Anda di halaman 1dari 22

MUTU GENETIK GALUR

MURNI DAN PEMBESARAN


CALON INDUK

DINA AMALIA TRIYANI 230310200004


MUTU GENETIK KETURUNAN
GALUR MURNI
Mutu genetik merupakan kemampuan dalam
mewariskan sifat dari induk dan moyang suatu individu
pada keturunannya. Perbaikan mutu genetik dapat
ditingkatkan melalui dua cara yaitu dengan program
seleksi dan hibridisasi. Populasi dengan keragaman
genetik tinggi akan lebih efektif di eksploitasi melalui
program seleksi, sedangkan populasi dengan keragaman
genetik rendah lebih efektif di eksploitasi dengan
program hibridisasi
PEMELIHARAAN BENIH
KETURUNAN GALUR
MURNI
Pemeliharaan benih ikan keturunan galur
murni sama seperti pemeliharaan ikan pada
umumnya yaitu terdiri dari kegiatan persiapan
wadah dan media pemelihara, pemupukan
dan pengapuran, penebaran benih,
pemeliharaan benih, pemberian makan,
pengelolaan kualitas air, pengendalian hama
dan penyakit ikan.
Secara umum, pemeliharaan benih ikan dapat
dilakukan secara tradisional, semi intensif,
dan intensif.
IDENTIFIKASI KETURUNAN
GALUR MURNI
Identifikasi keturunan galur murni dapat dilakukan dengan
menggunakan metode pemetaan genetik. Metode ini dilakukan
dengan memanfaatkan perbedaan variasi gen yang spesifik
dari untai DNA suatu individu atau yang dikenal dengan sidik jari
DNA (DNA fingerprint). Penggunaan metode teknologi sidik jari
DNA dalam pembuatan peta genetik yang telah berhasil
dilakukan yaitu Restriction Fragment Length Polymorphism
(RFLP) (Goodie & Davidson., 1993), dan Random Amplified
Polymorfic DNA (RAPD) (Chauhan & Rajiv, 2010).
PEMBESARAN CALON INDUK
Pembesaran adalah sub sistem budidaya yang menghasilkan
ikan ukuran konsumsi atau ikan ukuran pasar bagi ikan hias.
Calon induk ikan merupakan ikan yang dihasilkan dari proses
seleksi untuk dijadikan induk. Calon induk yang dipilih untuk
dilakukan pemijahan harus memiliki kualitas genetik yang baik
seperti induk yang telah dilakukan seleksi. . Kegiatan
pembesaran ikan tersebut diawali dengan pengelolaan wadah
dan media yang benar dan seleksi benih sesuai dengan standar
Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB)
PENGERINGAN TERLEBIH DAHULU
SELAMA 1-2 MINGGU SAMAPAI
TEKNIK PEMBESARAN DASAR KOLAM TERDAPAT
RETAKAN TANAH
CALON INDUK

PEMBALIKAN TANAH DENGAN


CARA MENCANGKUL TANAH
PERSIAPAN KOLAM SEDALAM 5-10 CM

PENGAPURAN TANAH MENGGUNAKAN


(Candra, 2017) JENIS KAPUR DOLOMIT DENGAN DOSIS
70 GRAM PER M² ATAU MENGGUNAKAN
KAPUR KALSIT DENGAN DOSIS 100
GRAM PER M²
PENEBARAN
PENEBARAN BENIH
BENIH

