Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PERILAKU

KONSUMTIF PADA REMAJA DI KOTA BALIKPAPAN

Oleh :
111 111 151 Hasna Huwaida Adibah

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Masyarakat

Indonesia

dinilai

sangat

konsumtif.

Menurut

SuaraMerdeka.com terbukti bahwa Indonesia menduduki peringkat ke dua sebagai


negara paling konsumtif di dunia. Hampir sebagian besar masyarakat Indonesia
memiliki perilaku konsumtif dan menyukai barang-barang baru. Mereka juga rela
menghabiskan sebagian pendapatan mereka untuk membeli produk baru yang
sedang tren. Perilaku ini dapat terjadi pada setiap orang termasuk kaum
remaja. Pusat perbelanjaan atau mal-mal yang tumbuh pesat menawarkan
berbagai fasilitas lengkap, nyaman, dan serba praktis memanjakan masyarakat,
termasuk para remaja. Menjumpai kaum remaja di mal-mal atau tempat
perbelanjaan lainnya sekarang ini bukanlah masalah sulit. Suguhan yang
ditawarkan di mal berupa mode fashion, aneka kuliner, aksesori, dan berbagai
hiburan cukup menggoda hati setiap pengunjung , khususnya kaum remaja.
Di kalangan remaja yang memiliki orang tua dengan kelas ekonomi yang cukup
berada, terutama di kota-kota besar, mall sudah menjadi rumah kedua. Mereka
ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang
beredar dan juga mengikuti penampilan kelompok ataupun karena ingin diterima
oleh kelompok, misalnya warna baju yang sama, ataupun perlengkapan sekolah
yang sama.
Menurut Lubis (dalam Sumartono, 2002) perilaku konsumtif merupakan
suatu perilaku yang tidak didasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan
karena adanya keinginan yang mencapai taraf yang tidak rasional lagi. Kemudian
menurut Anggasari (dalam Sumartono, 2002) perilaku konsumtif adalah tindakan
membeli barang-barang yang kurang atau tidak diperhitungkan sehingga sifatnya
menjadi berlebihan. Pada faktor eksternal pembentuk perilaku konsumtif ini
terkhususnya pada pengaruh yang dihasilkan oleh kelompok referensi, seseorang
akan melakukan perilaku konsumtif dengan mengacu pada apa yang ditentukan
oleh kelompok referensinya (Loc dalam Sumartono, 2002). Kelompok referensi

tersebut kuat dalam mempengaruhi individu, hal ini terkait dengan akan adanya
pengakuan dari kelompok tersebut terhadap individu yang ada di dalamnya.
Kelompok referensi sangat erat kaitannya dengan kelompok sosial. Yang termasuk
ke dalam kelompok referensi adalah kelompok pertemanan sebaya oleh remaja
atau peergroup (Dacey & Kenny, 1997). Hal ini sesuai dengan Schiffmann dan
Kanuk (2004), dalam buku consumer behavior memperjelas bahwa kelompok
referensi memiliki pengaruh kuat, dikarenakan kelompok referensi ini merupakan
tempat bagi individu untuk melakukan perbandingan, memberikan nilai, informasi
dan menyediakan suatu bimbingan ataupun petunjuk untuk melakukan konsumsi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Jatman (1987) pengaruh konsumtivisme yang
sangat dominan terjadi pada remaja, sehingga remaja menjadi sasaran berbagai
produk perusahaan. Pada masa remaja, kematangan emosi individu belum stabil
yang mendorong munculnya berbagai perilaku membeli yang tidak wajar.
Penampilan fisik juga berpengaruh besar terhadap penerimaan diri remaja dalam
kelompoknya. Penerimaan diri ini merupakan suatu proses dalam mencari
identitas diri. Berkaitan dengan pencarian identitas diri, terdapat periode para
remaja sangat senang untuk mencoba sesuatu yang baru atau yang sedang trend
dan berkaitan dengan citra diri yang ingin ditampilkan oleh remaja tersebut. Suatu
tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya
tetapi memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya perilakuperilaku tertentu pada anggota kelompok atau biasa di sebut konformitas (Zebua
dan Nurdjayadi, 2001, h.73).
Myers (1999, h.203) menyatakan bahwa konformitas merupakan
perubahan perilaku sebagai akibat dari tekanan kelompok, terlihat dari
kecenderungan remaja untuk selalu menyamakan perilakunya dengan kelompok
tertentu sehingga dapat terhindar dari celaan maupun keterasingan. Menurut
Baron dan Byrne (1994, h.206) konformitas remaja adalah penyesuaian perilaku
remaja untuk menganut norma kelompok tertentu, menerima ide atau aturanaturan kelompok yang mempengaruhi cara remaja berperilaku. Seseorang
melakukan konformitas terhadap kelompok hanya karena perilaku individu
didasarkan pada harapan kelompok atau masyarakat.

