Anda di halaman 1dari 11

PERILAKU KONSUMTIF REMAJA MEMBUAT SULIT MENGELOLA

KEUANGAN

Frisha Nayswa Nandita


Prodi Akuntansi FEB Universitas Islam Malang
22201082048@unisma.ac.id

Abstrak
Artikel ini menjelaskan gambaran secara umum perkembangan remaja yang berkaitan dengan
ciri-ciri remaja itu sendiri. Remaja merupakan tahap perkembangan manusia yang banyak
terjadi kegoncangan karna merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Perilaku
konsumtif termasuk dalam perilaku yang rawan dialami oleh remaja adanya faktor pengaruh
sehingga perilaku ini terbentuk dalam diri remaja. Perilaku konsumtif juga memiliki
karakteristik dan aspek pendukung sehingga menjadi kebiasaan yang dilakukan
remaja.(Lestarina dkk. 2017)

Keyword: perilaku konsumtif, remaja

Abstract
This article describes a general description of adolescent development related to the
characteristics of adolescents themselves. Adolescence is a stage of human development in
which many shocks occur because it is a transitional period from children to adults.
Consumptive behavior is included in behavior that is prone to be experienced by adolescents
because there are influencing factors so that this behavior is formed in adolescents.
Consumptive behavior also has characteristics and supporting aspects so that it becomes a habit
for teenagers.

Keyword: consumer behavior, teenagers


1. PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan salah satu periode yang penting dalam suatu rentang
kehidupan (Fitri, Zola, & Ifdil, 2018; Ifdil, Denich, & Ilyas, 2017). Pada masa ini para
remaja memiliki kesempatan yang besar untuk mengalami hal-hal yang baru serta
menemukan sumber-sumber dari kekuatan, bakat serta kemampuan yang ada didalam
dirinya.Sementara itu pada masa remaja juga dihadapkan pada tantangan, batasan dan
kekangan-kekangan yang datang baik dari dalam diri maupun dari luar dirinya sendiri.
Dari segi definisi remaja merupakan individu yang telah mengalami masa baliq atau telah
berfungsinya hormon reproduksi. Pengertian remaja dari segi umur yaitu individu yang
berada dalam rentangan usia antara 13 sampai 21 tahun. Pada masa remaja mereka dituntut
untuk menjalani tugas-tugas perkembangan. (Lestarina dkk. 2017)

Para remaja cenderung selalu ingin memiliki barang-barang tersebut dan berlebihan dalam
membeli atau mengonsumsi.Sikap atau perilaku remaja yang mengkonsumsi barang secara
berlebihan dan tidak wajar inilah yang disebut perilaku konsumtif.Perilaku konsumtif yang
banyak terjadi pada remaja putri pada umumnya hanya sebatas keinginan terhadap barang-
barang. (Lestarina dkk. 2017)

Keinginan untuk membeli sesuatu ini biasa muncul dikarenakan melihat iklan di
televisi dengan rayuan-rayuan iklan yang diberikan, ikut-ikutan teman yang mengikuti
mode yang sedang berkembang, dan seringkali mementingkan gengsinya agar tidak
ketinggalan zaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Sumartono“Seseorang akan
melakukan perilaku konsumtif dengan mengacu pada apa yang ditentukan oleh kelompok
referensinya” hal ini diperjelas oleh Sehiffmann dan Kanuk (dalam Hoitpascaman 2010:
3) “Kelompok referensi merupaan tempat bagi individu untuk melakukan perbandingan,
memberi nilai, informasi, dan menyediakan suatu bimbingan ataupun petunjuk untuk
melakukan konsumsi.” Kelompok referensi dalam hal ini teman sebaya yakni sesama
mahasiswa. Kelompok referensi ini sebaiknya saling memberi masukan tentang dunia
kampus, saling tukar pikiran mengenai mata kuliah yang diajarkan dan berbagi ilmu
pengetahuan. Namun pada kenyataannya mereka saling berlomba menunjukkan hal baru
dari mereka, dan berusaha mengejar dari ketinggalan tersebut.(Wahidah t.t.)