Benih yang akan ditebar sebaiknya


diaklimatisasi terlebih dahulu menentukan
keberhasilan pembesaran calon induk.
Aklimatisasi bertujuan untuk menyesuaikan
kondisi lingkungan yang baru dengan
lingkungan sebelumnya, Sebelum dilakukan
penebaran benih, sebaiknya dilakukan seleksi
benih untuk menyesuaikan keseragaman ukuran
benih.
MANAJEMEN
PEMBERIAN PAKAN
Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat
menunjang kegiatan budidaya ikan, sehingga kualitas
dan ketersediaan pakan harus memenuhi kebutuhan
ikan. Umumnya pakan yang biasanya digunakan dalam
budidaya ikan yaitu pakan alami dan buatan. Menurut
Hanief et al. (2014) menerapkan manajemen pemberian
pakan diharapkan ikan dapat memanfaatkan pakan
dengan baik sehingga dapat tumbuh secara optimal.
Dalam menentukan jumlah pakan yang diberikan yaitu
melalui 1-2% dari berat ikan itu sendiri.
KONTROL KUALITAS AIR
Dalam budidaya ikan kualitas air memiliki
peranan penting karena organisme yang
dibudidayakan seluruh siklus hidupnya
berada dalam air. Kualitas air yang
digunakan perlu diperhatikan seperti airnya
harus jernih, bebas dari pencemaran air dan
memperhatikan sifat fisik dan kimia air
yang baik. Berdasarkan SNI 7550 : 2009
mengenai parameter kualitas air pada
budidaya ikan air tawar yaitu seperti pada
tabel
MONITORING
MONITORINGHAMA
HAMAPENYAKIT
PENYAKIT

Pada saat monitoring, dilakukan pengambilan sampel


air dan sampel ikan atau udang untuk selanjutnya
dilakukan pengujian kualitas air (pH, DO, Kecerahan,
Suhu, Nitrat, Nitrit, Phosphat, Ammonia, dan Fe) dan
pengujian penyakit ikan (parasit dan virus). Dalam
proses pencegahan penyakit dapat menerapkan
konsep biosekuriti untuk mengurangi masuknya
patogen kedalam lingkungan budidaya dan mencegah
terjadinya penyebaran.
STUDI KASUS

PERBAIKAN MUTU GENETIK


IKAN MAS RAJADANU
MELALUI SELEKSI

PENULIS : DENI RADONA, SIDI ASIH, JOJO


SUBAGJA, DAN RUDHY GUSTIANO
TAHUN : 2016
LOKASI : INSTALASI PENELITIAN PLASMA
NUTFAH PERIKANAN AIR TAWAR CIJERUK,
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
BUDIDAYA AIR TAWAR, BOGOR.
PENDAHULUAN
Ikan mas rajadanu mempunyai potensi untuk dikembangkan
dan dapat memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar
bagi pembudidaya
Secara molekuler, ikan mas rajadanu memiliki kekerabatan
yang jauh dibandingkan dengan ikan mas lainnya dan
cenderung lebih dekat dengan ikan mas strain sinyonya dan
wildan cianjur.
Dari data hasil penelitian sebelumnya dapat diprediksi bahwa
pertumbuhan ikan mas rajadanu pada pembentukan generasi
selanjutnya bisa ditingkatkan lagi. Seleksi diharapkan dapat
meningkatkan mutu genetik (genetic gain) yang lebih baik
dan peningkatan tersebut tergantung dari ragam fenotip
yang diwariskan tetuanya (heritabilitas).
MATERIAL METODE
Induk yang digunakan adalah ikan mas Kegiatan ini meliputi pemijahan dan
rajadanu hasil seleksi F-2 yang berumur dilanjutkan dengan pendederan famili
18 bulan dengan ukuran bobot (1.000,0 secara terpisah.
± 200,0 g) dan panjang (29,0 ± 4,0 cm). Pemijahan yang dilakukan yaitu
Hormon LhRH analog (ovaprim) dengan membentuk 25 famili ikan mas rajadanu
dosis 0,6 mL/kg untuk betina dan 0,3 F-2 dan empat family dari ikan mas
mL/kg untuk jantan yang digunakan rajadani F-1 sebagai populasi kontrol
untuk membantu rangsangan Seleksi induk matang gonad dilakukan
pemijahan. secara kanulasi
Pemijahan dilakukan dengan rangsangan
hormon ovaprim dengan dosis 0,6 mL/kg
untuk betina dan 0,3 mL/kg untuk jantan
METODE
Untuk memperoleh ovulasi berurutan secara bertahap dilakukan
penyuntikan hormon dengan interval waktu lima menit setiap individu
Proses stripping dilakukan dalam satu hari yang sama.
Telur yang telah dibuahi ditebar dikakaban dan ditetaskan dalam
kolam
Pada fase pendederan, pemeliharaan benih dilakukan selama 160 hari.
Pemeliharaan dilakukan pada kolam yang sama
Selama pemeliharaan ikan mas rajadanu diberi pakan yang sesuai
dengan bukaan mulutnya sebanyak dua kali sehari
HASIL
Karakter Reproduksi Ikan Mas Rajadanu
Fekunditas yang dihasilkan sebanyak 126.972 ±
51.074 butir per ekor, rata-rata per gram
berkisar 548-620 butir dengan diameter telur
sebesar 1,0-1,2 mm. Nilai IOS (indeks ovo
somatik) rata-rata sebesar 12,97 ± 4,57%. ). IOS
pada induk ikan mas rajadanu F-2 mengalami
sedikit peningkatan sebesar 1,8% dibandingkan
dengan IOS pada induk ikan mas rajadanu F-1.
Nilai IOS tersebut tidak jauh berbeda dengan
IOS pada ikan mas majalaya dengan kisaran
12%-15% (Ath-thar et al., 2012).
HASIL
Respon Seleksi dan Heritabilitas
Respons seleksi merupakan indikator
keberhasilan dari program seleksi, semakin
besar nilainya maka semakin besar pula
keberhasilan dalam program seleksi. Nilai
respons seleksi ikan mas rajadanu F-3 yaitu
sebesar 14,20 g dengan nilai heritabilitas
sebesar 0,60. Menurut Tave (1999), heritabilitas
digolongkan menjadi tiga, yaitu rendah (< 0,2);
sedang (0,2-0,4); dan tinggi (> 0,4).
HASIL
Pertumbuhan Ikan Mas Rajadanu F-3
Benih ikan mas rajadanu F-3 memiliki
pertumbuhan panjang dan bobot rata-rata
individu sebesar 9,86 cm dan 41,63 g; di mana
nilai pertumbuhannya lebih besar dibandingkan
ikan mas rajadanu F-2 yang hanya memperoleh
nilai sebesar 8,47 cm dan 27,43 g.
STUDI KASUS
PENGELOLAAN PEMBESARAN
CALON INDUK IKAN BANDENG,
CHANOS CHANOS HASIL SELEKSI
DI TAMBAK

