Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN ASESMEN OBSERVASI & WAWANCARA

“IMPULSIVE BUYING”

Disusun oleh:
ALIFAH HANA SALSABILA
202110230311549
Kelas – J

Dosen Pengampu:
Ibnu Sutoko, S.Psi., M.Psi.
Devina Andriany, S.Psi., M.Psi.

Asisten Laboratorium:
Nabila Ulfaira Rahista Putri
Sakinahtul Rohmah

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS PSIKOLOGI
2023
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai negara di Asia Tenggara, salah satunya Indonesia sedang
mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat didorong oleh adanya
konsumsi pribadi. Dikarenakan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan
teknologi yang sangat cepat, perilaku konsumtif pun cenderung meningkat.
Semakin berkembangnya teknologi menyebabkan penyebaran informasi
yang sangat cepat termasuk iklan, sehingga saat ini banyak masyarakat
mudah terbujuk oleh iklan baik di televisi maupun sosial media. Selain itu
dengan teknologi yang ada saat ini, semakin memudahkan masyarakat
untuk berbelanja hanya dari rumah. Pertumbuhan ekonomi yang sangat
pesat saat ini membuat banyak brand atau perusahaan semakin banyak
mengeluarkan produk baru. Akibat dari pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan teknologi ini masyarakat menjadi memiliki kecenderungan
untuk sering berbelanja. Nielsen pada bulan Juni 2013 melaporkan hasil
survei yang dilakukannya, yaitu bahwa konsumen di Indonesia meningkat
semakin impulsive dalam berbelanja. Impulsive buying setiap tahun
cenderung meningkat karena tingkah laku belanja ini merupakan fenomena
perilaku konsumen yang keberadaannya tidak pernah surut, melibatkan
pembelian berbagai produk dan muncul dalam berbagai situasi serta
kebudayaan (Kacen & Lee, dalam Herabadi, 2003). Menurut Chita, David,
dan Pali, (2015) impulsive buying tidak hanya terjadi pada orang dewasa
akhir tetapi juga terjadi pada masa dewasa awal. Rawes (2014)
menambahkan bahwa dewasa awal dengan rentangan usia 20 sampai 30
tahun dapat melakukan impulsive buying. Diketahui bahwa pada masa
remaja, kematangan emosi individu belum stabil sehingga mendorong
munculnya berbagai gejala dalam perilaku membeli yang tidak wajar (Diba,
2014). Perilaku pembelian yang tidak wajar ini mengakibatkan konsumen
remaja mudah terpengaruh oleh rayuan penjual, kurang berpikir hemat, dan
mudah terbujuk iklan (Sunyoto, 2015). Berdasarkan hasil penelitian dari
Anin, dkk., (2008), kedua karakteristik dasar yaitu cenderung labil dan
mudah dipengaruhi yang membuat dewasa awal menjadi lebih cepat dan
lebih mudah untuk melakukan impulsive buying. Li (2011) menemukan
bahwa impulsive buying merupakan pengalaman kesenangan, tetapi ini
datang bersama dengan rasa bersalah. Impulsive buying cenderung diikuti
dengan rasa bersalah karena mereka percaya bahwa mereka kehilangan
kontrol diri ketika melakukan impulsive buying. Oleh karena itu,
berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti ingin mengetahui
intensitas perilaku impulsive buying pada dewasa awal usia 20-30 tahun.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana intensitas impulsive buying yang dilakukan subjek?
2. Bagaimana seseorang dapat dikatakan impulsive buying?
3. Bagaimana perilaku seseorang yang impulsive buying?

C. Tujuan Assesmen
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui intensitas perilaku impulsive buying subjek
2. Untuk mengetahui bagaimana seseorang dapat dikatakan impulsive
buying
3. Untuk melihat perilaku seperti apa yang dimunculkan seseorang
yang impulsive buying

