Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Diversita, 5 (1) Juni (2019) ISSN2461-1263 (Print) ISSN2580-6793 (Online)

DOI: http://dx.doi.org/10.31289/diversita.v5i1.2375

Jurnal Diversita
Available onlinehttp://ojs.uma.ac.id/index.php/diversita

Perilaku Konsumtif Ditinjau Dari Harga Diri Pada Siswa-Siswi SMA


Negeri 4 Medan

Consumptive Behavior Viewed From Self Esteem by Student Of Senior


High School 4 Medan

Jessica Venessa Margareth Sianturi*, Winida Marpaung** & Yulinda Manurung***


Fakultas Psikologi, Universitas Prima Indonesia, Indonesia

Diterima; 23-03-2019; Disetujui: 28-06-2019; Dipublish: 30-06-2019


*Corespponding author: jessicavenessams@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri dengan perilaku konsumtif. Hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara harga diri dengan perilaku konsumtif, dengan
asumsi semakin tinggi harga diri, maka semakin rendah perilaku konsumtif dan sebaliknya semakin rendah harga
diri maka semakin tinggi perilaku konsumtif. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri
4 Medan sebanyak 119 orang yang dipilih dengan metode purposive sampling. Data diperoleh dari skala untuk
mengukur harga diri dan perilaku konsumtif. Perhitungan dilakukan dengan melalui uji prasyarat analisis (uji
asumsi) yang terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas.Analisis data yang digunakan adalah menggunakan
korelasi Product Moment melalui bantuan SPSS 17 for Windows. Hasil analisis data menunjukkan koefisien korelasi
sebesar -0,844 dengan p sebesar 0,000 (p < 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumbangan yang
diberikan variabel harga diri terhadap perilaku konsumtif adalah sebesar 71.2% harga diri mempengaruhi
perilaku konsumtif dan selebihnya 28.8% dipengaruhi oleh faktor lain seperti kontrol diri, konsep diri,
konformitas, body image, kepercayaan diri dan kepribadian narsistik. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa
hipotesis dapat diterima bahwa ada hubungan negatif antara harga diri dengan perilaku konsumtif.
Kata Kunci : Harga Diri, Perilaku Konsumtif
Abstract
This study aims to determine the relationship between self-esteem with consumptive behavior. The hypothesis of this
study stated that there is a negative correlation between self-esteem with consumptive behavior, assuming the higher
self-esteem, the lower the consumptive behavior and conversely the lower self-esteem, the higher consumptive
behavior. The research subjects were 119 students of the Senior High School 4 Medan selected by purposive sampling.
Data were obtained from a scale to measure self-esteem and consumptive behavior. The calculation was performed by
means of testing requirements analysis (assumption) that consists of a test for normality and linearity test for
relationships. The Analysis of the data was performed by Product Moment Correlation with SPSS 17 for Windows. The
results of data analysis showed that the coefficient was -0.844 and p 0.000 (p <0.05). These results indicate that the
contribution given to consumptive behavior by self-esteem variable was 71.2 % and the remaining 28.8 % is
influenced by other factors such as self-control, self-concept, conformity, body image, self-confidence, and narcissistic
personality. From the results, this study showed that the hypothesis is accepted that there is a negative relationship
between self-esteem with consumptive behavior.
Keywords: Consumptive Behavior, Self Esteem
How to Cite: Sianturi J. Winida M.& Yulinda M. (2019). Perilaku Konsumtif Ditinjau Dari Harga Diri Pada Siswa-
Siswa SMA Negeri 4 Medan. Jurnal Diversita, 5 (1): 58-66.

