala kecil dan ekor lebar. Ikan ini berasal dari daratan cina, namun di Indonesia sudah lama dapat dibudidayakan. Pemasaran ikan ini selain di dalam negeri juga merupakan jenis ikan yang di eksport dan harganyapun cukup tinggi. 2. PEMIJAHAN Pemilihan induk 1) a. Induk yang baik untuk dipijahkan sudah berumur + 8 bulan, dengan ukuran minimum sebesar telur itik. b. Pilih induk yang berkepala kecil dengan tubuh bulat, sisik utuh dan tersusun rapih. Jika ikan sedang bergerak, ekor dan sirip akan kelihatan tegak. c. Untuk mendapatkan keturunan yang berwarna, maka calon induk yang akan dipijahkan berwarna polos. Gunakan induk jantan berwarna putih dan betina berwarna hitam atau hijau lumut atau sebaliknya. Perbedaan jantan dan betina 2) INDUK JANTAN INDUK BETINA

Pada sirip dada terdapat bintik- Pada sirip dada terdapat bintikbintik bulat menonjol dan jika bintik dan terasa halus jika diraba terasa kasar. diraba. diurut, keluar cairan

Induk yang telah matang jika Jika

diurut pelan kerarah lubang kuning bening. Pada induk

18

genital

akan

keluar

cairan yang telah matang, perut terasa lembek dan lubang genital kemerah-merahan.

berwarna putih

Cara pemijahan 3) a. Bak/aquarium yang telah bersih diisi dengan air yang telah diendapkan + 24 jam, kemudian letakkan eceng gondok untuk melekatkan telurnya. b. Pilihlah induk yang telah matang telur, masukkan kedalam bak pada sore hari. Bila pemilihan induk dilakukan dengan cermat, biasanya keesokan harinya telur sudah menempel pada akar eceng gondok. c. Karena telur tidak perlu dierami, induk dapat segera dipindahkan ke kolam penampungan induk, untuk menunggu sampai saat pemijahan berikutnya. Jika perawatannya baik, maka 3 ~ 4 minggu kemudian induk sudah dapat dipijahkan kembali.

3. PEMELIHARAAN BENIH 1) Setelah 2 ~ 3 hari telur akan menetas, sampai berumur 2 ~ 3 hari benih belum diberi makan, karena masih mempunyai persediaan makanan pada yolk sac-nya (kuning telur). 2) Pada hari ke 3 ~ 4 benih sudah dapat diberi makanan kutu air yang telah disaring. 3) Setelah berumur + 15 hari benih mulai dicoba diberi cacing rambut disamping masih diberi kutu air, sampai benih keseluruhannya mampu memakan cacing rambut baru pemberian kutu air dihentikan. 4) Untuk telur yang ditetaskan di aquarium maka sebainya setelah benih

19

berumur + 1 minggu dipindahkan ke bak/kolam yang lebih luas. 5) Ketinggian air dalam bak 10 ~ 15 cm dengan pergantian air 5 ~ 7 hari sekali. Setiap pergantian air gunakan air yang telah diendapkan lebih dahulu. 6) Untuk menghindari sinar matahari yang terlalu terik diperlukan beberapa tanaman pelindung berupa eceng gondok.

4. PEMBESARAN 1) Pembesaran ikan dilakukan setelah benih berumur lebih dari 1 bulan sampai induk. 2) Jenis koki mutiara ini memerlukan banyak sinar matahari, untuk itu tanaman eceng gondok dapat dikurangi atau dihilangi. 3) Untuk tahap pertama pembesaran dapat ditebar + 1.000 ekor ikan dalam bak berukuran 1,5 x 2 m. Kemudian penjarangan dapat dilakukan setiap 2 minggu dengan dibagi 2. 4) Pergantian air dapat dilakukan 3 ~ 5 hari sekali, juga dengan air yang telah diendapkan. 5) Makanan yang diberikan berupa cacing rambut. Makanan diberikan pada pagi hari secara adlibitum (secukupnya). Jika pada sore hari makanan masih tersisa, segera diangkat/dibersihkan. 6) Setelah berumur 4 bulan ikan sudah merupakan calon induk. Untuk itu jantan dan betina segera dipisahkan sampai berumur 8 bulan yang telah siap dipijahkan. Untuk induk ikan sebaiknya makanan yang diberikan yaitu berupa jentik nyamuk (cuk). 7) Sepasang induk dapat menghasilkan telur 2.000 s/d 3.000 butir untuk sekali pemijahan.

20

7. SUMBER Dinas Perikanan DKI Jakarta, Jakarta, 1996 8. KONTAK HUBUNGAN Dinas Perikanan DKI Jakarta

Opini: Menurut saya usaha budidaya ini sangat baik karena Ikan mas koki mutiara mempunyai nilai ekonimis tinggi. Untuk benih berumur 1 bulan harganya berkisar Rp. 30,- s/d Rp. 50,- sedangkan sepasang induk berkisar Rp. 5.000,- s/d 10.000,Dengan cara pemeliharaan yang tepat disertai ketekunan dapat diharapkan penghasilan yang lumayan.

BUDIDAYA KEPITING BAKAU

Berkembangnya pangsa pasar kepiting bakau (Scylla serrata) baik di dalam maupun di luar negeri adalah suatu tantangan untuk meningkatkan produksi secara berkesinambungan. Dengan mengandalkan produksi semata dari alam/tangkapan jelas sepenuhnya dapat diharapkan kesinambungan produksinya. Untuk itu perlu adanya usaha budidaya bagi jenis crustacea yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Usaha budidaya kepiting bakau harus didukung oleh tersedianya lahan yang bebas polusi, benih dan kemampuan pengelolaan secara teknis maupun manajemen. Lahan pemeliharaan dapat menggunakan tambak tradisional sebagaimana dipakai untuk memelihara udang atau bandeng.

21

Jenis Kepiting Bakau Jenis kepiting bakau yang mempunyai nilai ekonomis tinggi antara lain : Scylla serrata, jenis ini mempunyai ciri warna keabu-abuan sampai warna hijau kemerah-merahan. Scylla oceanica, berwarna kehijauandan terdapat garis berwarna coklat pada hampir seluruh bagian tubuhnya kecuali bagian perut. Scylla transquebarica, berwarna kehijauan sampai kehitaman dengan sedikit garis berwarna coklat pada kaki renangnya. Dari ketiga jenis kepiting tersebut diatas, Scylla serrata pada umur yang sama umumnya berukuran lebih kecil dibandingkan kedua jenis lainnya. Tetapi dari segi harga dan minta pembeli, jenis pertama tadi lebih unggul. Tingkah Laku dan Kebiasaan Kepiting Bakau Secara umum tingkah laku dan kebiasaan kepiting bakau yang dapat diamati adalah sbb: Suka berendam dalam lumpur dan membuat lubang pada dinding atau pematang tambak pemeliharaan. Dengan mengetahui kebiasaan ini, maka kita dapat merencanakan atau mendesain tempat pemeliharaan sedemikian rupa agar kemungkinan lolosnya kepiting yang dipelihara sekecil mungkin. Kanibalisme dan saling menyerang, sifat inilah yang paling menyolok pada kepiting sehingga dapat merugikan usaha penanganan hidup dan budidayanya. Karena sifatnya yang saling menyerang ini akan menyebabkan kelulusan hidup rendah dan menurunkan produktivitas tambak. Sifat kanibalisme ini yang paling dominan ada pada kepiting jantan, oleh karena itu budidaya monosex pada produksi kepiting akan memberikan kelangsungan hidup lebih baik. Molting atau ganti kulit. Sebagaimana hewan jenis crustacea, maka kepiting juga mempunyai sifat seperti crustacea yang lain, yaitu molting atau ganti kulit. Setiap terjadi ganti kulit, kepiting akan mengalami pertumbuhan besar karapas maupun

22

beratnya. Umumnya pergantian kulit akan terjadi sekitar 18 kali mulai dari stadia instar sampai dewasa. Selama proses ganti kulit, kepiting memerlukan energi dan gerakan yang cukup kuat, maka bagi kepiting dewasa yang mengalami pergantian kulitperlutempatyangcukupluas. Pertumbuhan kepiting akan terlihat lebih pesat pada saat masih muda, hal ini berkaitan dengan frekuensi pergantian kulit pada saat stadia awal tersebut. Periode dan tipe frekuensi ganti kulit penting artinya dalam melakukan pola usaha budidaya yang terkait dengan desain dan konstruksi wadah, tipe budidaya dan pengelolaanya. Kepekaan terhadap Polutan Kualitas air sangat berpengaruh terhadap ketahanan hidup kepiting. Penurunan mutu air dapat terjadi karena kelebihan sisa pakan yang membusuk. Bila kondisi kepiting lemah, misalnya tidak cepat memberikan reaksi bila dipegang atau perutnya kosong bila dibelah, kemungkinan ini akibat dari menurunnya mutuair. Untuk menghindari akibat yang lebih buruk lagi, selekasnya pindahkan kepiting ke tempat pemeliharaan lain yang kondisi airnya masih segar. Lokasi Budidaya Tambak pemeliharaan kepiting diusahakan mempunyai kedalaman 0,8-1,0 meter dengan salinitas air antara 15-30 ppt.Tanah tambak berlumpur dengan tekstur tanah liat berpasir (sandy clay) atau lempung berliat (silty loam) dan perbedaan pasang surut antara 1,5-2 meter. Disamping syarat seperti tersebut diatas, pada prinsipnya tambak pemeliharaan bandeng maupun udang tradisional dapat digunakan sebagai tempat pemeliharaan kepiting. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pemeliharaan kepiting, antara lain : Air yang digunakan bebas dari pencemaran dan jumlahnya cukup. Tersedia pakan yang cukup dan terjamin kontinyuitasnya. Terdapat sarana dan prasaranaproduksi dan pemasarannya.

23

Tenaga yang terampil dan menguasai teknis budidaya kepiting. Disain dan Konstruksi Tambak Apabila perlakuan terhadap kepiting selama masa pemeliharaan kurang baik, seperti : mutu air kurang diperhatikan, makanan tidak mencukupi maka pada saat kepiting tersebut mencapai kondisi biologis matang telur akan berusaha meloloskan diri, dengan jalan memanjat dinding/pagar atau dengan cara membuat lubang pada pematang. Untuk menghindari hal tersebut, maka konstruksi pematang dan pintu air perlu diperhatikan secermat mungkin. Pada pematang dapat dipasang pagar kere bambu atau dari waring, hal ini akan mnegurangi kemungkinan lolosnya kepiting. Pemasangan pagar kere bambu atau waring pematang yang kokoh (lebar 2-4 meter) dilakukan diatas pematang bagian pinggir dengan ketinggian sekitar 60 cm. Pada tambak yang pematangnya tidak kokoh, pemasangan pagar dilakukan pada kaki dasar pematang dengan tinggi minimal 1 meter. Penebaran Pada lokasi penghasil kepiting tangkapan dari alam, pada musim benih unyuk budiadaya tradisional petani hanya mengandalkan benih kepiting benih kepiting yang masuk secara alami pada saat pasang surut air. Setelah beberapa bulan mulai dilakukan panen selektif dengan memungut kepiting yang berukuran siap jual. Dapat juga kepiting yang sudah mencapai ukuran tersebut dilepas kembali ke dalam petak pembesaran untuk memperoleh ukuran atau kegemukan yang lebih besar. Pada budidaya polikultur dengan ikan bandeng, ukuran benih kepiting dengan berat 20-50 gram dapat ditebar dengan kepadatan 1000-2000 ekor/Ha, dan ikan bandeng gelondongan yang berukuran berat 2-5 gram ditebar dengan kepadatan 2000-3000 ekor/Ha. Pada budidaya sistem monokultur benih kepiting dengan ukuran seperti tersebut diatas ditebar dengan kepadatan 5000-15000 ekor/Ha. Budidaya Kepiting Bertelur