Penelitian dilakukan di Kota Balikpapan karena berdasarkan pengamatan


peneliti terhadap remaja yang berada di Kota Balikpapan. Remaja di Kota
Balikpapan terlihat cenderung konsumtif, hal ini terlihat dari remaja yang selalu
mengikuti hal-hal yang sedang tren pada masanya. Pemilihan kota ini juga karena
peneliti pernah bertempat tinggal disana selama 17 tahun.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : apakah ada hubungan antara konformitas dengan perilaku
konsumtif pada remaja di Kota Balikpapan?.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian untuk mengetahui Hubungan antara konformitas
dengan perilaku konsumtif pada remaja di Kota Balikpapan.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Memberikan informasi mengenai hubungan antara konformitas dengan
perilaku konsumtif pada remaja di Kota Balikpapan. Diharapkan hasil penelitian
ini dapat dipakai sebagai informasi tambahan bagi penelitian berikutnya yang
berhubungan dengan perilaku konsumtif pada remaja.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 KONSUMTIF
Menurut Sumartono (2002) perilaku konsumtif dapat diartikan sebagai
suatu tindakan menggunakan suatu produk secara tidak tuntas, seperti seseorang
yang belum habis dalam menggunakan suatu produk yang dia pakai, orang
tersebut telah menggunakan produk jenis yang sama dari merek lain atau membeli
barang karena adanya hadiah yang ditawarkan atau membeli suatu produk karena
banyak orang yang menggunakan produk tersebut. Sedangkan menurut Lubis
(dalam Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif adalah perilaku yang
tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya
keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Anggasari
(dalam Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif adalah tindakan
membeli barang-barang yang kurang atau tidak diperhitungkan sehingga sifatnya
menjadi berlebihan. Berdasarkan pengertian-pengertian mengenai perilaku
konsumtif diatas, dapat disimpukan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku
membeli barang atau jasa yang berlebihan tanpa pertimbangan rasional demi
mendapatkan kepuasan hasrat dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya yang
bersifat berlebihan.
Menurut Sumartono (2002), munculnya perilaku konsumtif disebabkan
oleh:
a. Faktor Internal. Berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah
motivasi, harga diri, observasi, proses belajar, kepribadian dan konsep diri.
b. Faktor Eksternal. Berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah
kebudayaan, kelas sosial, kelompok-kelompok sosial dan referensi serta
keluarga.
Menurut Sumartono (2002), indikator perilaku konsumtif adalah :
a. Membeli produk karena iming-iming hadiah. Individu membeli suatu
barang karena adanya hadiah yang ditawarkan jika membeli barang
b.

tersebut.
Membeli produk karena kemasannya menarik. Konsumen sangat mudah
terbujuk untuk membeli produk yang dibungkus dengan rapi dan dihias

dengan warna-warna yang menarik. Artinya motivasi untuk membeli


produk tersebut hanya karena produk tersebut dibungkus dengan rapi dan
menarik.
c. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi. Konsumen
mempunyai keinginan membeli yang tinggi, karena pada umumnya
konsumen mempunyai
rambut,

dan

ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya

sebagainya

dengan

tujuan

agar

konsumen

selalu

berpenampilan yang dapat menarik perhatian orang lain. Konsumen


membelanjakan uangnya lebih banyak untuk menunjang penampilan diri.
d. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau
kegunaanya).
e. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status. Konsumen
mempunyai kemampuan membeli yang tinggi baik dalam berpakaian,
berdandan, gaya rambut, dan sebagainya sehingga hal tersebut dapat
menunjang sifat eksklusif dengan barang yang mahal dan memberi kesan
berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi. Dengan membeli suatu produk
dapat memberikan symbol status agar kelihatan lebih keren dimata orang
lain.
f. Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang
mengiklankan. Konsumen cenderung meniru perilaku