PENULIS : SUNARTO, HUSEN HUSAENI,


MUSTAQIM, DAN I KETUT AGUS SUDARMAYASA
GUSTIANO
TAHUN : 2016
LOKASI : TAMBAK PERCOBAAN BALAI BESAR
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA
LAUT (BBPPBL) GONDOL, DESA PEJARAKAN
KECAMATAN GEROKGAK KABUPATEN
BULELENG, BALI.
PENDAHULUAN
Ikan bandeng, Chanos chanos merupakan salah satu jenis
ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan bandeng bisa
mencapai bobot rata-rata 0,6 kg pada usia 5-6 bulan jika
dipelihara dalam tambak.
Seleksi individu dilakukan dengan cara mengukur
petumbuhan (panjang dan bobot) dan selanjutnya pada
akhir seleksi hanya individu-individu dengan performa
terbaik (5% atau 10% terbaik) yang dipertahankan untuk
dijadikan sebagai induk untuk menghasilkan keturunan
berikutnya dan seterusnya.
Apabila hal ini dilakukan maka generasi berikutnya akan
lebih bernilai.
MATERIAL METODE
Calon induk ikan bandeng hasil Padat tebar 450 ekor. Pakan yang
seleksi dengan rata-rata panjang diberikan berupa pelet komersial
awal 60,68 cm dan bobot awal 2,06 dengan kadar protein sekitar 35%,
kg; dosis pemberian pakan sebanyak
Petakan tambak dan 3% dari bobot biomassa ikan
Pakan pelet komersial dengan kadar dengan frekuensi pemberian pakan
protein sekitar 35 %. dua kali sehari setiap pagi dan sore.
Sampling pertumbuhan panjang
total dan bobot badan dilakukan
setiap bulan selama enam bulan.
HASIL
Berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan calon induk ikan
bandeng hasil seleksi yaitu sebagai berikut :
Pertumbuhan bobot yang normal, yakni dari awal kegiatan
2,06 kg meningkat menjadi 3,14 kg diakhir kegiatan.
Pertumbuhan panjang total normal, yakni pada awal
kegiatan panjang total 60,68 cm mengalami pertumbuhan
mencapai 67,25 cm pada akhir kegiatan.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai