Kepribadian ekstrovert pada dewasa awal: Menguji perilaku konsumtif
Judul berbelanja online di e-commerce Jurnal Jurnal of Psychological Reaserch Vol. & Hal. Volume 2, Halaman 240-246 Tahun 2022 Penulis Nur farayani IGAA Noviekayati Aliffia Ananta Tanggal 2 Oktober 2020 Rivewer Mohammad Ikhsan Syafi’i Tgl. Review 21 januari 2023
Perilaku konsumtif adalah pola perilaku dalam membeli suatu
barang tanpa batas, membeli barang secara berlebihan dalam rangka mencari kepuasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecenderungan kepribadian ekstrovert dengan perilaku konsumtif pada pengguna e-commerce dewasa awal. Subyek dalam penelitian ini melibatkan 62 orang berusia antara 18 sampai 40 tahun yang sering berbelanja minimal 3 kali Abstrak dalam seminggu dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan skala kepribadian ekstrovert dan skala perilaku konsumtif. Hasil analisis menggunakan teknik Spearman Rho dan menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kepribadian ekstrovert dengan perilaku konsumtif. Sehingga semakin tinggi kepribadian ekstrovert seseorang maka akan semakin tinggi pula perilaku konsumtifnya. Konsumen dewasa diharapkan dapat mengevaluasi kembali belanja mereka. Berbagai macam jenis kebutuhan setiap seseorang sangatlah berbeda-beda tergantung pada kebutuhannya namun pada akhirnya Pengantar kebutuhan seseorang tersebut dapat terpenuhi ketika adanya proses membeli suatu barang atau jasa yang dibutuhkan. ndonesia yang telah hidup berdampingan dengan hal ini, maka perilaku belanja manusia banyak sekali perubahan dari tahun ke tahun yang awalnya berbelanja langsung melalui toko atau dikenal dengan istilah berbelanja offline kini beralih berbelanja online atau dikenal dengan toko non fisik tanpa mengunjungi toko tersebut. Di Indonesia merupakan tingkat berbelanja online melalui e-commerce tertinggi di dunia pada tahun 2019. Tingginya presentase diatas menjadikan penguna internet yang gemar shopping online memanfaatkan kondisi itu serta pada akhirnya akan pengaruhi pola perilaku 1 konsumerisme individu dimasa mendatang. Tidak hanya itu, harga produk di gerai online lebih ekonomis bila dibanding dengan harga produk di gerai offline disebabkan tidak terdapat biaya operasional yang besar buat gerai online. Kemudahan transaksi online yang ditawarkan menimbulkan penggunanya menjadi ketagihan dan mengulangi kegiatan tersebut untuk memenuhi ambisinya dalam mencari sebuah kebahagiaan ataupun kepuasan. Menurut Larsen dalam jurnal karakteristik ekstrovert yaitu memiliki kencenderungan suka bicara, suka bertemu dengan banyak orang, ramah terhadap orang, menyukai tantangan, orang yang aktif, lebih mengikuti tutur batin, senang berkelana, mudah jenuh kepada sesuatu perihal, serta tidak senang keadaan yang mononton. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh bahwa kepribadian ekstrovert memiliki tingkatan konsumerisme lebih tinggi daripada kepribadian introvert karena pada dasarnya, karakteristik kepribadian ekstrovert tergolong individu yang berani mengambil suatu resiko, termasuk dalam kegiatan belanja sebuah produk jika dibandingkan dengan individu berkepribadian introvert. Hipotesis yang diajukan penulis dalam penelitian ini yaitu ada Pembahasan hubungan positif antara Kecenderungan Kepribadian