tokoh

yang

diidolakannnya dalam bentuk menggunakan segala sesuatu yang dapat


dipakai tokoh idolanya. Konsumen juga cenderung memakai dan mencoba
produk yang ditawarkan bila ia mengidolakan publik figure produk
tersebut.
g. Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan
menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi. Konsumen sangat terdorong
untuk mencoba suatu produk karena mereka percaya apa yang dikatakan
oleh iklan yaitu dapat menumbuhkan rasa percaya diri.
h. Mencoba lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda). Konsumen akan
cenderung menggunakan produk jenis sama dengan merek yang lain dari
produk sebelumnya ia gunakan, meskipun produk tersebut belum habis
dipakainya.

2.2 KONFORMITAS
Menurut Myers (2005) konformitas adalah perubahan perilaku ataupun
keyakinan agar sama dengan dengan orang lain. Asch (dalam Feldman, 1995)
mendefinisikan konformitas sebagai perubahan dalam sikap dan perilaku yang
dibawa seseorang sebagai hasrat untuk mengikuti kepercayaan atau standar yang
ditetapkan orang lain. Konformitas juga diartikan sebagai bujukan untuk
merasakan tekanan kelompok meskipun tidak ada permintaan langsung untuk
tunduk pada kelompok (Deux, Dane & Wrigthsman, 1993). Sedangkan Feldman
(1995) mengatakan konformitas adalah perubahan perilaku ataupun sikap yang
disesuaikan untuk mengikuti keyakinan atau standar kelompok. Berdasarkan
pengertian-pengertian tersebut dapat disimpukan bahwa konformitas adalah
perubahan sikap dan perilaku individu sesuai dengan standar atau harapan yang
dibentuk kelompok agar individu dapat diterima di dalam kelompok tersebut dan
sebagai bentuk interaksi yang terjadi di dalam kelompok .
Menurut Myers (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk
konform adalah:
a. Group size. Semakin besar jumlah anggota kelompok , semakin besar pula
pengaruhnya terhadap individu.
b. Cohession. Merupakan perasaan yang dimiliki oleh anggota dari kelompok
dimana mereka merasa ada ketertarikan dengan kelompok. Myers (2005)
menambahkan semakin seseorang memiliki kohesif dengan kelompoknya
maka semakin besar pengaruh dari kelompok pada individu tersebut.
c. Status. Dalam sebuah kelompok bila seseorang memilki status yang tinggi
cenderung memiliki pengaruh yang lebih besar, sedangkan orang yang
memiliki status yang rendah cenderung untuk mengikuti pengaruh yang
ada.
d. Public Response. Ketika seseorang diminta untuk menjawab secara
langsung pertanyaan di hadapan publik, individu cenderung akan lebih
konform , daripada individu tersebut diminta untuk menjawab dalam
bentuk tulisan.

e. No Prior Comitment. Seseorang yang sudah memutuskan untuk memiliki


pendiriannya sendiri akan cenderung mengubah pendiriannya di saat
individu tersebut dipertunjukkan pada adanya aspek tekanan sosial.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kuantitatif bersifat


korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas
dengan perilaku konsumtif pada remaja.
3.2 IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini ada 2 yaitu adalah Perilaku konsumtif dan
konformitas yang didasarkan pada pengaruh normatif dan konformitas yang
didasarkan pada pengaruh informatif.
3.3 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
3.3.1 Perilaku Konsumtif
Perilaku konsumtif adalah suatu tindakan ataupun perilaku yang dilakukan
individu untuk membeli produk atas pertimbangan dasar manfaat atau
kegunaannya, mencoba lebih dari dua produk yang berbeda merek, membeli
produk menjaga penampilan diri dan gengsi ataupun membeli produk karena
kemasannya menarik dan membeli produk karena hadiah yang disertakan dalam
produk tersebut. Perilaku konsumtif diukur berdasarkan indikator perilaku yang
dikemukakkan oleh Sumartono (2002). Adapun yang menjadi indikator perilaku
konsumtif yaitu memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang
mengiklankan membeli produk karena iming-iming hadiah, membeli produk
karena kemasannya menarik, membeli produk demi menjaga penampilan diri dan
gengsi, membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau
kegunaanya), membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status, , munculnya
penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa
percaya diri yang tinggi, mencoba lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda).
Perilaku konsumtif dapat dilihat dari skor total yang diperoleh dari skala tersebut.
Jika semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek dalam skala

perilaku

konsumtif, menggambarkan individu yang berperilaku konsumtif dan sebaliknya


semakin rendah skor total subjek dalam skala, menggambarkan individu yang
berperilaku tidak konsumtif.