58
Jessica V.M. Sianturi. Winida M & Yulinda M. Perilaku Konsumtif Ditinjau Dari Harga Diri

PENDAHULUAN Di masa sekarang ini kehidupan


Remaja merupakan masa peralihan para remaja telah mengenal gaya hidup
dan pencarian jati diri remaja mengalami modern, hal ini dapat terlihat dari cara
proses pembentukan dalam perilakunya, mereka saat mengenakan barang-barang
dimana para remaja mencari dan berusaha ataupun pakaian bermerek yang mereka
untuk mencapai pola diri yang ideal. Masa gunakan pada sehari-hari. Remaja zaman
remaja menurut Monks, dkk., (2014) sekarang pada umumnya tertarik untuk
merupakan usia dimana individu sudah terus-menerus membeli barang atau
tidak termasuk golongan anak-anak dan produk, memilih yang terbaik dan
orang dewasa, tetapi remaja ada diantara terutama yang terbaru. Seiring dengan
masa anak-anak dan orang dewasa. terjadinya globalisasi dan perubahan
Menurut Mappiare (1982) secara ekonomi terjadi pula perubahan dalam
teoritis dan empiris dari segi psikologis, perilaku membeli pada remaja, terkadang
rentangan usia remaja berada antara usia seseorang membeli suatu produk bukan
12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi didasarkan pada kebutuhan sebenarnya,
wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 melainkan dengan kebutuhan dilakukan
tahun bagi pria. Remaja yang dalam semata-mata demi kesenangan, sehingga
bahasa aslinya disebut adolesence, berasal menyebabkan seseorang menjadi boros
dari bahasa Latin adolescere yang artinya Monks (dalam Sumartono, 2002)
tumbuh untuk mencapai kematangan mengemukaan bahwa konsumen remaja
Masa remaja adalah masa mempunyai keinginan membeli yang
pembuktian kepada orang lain. Remaja tinggi, karena pada umumnya remaja
tersebut akan melakukan apa saja agar mempunyai ciri khas dalam berpakaian,
dirinya diakui dalam suatu lingkungan. berdandan, gaya rambut, tingkah laku,
Menurut Glock (dalam Sumartono, 2002) kesenangan musik, dalam pertemuan dan
mengatakan bahwa remaja pada masa pesta. Remaja ingin selalu berpenampilan
transisinya memiliki kondisi emosional yang dapat menarik perhatin orang lain
yang labil, sehingga sangat mudah terutama teman sebaya, sehingga remaja
dipengaruhi oleh kelompoknya, sehingga kebanyakan membelanjakan uangnya
rentan sekali terbawa arus gaya untuk kepentingan tersebut.
kehidupan yang tidak baik. Menurut Boccock (dalam Antariksa,
Para remaja ingin diakui dkk., 2005) gaya hidup dapat menjadi
keberadannya oleh lingkungan, mereka sebuah identitas bagi suatu individu atau
melakukan berbagai cara untuk berusaha kelompok. Hal ini terjadi di berbagai
menjadi bagian dari lingkungan. Remaja negara di dunia tak terkecuali di
ingin menunjukan diri bahwa mereka juga Indonesia. Salah satu hal yang menjadi
dapat mengikuti gaya yang sedang pendukung gaya hidup ialah kemajuan
beredar, padahal nyatanya gaya itu sendiri teknologi menyuguhkan kemudahan
selalu berubah-ubah, hal inilah yang mencari informasi melalui yang namanya
menyebabkan mereka menggunakan internet.
barang-barang dan jasa tanpa berpikir Remaja di seluruh dunia dan di
panjang. berbagai negara semakin bergantung pada

