MAKALAH
Oleh:
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Telah disetujui:
Pembimbing Lahan
M. Abdurrohman Rifai
Nip.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tulang yang berfungsi sebagai penyangga organ di area perut dan penghubung
antara tubuh bagian atas dan bawah. Fraktur adalah terputusnya hubungan
atau kontinuitas tulang karena stress pada tulang yang berlebihan. Sehingga
Penyebab dari frakrur pelvic dapat berupa trauma atau stress yang berlebih
patah tulang yaitu sebesar 8,2%, dengan urutan penyebab cedera terbanyak
adalah jatuh 40,9%, kecelakaan sepeda motor (40,6%), cedera karena benda
jatuh dari ketinggian. Penanganan yang dapat dilakukan pada kondisi pasien
latihan berupa active assisted LGS dan latihan tranfer ambulasi. Active
Assited Exercise merupakan latihan gerak aktif yang terjadi karena adanya
pasca operasi dimulai dari miring, bangun, duduk, berdiri hingga berjalan
dengan bantuan sesuai kondisi pasien, untuk persiapan mobilisasi pada pasien.
Orthopedi Prof. dr. Soeharso Solo sebagai laporan kasus praktik kerja
lapangan.
B. Rumusan Masalah
Soeharso Solo?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat penulisan
1. Bagi penulis
2. Bagi Intitusi
3. Bagi Rumah Sakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Kasus
1. Definisi
fraktur tertutup serta fraktur dengan komplikasi. Fracture tertutup atau close
fracture adalah dimana jaringan kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang,
delayed union, nonunion, dan infeksi tulang. Dari pengertian tersebut dapat
pada pelvis yang dapat disebabkan oleh trauma atau stress berlebih. Dalam
jaringan. Dalam tindakan operative salah satu metode yang digunakan dapat
a. Os. Pelvis
membentuk acetabulum.
halus
b) Tuberositas iliaka/iliac crest : bagian posterior, tempat
posterior
foramen obturatoar.
bertemu
bagian atas /false pelvis), yang berada di atas linea terminalis termasuk
2 fossa iliaka, dan pelvis minor (pelvis bagian bawah/true pelvis), yaitu
dikelilingi oleh ligamen yang sangat kuat pada bagian anterior dan
Antefleksi:
- m. iliopsoas
- m. rectus femoris
- m. Sartorius
- m. gracilis
- m. adductor magnus
- m. adductor brevis
- m. adductor longus
- m. pectineus
- m. gluteus minimus
Retrofleksi:
- m. gluteus maximus
- m. gluteus medius
- m. quadrates femoris
- m. biceps femoris
- m. semitendincus
- m. semi membranosus
- m. adductor magnus
- m. quadrates femoris
Otot-otot ini menyilangi aksis transversal di sebelah candal
Abduksi:
- m.gluteus minimus
- m. gluteus medius
- m. gluteus maximus
- m. rectus femoris
- m. sartorius
Adduksi:
- m. adductor magnus
- m. adductor longus
- m. adductor brevis
- m. pectineus
- m. gracilis
- m. gluteus maximus
- m. semi membranosus
- m. semi tendinosus
- m.psoas major
- m. iliacus
lebih dari satu sendi). Otot-otot yang bersifat poliarticuler akan lebih
cepat lelah apabila otot tersebut bekerja langsung pada dua sendi.
Seperti halnya pada otot-otot paha depan dan belakang yang bersifat
poliarticuler lebih mudah lelah bila bekerja pada articulatio coxae dan
gerakan yang lebih luas apabila lutut dalam keadaan fleksi. Fleksi di
lutut dimaksudkan agar otot-otot paha depan hanya bekerja pada satu
articulatio coxae, maka otot poliarticuler paha depan lebih cepat lelah,
otot pasif).
d. Pembuluh Darah
Masing-masing arteri iliaca communis berakhir pada apertura pelvis
posterior
yang
mengurus
viscera
pelvis,
perineum,
dinding
e. Persarafan
.
.
berjalan ventral kepiriformis dan memasuki pelvis melalui greater siatik notch.
Nervus pudendalis ( S 2, 3 dan4) mempersarafi otot sfingter pelvis dan dapat ruptur
4. Biomekanik Pelvis
Pergerakan pelvic dihasilkan oleh gerakan lumbal spine dan hip joint.