Gaya hidup merupakan sebuah ciri dunia modern, atau modernitas. Artinya siapapun
yang hidup dalam masyarakat modern, akan menggunakan istilah gaya tentang hidup
untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. Gaya hidup merupakan
pola-pola tindakan yang membedakan satu orang dengan yang lain. Mencakup
sekumpulan kebiasaan, pandangan dan pola-pola respon terhadap hidup, serta terutama
perlengkapan untuk hidup seperti cara berpakaian, cara kerja, pola konsumsi, bagaimana
individual mengisi kesehariannya merupakan unsur-unsur yang membentuk gaya hidup.
(Ayuni, Suharso, dan Sukidin 2019)

Perilaku konsumtif yang berlebihan banyak dijumpai pada usia remaja.


Pernyataan ini didukung dengan pendapat Sumartono (2008) yang mengatakan bahwa
perilaku konsumtif begitu dominan dikalangan remaja. Hal tersebut dikarenakan secara
psikologis, remaja masih berada dalam proses pembentukan jati diri dan sangat sensitif
terhadap pengaruh dari luar. Perilaku konsumtif irasional pada siswa SMA yaitu perilaku
mengkonsumsi jajan (makan dan minum), shopping, isi pulsa, jalan-jalan dan kebutuhan
tak terduga lainnya. Hal ini didukung dengan pendapat dari Andhika (2009) yang
menyatakan bahwa “kebiasaan mengkonsumsi jajan, shopping, nonton bioskop dan lain-
lain sangat populer dikalangan anak-anak sekolah. Kebiasaan tersebut sangat sulit untuk
dihilangkan”. Siswa cenderung menghabiskan uang saku yang diberikan orang tua untuk
mengkonsumsi jajan, shopping dan nonton bioskop.(Dikria 2016)

Perilaku konsumtif remaja terhadap barang-barang bermerk banyak tumbuh pada


remaja yang besar dan tumbuh di kota-kota besar dan sekarang mulai merambah ke remaja
yang berada didaerah yang mulai berkembang sehingga mereka menjadikan mall sebagai
rumah keduanya. Salah satu alasan, remaja berperilaku konsumtif adalah ingin
menunjukkan diri bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar. Padahal
mode itu sendiri selalu berubah, sehingga para remaja tidak pernah puas dengan apa yang
dimilikinya. Hal ini menyebabkan banyak orang tua yang mengeluh saat anaknya mulai
memasuki dunia remaja. Salah satu penyebab timbulnya keluhan orangtua, karena
sebagian perilaku remaja menimbulkan masalah ekonomi pada keluarganya.(Septiani
2019)

2. Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang artinya adalah jenis
penelitian yang membangun pengetahuan dan memperoleh kebenaran berdasarkan data-
data terukur. Yang memiliki arti bahwa data harus dikumpulkan, diolah, dianalisis dalam
matematika dan statistika. (Syahida 2021)
Penelitian ini dilakukan secara mendalam dan terperinci untuk menemukan
gambaran-gambaran serta faktor penyebab perilaku konsumtif untuk kemudian dapat
dilakukan perencanaan penaganan dengan melaksanakan atau memberikan layanan
bimbingan konseling yang tepat untuk menangani perilaku konsumtif.

Penelitian ini menggunakan populasi seluruh masyarakat milenial (kelahiran tahun


1980 sampai tahun 1999) di wilayah Salatiga.

Pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin untuk tingkat kesalahan 10


persen:

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑒)2

Keterangan

n : Besaran sampel

N : Besaran populasi

e : Tingkat kesalahan sebesar 10 persen

62.378
𝑛=
1 + 62.378(0.1)2

= 99,83 = 100

Maka dapat simpulkan, sampel pada penelitian ini menggunakan 100 responden.
(Mubarokah, Siti, dan Maria Rio Rita. 2020)