59
Jurnal Diversita, 5 (1) Juni 2019: 58-66.

internet, meskipun terdapat perbedaan tentang perilaku konsumtif sebagai suatu


yang mendasar dalam penggunaannya dan tindakan membeli barang-barang yang
terdapat di berbagai kelompok sosial- kurang atau tidak diperlukan sehingga
ekonomi (Shek, dkk., dalam Santrock, sifatnya menjadi berlebihan. Artinya,
2011). Internet dapat diakses dimana saja, seseorang menjadi lebih mementingkan
kapan saja dan oleh siapa saja untuk faktor keinginan (want) daripada
mencari informasi tentang produk baik kebutuhan (need) dan cenderung dikuasai
melalui iklan, penjualanan online, atau oleh hasrat keduniawian dan kesenangan
promosi secara langsung dan dengan material semata.
proses yang sangat mudah serta cepat Sumartono (2002) secara pragmatis
dilakukan. Dengan mudahnya remaja perilaku konsumtif dapat diartikan
mengakses internet yang sekaligus dapat sebagai suatu tindakan memakai produk
menjadi pemicu terjadinya perubahan yang tidak tuntas, yang artinya belum
perilaku individu tentang gaya hidup. habis sebuah produk dipakai, tetapi
Berdasarkan hasil wawancara yang seseorang telah menggunakan produk
telah dilakukan oleh peneliti terhadap jenis yang sama dengan merek yang
beberapa siswa-siswi berumur 15 – 18 berbeda. Atau dapat disebutkan, membeli
tahun yang bersekolah di SMA Negeri 4 barang karena adanya hadiah yang
Medan, diperoleh informasi bahwa ditawarkan atau membeli sebuah produk
masalah yang dihadapi beberapa siswa- karena banyak orang yang memakai
siswi saat ini mereka cenderung merasa produk tersebut.
minder, malu, dan bersikap tertutup. Berdasarkan uraian di atas, dapat
Sebagian besar dari mereka belum mampu ditarik kesimpulan bahwa perilaku
menerima fisik dirinya baik itu kelebihan konsumtif adalah perilaku membeli
maupun kekurangan dalam dirinya. Hal ini barang-barang, dimana individu
mendorong remaja untuk meniru gaya mengonsumsi barang secara berlebihan,
orang lain sebagai model agar dapat tidak lagi didasarkan atas pertimbangan
dijadikan sebagai identitas dirinya. Remaja rasional serta lebih mementingkan faktor
meniru gaya orang lain sebagai model keinginan daripada kebutuhan hanya
dilakuka dengan cara berperilaku untuk mencapai kepuasan maksimal dan
konsumtif agar mereka dapat mengubah kesenangan saja sehingga menimbulkan
penampilannya demi menutupi pemborosan.
kekurangan dalam dirinya. Selain itu, Sumartono (2002) menyatakan
peneliti juga memperoleh data bahwa bahwa konsep perilaku konsumtif amatlah
dalam kehidupan sehari-harinya remaja variatif, tetapi pengertian perilaku
memiliki kebiasaan sering menghabiskan konsumtif adalah membeli barang atau
waktu bersama teman-temannya untuk jasa tanpa pertimbangan rasional atau
bepergian ke mall, tempat berbelanja bukan atas dasar kebutuhan. Secara
ataupun tempat makan sehabis pulang operasional indikator perilaku konsumtif
sekolah. adalah membeli produk karena hadiahnya,
Menurut Anggarasari (dalam membeli produk karena kemasannya
Sumartono, 2002) memberikan batasan menarik, membeli produk demi menjaga