24

Kepiting yang baru saja dipanen dari tambak, dapat dibudidaya lebih lanjut untuk meningkatkan mutu kepiting betina tidak bertelur atau bertelur belum penuh menjadi bertelur penuh dengan cara budidaya yang lebih intensif. Dengan kondisi betelur maka akan menaikkan nilai tambahnya. Karena harga kepiting betina bertelur dapat mencapai 2-3 kali harga kepiting tidak bertelur, sehingga hal ini akan sangat membantu menaikkan pendapatan petani nelayan. Metode yang digunakan untuk tujuan produksi kepiting bertelur ada dua macam, yakni : dengan sistim kurungan dan sistim karamba apung. 1. Sistim Kurungan Kurungan dapat dibuat dari bahan bambu yang dibuat menjadi rangkaian. Lebat bilah bambu 1-2 cm dengan panjang 1,7 meter. Bilah-bilah bambu dirangkai secara teratur sehingga membentuk kere atau semacam pagar. Kere ini kemudian dipasang pada saluran tambak memanjang pada pinggirannya, bila dipasang dalam tambak, agar ditempatkan pada bagian yang relatif lebih dalam dan mendapat penggantian air yang cukup. Kere atau pagar bambu ditancapkan sedalam 30 cm dengan bagian bawah dibuat lebih rapat bertujuan agar kepiting tidak lolos. Untuk penempatan kurungan pada saluran tambak ukurannya disesuaikan dengan lebar saluran tersebut dan agar tidak mengganggu kelancaran aliran saluran tambak tersebut. Untuk skala yang lebih besar dapat menggunakan petakan tambak dengan luasan antara 0,25-0,50 hektar dengan pagar keliling dari kere bambu ataupun dari waring. pagar bambu ditancapkan sedalam kurang lebih 30 cm dan diusahakan bagian yang halus menghadap ke dalam dengan maksud agar kepiting tidak dapat memanjat karena bagian ini licin. 2. Karamba Apung Selain menggunakan kurungan, untuk budidaya kepiting bertelur dapat juga menggunakan karamba apung. Karamba apung dibuat dari rangkaian bilah bambu seperti pada pembuatan kere, kemudian kere yang sudah dirangkai menjadi kotak, yang ukurannya disesuaikan dengan lokasi dimana karamba apung akan

25

ditempatkan. Selanjutnya pada sisi-sisi panjang yang berlawanan dipasang pelampung yang terbuat dari potongan bambu yang masih utuh atau dari bahan lainnya. Penempatan karamba apung ini pada tempat bergantian airnya terjadi secara cukup/baik, seperti pada saluran, tepi sungai dan tempat lainnya yang memenuhi persyaratan seperti tersebut diatas. Pada usaha budidaya dengan karamba apung ini kepadatan dapat mencapai 20 ekor/m2, dengan kepadatan tersebut akan meningkatkan kelulusan hidup kepiting yang dipelihara. Ukuran siap panen kepiting bertelur sekitar 200 gr/ekor. Proses produksi kepiting bertelur paling lama berlangsung sekitar 5-14 hari atau tergantung ukuran awal penebaran. Singkatnya masa pemeliharaan ini juga dimungkinkan karena kepiting betina yang ditebar dengan berat sekitar 150 gram biasanya sudah mengandung telur. Usaha Penggemukan Usaha budidaya selain dijadikan kepiting bertelur adalah usaha penggemukan. proses usaha penggemukan sama dengan budidaya produksi kepiting bertelur. Caranya dapat dengan menggunakan kurungan bambu atau karamba bambu apung. Perbedaan yang jelas terletak pada kepiting yang dipelihara. Kepiting yang dipelihara pada usaha penggemukan ini adalah kepiting berukuran ekspor dari jenis kelamin jantan maupun betina yang masih keropos. Jangka waktu penggemukan sekitar 5-10 hari, kepiting sudah akan menjadi gemuk dan berisi bila pemeliharaannya secara baik. Apabila dilanjutkan pemeliharaannya bagi yang berjenis kelaminbetina, bahkan akan menjadi kepiting bertelur. Untuk menghindari mortalitas akibat perkelahian antara jantan dan betina, sebaiknya pemelihraan dilakukan secara monosex. Pakan Berbagai jenis pakan seperti : ikan rucah, usus ayam, kulit sapi, kulit kambing, bekicot, keong sawah, dll. dari jenis pakan tersebut, ikan rucah segar lebih baik ditinjau dari fisik maupun kimiawi dan peluang untuk segera dimakan lebih cepat karena begitu ditebar tidak akan segera dimakan oleh kepiting.

26

Pemberian pakan pada usaha pembesaran hanya bersifat suplemen dengan dosis sekitar 5%. Lain halnya pada usaha kepiting bertelur dan penggemukan, pemberian pakan harus lebih diperhatikan dengan dosis antara 5-15% dari erat kepiting yang dipelihara. Kemauan makan kepiting muda biasanya lebih besar, karena pada periode ini dibutuhkan sejumlah makanan yang cukup banyak untuk pertumbuhan dan proses ganti kulit. Kemauan makan akan berkurang pada saat kepiting sedang bertelur, dan puncaknya setelah telur keluar sepertinya kepiting berpuasa. Pasca Panen Kepiting Bakau Salah satu hal yang menguntungkan dalam penanganan kepiting setelah dipanen adalah kemampuannya bertahan hidup cukup lama pada kondisi tanpa air. Namun demikian, penanganan yang kurang baik tetap saja akan menurunkan kondisi kesehatannya dan dapat menyebabkan kematian. Apabila kepiting setelah dipanen langsung dimasukkan kedalam keranjang dengan mengikat capit, kaki jalan dan kaki renangnya yang merupakan alat gerak yang cukup kuat, maka kepiting tersebut akan saling capit satu dengan yang lainnya. Kondisi demikian akan menimbulkan kerusakan secara fisik pada tubuh kepiting dan mempengaruhi kondisi fisiologis yang akhirnya dapat mengakibatkan kematian. Untuk mengatasi keadaan tersebut kepiting yang baru ditangkap harus segera diikat sebelum dimasukkan ke dalam keranjang. Cara pengikatan kepiting yang baru ditangkap dapat dilakukan seperti dibawah ini : Pengikatan kedua capit dan seluruh kaki-kakinya Pengikatan capitnya saja dengan satu tali Pengikatan masing-masing capit dengan tali terpisah

27

tali pengikat dapat menggunakan tali rafia atau jenis tali lainnya yang cukup kuat. Setelah kepiting diikat, baik pengikatan capitnya saja maupun pengikatan seluruh kaki-kakinya akan mempermudah penanganan dan pengangkutannya Penanganan kepiting yang telah disusun dalam keranjang yang perlu mendapat perhatian ialah tetap menjaga suhu dan kelembaban. Usahakan suhu tidak lebih tinggi dari 26C dan kelembaban yang baik adalah 95%. Cara yang dapat dilakukan untuk menjaga suhu dan kelembaban ideal bagi kelangsungan hidup kepiting selama dalam pengangkutan ialah : elupkan kepiting ke dalam air payau (salinitas 15-25) selama kurang lebih 5 menit sambil digoyang-goyangkan agar kotoran terlepas. Setalah kepiting disusun kembali di dalam wadah. tutuplah wadah dengan karung goni basah. Sumber : http://www.dkp.go.id/content.php?c=1619 Opini : Kepiting bakau merupakan salah satu hewan laut yang banyak sekali dikonsumsi oleh masyarakat oleh karena itu memiliki daya jual yang sangat tinggi jika dijadikan usaha budidaya merupakan hal yang sangat menguntungkan dalam hal ekonomi. Namun penanganannya tidak semudah proses usaha budidaya lainnya. Dalam budiya kepiting kita harus benar memahami jenis kepiting tersebut karena dalam bertelur kepiting harus benar terkontrol dalam hal lokasi.

Budidaya kerang mutiara (Pinctada maxima) Potensi sumber dan wilayah pengembangan. Tiram mutiara tersebar pada wilayash laut kepulauan Banggai, Pulau Melilis, Pulau Bokan, Paulau Kenau dan sekitarnya. Sekitar pulau-pulau ini basis penyelaman tiram mutiara oleh para pengusaha penyelaman, dengan tujuan memperoleh kulit kerang. Tiram/kerang muda di jual kepada PT. Nisshin Samudera Mutiara untuk lebih lanjut dilakukan operasi pemasukan inti.

28

Budidaya tiram mutiara. Sejak tahun 1975 hingga saat ini kegiatan budidaya tiram mutiara di Lokotoy Kepulauan Banggai dilaksanakan oleh PT. Nisshin Samudera Mutiara (PMA). Metode pemeliharaan kerang mutiara setelah dilakukan operasi penyisipan inti pada kulit mutiara atau kedalam badan tiram dimasukkan kedalam keranjang kawat digantungkan pada rakit. Operasi pemasukan inti (nucleus). Operasi pemasukan inti dilakukan kedalam badan tiram mutiara yang telah diseleksi lebih dahulu baik menurut besar, kesehatan dan perkiraan daya tumbuh yang baik. Kriteria yang digunakan untuk operasi pemasukan inti terutama ditujukan pada tiram. Jarak engsel lebih kecil dari 1 cm (tiram muda) Tiram yang sehat dengan perkiraan daya tumbuh yang baik. Bahan inti yang dipergunakan untuk memperoleh mutiara setengah budar (half pearl) ialah plastik dengan diameter 14,5 mm tinggi 8,5 mm, untuk memperoleh mutiara bundar (round pearl) digunakan (kulit sebangsa siput air tawar yang hidup di sungai Mississipi, USA dengan diameter 7 8 mm. Banyaknya inti yang dimasukkan atau ditanam untuk half pearl tergantung ukuran besar kecilnya kerang yaitu berkisar antara 4 8 buah tiap tiram. Perusahaan Nisshin Samudera Mutiara di Lokotoy (Kepulauan Banggai Sulawesi Tengah) penyisipan inti ditujukan pertama-tama untuk mendapatkan mutiara budar (round pearl). Jika dalam penyisipan inti yang dimasukkan tidak mampu bertahan/dapat dikeluarkan oleh tiram barulah dilakukan operasi penyisipan untuk menghasilkan mutiara setengah budar. Pemeliharaan Selesai operasi penyisipan inti kedalam badan tiram, maka lebih lanjut kerang tersebut dimasukkan dalam keranjang-keranjang kawat, yang digantungkan, pada

29

rakit pemeliharaan. Keranjang kawat terbuat dari kawat dengan diameter 3 4 mm berbentuk seperti kotak dengan pintu dan penutup pada bagian sebelah atas. Panjang keranjang 50 75 cm, lebar 30 cm dan tinggi 30 cm setiap, keranjang terbagi dalam 5 10 ruang/petak, dimana pada setiap petak/ruang ditempatkan 1 ekor kerang yang dipelihara. Lama pemeliharaan setelah pemasukan/penyisipan inti berlangsung 1 tahun untuk mutiara setengah bundar dan untuk mendapatkan mutiara bundar di perlukan waktu pemeliharaan selama 2 tahun. Penyediaan benih. Tiram muda yang dipersiapkan dalam operasi penyisipan inti diperoleh dari hasil penyelaman dari alam oleh para penduduk setempat dan perusahaan penyelaman. Jumlah kerang mutiara yang berhasil dikumpulkan oleh PT Nisshin Samudera Mutiara dapat dilihat seperti daftar di bawah ini. Produksi yang dicapai Produksi mutiara vang diperoleh PT. Nisshin Samudera Mutiara terdiri atas : mutiara bundar (round pearl) setengah bundar (half pearl) seedless. Jumlah pengumpulan dan produksi yang dicapai dalam beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel Nisshin Samudera Mutiara. Tahun Pengumpulan tiram Mutiara Realisasi ekspor mutiara

1.

Hasil Pengumpulan tiram mutiara dan Realisasi ekspor mutiara PT

30

Half Jumlah (ekor) Pearl (butir) 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 27.026 19.033 46.580 ? ? ? ? 34.512 49.444 42.874 52.793 7.562 30.138 38.626

Round Pearl (Kg) 54.295 70.540 142.200

Seedless pearl -

Nilai (US $)

13.505,38 14.767,62 62.430,74

9.508 9.089

4.949 3.965

411.102,50

SUMBER : Hasil budidaya laut.Dinas Perikanan Propinsi Sulawesi Tengah 1995 Opini : Usaha budidaya ini harus lebih dikembangkan kemasyarakat karena keuntungannya yang besar dapat meningkat nilai ekonomi masyarakat.

BUDIDAYA RUMPUT LAUT Potensi dan penyebarannya. Penelitian rumput laut yang dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian Perikanan Laut (LPPL) di Kepulauan Samaringga, tahun 1977, nampaknya membawa dampak positif terhadap perkembangan budidaya rumput laut di wilayah ini. Bahkan dalam tahun terakhir budidaya rumput laut menyebar pada wilayah hampir sekitarnya seperti Pulau Tiga, Pulau Masadian dan Menui. Metode budidaya.