BAB II. LANDASAN TEORI

Menurut Rook (1987) perilaku impulsive buying merupakan keinginan


seseorang membeli barang secara tiba-tiba, perasaan itu disertai dengan dorongan
yang sangat kuat ketika ingin membeli suatu barang tertentu. Keinginan tersebut
biasanya membeli barang tanpa menimbang-nimbang konsekuensi yang ada
Keinginan membeli sesuatu dengan disertai dengan dorongan emosional yang
sangat ingin membeli barang biasanya itu disebut dengan emotional phsycally
(Goldenson, dalam Rook 1987). Dorongan psikologis atau psychological impulse
menurut Goldenson (dalam Rock, 1987) didefinisikan sebagai suatu kekuatan,
desakan yang disebabkan oleh dorongan psikologis seseorang dorongan psikologis
seseorang ketika itu memunculkan sebuah desakan yang tak tertahankan ketika
membeli sebuah barang dan munculnya secara tiba-tiba tanpa memperhatikan
konsekuensi yang ada. Verplanken dan Herabadi (2001) mendefinisikan impulsive
buying sebagai pembelian yang tidak rasional dan cenderung pembelian yang
dilakukan ialah tidak terencana, terjadi secara tiba-tiba, hal ini terjadi karena
dorongan emosional yang sangat kuat dalam dirinya. Selain itu, menurut Verplanken
dan Herabadi (2001) dorongan emosional tersebut dikaitkan dengan persamaan
yang intens yang terjadi untuk ingin membeli sebuah barang yang diinginkan untuk
membeli suatu produk dengan segera, mengabaikan konsekuensi negatif,
merasakan kepuasan, dan mengalami konflik di dalam pemikiran.
Rook (1987) yang mengemukakan bahwa pembelian impulsive lebih
mengutamakan emosional daripada rasional. Hal senada juga diungkapkan oleh
Japrianto, E. dan Sugiharto, S., (2011) bahwa ketika impulsive buying terjadi akan
memberikan pengalaman emosional lebih dari pada rasional sehingga tidak dilihat
sebagai suatu sugesti, dengan dasar ini maka pembelian impulsive lebih dipandang
sebagai keputusan irasional dibanding rasional. Rook dan Fisher (1995)
menambahkan bahwa impulsive buying merupakan pembelian secara spontan dan
cepat. Menurut Verplanken dan Herabadi (2001) konsumen membeli produk dengan
berbagai macam alasan untuk membelinya bukan karena barang yang ingin dibeli
itu memang diperlukan, cara membeli tidak masuk akal seperti ini seringkali
dikatakan sebagai impulsive buying. Pembelian impulsif merupakan konsep yang
didefinisikan secara tidak jelas dengan mencakup banyaknya perilaku pembelian
secara tidak masuk akal (non-rational), seperti pembelian secara tiba tiba yang tidak
direncanakan dengan membelinya langsung di tempat dan disertai dengan dorongan
kuat atas hal itu yang diikuti keinginan kuat untuk membeli serta perasaan senang
dan gembira (Rook dalam (Verplanken dan Herabadi, 2001).

BAB III. METODE ASSESMEN


A. Observasi

1. Definisi Operasional

Secara definisi, impulsive buying adalah sebuah keputusan tidak


terencana atau terjadi secara tiba-tiba dalam membeli sebuah produk
atau jasa. Fenomena impulse buying ini tidak hanya terjadi di satu
negara saja, melainkan di setiap negara. Tinarbuko (2006) menyebutkan
beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku dan pola hidup konsumtif,
diantaranya adalah harga diri, gengsi, status sosial, ekonomi, pengaruh
teman, dan tingkat pendidikan. Ditambahkan bahwa promosi atau
penawaran dalam berbagai bentuk dan berbagai media diduga
mempengaruhi pola hidup konsumtif masyarakat. Tinarbuko (2006)
menyatakan bahwa pola hidup konsumtif mendorong orang untuk selalu
ingin berlebihan, tanpa peduli bagaimana cara mendapatkannya. Pola
hidup konsumtif juga menimbulkan berbagai hal yang berhubungan
dengan faktor ketergantungan yang melekat pada konsumen, misalnya
ketergantungan pada produk-produk luar negeri (Tinarbuko, 2006). Masa
dewasa awal berkisar antara usia 20-40 tahun. Masa dewasa awal
merupakan pembentukan kemandirian seseorang secara pribadi
maupun ekonomi, seperti perkembangan karir, pemilihan pasangan, dan
memulai keluarga (Santrock, 2002). Dilihat dari perkembangan
kognitifnya, individu dewasa awal seharusnya sudah dapat berpikir
reflektif dan menekankan pada logika kompleks serta melibatkan intuisi
dan juga emosi (Papalia; Olds; Feldman, 2009). Model rentang
kehidupan K. Warner Schaie (Papalia; Olds; Feldman, 2009)
menjelaskan bahwa masa dewasa awal masuk ke dalam tahap
pencapaian (achieving stage). Dalam tahap ini dijelaskan bahwa dewasa
awal tidak lagi memperoleh pengetahuan dan keterampilan hanya untuk
memperoleh pengetahuan, tetapi mereka menggunakan pengetahuan
yang mereka punya untuk mengejar tujuan seperti pencapaian karir dan
keluarga. Tetapi pada masa ini, individu juga mulai mandiri secara
ekonomi, kemandirian secara ekonomi tersebut dapat mendorong
individu menjadi konsumtif dan melakukan pembelian impulsif. Mereka
cenderung sudah mapan secara ekonomi dan sudah berkehidupan
secara mandiri. Secara sosiologis, seseorang dapat dikatakan dewasa
ketika mereka sudah mandiri atau telah memiliki karir, telah menikah
atau membentuk sebuah keluarga. Sedangkan bila dilihat dari
kematangan fisiologis, seseorang dikatakan dewasa bila ia dapat
menemukan identitas diri, menjadi mandiri, dan membangun suatu
hubungan. Selain itu, dimulainya kedewasaan lebih ditandai oleh
munculnya keterkaitan antara otonomi, kontrol diri, dan tanggung jawab
pribadi seseorang (Papalia; Olds; Feldman, 2009). Sehingga itu yang
menyebabkan terjadinya impulsive buying karena rata-rata di usia 20-40
tahun itu ialah usia yang cukup untuk mandiri mereka. Faktor lain yang
juga mempengaruhi impulsive buying ialah karena mereka sudah
mempunyai penghasilan sendiri jadi mereka cenderung melakukan
impulsive buying pada usia 20an, kemandirian inilah yang menyebabkan
mereka berbelanja tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.
2. Aspek/Indikator Perilaku dan Perilaku yang Diamati