60
Jessica V.M. Sianturi. Winida M & Yulinda M. Perilaku Konsumtif Ditinjau Dari Harga Diri

penampilan diri dan gengsi, membeli minuman, kebutuhan perangkat


produk atas pertimbangan harga (bukan elektronik, pakaian yang lagi hits, hiburan
atas dasar manfaat dan kegunaannya), seperti menonton film, sekedar hanya
membeli produk hanya sekedar menjaga duduk-duduk di cafe dan sebagainya.
simbol status, memakai sebuah produk Setiap individu dalam
karena unsur konformitas terhadap perkembangannya, khususnya remaja
model yang mengiklankan produk, memiliki kebutuhan untuk dihargai oleh
munculnya penilaian bahwa membeli orang lain karena harga diri sangat
produk dengan harga mahal akan mempengaruhi remaja. khususnya remaja
menimbulkan rasa percaya diri yang memiliki kebutuhan untuk dihargai oleh
tinggi, mencoba lebih dari 2 produk orang lain karena harga diri sangat
sejenis (merek berbeda). mempengaruhi remaja. Coopersmith
Ada beberapa faktor lain yang (dalam Hidayat & Bashori 2016)
mempengaruhi perilaku konsumtif, antara menyatakan bahwa harga diri merupakan
lain konsep diri. Penelitian dilakukan oleh hasil evaluasi individu terhadapat dirinya
Ermawati dan Indriyati (2011) berjudul sendiri dan diekspresikan dalam sikap
hubungan antara konsep diri dengan terhadap diri sendiri. Evaluasi ini
perilaku konsumtif pada remaja di SMPN 1 menyatakan suatu sikap yang berupa
Piyungan Yogyakarta, dengan jumlah penerimaan atau penolakkan dan
subjek 169 siswa, kelas VII dan VIII yang menunjukkan seberapa besar individu itu
berusia 12 tahun hingga 15 tahun. Hasil percaya bahwa dirinya mampu, berarti,
analisis data menunjukkan terdapat berhasil dan berharga menurut keahlian
hubungan yang negatif antara konsep diri dan nilai pribadinya.
dengan perilaku konsumtif. Selain konsep Senada yang dikemukakan oleh
diri hal lain yang mempengaruhi perilaku Santrock (2012) mendefinisikan harga diri
konsumtif ialah konformitas. Dibuktikan adalah keseluruhan cara yang
dengan penelitian yang dilakukan oleh dipergunakan individu untuk
Fitriyani, dkk., (2013) menunjukan adanya mengevaluasi dirinya. Hal yang tidak jauh
hubungan antara konformitas dengan berbeda dikemukakan oleh Lerner dan
perilaku konsumtif pada mahasiswa di Spanier (dalam Ghufron & Risnawita,
Genuk Indah Semarang. Hasil penelitian 2016) bahwa harga diri adalah tingkat
menunjukkan adanya hubungan yang penilaian yang positif atau negatif yang
positif dan signifikan antara konformitas dihubungkan dengan konsep diri
dengan perilaku konsumtif. seseorang.
Diketahui saat ini banyak remaja Harga diri terdiri empat aspek yang
yang terjebak dalam kehidupan dengan dikemukakan oleh Coopersmith (dalam
rela mengeluarkan uangnya hanya untuk Hidayat & Bashori, 2016) yaitu:
menuruti segala keinginan, bukan a. Kekuatan (power), menunjuk pada
berdasarkan apa yang menjadi adanya kemampuan seseorang untuk
kebutuhannya. Dalam kehidupan dapat mengatur dan mengontrol
kesehariannya remaja akan menghabiskan tingkah laku dan mendapat pengakuan
uang mereka untuk membeli makanan dan atas tingkah laku tersebut dari orang