31

Budidaya rumput laut yang dilaksanakan oleh penduduk disekitar kepulauan tersebut menggunakan metode terapung. Rakit-rakit dari bambu dengan ukuran 4 4 meter atau adakalanya 2 3 meter. Tiap rakit dengan luas 4 4 meter ditanam rumput laut dengan berat (basah) 50 kg. Setelah masa pemeliharaan 1 -2 bulan maka dapat dilakukan pemanenan sebesar 300 kg basah atau sebesar 60 kg kering. Produksi yang dicapai. Produksi rumput laut di Propinsi Sulawesi Tengah, berdasarkan laporan Dinas Perikanan Daerah Tingkat II Poso dari tahun 1980 1984 cenderung menurun dari tahun ke tahun, masing-masing : 125,5 ton (1980), 105 ton (1981), 123 ton (1982), 69 ton (1983 dan 44,2 ton (1984). Hal ini disebabkan oleh keadaan pemasaran rumput laut yang kurang mendukung, terutama harga yang tidak stabil. Oleh karena itu faktor pemasaran perlu dipikirkan dalam rangka pengembangan budidaya rumput laut sebagai komoditi ekspor.

1 Jenis Beberapa jenis komoditi yang dibudidayakan pada usaha budidaya laut di Jawa Tengah adalah : Kerang hijau (Mytilus viridis) Kerang darah (Anadara granosa) Adapun jenis komoditi yang sudah diintroduksikan budidayanya adalah Kerang hijau. Sistim pemeliharaan yang dilaksanakan adalah : transplantasi langsung. Tempat

32

Usaha budidaya kerang hijau di Jawa Tengah dilaksanakan pada perairan pantai calon lokasi tambak yang belum sepenuhnya dapat diusahakan sebagai usaha tambak. Lahan sebagaimana dimaksud banyak terdapat di Jawa Tengah sebagai akibat adanya pendangkalan dan melebarnya garis pantai ke sebelah utara. Sistim pemeliharaan dengan transplantasi dilaksanakan dengan menempatkan spat collector pada perairan untuk kerang hijau. Penempatan spat collector memerlukan waktu 1 2 bulan, setelah terlihat banyak spat yang menempel, maka baru ditransplantasikan ketempat pembesaran. Metoda Metode pemeliharaan yang digunakan ada 2 macam yaitu : Metode pancang ( stake method ) Metode gantung ( hanging method ) Metode pancang dilaksanakan dengan memancangkan tiang-tiang bambu kolektor lainnya ke dasar perairan yang telah diketahui terdapat benih kerang. Tiang diatur dalam bentuk barisan lurus untuk mempermudah pengawasan dan pemungutan hasil. Jarak antara tiang 1 m dan jarak antara baris 1 2 meter. Metode gantung dilaksanakan dengan sistem rakit apung, rakit tancap dan tali gantung. Waktu pemeliharaan dari saat pengumpulan spat, sampai dengan panen adalah 6 bulan, dengan ukuran rata-rata kerang 5 7 cm. Selebihnya dari waktu pemeliharaan 6 bulan, maka sedikit demi sedikit kerang akan mati. Satu tahun dapat dilaksanakan 2 kali periode pemeliharaan. Hasil yang dicapai : Budidaya kerang hijau yang dilaksanakan di Jawa tengah, dilaksanakan pada lahan tambak yang belum bisa dimanfaatkan. Setiap Ha lahan calon tambak dapat dipasang 10.000 kolektor sitim hanging dan masing-masing dapat menghasilkan 3

33

kg kerang dengan cangkangnya, mka untuk tiap Ha berarti dapat menghasilkan 30 ton. Adapun ratio antara daging kerang dengan kerang pada waktu masih ada cangkangnya adalah 1 : 5, artinya setiap kg kerang dengan cangkang dapat menghasilkan daging 2 ons. Penyediaan benih Spat/benih kerang hijau menurut pengamatan cukup banyak terdapat di perairan pantai utara Jawa Tengah, terutama pada perairan sekitar Demak, Semarang, Kendal, Batang, Pemalang dan Brebes. Ditempat-tempat tersebut telah dilaksanakan percobaan budidaya kerang hijau dan hasilnya ternyata cukup memuaskan. Pemasaran hasil Pemasaran hasil pada kenyataannya masih merupakan salah satu mata rantai yang sangat menentukan keberhasilan suatu usaha produksi. Keberhasilan produksi tanpa didukung pemasaran dengan harga yang layak akan menyebabkan hancurnya usaha dimaksud. Dari hasil uji terap budidaya kerang hijau yang telah dilaksanakan di Jawa Tengah, usaha produksi tersebut dapat dikatakan sudah berhasil. Tetapi dari segi permintaan dan pemasaran ternyata belum dapat mendukung keberhasilan uji terap budidaya kerang hijau dimaksud. Memang di pasar-pasar khususnya di Kodya Semarang, terlihat adanya kerang hijau yang dijual, namun masih dalam jumlah yang sedikit. Apabila di pasar tersebut kita drop dalam jumlah yang agak banyak maka tidak akan laku. Dari keadaan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa permintaan masyarakat untuk kerang hijau masih sangat terbatas. Harga rata-rata kerang hijau tanpa cangkang per kg mencapai Rp. 800 Rp. 1.000,-.

34

Untuk mencoba pasaran ekspor, telah dicoba mengirimkan sample melalui cold strorage ke Singapura. Dari penawaran ini diperoleh tanggapan dari Singapura berupa permintaan pengiriman 10 ton kerang hijau tanpa cangkang, namun ternyata petani tambak belum dapat memenuhinya. 3. POTENSI PENGEMBANGAN Beberapa jenis biota yang berpotensi untuk dikembangkan di Jawa Tengah berdasarkan indikator biologis adalah

hijau

Kerang

(Mytilus viridis)

-Kerang darah

(Anadara granosa)

-Ikan kakap (Lates calcarifer) -Ikan kerapu (Epinephelus spp) -Rumput laut - Kepiting (Eucheuma granosa) (Scylla serrata). spinosum,Gracilaria

Penyebaran dan luas daerah budidaya laut di Jawa Tengah dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah No. : 524/128/1983 ditetapkan sebagai berikut: Perairan pantai Kabupaten Daerah Tingkat II Jepara termasuk pulau Panjang. Perairan gugusan pulau-pulau Karimunjawa Perairan Pantai Kabupaten Daerah Tingkat II Rembang. Perairan Pantai Kabupaten Daerah Tingkat II Kebumen.

35

Salah satu hal yang sulit dicari di pantai utara Jawa Tengah adalah mencari lokasi yang tenang dan tidak terlalu terpengaruh oleh gelombang. Produksi yang dapat dicapai dari potensi / prospek pengembangan tersebut, tentu saja sangat dipengaruhi oleh intensifikasi pengelolaan usaha budidaya laut itu sendiri. Namun mengingat kelebihan dan keuntungan budidaya laut sendiri maka dari segi keuntungan, semestinya budidaya laut sendiri harus lebih menguntungkan dibanding dengan budidaya didaratan. Menurut pengamatan kami, maka budidaya laut mempunyai keuntungan-keuntungan yaitu : Dapat mengurangi penggunaan tanah di daratan Dapat memanfaatkan badan air yang ada secara maksimal Memungkinkan untuk dilakukan berbagai macam sistim budidaya dalam satu badan air. Khususnya untuk budidaya laut dengan sitem cage culture, mudah untuk mengontrol predator dan kompetitor. Cage culture mudah dipindahkan Mudah untuk mengurangi handling stress dan mortalitas. 4. MASALAH DAN KENDALA Hambatan/problema yang selama ini dirasakan Jawa Tengah dalam upaya menggalakkan budidaya laut adalah : Belum tumbuhnya minat masyarakat untuk terjun pada usaha budidaya laut. Masyarakat pada umumnya berpendapat bahwa penangkapan di laut masih menguntungkan sehingga belum merasa perlu untuk melaksanakan budidaya dilaut.

36

Pengadaan benih jenis-jenis komoditi budidaya laut seperti benih kakap, kerapu, kepiting dan sebagainya yang setelah dibitung relatif mahal dan sulit didapat, sehingga menyebabkan usaha budidaya jadi tidak menguntungkan. Belum adanya tenaga Dinas Perikanan yang mempunyai ketrampilan khusus budidaya laut. Sulit mencari lokasi budidaya laut dipantai utara dan selatan Jawa Tengah yang memenuhi syarat, baik ditinjau dari segi kondisi oceanografis maupun segi kondisi daratan. Opini : Usaha budidaya laut di Jawa Tengah belum berkembang sebagaimana yang diharapkan walaupun sudah diterbitkan Surat Keputusan Gubernur yang mengaturnya. Berdasarkan indikator biologis, perairan Jawa Tengah mempunyai jenis-jenis komoditi yang dapat dikembangkan. Uji terap usaha budidaya laut yang sudah dilaksanakan secara tehnis dengan berhasil sudah dilaksanakan oleh Dinas Perikanan adalah budidaya kerang hijau. Namun dari segi penyuluhan dan menarik minat masyarakat ternyata baru 2 orang swasta yang tertarik untuk mengusahakannya. Untuk mengembangkan budidaya laut di Jawa Tengah pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya, kami menyarankan BBL agar : Melaksanakan Kursus Petugas Tehnis Perikanan untuk usaha budidaya laut. Membuat station-station pada setiap propinsi yang potensial budidaya laut, dimana station tersebut memberikan informasi kepada masyarakat dan sekaligus melayanipenyediaanbenih. Menyebarkan brosur-brosur paket tehnologi budidaya laut.

37

BUDIDAYA IKAN GURAME ( Osphronemus gouramy )

38

1.

SEJARAH SINGKAT Gurame merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih lebar, bagian punggung berwarna merahsawo dan Ikan bagian perut berwarnakekuningkuningan/ keperak-perakan. gurame merupakan

keluarga Anabantidae, keturunan Helostoma dan bangsa Labyrinthici. Ikan gurami berasal dari perairan daerah Sunda (Jawa Barat, Indonesia), dan menyebar ke Malaysia, Thailands, Ceylon dan Australia. Pertumbuhan ikan gurame agak lambat dibanding ikan air tawar jenis lain.

Di Indonesia, orang Jawa menyebutnya gurami, Gurameh, orang Sumatra ikan kalau, kala, kalui, sedangkan di Kalimantan disebut Kalui. Orang Inggris menyebutnya Giant Gouramy, karena ukurannya yang besar sampai mencapai berat 5 kg. 2. SENTRA PERIKANAN Daerah di Indonesia yang menjadi sentra perikanan yaitu: Sumatera, NTB dan Jawa. Sedangkan di luar negeri yaitu: Thailand, Jepang dan Filipina. 3. JENIS Klasifikasi ikan gurame adalah sebagai berikut:

Klas Sub Kelas Ordo Sub Ordo Famili Genus Species

: Pisces : Teleostei : Labyrinthici : Anabantoidae : Anabantidae : Osphronemus : Osphronemus goramy (Lacepede)

Jenis gurami yang sudah dikenal masyarakat diantaranya: gurami angsa,

39

SUMBER: mod=basisdata&kat=1&sub=3&file=62 Opini :

http://warintek.bantul.go.id/web.php?

Ikan gurami merupakan ikan air tawar yang dikenal Europhagik oleh karena itu sangat mudah sekali dibudidayakan. Peluang untuk mendapatkan untung sangat besar karena ikan ini meliki rasa yang enak juga menjadi tradisi masyarakat dalam setiap penyajian setiap acara.