Gerakan pada lumbal spine dan hip joint dapat menghasilkan pelvic bergerak
a. Forward Tilting
c. Lateral tilt
Lateral Tilt adalah suatu gerak rotasi pelvis dalam bidang frontal
sekitar axis sagital- horizontal sehingga salah satu crista iliaca turun dan
yang laipada lateral titik ke kirinya naik, pada lateral tilt ke kiri crita
5. Etiologi
6. Patofisiologi
pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih
besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang
terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,
eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah
biasanya terjadi secara langsung pada panggul karena tekanan yang besar
atau karena jatuh dari ketinggian. Pada orang tua dengan osteoporosis dan
7. Manifestasi Klinis
Pada fraktur pelvic nyeri merupakan gejala yang dominan, nyeri akan
sehingga terdapat limitasi pada gerak, seringkali pasien akan mencoba untuk
dengan tujuan menghindari rasa sakit. Beberapa dalam kasus ini akan
akan ditimbulkan pada fraktur pelvis berupa nyeri dan bengkak disertai
perubahan warna kulit menjadi kemerahan dan terasa panas pada perabaan
jaringan. Apabila terdapat struktur saraf yang tertekan atau terluka, fraktur
pelvik juga dapat menyebabkan gejala seperti sensasi rasa kesemutan, kebas,
kasus patahan tulang juga dapat melukai ligamen dan akan mempengaruhi
B. Problematika Fisioterapi
yang terjadi yaitu adanya spasme pada otot iliopsoas, nyeri pada area pubis,
pubis post op orif adalah ketidak mampuan pasien untuk duduk mandiri,
secara mandiri..
impairment dan Functional limitation. Dalam hal ini pada pasien close
a. Transfer Ambulasi
pasien pasca operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun
dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan
b. Ankle Pumping
otot betis dan pergelangan kaki. Ankle pumping dapat dilakukan dengan
(plantar flexi) pergelangan kaki dan kontraksi otot –otot betis (latihan
selama 5 – 10 detik dan biarkan pasien rileks. Ulangi latihan ini, 10 kali
dalam satu jam ketika pasien terjaga (Smeltzer & Bare, 2002).
c. Bridging Exercise
latihan ini baik untuk latihan penguatan stabilisasi pada glutei, hip dan
punggung bawah (Miller, 2012). Bridging exercise adalah cara yang baik
kaki bagian atas ). Jika melakukan latihan ini dengan benar, bridging
otot perut serta otot-otot punggung bawah dan hip (Quinn, 2012).Bridging
bagian belakang paha, otot perut dan otot-otot glutealis (Cooper, 2009).
d. Active Assisted
otot yang bersangkutan dan mendapat bantuan dari luar. Apabila kerja otot
tidak cukup kuat untuk melakukan suatu gerakan maka diperlukan kekuatan
dari luar. Kekuatan tersebut harus diberikan dengan arah yang sesuai dengan
kerja otot.
BAB III
PENATALAKSAAN FISIOTERAPI
A. Pengambilan Kasus
Soeharso Solo.
B. Pengkajian
1. Pemeriksaan Subjektif
a. Anamnesis Umum
pada tanggal 16 Desember 2019, dengan identitas pasien yaitu (1) nama
Tn. A, (2) Usia 36 tahun, (3) Jenis Kelamin Laki laki, (4) Alamat Klaten,
b. Anamnesis Khusus
1) Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada daerah selakangan
pasien terjatuh dari atap rumah saat gotong royong, pasien terjatuh di
operasi pemasangan ORIF pada simphisis pubis dengan bius total dan
5) Riwayat pribadi
Pasien seorang karyawan swasta yang kesehariannya selain
6) Riwayat keluarga
c. Anamnesis Sistem
2) Kardiovaskuler
3) Repirasi
4) Gastrointestinal
5) Urogenital
6) Muskuloskeletal
diatas
7) Nervorum
Pemeriksaan tanda vital yang didapat yaitu: (1) HR 80x/ mnt (2)
RR 18x/ mnt (3) Suhu 37° C (4) TB 160cm, (5) BB 60kg (6) TD 120/70
mm/hg
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
flexi
2) Palpasi
incisi.
3) Perkusi
4) Auskultasi
1) Fungsional Dasar
Melihat kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas secara
fungsional
2) Fungsional aktifitas
fungsinonal
3) Lingkungan Aktifitas
lingkungan
f. Pemeriksaan Spesifik
fisioterapi. Untuk kasus efusi pleura pos water seal drainage dilakukan
pemeriksaan