Ekstrovert dengan Perilaku Konsumtif. Dengan asumsi bahwa apabila semakin tinggi tipe kepribadian ekstrovert, maka semakin tinngi juga perilaku konsumtif dewasa awal pengguna e-commerce. Sebaliknya semakin rendah kecenderungan kepribadian ekstrovert, maka semakin rendah pula kecenderungan perilaku konsumtif konsumen dewasa awal pengguna e-commerce. Tipe kepribadian ekstrovert memiliki peran yang cukup penting dalam menentukan tinggi rendahnya kecenderungan seseorang dalam berperilaku konsumtif. Dewasa awal yang memiliki kecenderungan tipe ekstrovert mempunyai karakteristik yang aktif, memiliki minat yang luas, dan berani mengambil resiko. Berdasarkan aspek tersebut maka tentu dapat memicu seseorang dalam berperilaku konsumtif pada dewasa awal yaitu kurangnya pertimbangan dalam pembelian suatu barang sesuai dengan kebutuhan ataupun keinginan. Sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widiyaningrum & Puspitadewi dalam jurnal bahwa siswa yang berkepribadian ekstrovert cenderung memiliki perilaku konsumtif dikarenakan pada dasarnya karakteristik seorang ekstrovert tergolong individu yang berani mengambil risiko, termasuk dalam membeli suatu barang jika dibanding dengan siswa introvert. Seperti data yang didapat pada penelitian ini bahwa sebagian besar sebanyak 51,5%ada pada usia antara 18 tahun hingga 25 tahun. Menurut Hurlock dalam jurnal sebagian subjek telah memainkan peran baru seperti menjadi tulang punggung keluarga, keinginan-keinginan baru, mengembangkan sikap dan nilai 2 baru. Contoh yang dibahas dalam perihal ini yakni cara belanja subjek dewasa awal dalam pembelian suatu barang. Pada berkembangnya teknologi saat ini dengan menciptakan inovasi terbaru dalam penjualan seperti e-commerce seseorang dengan mudahnya membeli barang hanya dengan mencari dengan mengetik nama barang yang diinginkan. Subjek rasa dengan adanya e- commerce dapat memudahkan seseorang untuk berbelanja, barang tersedia dengan lengkap, dan intensitas berbelanjanya semakin tinggi dengan adanya promo gratis ongkos kirim atau diskon seperti cashback yang ditawarkan oleh e-commerce dan pada akhirnya subjek tergiur untuk mengulang belanja kembali dan dianggap praktis tanpa memikirkan konsekuensi kedepannya. Berdasarkan hasil riset pada penelitian ini mendapatkan kesimpulkan bahwa tingkat kepribadian ekstrovert dengan perilaku konsumtif terdapat hubungan positif, dilihat dari nilai koefisien korelasi sebesar (r = 0,537) maka dengan demikian terdapat hubungan atau korelasi positif antara Kecenderungan Kepribadian Ekstrovert dengan Perilaku Konsumtif pada Dewasa Awal Pengguna E-commerce. Artiannya bahwa semakin tinggi seseorang dengan kecenderungan kepribadian ekstrovert, maka seseorang berperilaku konsumtif semakin tinggi, begitupun sebaliknya. Kesimpulan Adapun saran untuk pengguna e-commerce dewasa awal dan penulis selanjutnya yaitu: 1) Konsumen dewasa awal diharapkan mengevaluasi kembali belanja mereka dengan mempertimbangkan dasar-dasar keinginan dalam pembelian barang. 2) Kepada peneliti selanjutnya diharapkan mampu memahami perilaku konsumerisme lebih detail dan disarankan menambahkan variabel yang dapat mempengaruhi perilaku konsumtif seperti budaya, kelas sosial atau kelompok sosial, situasi ekonomi, gaya hidup, kontrol diri dan konsep diri.