3.3.2 Konformitas
Konformitas merupakan perilaku individu dengan mengadaptasi, meniru
atau mengikuti perilaku kelompok, bertindak sesuai dengan standar

ataupun

harapan yang dibentuk kelompok agar individu dapat diterima di dalam kelompok
tersebut yang dilakukan karena tekanan kelompok secara nyata ataupun hanya
merupakan persepsi individu akan keberadaan tekanan kelompok. Konformitas
diukur dengan menggunakan skala konformitas yang disusun sesuai dengan dasar
pembentuk konformitas yang dikemukakan oleh Myers (2005) yaitu: pengaruh
normatif dan pengaruh informasional. Pengaruh normatif, artinya penyesuaian diri
dengan keinginan atau harapan orang lain untuk mendapatkan penerimaan.
Pengaruh informatif, artinya adanya penyesuaian individu ataupun keiginan
individu untuk memiliki pemikiran yang sama sebagai akibat dari adanya
pengaruh menerima pendapat maupun asumsi pemikiran kelompok, untuk
mendapat pandangan yang akurat sehingga mengurangi ketidakpastian.
3.4 SUBJEK PENELITIAN
Subjek berusia 13-18 tahun dan bertempat tinggal di kota Balikpapan.
3.5 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan skala psikologi. Skala psikologi merupakan suatu alat yang
digunakan dalam suatu penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan yang
telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga calon responden hanya
tinggal memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia. Metode skala
berdasarkan self report atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan
pribadi tentang diri. Metode skala digunakan karena data yang ingin diukur
berupa konstruk atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak
langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk
aitem-aitem pernyataan (Azwar, 2000). Azwar mengungkapkan skala sikap
merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Dari
respon subjek diharapkan pada setiap pernyataan tersebut kemudian dapat

disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang. Penelitian ini


menggunakan 2 buah skala, yaitu skala konformitas dan skala perilaku konsumtif.
3.6 ANALISIS DATA
Penelitian ini menggunakan analisis korelasional. Analisis korelasional
adalah analisis statistik yang berusaha untuk mencari hubungan atau pengaruh
antara dua buah variabel atau lebih. Dalam analisiskorelasional ini, variabel dibagi
ke dalam dua bagian, yaitu variabel bebas (Konformitas), variabel terikat
(perilaku konsumtif).

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S (1999). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka pelajar
Azwar, S (2000). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Dacey, J & Kenny M. (1997). Human development- second edition. United State
of America : Times Mirror Higher Education Group Inc.
Feldman, Robert. (1995). Social Psychology. New Jersey: Prentice Hall.
Hurlock, E. 1997. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Masa.
Alih Bahasa : .Jakarta: Penerbit Erlangga.
Jatman, D. (1987). Remaja incaran iklan. Kedaulatan Rakyat. 10 september.
Yogyakarta
Myers, D. 1982. Psychology. First Edition. New York : Worth Publishers, Inc.
Sumartono. (2002). Terperangkap dalam Iklan : Meneropong imbas pesan Iklan
Televisi. Bandung : Penerbit Alfabeta.
Zebua, A & Nurdjayadi, R. 2001. Hubungan Antara Konformitas dan Konsep Diri
Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri. Phronesis. 3, 6, 72-82.
http://www.jpnn.com/read/2013/12/06/204407/Masyarakat-Indonesia-DinilaiSangat-Konsumtif- (diakses pada tanggal 3 Januari 2015)
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/05/03/84640(diakses pada
tanggal 3 Januari 2015)
http://philostohang.blogspot.com/2008/03/remaja-dan-perilaku-konsumtif.html
(diakses pada tanggal 3 Januari 2015)

Anda mungkin juga menyukai