61
Jurnal Diversita, 5 (1) Juni 2019: 58-66.

lain. Kekuatan dinyatakan dengan personal efficacy dan sense of personal


pengakuan dan penghormatan yang worth:
diterima seorang individu dari orang a. Sense of personal efficacy,
lain dan adanya kualitas atas pendapat yaknikeyakinan terhadap fungsi otak,
yang diutarakan oleh seseorang dan kemampuannya dalam berpikir,
individu yang nantinya diakui oleh menilai, memilih dan mengambil suatu
orang lain. keputusan, keyakinan terhadap
b. Keberartian (significance)menunjuk kemampuannya dalam memahami fakta-
pada kepedulian, perhatian, afeksi dan fakta nyata, secara kognitif percaya pada
ekspresi cinta yang diterima oleh diri sendiri dan secara kognitif mandiri.
seseorang dari orang lain yang b. Sense of personal worth,yaknimenjamin
menunjukkan adanya penerimaan dan nilai-nilai yang diyakininya,mempunyai
popularitas individu dari lingkungan sikap positif terhadap haknya untuk
sosial. Penerimaan dari lingkungan hidup dan bahagia, merasa nyaman di
ditandai dengan adanya kehangatan, dalam menyatakan pikiran, keinginan
respon yang baik dari lingkungan dan dan kebutuhan, dan memiliki perasaan
adanya ketertarikan lingkungan bahwa kegembiraan merupakan hak
terhadap individu dan lingkungan alamiah yang dimiliki sejak lahir.
menyukai individu sesuai dengan Menurut Tafarodi dan Swann (dalam
keadaan diri yang sebenarnya. Mruk 2006) ada beberapa cara untuk
c. Kebajikan (virtue) menunjuk pada mengukur harga diri, salah satunya yaitu
adanya suatu ketaatan untuk mengikuti dengan melakukan pengukuran
standar moral dan etika serta agama berdasarkan skala yang dibuat oleh
dimana individu akan menjauhi tingkah Rosenberg pada tahun 1965 dengan nama
laku yang harus dihindari dan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES).
melakukan tingkah laku yang diizinkan Adapun aspek dari skala ini ada dua
oleh moral, etika, dan agama. Seseorang yaitu penerimaan diri (self-liking) dan
yang taat terhadap nilai moral, etika penghormatan diri (self-competence).
dan agama dianggap memiliki sikap Berdasarkan uraian di atas,
yang positif dan akhirnya membuat makahipotesis yang diajukan adalah
penilaian positif terhadap diri yang terdapathubungan antara harga diri
artinya seseorang telah dengan perilaku konsumtif.
mengembangkan harga diri positif pada
diri sendiri. METODE PENELITIAN
d. Kemampuan (competence)menunjuk Adapun variabel-variabel yang
pada adanya performansi yang tinggi digunakan dalam penelitian ini adalah
untuk memenuhi keutuhan mencapai perilaku konsumtif sebagai variabel
prestasi dimana level dan tugas- tugas tergantung dan harga diri sebagai variabel
tersebut tergantung pada variasi usia bebas.
seseorang. Perilaku konsumtif adalah tindakan
Ada dua aspek dari self esteem menurut membeli barang-barang secara berlebihan
Branden (1992) yaitu memiliki sense of dan menggunakan barang-barang yang

62
Jessica V.M. Sianturi. Winida M & Yulinda M. Perilaku Konsumtif Ditinjau Dari Harga Diri

mahal, mewah serta barang sejenis dengan HASIL DAN PEMBAHASAN


berbagai merek berbeda yang tidak Pada variabel harga diri,dari 119
didasarkan atas kebutuhan, melainkan siswa yang menjadi sampel penelitian
untuk memenuhi hasrat kesenangan. terdapat skor mean empirik sebesar
Harga diri adalah penilaian individu 24,68, standar deviasi empirik sebesar
terhadap dirinya sendiri secara positif 6,795, nilai maksimal empirik sebesar 40,
atau negatif dan individu menganggap diri dan nilai minimal empirik sebesar 11.
mereka berharga atau tidak berharga Hasil temuan menyebutkan bahwa dari
sebagai seorang manusia. 119 siswa-siswi SMA Negeri 4 Medan
Populasi dalam penelitian ini terdapat sebanyak 33 siswa-siswi (28%)
adalah siswa-siswa kelas X, XI dan XII memiliki harga diridengan kualifikasi
tahun ajaran 2018/2019 yang bersekolah tinggi, 51 siswa (43%) memiliki harga
di SMA Negeri 4 Medan berjumlah siswa- diridengan kualifikasi sedang, dan
siswi sebanyak 184 siswa-siswi, terdiri sebanyak 35 siswa (29%) memiliki harga
dari dua pembagian jurusan, MIA (Ilmu diridengan kualifikasi rendah. Dengan
Pengetahuan Alam) dan SOS (Ilmu demikian dapat disimpulkan bahwa harga
Pengetahuan Sosial). Peneliti melakukan diriyang dimiliki siswa-siswi SMA Negeri 4
tahap screening terlebih dahulu, kemudian Medan termasuk kategori sedang. Skor
ditemukan 119 siswa-siswi yang mean hipotetik sebesar 25, standar deviasi
memenuhi karakteristik. Sampel yang hipotetik sebesar 5, nilai maksimal
digunakan dalam penelitian ini sebesar hipotetik sebesar 40, dan nilai minimal
5% dari populasi, berdasarkan tabel hipotetik sebesar 10.
kesalahan yang ditetapkan oleh Isaac dan Berikut adalah perbandingan data
Michael (Sugiyono, 2016). empiris dan data hipotetik harga diri yang
Teknik yang digunakan dalam dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini :
menentukan sampel penelitian ini adalah
purposive sampling. Purposive sampling Tabel 1. Perbandingan Data Empirik dan
Hipotetik Harga Diri
adalah teknik pengambilan sampel yang
Variabel Empirik SD
dilakukan dengan pertimbangan tertentu
Perilaku Min Max Mean
(Sugiyono, 2016). Adapun yang menjadi Konsumtif 11 4024.686.795
pertimbangan khusus dalam sebagai Hipotetik SD
berikut: remaja wanita dan pria berusia 15 Min Max Mean
10 40 25 5
tahun hingga 18 tahun, tinggal bersama
Apabila mean empirik > mean
orangtua, dan intensitas berbelanja
hipotetik maka hasil penelitian yang
kebutuhan pribadi (di mall atau online
diperoleh akan dinyatakan tinggi, dan
shop) sebanyak 3 sampai 5 kali perbulan.
sebaliknya jika mean empirik < mean
Pengumpulan data menggunakan
hipotetik maka hasil penelitian akan
pembagian skala, yaitu skala perilaku
dinyatakan rendah.
konsumtif dan skala harga diri yang
Hasil analisis untuk skala harga diri
disusun dalam bentuk penyataan dengan
diperoleh mean empirik > mean hipotetik
menggunakan skala Likert.
yaitu 24.68 < 25 maka dapat disimpulkan