Kelebihan 1. Pembahasan detail dan terperinci
1. Tidak diberikanya media diskusi pada jurnal
Kekurangan 2. Tidak mendorong adanya penelitian lanjutan
3 REVIEW JURNAL
Pornografi Internet dan Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja
Judul Jurnal Jurnal Keperawatan Vol. & Hal. Volume 1, Halaman 58-66 Tahun 2020 Penulis Fransiska Imavike Fevriasanty Tanggal 2 Oktober 2020 Rivewer Mohammad Ikhsan Syafi’i Tgl. Review 21 januari 2023
Era digital informasi menuntut remaja untuk mencari informasi
melalui internet dimana kemudahan akses internet bukan tanpa resiko. Ditambah dengan rasa keingintahuan yang besar pada remaja akan mendorong mereka membuka situs – situs pornografi di saat mereka sedang diliputi rasa kesepian dan kebosanan dengan kondisi keruwetan dalam keluarga atau ketidak cocokan dalam pertemanan. Metode penelitan ini menggunakan teknik studi pustaka pada 25 artikel dari database Google Scholar dan Proquest. Abstrak Hasil studi pustaka menunjukkan bahwa kecanduan pornografi internet dapat memicu terjadinya perilaku menyimpang seperti perilaku seksual pranikah. Situasi dimana perilaku seksual pranikah menjadi tren di kalangan remaja pada akhirnya akan menciptakan penyakit sosial dalam masyarakat yang berdampak pada rusaknya mental generasi penerus bangsa. Kesimpulan dari studi pustaka ini adalah perilaku seksual pranikah pada remaja akan menimbulkan naiknya angka kejadian penyakit menular seksual seperti HIV/ AIDS. Era informasi digital menuntut remaja mencari informasi melalui internet. Dengan meningkatnya popularitas penyedia informasi online membuat remaja memiliki akses untuk mencari informasi yang mereka inginkan. Akses internet memungkinkan remaja untuk mendapatkan informasi seputar seksualitas. Situs pornografi sangat Pengantar menarik perhatian remaja karena situs tersebut memuat konten video dan gambar yang meningkatkan rasa penasaran dan memicu keinginan remaja untuk mempraktekannya dalam dunia nyata. Aktifitas seksual pada remaja memang tidak dapat dipungkiri lagi. Remaja mengalami periode transisi dalam hidupnya dimana mereka 4 mencari jati dirinya melalui kegiatan – kegiatan yang positif tapi tidak menutup kemungkinan juga aktifitas seksual yang negatif. Hal inilah yang memicu remaja melakukan perilaku seksual pranikah. Ditambah lagi, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi remaja untuk melakukan seks pranikah salah satunya adalah media exposure, dimana konsekuensi dari perilaku seksual pranikah ini akan meningkatkan terjadinya komplikasi kehamilan usia dini, aborsi,dan penyakit menular seksual. Sebuah literatur review yang komprehensif terkait faktor anteseden terbentuknya perilaku pornografi internet sangat dibutuhkan sejalan dengan makin merebaknya tren penggunaan internet di kalangan remaja. Pemahaman yang serius terkait topik pornografi internet sangat penting diketahui oleh tenaga kesehatan dan masyarakat secara umum mengingat besarnya resiko yang ditanggung remaja ketika perilaku pornografi internet telah menjadi suatu kebiasaan. Perilaku pornografi internet dan perilaku seksual pranikah pada Pembahasan remaja adalah hal pokok yang dibahas dalam artikel ini disertai dengan pembahasan yang mendalam dari setiap faktor anteseden yang mempengaruhi perilaku tersebut. 1) Perilaku Pornografi Internet Secara umum definisi pornografi internet sangat tervariasi. 8 Penggunaan pornografi internet di kalangan remaja tidak terlepas dari peranan beberapa pihak, antara lain keluarga, teman sebaya dan beberapa faktor personal. a) Peran Keluarga Kedekatan dan kehangatan hubungan antara remaja – orangtua dipercaya menjadi faktor pelindung remaja dari penggunaan pornografi internet. Studi dari Meeus menyatakan bahwa sikap dan nilai yang dianut oleh orangtua akan berkontribusi terhadap perkembangan dan perilaku remaja. 11 Secara umum diketahui bahwa jika orangtua memiliki keyakinan konsevatif bahwa melakukan hubungan seksual diperbolehkan jika anak remaja sudah menikah maka keyakinan orangtua ini kemungkinan besar akan diikuti oleh remaja dengan remaja baru melakukan hubungan seksual jika sudah menikah. Ketidakutuhan keluarga mendorong remaja Hongkong untuk membuka situs pornografi dikarenakan lemahnya pengawasan orangtua terhadap aktifitas sehari – hari remaja. 