Teknik dalam mengambil sampel tanpa peluang yang ditetapkan oleh peneliti
adalah teknik purposive sampling, yaitu sampel ditentukan berdasarkan penilaian-
penilaian tertentu yang telah ditetapkan peneliti atau dengan kata lain hanya mereka yang
memenuhi persyaratan sebagai bagian dari anggota penelitian[48]. Berdasarkan jumlah
populasi sebesar 318.200 orang dipilih sampelnya menjadi 100 responden dengan rumus
Slovin. Kriteria responden yang dipilih antara lain : (1) Laki-laki dan perempuan usia 18-
25 tahun, (2) Pernah melihat/membaca iklan promo gratis ongkos kirim Shopee, (3)
Merupakan pengguna Shopee, (4) Followers akun Twitter @ShopeeID. Kuesioner yang
disebar memiliki 27 butir pernyataan, dimana terdiri dari 12 butir pernyataan dalam
variabel X Terpaan Iklan Promo Gratis Ongkos Kirim Shopee, dan 15 butir pernyataan
dalam variabel Y Sikap. (Syahida, Lutfiana. 2021.)
3. Hasil dan Pembahasan

a. Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Perilaku Konsumtif


dapat diketahui bahwa nilai unstandardized coefficients beta pada variabel
literasi keuangan sebesar -0,346 dan nilai signifikansi sebesar 0,047 sama dengan taraf
signifikansi atau sig < 0,05. Kondisi ini menjelaskan bahwa literasi keuangan secara
signifikan berpengaruh negatif terhadap perilaku konsumtif. Dengan demikian, H1
yang menyatakan bahwa literasi keuangan memiliki pengaruh negatif terhadap perilaku
konsumtif, diterima. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Imawati et al., (2013) yang
menyatakan bahwa semakin baik literasi keuangan seseorang maka akan mengurangi
perilaku konsumtif yang dimilikinya. Perilaku konsumtif erat hubungannya dengan
perencanaan dimasa yang akan datang. Seseorang yang memiliki literasi keuangan
yang rendah cenderung memiliki masalah dengan hutang, karena hal tersebut erat
kaitannya dengan pengelolaan keuangan. Pengetahuan keuangan responden sudah
sampai ke pemahaman mengenai konsep keuangan dimasa yang akan datang sehingga
seseorang yang paham lebih membatasi diri untuk berhutang demi memuaskan
keinginan yang berisiko berperilaku konsumtif Konsep mengenai keuangan dimasa
yang akan datang sangat penting agar seseorang dapat mengambil keputusan jangka
panjang dengan penilaian waktu dari uang. Menurut Lusardi & Mitchell (2014) sikap
dalam perencanaan keuangan adalah hal yang harus dilakukan agar tidak terjadi
penyesalan dimasa tua. Oleh karena itu penting bagi seseorang untuk mencatat
pengeluaran keuangan secara periodik.
b. Pengaruh Mental Accounting terhadap Perilaku Konsumtif
diketahui bahwa mental accounting memiliki nilai unstandardized coefficients
beta sebesar 0,778 dan nilai signifikansi sebesar 0,016 lebih kecil dari taraf signifikansi
0,05 atau sig < 0,05. Kondisi ini menjelaskan bahwa mental accounting secara
signifikan berpengaruh terhadap perilaku konsumtif. Dengan demikian, H2 ditolak.
Penelitian ini sejalan dengan dengan Suratman (2013) yang menyatakan bahwa mental
accounting berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku konsumtif, artinya semakin
tinggi mental accounting semakin tinggi pula perilaku konsumtif. Mental accounting
dapat membawa dampak buruk dalam pengambilan keputusan keuangan karena adanya
kemungkinan untuk boros atau berperilaku konsumtif atas penghasilan ekstra. Sebagian
besar responden penelitian ini adalah perempuan muda usia 20 hingga 24 tahun yang
berprofesi mahasiswa dan sebagian karyawan dengan penghasilan yang relatif rendah.
Mereka berperilaku mental accounting yang cenderung membeda bedakan asal usul
uang dari mana sumber dan tujuan penggunaannya. Namun karena mereka perempuan
muda yang selalu ingin menjaga penampilannya maka dimungkinkan akan berpendapat
bahwa gaji lebih bernilai dibandingkan pendapatan bonus. Perempuan muda
beranggapan bonus tidak bersifat rutin diterima, hal ini menyebabkan mereka merasa
nyaman dan leluasa dalam membelanjakan uangnya karena bonus dianggap bukan
berasal dari kerja keras sehingga sangat mudah untuk dihabiskan. Perilaku mental
accounting mendorong seseorang untuk berperilaku konsumtif dalam mengelola
keuangannya. Seseorang yang berperilaku mental accounting dikatakan kurang cermat
dalam mengalokasikan pendapatan tambahannya ke dalam rekening tabungan. Dapat
dikatakan bahwa orang yang terkena bias mental accounting belum tentu memiliki
perencanaan yang matang dalam mengelola keuangannya, sehingga pendapatan bonus
digunakan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek.
c. Gender Memoderasi Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Perilaku Konsumtif
Generasi Milenial
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa gender
memoderasi pengaruh literasi keuangan terhadap perilaku konsumtif generasi milenial.
Penelitan ini menunjukkan hasil negatif bahwa gender memoderasi pengaruh literasi
keuangan terhadap perilaku konsumtif dengan nilai signifikansi 0,04 lebih kecil dari
nilai 0,05. Artinya bahwa keberadaan gender secara signifikan mampu memperlemah
pengaruh literasi keuangan terhadap perilaku konsumtif. Dengan demikian, H3
diterima.
Gender terbukti memperlemah pengaruh literasi keuangan terhadap perilaku
konsumtif generasi milenial di Salatiga. Adanya interaksi antara literasi keuangan
dengan gender menyebabkan perilaku konsumtif seseorang menurun. Jadi dapat
disimpulkan bahwa gender yang di klasifikasikan menjadi laki laki dan perempuan
memiliki pengaruh untuk memoderasi variabel literasi keuangan terhadap perilaku
konsumtif. Robb & Sharpe (2009) menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan
memiliki sikap dan perilaku yang berbeda. Laki-laki lebih percaya diri dan mandiri
secara finansial dalam mengelola keuangannya dibandingkan perempuan. Laki-laki
cenderung memiliki literasi keuangan yang tinggi sedangkan perempuan lebih
konsumtif dalam membelanjakan uangnya sehingga literasi keuangannya lebih rendah.
Hasil ini mendukung penelitian Kirana & Yasa (2013) yang menyatakan bahwa gender
memoderasi niat seseorang dalam menggunakan kartu kredit akibat dari adanya pola
difusi yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.
d. Gender Memoderasi Pengaruh Mental Accounting terhadap Perilaku Konsumtif
Generasi Milenial
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa gender memoderasi
pengaruh mental accounting terhadap perilaku konsumtif generasi milenial. Penelitian
ini menunjukan hasil positif bahwa gender memoderasi mental accounting terhadap
perilaku konsumtif dengan nilai signifikansi 0,89 < 0,1. Artinya bahwa keberadaan
gender memoderasi mental accounting terhadap perilaku konsumtif. (H4 diterima).
Gender terbukti memperkuat pengaruh mental accounting terhadap perilaku konsumtif
generasi milenial. Adanya interaksi antara mental accounting dengan gender
menyebabkan perilaku konsumtif seseorang meningkat

