MUTU GENETIK KETURUNAN GALUR MURNI Mutu genetik merupakan kemampuan dalam mewariskan sifat dari induk dan moyang suatu individu pada keturunannya. Perbaikan mutu genetik dapat ditingkatkan melalui dua cara yaitu dengan program seleksi dan hibridisasi. Populasi dengan keragaman genetik tinggi akan lebih efektif di eksploitasi melalui program seleksi, sedangkan populasi dengan keragaman genetik rendah lebih efektif di eksploitasi dengan program hibridisasi PEMELIHARAAN BENIH KETURUNAN GALUR MURNI Pemeliharaan benih ikan keturunan galur murni sama seperti pemeliharaan ikan pada umumnya yaitu terdiri dari kegiatan persiapan wadah dan media pemelihara, pemupukan dan pengapuran, penebaran benih, pemeliharaan benih, pemberian makan, pengelolaan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit ikan. Secara umum, pemeliharaan benih ikan dapat dilakukan secara tradisional, semi intensif, dan intensif. IDENTIFIKASI KETURUNAN GALUR MURNI Identifikasi keturunan galur murni dapat dilakukan dengan menggunakan metode pemetaan genetik. Metode ini dilakukan dengan memanfaatkan perbedaan variasi gen yang spesifik dari untai DNA suatu individu atau yang dikenal dengan sidik jari DNA (DNA fingerprint). Penggunaan metode teknologi sidik jari DNA dalam pembuatan peta genetik yang telah berhasil dilakukan yaitu Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) (Goodie & Davidson., 1993), dan Random Amplified Polymorfic DNA (RAPD) (Chauhan & Rajiv, 2010). PEMBESARAN CALON INDUK Pembesaran adalah sub sistem budidaya yang menghasilkan ikan ukuran konsumsi atau ikan ukuran pasar bagi ikan hias. Calon induk ikan merupakan ikan yang dihasilkan dari proses seleksi untuk dijadikan induk. Calon induk yang dipilih untuk dilakukan pemijahan harus memiliki kualitas genetik yang baik seperti induk yang telah dilakukan seleksi. . Kegiatan pembesaran ikan tersebut diawali dengan pengelolaan wadah dan media yang benar dan seleksi benih sesuai dengan standar Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) PENGERINGAN TERLEBIH DAHULU SELAMA 1-2 MINGGU SAMAPAI TEKNIK PEMBESARAN DASAR KOLAM TERDAPAT RETAKAN TANAH CALON INDUK
PEMBALIKAN TANAH DENGAN
CARA MENCANGKUL TANAH PERSIAPAN KOLAM SEDALAM 5-10 CM
PENGAPURAN TANAH MENGGUNAKAN
(Candra, 2017) JENIS KAPUR DOLOMIT DENGAN DOSIS 70 GRAM PER M² ATAU MENGGUNAKAN KAPUR KALSIT DENGAN DOSIS 100 GRAM PER M² PENEBARAN PENEBARAN BENIH BENIH
Benih yang akan ditebar sebaiknya
diaklimatisasi terlebih dahulu menentukan keberhasilan pembesaran calon induk. Aklimatisasi bertujuan untuk menyesuaikan kondisi lingkungan yang baru dengan lingkungan sebelumnya, Sebelum dilakukan penebaran benih, sebaiknya dilakukan seleksi benih untuk menyesuaikan keseragaman ukuran benih. MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat menunjang kegiatan budidaya ikan, sehingga kualitas dan ketersediaan pakan harus memenuhi kebutuhan ikan. Umumnya pakan yang biasanya digunakan dalam budidaya ikan yaitu pakan alami dan buatan. Menurut Hanief et al. (2014) menerapkan manajemen pemberian pakan diharapkan ikan dapat memanfaatkan pakan dengan baik sehingga dapat tumbuh secara optimal. Dalam menentukan jumlah pakan yang diberikan yaitu melalui 1-2% dari berat ikan itu sendiri. KONTROL KUALITAS AIR Dalam budidaya ikan kualitas air memiliki peranan penting karena organisme yang dibudidayakan seluruh siklus hidupnya berada dalam air. Kualitas air yang digunakan perlu diperhatikan seperti airnya harus jernih, bebas dari pencemaran air dan memperhatikan sifat fisik dan kimia air yang baik. Berdasarkan SNI 7550 : 2009 mengenai parameter kualitas air pada budidaya ikan air tawar yaitu seperti pada tabel MONITORING MONITORINGHAMA HAMAPENYAKIT PENYAKIT
Pada saat monitoring, dilakukan pengambilan sampel
air dan sampel ikan atau udang untuk selanjutnya dilakukan pengujian kualitas air (pH, DO, Kecerahan, Suhu, Nitrat, Nitrit, Phosphat, Ammonia, dan Fe) dan pengujian penyakit ikan (parasit dan virus). Dalam proses pencegahan penyakit dapat menerapkan konsep biosekuriti untuk mengurangi masuknya patogen kedalam lingkungan budidaya dan mencegah terjadinya penyebaran. STUDI KASUS
PERBAIKAN MUTU GENETIK
IKAN MAS RAJADANU MELALUI SELEKSI
PENULIS : DENI RADONA, SIDI ASIH, JOJO
SUBAGJA, DAN RUDHY GUSTIANO TAHUN : 2016 LOKASI : INSTALASI PENELITIAN PLASMA NUTFAH PERIKANAN AIR TAWAR CIJERUK, BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR TAWAR, BOGOR. PENDAHULUAN Ikan mas rajadanu mempunyai potensi untuk dikembangkan dan dapat memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar bagi pembudidaya Secara molekuler, ikan mas rajadanu memiliki kekerabatan yang jauh dibandingkan dengan ikan mas lainnya dan cenderung lebih dekat dengan ikan mas strain sinyonya dan wildan cianjur. Dari data hasil penelitian sebelumnya dapat diprediksi bahwa pertumbuhan ikan mas rajadanu pada pembentukan generasi selanjutnya bisa ditingkatkan lagi. Seleksi diharapkan dapat meningkatkan mutu genetik (genetic gain) yang lebih baik dan peningkatan tersebut tergantung dari ragam fenotip yang diwariskan tetuanya (heritabilitas). MATERIAL METODE Induk yang digunakan adalah ikan mas Kegiatan ini meliputi pemijahan dan rajadanu hasil seleksi F-2 yang berumur dilanjutkan dengan pendederan famili 18 bulan dengan ukuran bobot (1.000,0 secara terpisah. ± 200,0 g) dan panjang (29,0 ± 4,0 cm). Pemijahan yang dilakukan yaitu Hormon LhRH analog (ovaprim) dengan membentuk 25 famili ikan mas rajadanu dosis 0,6 mL/kg untuk betina dan 0,3 F-2 dan empat family dari ikan mas mL/kg untuk jantan yang digunakan rajadani F-1 sebagai populasi kontrol untuk membantu rangsangan Seleksi induk matang gonad dilakukan pemijahan. secara kanulasi Pemijahan dilakukan dengan rangsangan hormon ovaprim dengan dosis 0,6 mL/kg untuk betina dan 0,3 mL/kg untuk jantan METODE Untuk memperoleh ovulasi berurutan secara bertahap dilakukan penyuntikan hormon dengan interval waktu lima menit setiap individu Proses stripping dilakukan dalam satu hari yang sama. Telur yang telah dibuahi ditebar dikakaban dan ditetaskan dalam kolam Pada fase pendederan, pemeliharaan benih dilakukan selama 160 hari. Pemeliharaan dilakukan pada kolam yang sama Selama pemeliharaan ikan mas rajadanu diberi pakan