16 Ketika remaja tinggal bersama dengan orangtua akan menjadikan kebersamaan keluarga sebagai faktor pelindung remaja dari melakukan perilaku beresiko. 17 Lemahnya keterikatan remaja dengan orangtua juga dipercaya dapat mendorong remaja 5 melakukan perilaku online beresiko dan adiksi internet sedangkan hubungan orangtua – remaja yang dekat mencegah remaja untuk melakukan perilaku online beresiko. b) Peran Teman Sebaya Banyak penelitian telah meneliti keterkaitan antara teman sebaya dengan kebiasaan remaja mengakses konten pornografi dan melakukan aktifitas online beresiko. Abeele, Campbell, Eggermont & Roe menyatakan remaja laki – laki melihat pornografi lewat telepon genggam karena tekanan dari teman sebaya dan untuk menunjukkan popularitasnya dalam grup pertemanan, hal yang sama juga terjadi pada remaja perempuan. Remaja juga memiliki kecenderungan untuk berkomunikasi dengan grup pertemanannya tentang kebiasaannya melihat konten pornografi online karena remaja merasa ini adalah isu yang sensitif dan memerlukan teman sebayanya untuk berbagi pengalaman selama mengeksplorasi pornografi internet. Namun, ada fakta yang berbeda tentang peranan teman sebaya terhadap keputusan remaja untuk menggunakan pornografi internet atau tidak. c) Peran Faktor Personal Faktor personal yang membentuk perilaku pornografi internet pada remaja di antaranya faktor biologis, information seeking, sensation seeking, dan sexual identity formation.Remaja di Belgia memiliki kecenderungan tinggi untuk melakukan hubungan seksual dini ketika remaja dalam tahap awal pubertas dengan kebiasaan sering melihat situs internet yang mengandung konten pornografi.26 Remaja laki-laki Belgia juga memiliki tingkat maturasi pubertas tinggi dan cenderung sering mengakses pornografi internet. Salah satu tugas perkembangan pada remaja adalah pembentukan identitas diri, dimana proses ini menyatukan karakteristik dan pengalaman individu untuk terbentuknya status diri yang stabil dan unik. d) Perilaku Seksual Pranikah Faktor personal yang membentuk perilaku pornografi internet pada remaja diantaranya faktor biologis, information seeking, sensation seeking, dan sexual identity formation. Faktor hormonal memiliki pengaruh terhadap keputusan remaja untuk melihat konten pornografi. Remaja di Belgia memiliki 6 kecenderungan tinggi untuk melakukan hubungan seksual dini ketika remaja dalam tahap awal pubertas dengan kebiasaan sering melihat situs internet yang mengandung konten pornografi.26 Remaja laki-laki Belgia juga memiliki tingkat maturasi pubertas tinggi dan cenderung sering mengakses pornografi internet.27 Bali. Teman sebaya adalah tempat untuk memperoleh informasi tentang seksualitas sekaligus menggambarkan perilaku seksual remaja. Lyons et al. menyatakan bahwa perilaku dari teman sebaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengalaman seksual remaja perempuan, dimana remaja dengan beberapa pasangan seksual adalah remaja yang populer di kelompoknya dan punya rasa percaya diri yang tinggi.41 Hal senada juga disampaikan oleh Komunikasi antara orangtua dan remaja menjadi salah satu hal penting ketercapaian kesehatan seksual dan reproduksi remaja. Holman melakukan studi kualitatif tentang komunikasi antara ibu dan remaja dimana Holman menyatakan bahwa kemampuan dan keefektifan komunikasi dari ibu ke remaja merupakan prediktor negatif terkuat dari perilaku seksual permisif remaja dan perilaku seksual beresiko. Studi kualitatif Nurachmah et al. Metode penelitan adalah menggunakan teknik studi pustaka pada artikel dari database Google Scholar dan Proquest dengan menggunakan beberapa kata kunci seperti internet pornography, Kesimpulan premarital sex behaviors, adolescent. Artikel ini disusun berdasarkan referensi dari jurnal-jurnal international bereputasi sehingga menghasilkan penyajian yang komprehensif dan mencerminkan kondisi saat ini.
Kelebihan Pembahasan detail dan terperinci
3. Tidak diberikanya media diskusi pada jurnal
Kekurangan 4. Tidak mendorong adanya penelitian lanjutan