Aspek/
No. Indikator Perilaku Perilaku Observable
Dimensi

1. Aspek Individu membeli barang Subjek membeli jenis barang


Kogntif tanpa berpikir panjang yang sama namun hanya
berbeda merk dalam kurun
waktu singkat.

Individu kurang Subjek membeli barang secara


mempertimbangkan berulang yang sebelumnya telah
kegunaan barang dimiliki dengan kegunaan yang
sama

Subjek mempunyai banyak


barang dengan jenis yang sama
namun jarang digunakan

Individu tidak Subjek tidak membuat list


merencanakan perencanaan pembelian
pembelian

2. Aspek Dorongan perasaan Subjek membeli barang lebih


Afektif untuk melakukan banyak saat ada event diskon
pembelian

Individu merasa senang Subjek membuka aplikasi toko


dan bersemangat saat online secara berulang
membeli suatu barang

Individu merasa Subjek banyak menimbun


menyesal setelah barang dengan jenis yang sama
membeli suatu barang

3. Jenis Observasi
● Observasi unobtrusive : Karena dengan metode observasi
unobtrusive ini nantinya kami bisa melihat perilaku natural subjek
di lingkungan nya karena observasi ini dilakukan dengan bantuan
perangkat keras berupa handphone dari subjek untuk melihat
riwayat belanja yang telah dilakukan di sebuah e-commerce
sehingga dengan metode observasi ini membuat subjek tidak
mengubah perilaku mereka saat kami observer sedang
mengamati hal tersebut karena hanya melihat dari rekaman
belanja yang telah dilakukan subjek.
● Observasi natural : Tujuan utama dari observasi natural ini
adalah untuk menjelaskan perilaku apa adanya dan untuk
mengetahui hubungan antar variabel yang ada (Borden & Abbott,
1995). Observasi natural dilakukan pada lingkungan alamiah
subjek, tanpa adanya upaya untuk melakukan kontrol atau
merencanakan manipulasi terhadap perilaku subjek (Cohen &
Swerdik, 2010; Santrock, 2010). Alasan kami menggunnakan
observasi natural ini karena observer mendapatkan data yang
representatif dari perilaku yang terjadi secara alamiah, sehingga
validitas eksternalnya baik, karena perilaku yang dimunculkan
subjek tidak dibuat-buat atau terjadi secara alamiah.

4. Teknik Pencatatan Data


Teknik pencatatan data yang kami gunakan adalah rating
scale karena metode ini dapat menunjukkan intensitas subjek dalam
melakukan impulsive buying. Skala yang digunakan adalah skala
grafis menurut Irwin & Bushnell (1980):
1. Membeli jenis barang yang sama namun hanya berbeda merk dalam
kurun waktu singkat:
______:______:_______:______:______
Selalu : Sering : Kadang : Jarang : Tidak Pernah

2. Membeli barang secara berulang yang sebelumnya telah dimiliki


dengan kegunaan yang sama:
_____:_______:_______:______:_______
Selalu : Sering : Kadang : Jarang : Tidak Pernah

3. Mempunyai banyak barang dengan jenis yang sama namun jarang


digunakan:
_____:_______:_______:______:_______
Selalu : Sering : Kadang : Jarang : Tidak Pernah

