PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa peralihan dan pencarian jati diri, remaja
mencari dan berusaha untuk mencapai pola hidup yang ideal, hal tersebut
menyebabkan remaja mudah terpengaruh oleh promosi produk dan jasa yang
dipaparkan, baik di media massa atau secara langsung. Menurut Sarwono (2001)
merupakan individu yang sedang mengalami masa transisi dari kehidupan kanak-
kanak menuju kehidupan orang dewasa yang ditandai dengan perubahan dan
perkembangan yang pesat baik dari segi fisik maupun psikis (Monks dkk, 2002).
Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia 12-21 tahun
dengan pembagian menjadi tiga masa, yaitu masa remaja awal 12 – 15 tahun,
masa remaja tengah 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Monks
dkk, 2002). Saat ini istilah remaja mempunyai arti yang lebih luas dan tidak hanya
meliputi kematangan fisik tetapi mental, emosional, dan sosial. Masa remaja
dianggap sebagai masa topan-badai dan stress (storm and stress) karena mereka
telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Artinya
remaja memiliki keinginan untuk menentukan apa-apa saja yang ingin dia lakukan
1
2
Hal ini menunjukkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan periode
dan sosio-ekonomi secara bertahap. Secara sosial ekonomi remaja adalah suatu
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman dalam Sarwono, 2011).
tingkat kompleksitas yang tinggi salah satunya menjadikan remaja memiliki gaya
hidup yang tinggi. Kebiasaan dan gaya hidup juga berubah dalam waktu yang
relatif singkat menuju ke arah yang makin mewah dan berlebihan, misalnya dalam
hal penampilan maupun pemenuhan kebutuhan hidup. Pada saat ini kegiatan
semakin mengarah ke pembelian yang impulsif. Riset dari The Nielsen Company
pada tahun 2011, mengungkapkan bahwa data dari tahun 2003 hingga 2011
tahun 2003, 15 persen dari total pembelanja di Indonesia masih merencanakan apa
yang akan dibelinya jika ingin berbelanja. Namun, pada tahun lalu persentase itu
pembelanja tidak pernah merencanakan apa yang ingin dibeli. Hal ini naik di
pada 2010 pembelanja merencanakan membeli sesuatu, namun selalu ada barang
tambahan di luar rencana awal. Ini naik dibandingkan pada 2003 yang hanya 13
persen. Pada bulan Juni 2013, Nielsen kembali melaporkan hasil survey bahwa
3
tahun sebelumnya.
pada kategori ekonomi menengah ke atas sehingga pembelian impulsif dan gaya
hidup brand minded termasuk tinggi terlihat dari berapa banyaknya uang belanja,
barang barang yang mereka gunakan seperti sepatu, jam tangan dan kendaraan
yang mereka gunakan rata rata adalah kendaraan roda empat (mobil). Dari survey
sebelumnya. Seperti mereka membeli alat alat Vape maupun E-liquid mereka
ketahui.
yang terjadi akibat adanya dorongan untuk membeli secara tiba-tiba dan lebih
tidak terefleksi. Perilaku pembelian seperti itulah yang disebut sebagai pembelian
oleh beberapa faktor internal maupun eksternal. Salah satu faktor yang
pertimbangan yang cermat dan mencari yang sifatnya fungsional, akan tetapi tidak
selalu rasional, terkadang muncul pembelian yang didasari emosi. Seperti yang di
ungkapkan oleh Hirsschman & Holbrook (dalam Engel, Blackwell, & Miniard,
1995) pembelian ini bersifat hedonis, objek yang dikonsumsi dipandang secara
simbolis dan berhubungan dengan respon emosi. Banyaknya stimulus dalam suatu
toko seperti display barang, informasi menarik, potongan harga, promosi, iklan
Gaya hidup juga mencakup produk apa yang dibeli, bagaimana kita
2007). Kemudian pengertian dari brand minded adalah pola pikir seseorang
atau terkenal (McNeal, 2007). Jadi dapat disimpulkan bahwa gaya hidup brand
yang memiliki merek eksklusif atau terkenal. Ciri-ciri dari brand minded itu
adalah pola seseorang menghabiskan waktu dan uangnya, mencakup produk apa
yang individu beli, bagaimana individu menggunakannya, dan apa yang akan
individu pikirkan tentang produk tersebut, pola pikir seseorang terhadap objek-
objek komersil yang cenderung berorientasi pada merek eksklusif atau terkenal.
tanggal 16 Januari 2017 didapati hasil bahwa pada beberapa remaja membeli
faktor, seperti display toko, potongan harga dan lainya.selain itu dilakukan
yang mereka beli. Membeli dalam hal ini tidak lagi dilakukan karena produk
seperti sekedar mengikuti arus mode, hanya ingin mencoba produk baru, ingin
antara gaya hidup brand minded dengan perilaku pembelian impulsif produk
fashion bermerk pada remaja. Penulis tertarik untuk meneliti masalah ini dan
B. Rumusan Masalah
penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara gaya hidup brand minded
C. Tujuan Penelitian
hubungan antara gaya hidup brand minded dengan perilaku pembelian impulsif
D. Keaslian Penelitian
mempunyai karakteristik yang relatif sama dalam hal tema kajian, yakni tentang
gaya hidup brand minded dan perilaku pembelian impulsif. Penelitian ini
dilakukan mengenai hubungan antara gaya hidup brand minded dengan perilaku
pembelian impulsif produk fashion pada remaja. Penelitian terkait dengan gaya
hidup brand minded yang pernah dilakukan antara lain mengenai gaya hidup
brand minded yaitu “Hubungan antara Gaya Hidup Brand Minded dengan
Fashion Tiruan Bermerk Eksklusif pada Remaja Putri” dilakukan oleh Resti
Pembelian Impulsif Produk Pakaian Ditinjau dari Peran Gender” dilakukan oleh
Smartphone Blackberry pada Siswa SMA Al – Azhar BSD” dilakukan olh Rifky
penelitian yaitu variabel gaya hidup brand minded dan perilaku pembelian
variabel gaya hidup brand minded dan perilaku pembelian impulsif namun
tempat penelitian, oleh karena itu penulis yakin bahwa belum pernah dilakukan
penelitian sebelumnya tentang hubungan antara gaya hidup brand minded dan
E. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
bidang psikologi sosial serta psikologi industri dan organisasi terutama bidang
perilaku konsumen mengenai hubungan antara gaya hidup brand minded dengan
2. Secara Praktis
a. Bagi remaja
8
impulsif.
b. Bagi sekolah