BUDIDAYA IKAN MUJAIR 1.1. Sejarah Singkat Ikan mujair merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih dengan warna abu-abu, coklat atau hitam. Ikan ini berasal dari perairan Afrika dan pertama kali di Indonesia ditemukan oleh bapak Mujair di muara sungai Serang pantai selatan Blitar Jawa Timur pada tahun 1939. Ikan mujair mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar garam/salinit as. Jenis ikan ini mempunyai kecepatan pertumbuhan yang relatif lebih cepat, tetapi setelah dewasa percepatan pertumbuhannya akan menurun. Panjang total maksimum yang dapat dicapai ikan mujair adalah 40 cm. 1.2. Sentra Perikanan Sentra perikanan terdapat didaerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera, Kalimantan. 1.3. Jenis Klasifikasi ikan mujair adalah sebagai berikut: Kelas : Pisces Sub kelas : Teleostei Ordo : Percomorphi Sub-ordo : Percoidea

40

Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Species : Oreochromis mossambicus Adapun jenis ikan mujair yang dikenal antara lain: mujair biasa, mujair merah (mujarah) atau jamerah dan mujair albino. abu-abu, coklat atau hitam. Ikan ini berasal dari perairan Afrika dan pertama kali di Indonesia ditemukan oleh bapak Mujair di muara sungai Serang pantai selatan Blitar Jawa Timur pada tahun 1939. Ikan mujair mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar garam/salinit as. Jenis ikan ini mempunyai kecepatan pertumbuhan yang relatif lebih cepat, tetapi setelah dewasa percepatan pertumbuhannya akan menurun. Panjang total maksimum yang dapat dicapai ikan mujair adalah 40 cm. 1.2. Sentra Perikanan Sentra perikanan terdapat didaerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera, Kalimantan. 1.3. Jenis Klasifikasi ikan mujair adalah sebagai berikut: Kelas : Pisces Sub kelas : Teleostei Ordo : Percomorphi Sub-ordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Species : Oreochromis mossambicus Adapun jenis ikan mujair yang dikenal antara lain: mujair biasa, mujair merah (mujarah) atau jamerah dan mujair albino. 1.4. Manfaat Sebagai sumber penyediaan protein hewani.

41

II. PERSYARATAN LOKASI Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi. Ikan mujair dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 m dpl. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mujair harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Ikan mujair dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air deras. Kolam dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mujair. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam air deras debitnya 100 liter/menit/m3. Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 7-8. Suhu air yang baik berkisar antara 20-25 derajat C. III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 3.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan 3.1.1. Kolam Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikan mujair tergantung dari sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dsb). Adapun jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan mujair antara lain: Kolam pemeliharaan induk/kolam pemijahan Kolam ini berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa kolam tanah yang luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolam induk hanya 2 ekor/m2. Adapun syarat kolam

42

pemijahan adalah suhu air berkisar antara 20-22 derajat C; kedalaman air 40-60 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir. Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm. Kolam pembesaran Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam pembesaran, yaitu: Kolam pembesaran tahap I berfungsi untuk memelihara benih ikan selepas dari kolam pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara 2-4 buah dengan luas maksimum 250-500 meter persegi/kolam. Pembesaran tahap I ini tidak dianjurkan memakai kolam semen, sebab benih ukuran ini memerlukan ruang yang luas. Setelah benih menjadi gelondongan kecil maka benih memasuki pembesaran tahap kedua atau langsung dijual kepada pera petani. Kolam pembesaran tahap II berfungsi untuk memelihara benih gelondongan besar. Kolam dapat berupa kolam tanah atau sawah. Keramba apung juga dapat digunakan dengan mata jaring 1,25-1,5 cm. Jumlah penebaran pembesaran tahap II sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi. Pembesaran tahap III berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukan kolam tanah antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter persegi. Kolam/tempat pemberokan Merupakan tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan 3.1.2. Peralatan Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mujair diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran.

43

Biaya produksi Sewa kolam Benih ikan mujair 4000 ekor, @ Rp.150,Pakan - Dedak 8 karung @ Rp.800,Rp. 28.000,Obat dan pupuk Rp. 18.000,- Kotoran ayam 4 karung, @ Rp.7.000,- Rp. 36.000,- Urea dan TSP 10 kg, @ Rp.1.800,- Rp. 96.000,- Kapur 30 kg, @ Rp. 1.200,Peralatan Tenaga kerja 1 orang @ Rp. 7000,Biaya tak terduga 10% Rp. 210.000,Rp. 111.440,Rp. 1.225.840, Rp. Rp. 1.870.000, Rp. 644.160,= 1,52 Rp. 6.400,Rp. 120.000,Rp. 600.000,-

Jumlah biaya produksi Pendapatan benih ikan 85%,4000 ekor @ Rp.550,Keuntungan Parameter kelayakan usaha B/C ratio 4.2. Gambaran Peluang Agribisnis

Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia. Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam hal pembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan pasca panen,

44

penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import. Walaupun permintaan di tingka pasaran lokal akan ikan mujair dan ikan air tawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Apabila pasaran lokal ikan mujair mengalami kelesuan, maka akan sangat berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan mujair boleh dikatakan hampir tak ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah. V. REFERENSI Daftar Pustaka a) Sugiarti, Ir. 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila Penerbitan CV Simpleks(AnggotaIKAPI)Jakarta. b) Rahardi, F. 1993. Kristiawati, Regina. Nazaruddin. Agribisnis Perikanan, Penerbit Swadaya, Jakarta. SUMBER : http://warintek.progressio.or.id/perikanan/mujair.htm

Opini : Ikan mujair merupakan ikan budidaya yang sudah banyak dikenal orang karena sangat mudah membudidayanya. Ikan ini juga sudah banyak dikenal oleh masyarakt umumnya dan sangat disukai kena dagingnya yang empuk dan enak

BUDIDAYA IKAN PATIN

45

1.1. Sejarah Singkat Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk "membongsorkan" tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini. Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti perak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba. 1.2.SentraPerikanan Penangkaran ikan patin banyak terdapat di Lampung, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan. 1.3. Jenis Klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut: Ordo : Ostarioplaysi. Subordo : Siluriodea. Famili : Pangasidae. Genus : Pangasius. Spesies : Pangasius pangasius Ham. Buch. Kerabat patin di Indonesia terdapat cukup banyak, diantaranya: a) Pangasius polyuranodo (ikan juaro) b) Pangasius macronema

46

c) Pangasius micronemus d) Pangasius nasutus e) Pangasius nieuwenhuisii 1.4. Manfaat a) Sebagai sumber penyediaan protein hewani. b) Sebagai ikan hias. II. PERSYARATAN LOKASI Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi. Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang disungai maka lokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruhdan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur, maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter). Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium adalah antara 26-28 derajat C. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif rendah diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil. Keasaman air berkisar antara: 6,5-7. III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA Budidaya ikan patin meliputi beberapa kegiatan, secara garis besar dibagi menjadi 2 kegiatan yaitu pembenihan dan pembesaran. Kedua jenis kegiatan ini umumnya

47

belum populer dilakukan oleh masyarakat, karena umumnya masih mengandalkan kegiatan penangkapan di alam (sungai, situ, waduk, dan lain-lain) untuk memenuhi kebutuhan akan ikan patin. Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih pada ukuran tertentu. Produk akhirnya berupa benih berukuran tertentu, yang umumnya adalah benih selepas masa pendederan. Benih ikan patin dapat diperoleh dari hasil tangkapan di perairan umum. Biasanya menjelang musim kemarau pada pagi hari dengan menggunakan alat tangkap jala atau jaring. Benih dapat juga dibeli dari Balai Pemeliharaan Air Tawar di Jawa Barat. Benih dikumpulkan dalam suatu wadah, dan dirawat dengan hati-hati selama 2 minggu. Jika air dalam penampungan sudah kotor, harus segera diganti dengan air bersih, dan usahakan terhindar dari sengatan matahari. Sebelum benih ditebar, dipelihara dulu dalam jaring selama 1 bulan, selanjutnya dipindahkan ke dalam hampang yang sudah disiapkan. Secara garis besar usaha pembenihan ikan patin meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a) Pemilihan calon induk siap pijah. b) Persiapan hormon perangsang/kelenjar hipofise dari ikan donor,yaitu ikan mas. c) Kawin suntik (induce breeding). d) Pengurutan (striping). e) Penetasan telur. f) Perawatan larva. g) Pendederan. h) Pemanenan. Pada usaha budidaya yang semakin berkembang, tempat pembenihan dan pembesaran sering kali dipisahkan dengan jarak yang agak jauh. Pemindahan benih dari tempat pembenihan ke tempat pembesaran memerlukan penanganan khusus agar benih selamat. Keberhasilan transportasi benih ikan biasanya sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik maupun kimia air, terutama menyangkut oksigen terlarut, NH3, CO2 , pH, dan suhu air.

48

3.1. Penyiapan Sarana dan PeralatanLokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber Biaya produksiKolam pemijahan 2 x 2 m Rp. Bibit/benih - 2 ekor induk @ Rp. 150.000,- Rp. - Ikan donor 5 Kg @ Rp. 10.000,Pakan/makanan (Artemia Salina) Obat - Alat suntik 0,5 cc (2 buah) @ Rp.4000,- Pregnil Alat -Bangunan -Genzet -Aerator - Selang aquarium 50 m @ Rp 1000,- Kompor (4 unit) @ Rp. 25.000,- Rp. - 100 unit aquarium: 40x80 cm @ Rp Rp. 35.000,Rp. Tenagakerja - Tenaga kerja tetap 14 hari, 2 orang @ Rp.20.000,Biaya tak terduga 10% Rp. = Rp. Rp. 98.000,3,15 % 10.887.800,560.000,989.800,dan sumur Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. 2.000.000,2.500.000,500.000,50.000,100.000,3.500.000,Rp. Rp. 8.000,50.000,Rp. Rp. 300.000,50.000,80.000,200.000,-

1.250.000,480.000,-

Jumlah biaya produksi

49

Biaya investasi rata-rata/aquarium Presentase output terhadap

investasi/aquarium Analisis investasi Periode Benih 1: 2 @ Minggu pertama usaha untuk menutup

Aquarium:100

ekor=100x100xRp.125,Periode II :

Pengeluaran Tetap/2 mingguan Dari perhitungan di atas pada periode ke 14 atau sekitar 7 bulan, telah dapat menutup investasi, Pada Produksi ke 15 ke atas sudah dapat memetik keuntungan 4.2. Gambaran Peluang Agribisnis Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia. Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam hal pembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan pasca panen, penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import. SUMBER : http://warintek.progressio.or.id/perikanan/patin.htm Opini : Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan patin dan ikan air tawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Apabila pasaran lokal ikan patin mengalami kelesuan, maka akan sangat berpengaruh terhadap

50

harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan patin boleh dikatakan hampir tak ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.

BUDIDAYA IKAN BLACK GHOST IKAN Black Ghost (Afteronotus albifrons, Linneaus) merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai peluang bisnis yang potensial. Ikan jenis ini belum banyak dikenal oleh masyarakat tetapi saat ini beberapa pengusaha ikan hias memproduksi benih sebagai komoditas lokal maupun ekspor. "Black Ghost" berasal dari sungai Amazon, Amerika Selatan merupakan ikan pendamai, yang ukurannya dapat mencapai 50 cm, tubuhnya memanjang dan pipih dengan warna tubuh hitam. Ikan ini digolongkan kedalam ikan pisau

51

(Knifefishes), karena secara keseluruhan bentuk tubuhnya menyerupai pisau melebar dari bagian kepala dan badan kemudian melancip di bagian perut. Persyaratan kualitas air media yang dikehendaki ikan Black Ghost yaitu Soft (lunak) dan cenderung asam, walaupun demikian Black Ghost relatif dapat hidup pada kondisi air yang bervariasi. Black Ghost juga memilih makanan jenis tertentu, dapat memakan pakan kering, beku maupun makanan hidup, walaupun demikian lebih suka jika diberi pakan cacing rambut. Untuk memproduksi ikan Black Ghost, syarat harus dipenuhi adalah: Pertama, wadah pemeliharaan & perlengkapan berupa a. aquarium ukuran (40 x 40 x 80) cm sebagai tempat pemeliharaan induk dan sekaligus tempat pemijahan dilengkapi dengan tempat penempelan telur berupa baki plastik yang diisi dengan batu, atau batang pohon pakis. b. aquarium ukuran ( 60 x 40 x 40 ) cm sebagai tempat penetasan telur. c. instalasi aerasi berupa blower, selang aerasi dan batu aerasi. d. Peralatan lain seperti selang untuk mengganti air, soope net dan alatalat pembersih akuarium (sikat,dll) Kedua, pakan, seperti; a. Blood worm yang digunakan sebagai pakan induk. b. Cacing rambut yang digunakan sebagai pakan ikan mulai umur + 2 minggu sampai dewasa. c. Artemia, yang digunakan untuk pakan larva. Untuk pembenihan yang harus dilakukan meliputi pemeliharaan induk dan calon induk, pemijahan serta perawatan larva. Perbedaan jantan dan betina ikan dewasa terutama dapat dilihat dari panjang dagunya (jarak antara ujung mulut dengan tutup insang). Pada ikan jantan, dagunya relatif lebih panjang dibandingkan dengan ikan betina. Ikan jantan relatif lebih langsing dibandingkan dengan ikan betina yang mempunyai bentuk perut yang gendut. Pada induk jantan dewasa, terdapat cairan putih (sperma) apabila diurut bagian perutnya. Induk Black Ghost dapat matang telur setelah berumur sekitar satu tahun dengan panjang + 15 cm. Induk betina dan jantan dipelihara dalam satu wadah berupa akuarium berukuran