63
Jurnal Diversita, 5 (1) Juni 2019: 58-66.

bahwa harga diri subjek penelitian antara harga diri dengan perilaku
menunjukkan kategori rendah. konsumtif pada siswa-siswi SMA Negeri 4
Berikut adalah perbandingan data Medan. Diasumsikan semakin tinggi harga
empiris dan data hipotetik perilaku diri, maka perilaku konsumtif semakin
konsumtif yang dapat dilihat pada tabel 2 rendah dan sebaliknya semakin rendah
dibawah ini :
harga diri, maka perilaku konsumtif
Tabel 2. Perbandingan Data Empirik dan semakin tinggi.
Hipotetik Perilaku Konsumtif
Variabel Empirik SD Tabel 4.Model Summary Sumbangan Efektif
Perilaku Min Max Mean Model R R Square AdjustedStd. Error
Konsumtif 51 120 78.50 13.262 R Squareof the
Hipotetik SD Estimate
1 -0.8440.712 0,707.148
Min Max Mean
37 148 92.5 18.5
Sumbangan efektif yang dapat
Apabila mean empirik > mean
dilihat dari tabel R Square (R²) sebesar
hipotetik maka hasil penelitian yang
0,712. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
diperoleh akan dinyatakan tinggi, dan
disimpulkan bahwa 71.2 % harga diri
sebaliknya jika mean empirik < mean
mempengaruhi perilaku konsumtifdan
hipotetik maka hasil penelitian akan
selebihnya 28.8 % dipengaruhi oleh faktor
dinyatakan rendah.
lain seperti kontrol diri, konsep diri,
Hasil analisis untuk skala perilaku
konformitas, body image. kepercayaan diri
konsumtif diperoleh mean empirik < mean
dan kepribadian narsistik. Dengan
hipotetik yaitu 78.50 < 92.5 maka dapat
demikian, dapat diambil kesimpulan
disimpulkan bahwa perilaku konsumtif
bahwa semakin tinggi harga diri, maka
subjek penelitian menunjukkan kategori
semakin rendah perilaku konsumtif, dan
rendah.
sebaliknya semakin rendah harga diri,
maka semakin tinggi perilaku konsumtif.
Tabel 3.Korelasi Antara Harga Diridengan
Hasil penelitian pada 119 siswa-
Perilaku Konsumtif
AnalisisPearson CorrelationSignifikansi (p)
siswi SMA Negeri 4 Medan yang menjadi
Korelasi - 0.844 0,000 subjek penelitian diperoleh bahwa ada
hubungan negatif antara harga diri dengan
Berdasarkan hasil analisis korelasi perilaku konsumtif koefisien korelasi
antara harga diridengan perilaku Product Moment sebesar nilai ( r ) = -
konsumtif, diperoleh koefisien korelasi 0.844 dan nilai (p) sebesar 0.000, artinya
product moment sebesar -0.844 dengan sig semakin tinggi antara perilaku konsumtif
sebesar 0.000 (p < 0.05).Hal ini maka semakin rendah harga diri dan
menunjukkan bahwa adanya korelasi sebaliknya semakin rendah perilaku
negatif antara harga diridengan perilaku konsumtif maka harga diri akan semakin
konsumtif sehingga dikategorikan tinggi.
hubungan yang tinggi (Priyatno, 2010). Seperti yang dikemukakan dalam
Hipotesis dalam penelitian ini buku yang berjudul Consumer oleh
berbunyi bahwa ada hubungan negaitf Arnould, dkk., (2002) telah dilakukan