4. PENUTUP
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat diperoleh kesimpulan: (1)
Literasi keuangan berpengaruh negatif signifikan terhadap perilaku konsumtif generasi
milenial di Salatiga, (2) Mental accounting berpengaruh positif signifikan terhadap
perilaku konsumtif generasi milenial di Salatiga, (3) Gender memoderasi pengaruh literasi
keuangan terhadap perilaku konsumtif generasi milenial di Salatiga, (4) Gender tidak
memoderasi pengaruh mental accounting terhadap perilaku konsumtif generasi milenial di
Salatiga. Riset yang telah dilakukan ini memiliki keterbatasan antara lain belum
memasukkan variabel besarnya pendapatan (Alexander & Pamungkas, 2013) dan
pengendalian diri (Maulana, 2018) yang diduga keduanya dapat menjelaskan dinamika
perilaku konsumtif bagi mahasiswa maupun karyawan. Selain itu, riset yang akan datang
dapat membandingkan perilaku responden antara kota kecil dan metropolitan, sehingga
dapat mengungkap fenomena lain terkait perilaku konsumtif respondennya.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarokah, Siti, dan Maria Rio Rita. 2020. “Anteseden Perilaku Konsumtif Generasi
Milenial: Peran Gender Sebagai Pemoderasi.” International Journal of Social Science
and Business 4(2). doi: 10.23887/ijssb.v4i2.24139.