52

(80 x 40 x 50) cm, yang dilengkapi dengan instalasi aerasi dengan pakan berupa 'Blood Warm' yang diberikan dengan frekuensi 3 kali/hari secara (ad libitum). Pergantian air harus dilakukan setiap hari untuk membuang kotorankotoran yang terdapat di dasar akuarium dan menjaga kualitas media pemeliharaan. Pemijahan dilakukan secara masal di dalam akuarium yang sekaligus sebagai tempat pemeliharaan induk. Perbandingan induk betina dan jantan adalah 2 : 1. Pada wadah pemijahan tersebut, ditempatkan baki plastik berukuran (30 x 20 x 7)cm yang diisi dengan batu sebagai tempat penempelan telur dan pada bagian tengah baki ditutup dengan baki berlubang (20 x 15 x 10) cm untuk melindungi telur dari pemangsaan induknya sendiri. Untuk akuarium ukuran (80 x 60 x 50 ) cm dapat dipelihara 10 ekor induk betina dan paling sedikit 5 ekor jantan. Lingkungan tempat pemeliharaan dan pemijahan ikan Black Ghost biasanya dibuat relatif gelap, dan ikan ini memijah pada malam hari. Menjelang terbit matahari, tempat penempelan telur berupa baki harus segera diambil dan dipindahkan ke tempat penetasan, untuk menghindari pemangsaan telur tersebut oleh induknya. Telur yang dipanen dari baki pemijahan + 200 butir/hari. Penetasan telur dilakukan di akuarium, dan akan menetas pada hari ketiga. Makanan berupa naupli artemia mulai diberikan pada hari ke10 setelah penetasan dan selanjutnya diberi cacing rambut secara ad libitum. Kegiatan pendederan dilakukan setelah larva dapat memakan cacing rambut, yaitu + berumur 2 minggu, sampai ikan mencapai ukuran + 1 inchi dengan lama pemeliharaan 1 15 bulan sedangkan kegiatan pembesaran ikan Black Ghost dilakukan untuk mencapai ukuran komersial, yaitu 23 inchi. Wadah yang digunakan dapat berupa akuarium atau bak dengan padat tebar 2 5 ekor. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan adalah cacing rambut secara ad libitum. Ikan Black Ghost dengan ukuran 2 inchi dapat dicapai dalam waktu dua bulan. Sedangkan ukuran 3 inchi dapat dicapai dengan menambah waktu pemeliharaan selama tiga minggu. Pembuangan kotoran harus dilakukan setiap hari agar kualitas

53

media tetap terjaga. SUMBER: : http://www.waspada.co.id/seni_&_budaya/tirai/artikel.php?

article_id=60035 Opini : Ikan Black Ghost merupakan ikan yang bentuknya benar-benar unik karena semua tubuhnya berwarna hitam. Namun ikan ini memiliki daya jual yang sangat unik karena tidak sedikit orang menyukainya sebagai ikan hias karena bentuknya yang unik.

PROGRAM BUDIDAYA TUNA Program budidaya tuna jenis albacore di Panama sudah dilakukan delapan tahun lalu. Budidaya itu kini juga sudah sampai tahap pemijahan hingga pembesaran. Namun, pembenihan ikan tuna yang dilakukan sejak tahun 1997 hingga saat ini masih dalam skala laboratorium. Perhatian Jepang kini beralih ke Indonesia sebagai negara pemasok ikan tuna terbesar ke Jepang. Jepang memang merupakan importir tuna terbesar dari Indonesia. Pada kurun waktu dari Januari hingga Juni 2002 Jepang mengimpor 31.578 ton tuna dari seluruh dunia, sebanyak 9.455 ton di antaranya berasal dari Indonesia. Karena itu, Jepang menganggap kerja sama riset tuna dengan Indonesia merupakan hal penting, seperti yang dikemukakan Presiden Overseas Fishery Cooperation Foundation (OFCF) Junji Kawai saat meresmikan fasilitas riset pembenihan dan pembudidayaan ikan tuna di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Gondol, Kabupaten Buleleng, Bali, Selasa (22/4) lalu. Riset pembenihan dan pembudidayaan ikan tuna di Gondol, Bali, diharapkan dapat mengurangi penangkapan ikan tuna di perairan Indonesia. Diketahui,

54

Indonesia termasuk negara dengan jenis tuna terbanyak. Ada enam jenis ikan tuna yang dijumpai di perairan Indonesia, yaitu tuna mata besar (big-eye), tuna sirip biru selatan, tuna sirip kuning (yellow fin tuna), albacore, dan tuna ekor panjang (longtail). Komoditas ekspor Bagi Indonesia, menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri, riset tuna merupakan program terobosan yang mempunyai nilai penting. Karena, ikan tuna bagi Indonesia merupakan komoditas ekspor terbesar kedua setelah udang. Dari nilai ekspor sebesar 2 miliar dollar AS per tahun, 20 persen disumbang dari ikan tuna. Ekspor tuna total dari Indonesia mencapai 200.000 ton per tahun. SUMBER:http://www.kompas.com/Kompascetak/0304/30/bahari/285298.htm Opini : Ikan Tuna sangat enak sekali dikonsumsi karena dagingnya yang memiliki serat yang yang halus dan lembut. Ikan ini tidak memiliki banyak tulang jadi orang tidak begitu sulit mengkonsumsinya. Ikan ini sangat disukai oleh masyarakat umumnya baik dalam negeri maupun luar negeri. Ikan ini sangat bagus sebagai usaha baik dalam negeri atau Ekspor keluar negeri.

BUDIDAYA IKAN MANFISH Asal, Morfologi dan Kebiasaan Ikan Manfis Manfish atau yang dikenal juga dengan istilah 'Angel fish' berasal dari perairan Amazon, Amerika Selatan. Manfish (Pterophyllum scalare) tergolong ke dalam famili Cichlidae, mempunyai ciri-ciri morfologis dan kebiasaan sebagai berikut: Memiliki warna dan jenis yang bervariasi

55

Bentuk tubuh pipih, dengan tubuh seperti anak panah Sirip perut dan sirip punggungnya membentang lebar ke arah ekor, sehingga

tampak sebagai busur yang berwarna gelap transparan Pada bagian dadanya terdapat dua buah sirip yang panjangnya menjuntai

sampai ke bagian ekor. Menjaga dan melindungi keturunannya. Bersifat omnivorus Tergolong mudah menerima berbagai jenis makanan dalam berbagai bentuk

dan sumber Beberapa jenis ikan Manfish yang dikenal dan telah berkembang di Indonesia antara lain adalah: Diamond (Berlian), Imperial, Marble dan Black-White. Diamond (Berlian) berwarna perak mengkilat sampai hijau keabuan. Pada bagian kepala atas terdapat warna kuning hingga coklat kehitaman yang menyusur sampai bagian punggung. Manfish Imperial mempunyai warna dasar perak, tetapi tubuhnya dihiasi empat buah garis vertikal berwarna hitam/coklat kehitaman. Manfish Marble memiliki warna campuran hitam dan putih yang membentuk garis vertikal. Sedangkan manfish Black-White mempunyai warna hitam menghiasi separuh tubuhnya bagian belakang, dan warna putih menghiasi separuh bagian depan termasuk bagian kepala. Pengelolaan Induk Ikan manfish dapat dijadikan induk setelah umurnya mencapai 7 bulan dengan ukuran panjang 7,5 cm. Untuk mencapai hasil yang optimal, induk harus dikelola dengan baik antara lain dengan pemberian pakan yang baik seperti jentik nyamuk, cacing Tubifex, atau Chironomous. Selain itu karena induk ikan manfish sangat peka terhadap serangan penyakit, maka perlu diberikan

56

perlakukan obat secara periodik Oxytetracycline dan garam.

Obat yang biasa digunakan antara lain

Sebelum dipijahkan, induk manfish dipelihara secara massal ( jantan dan betina ) terlebih dahulu dalam 1 akuarium besar (ukuran 100x60x60 cm 3). Setelah matang telur, induk manfish akan berpasangan dan memisahkan dari ikan lainnya. Induk yang berpasangan tersebut sudah dapat diambil dan dipijahkan pada tempat pemijahan. Selain itu dapat dilakukan, yaitu dengan memasangkan induk manfish secara langsung setelah mengetahui induk jantan dan betina. Induk jantan dicirikan dengan ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan induk betina. Kepala induk jantan terlihat agak besar dengan bagian antara mulut ke sirip punggung berbentuk cembung, serta bentuk badan lebih ramping dibandingkan dengan ikan betina. Sementara induk betina dicirikan oleh ukuran tubuh yang lebih kecil dan bentuk kepalanya yang lebih kecil dengan bagian perut yang lebih besar/gemuk serta terlihat agak menonjol. Teknik Pemijahan Pemijahan dilakukan di akuarium berukuran 60x50x40 cm3 dengan tinggi air 30 cm. Ke dalam akuarium tersebut diberikan aerasi untuk menyuplai oksigen. Ikan manfish akan menempelkan telurnya pada substrat yang halus, misalnya potongan pipa PVC yang telah disiapkan/ditempatkan dalam akuarium pemijahan. Karena ikan manfish cenderung menyukai suasana yang gelap dan tenang, maka pada dinding akuarium dapat ditempelkan kertas atau plastik yang berwarna gelap. Induk manfish akan memijah pada malam hari. Induk betina

menempelkan telurnya pada substrat dan diikuti ikan jantan yang menyemprotkan spermanya pada semua telur, sehingga telur-telur tersebut terbuahi. Jumlah telur

57

yang dihasilkan setiap induk berkisar antara 500-1000 butir. atau Daphnia. Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva

Selama masa

pemijahan tersebut, induk tetap diberi pakan berupa cacing Tubifex, Chironomous

Telur yang menempel pada substrat selanjutnya dipindahkan ke akuarium penmetasan telur (berukuran 60x50x40 cm3) untuk ditetaskan. Pada air media penetasan sebaiknya ditambahkan obat anti jamur, antara lain Methyline Blue dengan dosis 1 ppm. Untuk menjaga kestabilan suhu, maka ke dalam media penetasan telur tersebut digunakan pemanas air (water heater) yang dipasang pada suhu 27-28oC. Telur manfish akan menetas setelah 2-3 hari, dengan derajat penetasan telur berkisar 70-90%. Selanjutnya paralon tempat penempelan telur diangkat dan dilakukan perawatan larva hingga berumur 2 minggu. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan larva tersebut berupa pakan alami yang sesuai dengan bukaan mulut larva dan memiliki kandungan protein yang tinggi, antara lain nauplii Artemia sp. Pakan tersebut diberikan 2 kali sehari ( pagi dan sore ) hingga larva berumur pemberian cacing Tubifex. Pendederan dan Pembesaran Setelah berumur 2 minggu, benih tersebut dapat dilakukan penjarangan untuk kemudian dilakukan pendederan sampai ikan berumur satu bulan. Langkah berikutnya adalah memanen benih tersebut untuk dipindahkan ke dalam bak/wadah pembesaran. Dalam hal ini dapat digunakan bak fiber atau bak semen, tergantung wadah yang tersedia. Selama masa pembesaran, diupayakan agar ada aliran air ke dalam wadah pembesaran walaupun sedikit. Padat penebaran untuk pembesaran ikan manfish berkisar 100 ekor/m 2. Pakan yang diberikan berupa cacing Tubifex atau pellet sampai benih berumur 2 bulan. 10 hari dan dilanjutkan dengan

58

Ukuran yang dicapai biasanya berkisar 3 - 5 cm. Jika pakan dan kualitas air mendukung, sintasan pada masa pembesaran dapat mencapai 70-90%. Selanjutnya benih manfish dapat dibesarkan lagi hingga mencapai ukuran calon induk atau induk dengan padat penebaran yang lebih kecil. Penyakit dan Penanggulangannya Ikan manfish dikenal cukup peka terhadap serangan penyakit, untuk itu diperlukan pengelolaan secara baik dengan menjaga kualitas air dan jumlah pakan yang diberikan. Beberapa jenis parasit yang biasa menyerang benih/induk Manfish antara lain adalah : Trichodina sp., Chillodonella sp. dan Epystilys sp. Sedangkan bakteri yang menginfeksi adalah Aeromonas hydrophilla. Beberapa jenis obat yang dapat digunakan untuk menanggulangi serangan penyakit parasitek antara lain : Formalin 25%, NaCl 500 ppm. Sedangkan untuk penyakit bakterial dapat digunakan Oxytetrachycline 5 - 10 ppm dengan cara perendaman 24 jam. Sumber: http://bbat-sukabumi.tripod.com/manfish.html Opini : Ikan manfish adalah ikan hias yang bernilai jual yang cukup tinggi dan sangat baik dibudidayakan seperti halnya ikan black ghost.

BUDIDAYA IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcalifer, Bloch) DI KERAMBA JARING APUNG PENDAHULUAN

59

Indonesia memiliki potensi sumber daya perairan yang cukup besar untuk usaha budidaya ikan, namun usaha budidaya ikan kakap belum banyak berkembang, sedangkan di beberapa negara seperti: Malaysia, Thailand dan Singapura, usaha budidaya ikan kakap dalam jaring apung (floating net cage) di laut telah berkembang. Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) atau lebih dikenal dengan nama seabass/Baramundi merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Produksi ikan kakap di indonesia sebagian besar masih dihasilkan dari penangkapan di laut, dan hanya beberapa saja diantarannya yang telah di hasilkan dari usah pemeliharaan (budidaya). Salah satu faktor selama ini yang menghambat perkembangan usaha budidaya ikan kakap di indonesia adalah masih sulitnya pengadaan benih secara kontinyu dalam jumlah yang cukup. Untuk mengatasi masalah benih, Balai Budidaya Laut Lampung bekerja sama dengan Seafarming Development Project INS/81/008 FAO/UNDP dalam upaya melalui untuk

memproduksi benih kakap putih secara massal. Pada bulan April 1987 kakap putih telah berhasil dipijahkan ddengan rangsangan hormon, namun demikian belum diikuti dengan keberhasilan dalam pemeliharaan larva. Baru pada awal 1989 kakap putih dengan sukses telah dapat dipelihara larvanya secara massal di hatchery Balai Budidaya Lampung. Dalam upaya pengembangan budidaya ikan kakap putih di indonesia, telah dikeluarkan Paket Teknologi Budidaya Kakap Putih di Karamba Jaring Apung Sumber: putih_1.htm Opini : : ://iptek.apjii.or.id/budidaya

%20perikanan/DEPTAN/budidaya_ikan_kakap_putih/css/budidaya_ikan_kakap_

60

Ikan kakap putih merupakan ikan ekonomis yang sangat disukai oleh masyarakat namun ikan ini memiliki harga jual yang cukup tinggi sama halnya dengan ikan kakap merah. Seperti telah diketahui Produksi ikan kakap di indonesia sebagian besar masih dihasilkan dari penangkapan di laut, dan hanya beberapa saja diantarannya pemeliharaan (budidaya). yang telah di hasilkan dari usaha

BUDIDAYA KERANG ABALONE Di Jakarta, banyak restoran khusus yang menyediakan menu yang berbahan dasar kerang abalone. Salah satunya di restoran Ah Yat Abalone. Restoran ini bisa dijumpai di Hotel Dusit Mangga Dua, Plaza Indonesia, serta Plaza Senayan, bahkan mampu menghidangkan 12 menu abalone. "Pengunjung restoran yang

61

sering memesan abalone kebanyakan dari warga keturunan Tionghoa dan orang bule," kata Bens, Manajer Operasional Ah Yat Abalone Plaza Senayan. Untuk mencicipi setiap potong abalone masak di restoran itu, setiap pengunjung minimal harus merogoh kocek sekitar Rp 200 ribu. Ada juga menu abalone yang berharga Rp 1 juta per porsi. Asal tahu saja, itu bukan menu termahal. Soalnya menu abalone kering yang harga per ekornya mencapai Rp 13 juta ini, setara dengan harga sebuah unit sepeda motor. Tapi ironis, seluruh bahan baku masakan abalone yang disediakan restoran ini masih diimpor dari Jepang, Meksiko, dan Afrika Selatan. Secara umum, cara memasak kerang ini hanya disteam lalu disajikan dengan saus yang dibuat khusus. Yang membedakan adalah proses memasaknya. Seperti abalone yang berasal dari Mexico biasanya dimasak selama sekitar enam jam. Bahkan, untuk memasak abalone kering dibutuhkan waktu hingga tiga hari. Koki yang tidak terbiasa memasak abalone pasti akan kesulitan. Mereka sering kali bukannya membuat masakan jadi enak, tapi malah membuat daging abalone jadi keras. Karena itu, seyogianya untuk memasak abalone harus ditangani koki yang berpengalaman. Tak mengherankan, jika Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), paling tidak sejak dua tahun terakhir mulai menggalakkan budidaya abalone. Selain mengembangkan teknik budidayanya, kini bersama sejumlah pengusaha asal Nippon, DKP juga tengah membangun lembaga riset di Bali yang khusus menangani penelitian dan pengembangan abalone. Menariknya lagi hasil produksi dari proyek budidaya ini sudah siap dibeli oleh Kyowa Concrete Industries, yakni perusahaan asal negara Samurai. Di Negeri Matahari Terbil ini, abalone (jenis kerang termasuk dalam keluarga holitoidae) tergolong jenis makanan laut yang sangat eksklusif yang hanya dihidangkan di sejumlah hotel atau restoran berbintang dengan tarif paling murah Rp 1,5 juta per porsi. Itu sebabnya, menu kerang ini hanya layak dikonsumsi bagi kalangan berkantong tebal.

62

Selama ini untuk mendapatkan jenis kerang bercangkang tunggal itu hanya mengandalkan hasil tangkapan para nelayan, terutama di perairan Nusa Tenggara Barat khususnya sekitar Pulau lombok, Flores, Bali dan Sulawesi. Tapi, boleh jadi karena kebutuhannya semakin tinggi, belakangan hasil tangkapan dari alam jumlahnya terus merosot. Malah, untuk mendapatkan abalone yang bermutupun makin sulit. Pasalnya, jenis kerang yang senang hidup di dasar laut dan menempel di bebatuan ini memang rentan terhadap penceemaran. Terlebih lagi, karena hanya memiliki satu cangkang sehingga gerakannya sangat lambat hewan ini jadi mudah disantap oleh predator laut lainnya. Nyatanya penggemar menu hidangan abalone terus saja meningkat. Selain memiliki cita rasa tersendiri, jenis kerang tersebut terutama oleh masyarakat Jepang juga diyakini sebagai makanan yang berkhasiat meningkatkan kebugaran serta bisa menyembuhkan berbagai penyakit, seperti gangguan ginjal. "Karena pandangan konsumen yang begitu baik, maklum saja harga abalone terus meningkat," ujar Made L. Nurdjana, Dirjen Perikanan Budidaya DKP. Sosok hewan laut ini sepintas mirip dengan daun telinga. Itu pula sebabnya oleh para nelayan jenis hewan ini biasa disebut kerang telinga laut. Di dunia, diperkirakan ada sekitar 70 jenis abalone. Sekitar setengah dari jumlah jenis abalone tersebut hidup di perairan sekitar Indonesia dan Filipina. Awalnya, pengembangan yang dilakukan oleh DKP baru terhadap jenis abalone lokal dari Lombok yang dikenal dengan nama medau atau tiram telinga keledai (haliotis acinina). Di pasaran internasional jenis abalone ini dihargai Rp 200 ribu per kilogram. Setelah itu, DKP mulai mencoba mengembangkan jenis abalone haliotis superdexta yang harganya lebih mahal, bisa mencapai Rp 600 ribu per kilogramnya. Teknik budidaya yang dikembangkan oleh DKP adalah dengan memelihara abalone bersama (tumpang sari) rumput laut. Rumput laut memang makanan utama jenis biota laut ini. Kebutuhan pakannya, dalam setiap 1 meter kubik paling hanya diperlukan rumput laut basah sebanyak 1 kilogram untuk selama empat hari. Dalam 1 meter kubik bisa dipelihara 100 ekor abalone.

63

Tempat pemeliharaan abalone cukup unik, yaitu menggunakan keranjang dari kawat. Keranjang ini digantungkan pada keramba (rakit apung) tempat pemeliharaan rumput laut. Abalone mulai dibesarkan dari benih berukuran 1 cm hingga 1,5 cm. Harga tiap benih ini Rp 1.000 per ekor. Abalone siap dipanen setelah budidaya berlangsung selama delapan bulan. Dan rumput laut yang tersisa masih bisa dijual dengan harga Rp 600 per kilogram (dalam keadaan kering). Memang belum ada ukuran yang pasti mengenai luas budidaya abalone yang ekonomis. Tapi lazimnya, budidaya ini dilakukan di lahan seluas minimal 1.000 m2 dan dengan kedalaman satu meter. Dan yang perlu diperhatikan dalam usaha ini terutama menyangkut tempat pemeliharaan, yakni harus di perairan yang masih bersih dari pencemaran serta tidak berombak besar. Selain itu, hindari memelihara abalone di dekat muara sungai. Pembudidaya juga harus memperhatikan kehadiran pemangsa alami hewan ini, seperti kepiting dan ikan besar. Jangan pula sampai kerang yang dipelihara kekurangan pakan (telat memberi makan). Jika terlambat, niscaya abalone akan merangkak ke luar dari keranjang pemeliharaan. Dengan lahan budidaya seluas itu, saat panen bisa dihasilkan 7.500 kilogram abalone. Artinya seorang pembudidaya akan meraup pendapalan kotor sebesar Rp 4,5 miliar (jika harga jual per kilogramnya Rp 600 ribu). Sementara investasi yang dibutuhkan hanya sekitar Rp 100 jutaan). Dan pendapatan ini, belum termasuk hasil dari menjual rumput laut. Sumber : Majlah Demersal Sumber : http://www.dkp.go.id/content.php?c=2784 Opini: Kerang abalone merupakan salah satu hewan laut yang layak dikonsumsi dan sangat disukai mereka yang bergolongan menengah keatas karean harganya sangat mahal. Untuk mencicipi setiap potong abalone masak di restoran itu, setiap pengunjung minimal harus merogoh kocek sekitar Rp 200 ribu. Ada juga menu

64

abalone yang berharga Rp 1 juta per porsi. Asal tahu saja, itu bukan menu termahal. Soalnya menu abalone kering yang harga per ekornya mencapai Rp 13 juta ini, setara dengan harga sebuah unit sepeda motor. Tapi ironis, seluruh bahan baku masakan abalone yang disediakan restoran ini masih diimpor dari Jepang, Meksiko, dan Afrika Selatan.Oleh karena itu kerang abalone ini sangat baik sebagai usaha budidaya karena memilki untung yang besar.

Budidaya Perikanan
BUDIDAYA UDANG WINDU ( Palaemonidae / Penaeidae )

65

1. SEJARAH SINGKAT Udang merupakan jenis ikan konsumsi air payau, badan beruas berjumlah 13 (5 ruas kepala dan 8 ruas dada) dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar yang disebut eksosketelon. Umumnya udang yang terdapat di pasaran sebagian besar terdiri dari udang laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air tawar, terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekat pantai. Udang air tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga Palaemonidae, sehingga para ahli sering menyebutnya sebagai kelompok udang palaemonid. Udang laut, terutama dari keluarga Penaeidae, yang bisa disebut udang penaeid oleh para ahli.