64
Jessica V.M. Sianturi. Winida M & Yulinda M. Perilaku Konsumtif Ditinjau Dari Harga Diri

penelitian di Amerika, Mexico, dan Jerman < 0,05), artinya semakin tinggi perilaku
menunjukan perilaku konsumtif konsumtif maka semakin rendah harga
berhubungan dengan harga diri (self diri, dan sebaliknya semakin rendah
esteem) yang rendah. Individu dengan perilaku konsumtif maka semakin tinggi
harga diri (self esteem) memiliki keyakinan harga diri.
bahwa dengan melakukan perilaku Mean dari perilaku konsumtif pada
konsumtif dan dengan uang yang dimiliki subjek penelitian siswa-siswi SMA Negeri
dapat mengembangkan harga diri dan 4 Medan secara keseluruhan menunjukkan
mempengaruhi orang lain. bahwa perilaku konsumtif subjek
Dari hasil observasi dan penelitian menunjukkan kategori sedang.
wawancara yang dilakukan peneliti Hal ini dapat dilihat dari nilai empirik
terhadap beberapa siswa-siswi, dapat sebesar 78,50 lebih rendah dari mean
disimpulkan bahwa terdapat hubungan hipotetik sebesar 92,5. Berdasarkan
antara penampilan diri dengan harga diri kategori, maka dapat dilihat terdapat 46
pada remaja. Berkaitan dengan perilaku orang atau 39%yang memiliki perilaku
konsumtifnya, siswa-siswi yang memiliki konsumtif rendah, 72 orang atau 60%
harga diri tinggi dapat mengontrol memiliki perilaku konsumtif sedang, dan 1
perilaku tersebut karena tidak harus orang atau 1% memiliki perilaku
memikirkan pemakaian barang-barang konsumtif yang tinggi.
yang dapat meningkatkan harga dirinya. Mean dari harga diri pada subjek
Sebaliknya, siswa-siswi yang memiliki penelitian pada subjek penelitian siswa-
harga diri rendah, akan memikirkan siswi SMA Negeri 4 Medan secara
pemakaian barang-barang yang dapat keseluruhan menunjukkan bahwa harga
meningkatkan harga dirinya sehingga diri subjek penelitian menunjukkan
mereka cenderung berperilaku konsumtif. kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari
Penjelasan diatas menunjukkan adanya nilai empirik sebesar 24,68 lebih rendah
hubungan negatif antara perilaku dari mean hipotetik sebesar 25.
konsumtif dengan harga diri. Semakin Berdasarkan kategori, maka dapat
tinggi harga diri seseorang maka perilaku dilihat terdapat 35 orang atau 29% yang
konsumtif semakin rendah, dan sebaliknya memiliki harga diri rendah, 51 orang atau
semakin rendah harga diri seseorang 43% memiliki harga diri sedang, dan 33
maka perilaku konsumtif akan semakin orang atau 28% memiliki harga diri yang
tinggi. tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan
SIMPULAN bahwa sumbangan yang diberikan
Berdasarkan hasil-hasil yang telah variabel harga diri terhadap variabel
diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat perilaku adalah sebesar 71.2%, selebihnya
disimpulkan adahubungan negatif antara 28.8% dipengaruhi oleh faktor lain yang
harga diri dengan perilaku konsumtif pada tidak diteliti, seperti kontrol diri, konsep
siswa-siswi SMA Negeri 4 Medan dengan diri, konformitas, body image, kepercayaan
koefisien korelasi Product Moment (r) diri dan kepribadian narsistik.
sebesar -0,844 dan nilai p sebesar 0,000 (p