yang sesuai dengan bukaan mulutnya sebanyak dua kali sehari HASIL Karakter Reproduksi Ikan Mas Rajadanu Fekunditas yang dihasilkan sebanyak 126.972 ± 51.074 butir per ekor, rata-rata per gram berkisar 548-620 butir dengan diameter telur sebesar 1,0-1,2 mm. Nilai IOS (indeks ovo somatik) rata-rata sebesar 12,97 ± 4,57%. ). IOS pada induk ikan mas rajadanu F-2 mengalami sedikit peningkatan sebesar 1,8% dibandingkan dengan IOS pada induk ikan mas rajadanu F-1. Nilai IOS tersebut tidak jauh berbeda dengan IOS pada ikan mas majalaya dengan kisaran 12%-15% (Ath-thar et al., 2012). HASIL Respon Seleksi dan Heritabilitas Respons seleksi merupakan indikator keberhasilan dari program seleksi, semakin besar nilainya maka semakin besar pula keberhasilan dalam program seleksi. Nilai respons seleksi ikan mas rajadanu F-3 yaitu sebesar 14,20 g dengan nilai heritabilitas sebesar 0,60. Menurut Tave (1999), heritabilitas digolongkan menjadi tiga, yaitu rendah (< 0,2); sedang (0,2-0,4); dan tinggi (> 0,4). HASIL Pertumbuhan Ikan Mas Rajadanu F-3 Benih ikan mas rajadanu F-3 memiliki pertumbuhan panjang dan bobot rata-rata individu sebesar 9,86 cm dan 41,63 g; di mana nilai pertumbuhannya lebih besar dibandingkan ikan mas rajadanu F-2 yang hanya memperoleh nilai sebesar 8,47 cm dan 27,43 g. STUDI KASUS PENGELOLAAN PEMBESARAN CALON INDUK IKAN BANDENG, CHANOS CHANOS HASIL SELEKSI DI TAMBAK
PENULIS : SUNARTO, HUSEN HUSAENI,
MUSTAQIM, DAN I KETUT AGUS SUDARMAYASA GUSTIANO TAHUN : 2016 LOKASI : TAMBAK PERCOBAAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA LAUT (BBPPBL) GONDOL, DESA PEJARAKAN KECAMATAN GEROKGAK KABUPATEN BULELENG, BALI. PENDAHULUAN Ikan bandeng, Chanos chanos merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan bandeng bisa mencapai bobot rata-rata 0,6 kg pada usia 5-6 bulan jika dipelihara dalam tambak. Seleksi individu dilakukan dengan cara mengukur petumbuhan (panjang dan bobot) dan selanjutnya pada akhir seleksi hanya individu-individu dengan performa terbaik (5% atau 10% terbaik) yang dipertahankan untuk dijadikan sebagai induk untuk menghasilkan keturunan berikutnya dan seterusnya. Apabila hal ini dilakukan maka generasi berikutnya akan lebih bernilai. MATERIAL METODE Calon induk ikan bandeng hasil Padat tebar 450 ekor. Pakan yang seleksi dengan rata-rata panjang diberikan berupa pelet komersial awal 60,68 cm dan bobot awal 2,06 dengan kadar protein sekitar 35%, kg; dosis pemberian pakan sebanyak Petakan tambak dan 3% dari bobot biomassa ikan Pakan pelet komersial dengan kadar dengan frekuensi pemberian pakan protein sekitar 35 %. dua kali sehari setiap pagi dan sore. Sampling pertumbuhan panjang total dan bobot badan dilakukan setiap bulan selama enam bulan. HASIL Berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan calon induk ikan bandeng hasil seleksi yaitu sebagai berikut : Pertumbuhan bobot yang normal, yakni dari awal kegiatan 2,06 kg meningkat menjadi 3,14 kg diakhir kegiatan. Pertumbuhan panjang total normal, yakni pada awal kegiatan panjang total 60,68 cm mengalami pertumbuhan mencapai 67,25 cm pada akhir kegiatan. TERIMA KASIH