Udang merupakan salah satu bahan makanan sumber protein hewani yang bermutu tinggi. Bagi Indonesia udang merupakan primadona ekspor non migas. Permintaan konsumen dunia terhadap udang rata-rata naik 11,5% per tahun. Walaupun masih banyak kendala, namun hingga saat ini negara produsen udang yang menjadi pesaing baru ekspor udang Indonesia terus bermunculan. 2. SENTRA PERIKANAN Daerah penyebaran benih udang windu antara lain: Sulawesi Selatan (Jeneponto, Tamanroya, Nassara, Suppa), Jawa Tengah (Sluke, Lasem), dan Jawa Timur (Banyuwangi, Situbondo, Tuban, Bangkalan, dan Sumenep), Aceh, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, dan lain-lain. 3. JENIS Klasifikasi udang adalah sebagai berikut:

Klas Sub Kelas Super Ordo

: Crustacea (binatang berkulit keras) : Malacostraca (udang-udangan tingkat tinggi) : Eucarida

66

Sumber:

http://warintek.bantul.go.id/web.php?

mod=basisdata&kat=1&sub=3&file=64 Opini: Udang ini sangat disukai oleh kalangan masyarakat ,oleh karena itu sangat baik jika dijadikan salah satu budidaya. Sampai saat ini udang merupakan komoditi budidaya yang mempunyai prospek cukup baik, baik untuk komsumsi dalam negeri maupun komsumsi luar negeri. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya permintaan ekspor untuk udang.

BUDIDAYA IKAN BERONANG Dalam PJPT II, sub sektor perikanan semakin dituntut dalam mencukupi kebutuhan protein hewani dari ikan. Selama ini produksi perikanan laut sebagian besar masih tergantung dari hasil pemungutan/penangkapan dari alam yang produksinya semakin menurun, dilain pihak dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk kebutuhan protein akan terus meningkat setiap tahun. Oleh karena itu produksi perikanan perlu digali dari 2 (dua) sumber yaitu penangkapan dan budidaya. Salah satu komoditi ikan laut yang potensial dan sudah dapat dibudidayakan adalah ikan beronang (Siganus sp). Dari hasil penelitian ternyata komoditi beronang mempunyai nilai yang menguntungkan sebagai berikut: a. Ikan beronang merupakan makanan yang enak dan gurih dan disukai banyak orang sehingga pemasaran ikan ini cukup baik. b. Ikan ini umumnya "primary herbivor" yaitu pemakan plankton nabati tumbuhan dan juga memakan makanan buatan. c. Selama musim-musim tertentu benih beronang dapat diperoleh dalam jumlah banyak. d. Ikan beronang mempunyai toleransi besar terhadap salinitas dan suhu. e. Mempunyai daya adaptasi yang tinggi dan pertumbuhan yang cepat.

67

f. Ikan ini sudah dapat dipijahkan di dalam laboratorium sehingga prospek pembenihan dari hatchery cukup baik. g. Ikan beronang mempunyai harga pasar yang cukup tinggi baik untuk konsumsi dalam maupun luar negeri, terutama yang ada telurnya selama tahun baru cina. 2. BIOLOGI h. eknologi pembesaran ikan beronang sudah dikuasai. 1) Diskripsi dan Taksonomi Ikan beronang dikenal oleh masyarakat dengan nama yang berbeda-beda satu sama lain seperti di Pulau Sribu dinamakan kea-kea, di Jawa Tengah dengan nama biawas dan nelayan-nelayan di Pulau Maluku menamakan dengan sebutan samadar. Ikan beronang termasuk famili Siginidae dengan tanda-tanda khusus sebagai berikut D XIII, 10 A VII, 9, P2 I, 3, 1, tubuhnya membujur dan memipih latural, dilindungi oleh sisik-sisik yang kecil, mulut kecil posisinya terminal. Rahangnya dilengkapi dengan gigi-gigi kecil. Punggungnya dilengkapi oleh sebuah duri yang tajam mengarah ke depan antara neural pertama dan biasanya tertanam di bawah kulit. Duri-duri ini dilengkapi dengan kelenjarbisa/racun pada ujungnya. Secara lengkap taksonomi ikan beronang adalah sebagai berikut.

Kelas: - Dada : Percipformes - Sub dada : Acanthuroidei - Famili : Siganidae - Genus : Siganus - Species : Siganus spp.

68

2) Kebiasaan Makanan Sesuai dengan morfologi dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu mulutnya kecil, mempunyai gigi seri pada masing-masing rahang, gigi geraham berkembang sempurna, dinding lambung agak tebal, usus halusnya panjang dan mempunyai permukaan yang luas, ikan beronang termasuk pemakan tumbuhtumbuhan, tetapi kalau dibudidayakan ikan beronang mampu memakan makanan apa saja yang diberikan seperti pakan buatan. 3) Penyebaran Penyebaran ikan beronang ini cukup luas, tetapi penyebaran setiap species sangat terbatas seperti yang terdapat di LON LIPI daerah penyebaran setiap species sebagai berikut: a. Siganus guttatus penyebarannya di :Sumatera : Bengkulu, Padang Deli; Jawa : P. Seribu, Cirebon, Balay, Surabaya; Kalimantan : Balik Papan; Sulawesi : Ujung Pandang, Bajo, Manado, Selayar; Maluku : Seram, P. Obo, Ternate, Ambon, dsb. b. Siganus canaculatus penyebarannya di :Sumatera : Padang; Jawa : Ujung Kulon, Teluk Banten, P. Seribu; Maluku : Ternate, Bacan. c. Siganus vulpinus penyebarannya di :Kalimantan : Birabirahan; Sulawesi : Masalembo, Ujung Pandang, Manado; Maluku : Ternate, Kajoa, Ambon, Seram; Irian : Manokwari. d. Sirganus virgatus penyebarannya di :Sumatera : Pariaman, Padang, Bangka, Belitung; Jawa : P. Seribu, Bawean; Kalimtan : Sundakan; Sulawesi : Ujung Pandang, Bajo. e. Siganus corallinus penyebarannya di :Sumatera; Jawa; Nusa Tenggara; Sulawesi; Maluku. f. Siganus chrysapilos penyebarannya di :Jawa :P. Seribu; Kalimantan :

69

Sundakan; Sulawesi : Ujung Pandang, Manado, Slayar; Nusa Tenggara : Sumbawa; Maluku : P. Obi, Roti, Ambon dan sekitarnya. g. Siganus spinus penyebarannya di :Sumatera : Bengkulu, Padang, Tapak Tuan; Jawa : P. Serinu, Pacitan, Karang Bolong, Prigi; Sulawesi : Ujung Pandang. Bajo, Manado; Nusa Tenggara, Timor; Bali; Maluku dan sekitarnya. h. Siganus vermiculatus penyebarannya di :Sumatera : Bengkulu, Padang, Sibolga, Nias; Jawa : P. Seribu, Semarang; Kalimantan : Balik Papan dan Sundakan; Sulawesi : Ujung Pandang, Bulukumba, Manado, Sangihe; Maluku : Halmahera, Morotai, Ternate, Bacan, Ambon; Nusa Tenggara, Timor. i. Siganus puellus penyebarannya di :Jawa :P. Seribu; Sulawesi : Ujung Pandang; Maluku dan sekitarnya. j. Siganus javus penyebarannya di :Sumatera : Deli, Sibolga, Bengkulu, Bangka, Belitung; Jawa : Jakarta, Cirebon, Semarang, Jepara, Surabaya, Pasuruan, madura; Kalimantan : Stagen, Balik Papan; Sulawesi : Ujung Pandang, Bajo. k. Siganus lineatus penyebarannya di :Maluku : Ternate, Morotai, Ambon dan sekitarnya. 3. TEKNOLOGI BUDAYA 1) Persyaratan Lokasi BudidayaUntuk mencapai produksi jenis komoditas budidaya laut secara optimal memerlukan kecermatan dalam penentuan lokasi budidaya yang akan dikembangkan serta kecocokan metoda yang digunakan. Dalam hal ini, pemilihan lokasi untuk budidaya ikan di laut harus akan mempertimbangkan dari aspek teknis dan non teknis. Dari segi aspek teknis hal-hal yang harus diperhatikan meliputi:

70

a. Perairan/lokasi yang dipilih harus terlindung dari pengaruh angin/musim dan gelombang, hal ini untuk mengamankan/melindungi salinitas budidaya. b. Pergerakan air harus cukup baik dengan kecepatan arus antara 20 ~ 40 cm/detik, apabila kecepatan arus kurang mengakibatkan penyediaan air kurang dan O2 yang di supplay juga akan berkurang dan sebaliknya apabila kecepatan arus cukup besar pertumbuhan ikan akan terganggu sebab energi yang didapatkan dari makanan banyak keluar untuk melawan arus. c. Lokasi harus bebas dari pengaruh pencemaran atau polusi baik limbah industri maupun limbah rumah tangga. d. Lokasi juga harus bebas dari hama yang meliputi antara lain ikan-ikan besar dan buas, binatang yang selain potensial dapat mengganggu (predator). e. Hal yang sangat penting lokasi harus memenuhi persyaratan kualitas air yang baik untuk pertumbuhan ikan seperti :- Kadar garam berkisar antara 27 ~ 32 ppt.Suhu air berkisar antara 28 ~ 320C.O2(oksigen)berkisarantara 7 ~ 8 ppm.- Nitrat 0,9 ~ 3,2 ppm dan phospat 0,2 ~ 0,5 ppm. f. Untuk mempermudah kelancaran kegiatan yang berhubungan dengan usaha budidaya yang meliputi sarana jalan, telpon, listrik, sumberdaya manusia, pakan, pasar, ketersediaan bimbingan harus dalam jumlah yang cukup memadai serta bahan-bahan untuk komoditi budidaya mudah diperoleh. Sedangkan aspek dari aspek non teknis harus memperhatikan sektor-sektor yang berkaitan dengan kebijaksanaan penggunaan lahan dalam hubungan dengan kepentingan sektor lain seperti pariwisata, pelayaran, dll. 2) Sarana produksiMetoda budidaya ikan beronang di laut dapat dilakukan

71

dengan metoda Karamba Jaring Apung (KJA) yaitu wadah atau tempat budidaya ikan yang terbuat dari bahan jaring yang digantungkan pada kerangka (rakit) di laut. a. Desain Konstruksi Keramba Jaring ApungKeramba Jaring Apung terdiri dari komponen rakit apung, kurungan, pelampung dan jangkar. Cara pembuatan masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut: Rakit Apung Pembuatan rakit apung dapat dilakukan di darat dengan terlebih dahulu membuat kerangka sesuai dengan ukuran yaitu 8 x 8 m. Kerangka ini berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan yang berbentuk segi empat dan terbuat dari bahan bambu atau kayu. Setiap unit kerangka dapat terdiri dari 2 atau 4 kurungan tetapi secara ekonomi setiap unti dianjurkan sebanyak 4 (empat) buah kurungan. Kerangka ditempatkan di lokasi budidaya dengan diberi jangkar sebanyak 4 buah agar tetap pada tempatnya atau tidak terbawa arus.

Gambar 2. Pola Pembuatan Kurungan Gambar 1. Kerangka Rakit Kurungan Apung

Gambar 3. Cara Pengikatan Jaring

Kurungan berfungsi sebagai wadah pemeliharaan ikan yang terbuat dari bahan polyethilen (PE) D. 18 dengan lebar mata jaring antara 0,75 ~ 1". Bentuk kurungan disesuaikan dengan bentuk kerangka rakit yaitu empat

72

persegi dengan ukuran 3 x 3 x 3 m3. Jaring apung yang telah siap dibuat di pasang pada kerangka rakit dengan cara mengikat ke empat sudut bagian atas pada setiap sudut kerangka. Pola pembuatan kurungan dan cara pengikatan dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3 dan agar kerangka jaring apung tetap terbentuk bujur sangkar, maka pada sudut bagian bawah jaring diberi pemberat.

Gambar 4. Kurungan Telah Dipasang pada Rakit Pelampung

Gambar 5. Penempatan dan Gambar 6 Pengaturan Pemasangan Pelampung Pada Kerangka Rakit dan Pemasangan Jangkar

Untuk mengapungkan sarana budidaya termasuk rumah jaga diperlukan pelampung. Pelampung dapat digunakan drum plastik volume 200 liter. Dan untuk menahan rakit diperlukan pelampung sebanyak 12 buah. Pelampung diikat dengan tali polyethelene (PE) yang bergaris tengah 0,8 ~ 1,0 cm. Jangkar Jangkar berfungsi untuk menahan sarana budidaya agar tidak bergeser dari tempatnya akibat pengaruh arus dan angin ataupun gelombang. Setiap inti keramba jaring apung dipergunakan jangkar 4 buah yang terbuat dari besi dengan berat 50 kg. Panjang tali jangkar biasanya 1,5 kali kedalaman perairan pada waktu pasang tinggi.