65
Jurnal Diversita, 5 (1) Juni 2019: 58-66.

DAFTAR PUSTAKA https://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi/


article/view/25144.
Antariksa, Handayani, C., S., Saputro, K., A., Yunita, R. (2014). Hubungan Antara Self Esteem
Rumengan, P., Setyadi, R., Liestyasari, S., I. Dengan Dengan Perilaku Konsumtif Siswa
(2005). Penghibur(an): Masa Lalu Dan Kelas XI Sma Muhammadiyah 1 Yogyakarta.
Budaya Hidup Masa Kini Vol. III No. 4 Tahun 2014.Studi Psikologi,
Indonesia.Yogyakarta: Kanisius Fakultas Psikologi, Universitas Negeri
Arnould, Eric., Linda Price dan George Zinkhan. Yogyakarta. Diakses pada tanggal 11 Mei
(2002). 1st edition. Consumers.New York: 2018. Dari
Mc.Graw-Hill, Inc http://webcache.googleusercontent.com/se
Ermawati, E.,& Indriyati. (2011). Hubungan Antara arch?q=cache:ybt_3tbpcmej:journal.student
Konsep Diri Dengan Perilaku Konsumtif .uny.ac.id/jurnal/artikel/7072/90/733+&cd=
Pada Remaja Di SMP N 1 Piyungan. Jurnal 2&hl=id&ct=clnk&gl=id.
Spirits Vol.2, No.1, November 2011. Diakses
pada tanggal 7 Mei 2018.
Dari:http://psikologi.ustjogja.ac.id/wpconte
nt/uploads/2016/08/4_Erli_Indri.pdf.
Fitriyani N., Widodo P., B., & Fauziah N. (2013).
Hubungan Antara Konformitas Dengan
Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa Di
Genuk Indah Semarang. Jurnal Psikologi
Undip Vol.12, No.1, April 2013.Fakultas
Psikologi Universitas Diponegoro. Diakses
pada tanggal 29 April 2018. Dari
http://download.portalgaruda.org/article.p
hp?article=299744&val=1286&title=hubung
an
Ghufron,M., N.,& Risnawita R,. S. (2016). Teori-
teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
Hidayat, K., & Bashori, K. (2016). Psikologi
Sosial.Jakarta: Erlangga.
Mappiare, A. (1982).Psikologi Remaja.Surabaya:
Usaha Nasional
Monks, F., J, Knoers, A., M., P, Haditono, S., R.,
(2014). Psikologi Perkembangan (Pengantar
Dalam Berbagai Bagiannya). Cetakan
Ketujuh Belas (Revisi III). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Priyatno, D. (2010). Paham Analisis Statistik
dengan Data SPSS. Yogyakarta: Mediakom.
Santrock, J., W. (2012). Life-Span Development:
Perkembangan Masa-Hidup. Edisi 13. Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Sumartono. (2002). Terperangkap Dalam Iklan:
Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Yuliantari, M., I.,& Herdiyanto,Y., K. (2015).
Hubungan Konformitas Dan Harga Diri
Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja
Putri Di Kota Denpasar. Jurnal Psikologi
Udayana 2015. Vol. 2, No. 1, Hal. 89-99.
Program StudiPsikologi, Fakultas Psikologi,
Universitas Udayana. Diakses pada tanggal
15 Maret 2018.Dari:

66

Anda mungkin juga menyukai