Wastuti, Sri Ngayomi Yudha, dan Amir Husin Pangaribuan. 2020. “Upaya Pencegahan
Perilaku Konsumtif Melalui Layanan Informasi Menggunakan Teknik Audio Visual.”
Consilium : Berkala Kajian Konseling dan Ilmu Keagamaan 6(2):43. doi:
10.37064/consilium.v6i2.6367.

Sari, Dhany Efita. 2019. “Sosialisasi dan Edukasi Literasi Keuangan Untuk Warga ‘Aisyiyah
Kabupaten Sukoharjo Guna Mengurangi Perilaku Konsumtif Pada Remaja dan Anak-
Anak.” JIPEMAS: Jurnal Inovasi Hasil Pengabdian Masyarakat 2(2):88. doi:
10.33474/jipemas.v2i2.2694.

Wahidah, Nurul. t.t. “PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN


PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2013.”

Ayuni, Ayuni, Pudjo Suharso, dan Sukidin Sukidin. 2019. “PERUBAHAN GAYA HIDUP
MAHASISWI UNIVERSITAS ABDURACHMAN SALEH KOTA SITUBONDO
(STUDI KASUS: PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI FAKULTAS
EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN ANGKATAN 2014 DALAM
MENGGUNAKAN KOSMETIK BRANDED).” JURNAL PENDIDIKAN
EKONOMI: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi dan Ilmu Sosial 13(1):58.
doi: 10.19184/jpe.v13i1.10421.

Lestarina, Eni, Hasnah Karimah, Nia Febrianti, Ranny Ranny, dan Desi Herlina. 2017.
“Perilaku Konsumtif di Kalangan Remaja.” JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia)
2(2). doi: 10.29210/3003210000.

Aosyld, Haryanto F. t.t. “PERILAKU KONSUMTIF BERDASAR LOCUS OF CONTROL


PADA REMAJA PUTRI.”

Dewi, Luh Gede Kusuma, Nyoman Trisna Herawati, dan I. Made Pradana Adiputra. 2021.
“PENGGUNAAN E-MONEY TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF
MAHASISWA YANG DIMEDIASI KONTROL DIRI.” EKUITAS (Jurnal Ekonomi
dan Keuangan) 5(1):1–19. doi: 10.24034/j25485024.y2021.v5.i1.4669.

Syahida, Lutfiana. 2021. “Pengaruh Terpaan Iklan Promo Gratis Ongkos Kirim Shopee
Terhadap Perilaku Konsumtif Remaja.” Gunahumas 4(1):7–18. doi:
10.17509/ghm.v4i1.37732.

Mawo, Theodorus, Partono Thomas, dan St Sunarto. 2017. “Pengaruh Literasi Keuangan,
Konsep Diri dan Budaya Terhadap Perilaku Konsumtif Siswa SMAN 1 Kota
Bajawa.” Journal of Economic Education.

Dikria, Okky. 2016. “PENGARUH LITERASI KEUANGAN DAN PENGENDALIAN DIRI


TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWA JURUSAN EKONOMI
PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MALANG
ANGKATAN 2013.”
Septiani, Maya Nadia. 2019. “Pengaruh Bimbingan dan Konseling Individu Terhadap
Perilaku Konsumtif Remaja.” Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan
Psikoterapi Islam 7(2):167–90. doi: 10.15575/irsyad.v7i2.877.

Solichah, Nimatus, dan Damajanti Kusuma Dewi. 2019. “HUBUNGAN ANTARA


KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF TERHADAP PRODUK
FASHION PADA MAHASISWA.” 06.

Triningtyas, Diana Ariswanti, dan Tita Maela Margawati. 2019. “Hubungan Antara
Konformitas dengan Perilaku Konsumtif Terhadap Online Shopping Pada Remaja.”
Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang
Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran 5(1):16. doi: 10.33394/jk.v5i1.1388.

Anggraini, Ranti Tri, dan Fauzan Heru Santhoso. 2019. “Hubungan antara Gaya Hidup
Hedonis dengan Perilaku Konsumtif pada Remaja.” Gadjah Mada Journal of
Psychology (GamaJoP) 3(3):131. doi: 10.22146/gamajop.44104.

Anda mungkin juga menyukai