73

b. Benih Persyaratan BenihBenih yang digunakan untuk budidaya perlu diperhatikan dan diseleksi benih yang betul-betul sehat. Benih yang sakit akan terhambat pertumbuhannya dan lebih berbahaya lagi adalah penularannya ke ikan di dalam wadah budidaya. Berdasarkan pengamatan visual secara umum benih yang sehat antara lain adalah : *Bentuk badan normal/tidak cacat/tidak sakit;* Gerakan ikan lincah; * Mempunyai respon yang tinggi terhadap pakan yang diberikan Penyediaan Benih Sampai saat ini benih ikan beronang yang digunakan dalam usaha budidaya berasal dari hasil penangkapan di alam. Benih ikan beronang dapat diperoleh dalam jumlah besar pada saat musim puncak benih. Untuk setiap jenis beronang musim puncaknya akan berlainan setiap lokasi. Penyediaan benih ikan beronang secara massal dari hatchery sampai saat ini masih dalam pengkajian walaupun pemijahan untuk beberapa jenis sudah berhasil dilakukan. Penanganan dan Transportasi Benih Benih ikan beronan sangat peka terhadap perubahan lingkungan seperti suhu dan salinitas, sehingga penanganan benih ikan beronang sangat perlu dijaga hati-hati. Pada saat pemindahan benih dari suatu wadah ke wadah lain harus selalu diambil bersama airnya. Pemindahan benih dapat dilakukan sehari setelah pengumpulan dan cukup memberikan istirahat bagi ikan dan untuk perlakuan selanjutnya disarankan untuk menggunakan seser yang tidak cekung untuk menghindarkan luka-luka di kulit akibat persentuhan benih satu sama lain.Pengangkutan benih ikan beronang untuk jarak dekat dapat digunakan keramba dengan anyaman bambu yang halus dan diapungkan di air. Keramba diseret perlahan-lahan menuju tempat budidaya. Dan untuk jarak jauh dapat digunakan kantong-kantong plastik atau periuk-periuk tanah.Benih ikan beronang dengan perlakuan baik dan aklimasi yang cukup dapat ditransportasi sampai maksimum 48 jam.

74

c. Pakan Persyaratan Pakan Salah satu faktor yang sangat penting menentukan pertumbuhan ikan yang dipelihara adalah faktor ketersediaan pakan yang cukup baik kualitas maupun kuantitas sehingga harus diperhatikan sebaik-baiknya yaitu harus memenuhi komposisi dan jumlah nutrient/zat makanan yang dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Pakan yang diberikan sebaiknya yang masih baru (pellet) dan segar (ikan rucah). Penanganan Pakan Untuk menjaga kualitas pakan yang diberikan untuk budidaya ikan beronang perlu diperhatikan penanganan terhadap pakan yang digunakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan pakan antara lain adalah tempat penyimpanan pakan harus bersih dan kering. 3) Teknologi Budidaya a. Pola Produksi Dalam usaha budidaya ikan laut pengaturan pola tanam perlu disesuaikan dengan ketersediaan seperti (benih, pakan) dan pengaruh dari musim serta ketersediaan pasar. Untuk itu dalam kegiatan budidaya ikan di laut setiap lokasi akan berbeda sesuai dengan kondisi setempat. Dalam pengaturan pola tanam yang berhubungan daya serap pasar alternatif pola tanam adalah setiap KK adalah melakukan penanaman pada 1 unit karamba jaring apung yang terdiri dari 4 buah jurungan dan penebaran benih dapat dilakukan selang 3 hari - 1 minggu setiap KK atau tergantung dari daya serap pasar. b. Cara Penebaran Benih Benih sebelum ditebarkan perlu diaklimasikan terlebih dulu, kemudian secara perlahan-lahan ditebarkan ke dalam wadah budidaya. Penebaranbenih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. c. Cara Pemberian Pakan Jenis pakan yang digunakan pada budidaya ikan beronang adalah pellet kering dengan jumlah sebanyak 2% dari berat badan ikan setiap hari. Frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali

75

sehari yaitu pagi, siang dan sore hari. Konversi pemberian pakan dengan menggunakan pellet biasanya 1 : 4 yang berarti untuk memperoleh berat ikan 1 kg dibutuhkan pellet sebanyak 4 kg. d. Penanganan Hasil Panen ikan beronang dilakukan setelah masa pemeliharaan 4 ~ 6 bulan setelah penebaran. Panen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1. Panen sebagian, dilakukan dengan cara memanen ikan yang telah berukuran tertentu tergantung kebutuhan pasar dengan menggunakan serok/lampit/alat angkap. 2. Panen seluruhnya, dilakukan dengan cara memanen hasil budidaya sekaligus dengan cara menarik/mengangkat sebagian jaring ke arah suatu sudut sehingga akan terkumpul pada suatu tempat dan kemudian diambil dengan menggunakan serok/lambit/alat tangkap dengan berhati-hati agar ikan tidak mengalami luka/cacat. Panen sebaiknya dilakukan pada saat udara sejuk. 4) Manajemen Budidaya Permasalahan yang sering ditemui pada pemeliharaan ikan di laut dengan jaring apung adalah pengotoran/penempelan oleh organisme penempel pada sarana yang digunakan seperti kerangka, rakit, kurungan apung dan pelampung. Penempelan organisme tersebut akan mengganggu pertukaran air dan menyebabkan kurungan bertambah berat. Untuk menanggulangi organisme penempel ini maka perlu dilakukan pembersihan terutama kurungan secara periodik paling sedikit 1 bulan sekali atau tergantung pada banyak sedikitnya organisme penempel. Sedangkan untuk pembersihan kurungan dilakukan dengan menyikat atau dengan menggunakan mesin semprot jaring. 5) Hama dan Penyakit

76

a. Hama Hama yang sering mengganggu budidaya ikan beronang laut adalah berupa hewan/binatang atau pengganggu lainnya seperti burung dan lingsang. Hama dapat menyerang dan membuat kerusakan pada kurungan ikan. Penanggulangan hama dapat dilakukan dengan cara menutup bagian atas kurungan dengan jaring serta memagar/melingkari kurungan. Selain itu gangguan karena pencurian oleh manusia perlu juga diwaspadai. b. Penyakit dan Pencegahannya Untuk mengetahui jenis penyakit dan cara pencegahannya diperlukan diagnosa gejala penyakit. Gejala penyakit untuk ikan yang dibudidayakan dapat dilihat/diamati dengan tanda-tanda sebagai berikut : 1. Ada kelainan tingkah laku : salah satu atau beberapa ikan keluar dari kelompoknya dan cara berenangnya miring atau "driving" (ikan yang berada di permukaan langsung menuju dasar dengan cepat). Gejala demikian biasanya disebabkan oleh beberapa penyakit, antara lian : penyakit insang, penyakit sistem saraf otak, keracunan bahan kimia logam berat, dan kekurangan vitamin. 2. Ikan tidak mau makan : perhatikan sudah berapa lama keadaan ini terjadi, penyebabnya adalah : penyakit diabetes (oxydized fatty), kelebihan mineral yang berasal dari pakan dan kebosanan yang terjadi karena persediaan pakan sedikit. 3. Ada kelainan pada bentuk ikan : hal ini terjadi pada rangka ikan dan permukaan tubuh ikan. 4. Mata tidak normal : disebabkan oleh bakteri dan parasit tremotoda Giganea sp. Untuk organ tubuh bagian dalam gejala penyakit dapat terjadi pada :Insang : Hilang beberapa bagian, disebabkan kekurangan darah

77

dan keracunan, atau parasit yang berupa ciliata dan monogenik. Otak : Terjadi pendarahan dan TBS, disebabkan oleh parasit Myxosporadia, Giganea sp, Streptococcus sp, dan Nocardia sp. Jantung : Menjadi tebal dan membesar, disebabkan oleh bakteri klas Mycospradia, membran jantung membesar karena diserang bakteri Streptococcud spp. Hati : Membesar atau mengecil, warna hijau/kuning, disebabkan oleh perubahan kadar lemak (fatty change liver desease). Jamur yang berasal dari pakan yang terkontaminasi dapat menyebabkan hati mengalami pendarahan, keras, mudah pecah. Lambung : Menjadi kembung, luka dan berlobang, disebabkan oleh parasit yang termasuk klas Cestoda. Usus : Luka, pendarahan, keluar dari anus dan vibriosis, disebabkan oleh parasit dalam klas Nematoda, Trematoda, Cestoda dan Acanthocephala. Limpa : Menjadi besar/kecil dan kekurangan darah, disebabkan oleh adanya penyakit di bagian lain. Otot : Warna tidak jelas/putih, terjadi pendarahan, disebabkan oleh bakteri Nacordia sp atau serangan parasit Microsporidae. c. Penanganan Ikan Sakit Penanganan terhadap ikan sakit dapat dibagi atas dua langkah yaitu : Berdasarkan teknik budidaya :Tindakan-tindakan yang dilakukan antara lain adalah :* Menghentikan pemberian pakan pada ikan;* Mengganti makanan dengan jenis lain;* Mengkelompokkan ikan menjadi kelompok-kelompok yang kepadatannya/ densitasnya rendah;* Bila mungkin ikan-ikan dipanen, daripada menjadi wabah bagi ikan yang lain. Berdasarkan terapi kimia : Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah :* Memeriksa kepekaan dari masing-masing obat yang akan digunakan;* Memeriksa batas dosis yang aman untuk masingmasing obat agar tidak terjadi "over dosis";* Menjaga agar obat tidak terkontaminasi oleh bakteri;* Memperhatikan keterangan yang dikeluarkan oleh pabrik obat tersebut.

78

d. Cara Pemberian Obat Cara pemberian obat yang akan digunakan dapat ditentukan sendiri dengan memperhatikan bentuk obat, jumlah ikan yang terkena penyakit, kondisi dan sarana yang dimiliki di lapangan (tempat budidaya).Ada beberapa cara pemberian obat yang dapat digunakan, yaitu : -Ditenggelamkan dalam tempat budidaya;Disebarkan pada permukaan;- Dicampurkan dalam pakan;-Dengan cara injeksi.Pada ikan beronang biasanya banyak kedapatan parasit jenis monogenetik trematoda pada bagian insangnya, parasit ini dapat dilepaskan dengan mengunakan "dipterex" (organoposfat, sinonim : Dylox, Masoten, Neguvon) dengan dosis sebesar 30 ppm selama 8 16 m enit dan 50 ppm selama 4 - 5 menit. Percobaan ini hasilnya positif, dengan tingkat kematian ikan beronang sampai 0%. Waktu dan dosis obat yang diberikan perlu diperhitungkan dengan hati-hati agar tidak terjadi kelebihan dosis yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan. Oleh karena itu perlu diketahui berapa jumlah dosis yang digunakan. Di bawah ini diberikan beberapa dosis yang mematikan terhadap beberapa jenis ikan beronang. Tabel 4. Dosis Dipterex yang mematikan terhadap beberapa jenis ikan beronang (Tanaka dan Basyari, 1982).

No .

Jenis Ikan S.

Panjang Total Ratarata (cm)

Konsentrasi Dipterex (ppm)

Waktu (menit)

1. canaliculatu s S. 2. canaliculatu s

30

39

8-12

50

79

3. S. guttatus 4. S. guttatus 5. S. javus 6. S. javus 7. S. javus 8. S. javus

5 5-8 3 3 9-11 15

30 50 50 30 50 30

49 9 4 28 9 15

e. Pencegahan penyakit Untuk mencegah agar ikan yang dibudidayakan tidak terkena penyakit dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut : - Menjaga kebersihan tempat budidaya; - Menjaga lingkungan/tidak tercemar oleh limbah industri dan bahanbahan kimia pertanian; - Memeriksa jenis pakan yang akan diberikan dan hindarkan kontaminasi jamur; - Lakukan vaksinasi bagi ikan yang sehat.

Sumber : http://warintek.progressio.or.id/perikanan/baronang.htm Opini : Ikan ini sangat baik dibudidayakan karena pembudidayaan tidak begitu rumit hanya dibutuhkan pemahaman dan sedikit kerja keras. Ikan ini sangat mudah dipasarkan dan memiliki untung yang besar.

Anda mungkin juga menyukai