4. Tidak membuat list perencanaan pembelian:


_____:_______:_______:______:_______
Selalu : Sering : Kadang : Jarang : Tidak Pernah

5. Membeli barang lebih banyak saat ada event diskon:


_____:_______:_______:______:_______
Selalu : Sering : Kadang : Jarang : Tidak Pernah

6. Subjek membuka aplikasi toko online secara berulang :


_____:_______:_______:______:_______
Selalu : Sering : Kadang : Jarang : Tidak Pernah

7. Subjek banyak menimbun barang dengan jenis yang sama :


_____:_______:_______:______:_______
Selalu : Sering : Kadang : Jarang : Tidak Pernah

5. Alat yang Digunakan

Pada penelitian observasi yang kami lakukan, untuk meningkatkan


validitas hasil pengamatan kami menggunakan handphone subjek yang
digunakan untuk melihat intensitas subjek berbelanja di E-commerce dan
guideline observasi untuk membantu menganalisis perilaku subjek.

6. Langkah Observasi

No. Sebelum Saat Sesudah


Observasi Observasi Observasi

1.
Menentukan Meminta izin Menganalisis dan
variabel yang kepada subjek menafsirkan data
akan di observasi yang akan di yang telah di dapat
observasi selama observasi

2. Menentukan judul Melihat daftar Membuat laporan


observasi belanja subjek di observasi
semua E- berdasarkan data
commerce yang telah
terkumpul

3. Menentukan Melihat perilaku


subjek yang akan yang dilakukan
di observasi subjek sesuai
dengan guideline

4. Membuat Mencatat apa yang


rancangan dilakukan subjek
observasi berdasarkan
perilaku yang
muncul

5. Memahami aspek.
indikator, dan
perilaku yang
akan di observasi

7. Subjek Observasi

Kriteria: Dewasa awal umur 20-30 tahun yang senang berbelanja


Inisial: AM
Usia: 21 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
8. Observer

Nama: Alifah Hana Salsabila


NIM: 202110230311549

9. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

28 Desember 2022, tempat tinggal subjek, Apartemen Begawan

B. Wawancara

1. Definisi Variabel

Verplanken dan Herabadi (2001) mendefinisikan impulsive buying


sebagai pembelian yang tidak rasional dan cenderung pembelian yang
dilakukan ialah tidak terencana, terjadi secara tiba-tiba, hal ini terjadi
karena dorongan emosional yang sangat kuat dalam dirinya. Selain itu,
menurut Verplanken dan Herabadi (2001) dorongan emosional tersebut
dikaitkan dengan persamaan yang intens yang terjadi untuk ingin membeli
sebuah barang yang diinginkan untuk membeli suatu produk dengan
segera, mengabaikan konsekuensi negatif, merasakan kepuasan, dan
mengalami konflik di dalam pemikiran.

2. Aspek, Indikator, dan pertanyaan

IMPULSIVE BUYING

Definisi Impulsive buying sebagai pembelian yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan
Variabel pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti oleh adanya konflik pikiran dan
dorongan emosional (Verplanken dan Herabadi, 2001).

Subjek Karyawan / pekerja berusia 20-30 tahun (dewasa awal)

No. Aspek/ Definisi Indikator Kode Pertanyaan

Dimensi

1. Kognitif Aspek kognitif Individu A1 Saat melihat barang yang


menyangkut membeli menarik di toko online
kurangnya barang tanpa maupun offline, apa yang
perencanaan, berpikir anda lakukan?
pemikiran,dan panjang
pertimbangan
saat melakukan Individu A2 Saat membeli barang hal apa
pembelian kurang saja yang anda
produk secara mempertimba pertimbangkan?
impulsif ngkan
kegunaan
barang
Dalam kurun waktu berapa
lama anda akhirnya
memutuskan membeli suatu
barang?

Individu tidak A3 Pernahkah anda membeli


merencanaka barang secara spontan?
n pembelian

Saat berbelanja Apakah anda


membuat list perencanaan
pembelian?

2.. Afektif Aspek afektif Dorongan B1 Faktor-faktor apa saja yang


menyangkut perasaan mendorong anda melakukan
emosi seperti, untuk pembelian?
senang, melakukan
bersemangat, pembelian
keinginan atau
Pernahkan anda merasakan
dorongan untuk
keinginan menggebu-gebu
membeli, dan
untuk membeli sesuatu?
cenderung
Kemudian apa yang anda
memiliki
lakukan?
perasaan
menyesal
setelah membeli
Individu B2 Apa yang anda rasakan saat
merasa membeli suatu barang secara
senang dan spontan?
bersemangat
saat membeli
suatu barang
Ketika ada event diskon, apa
yang anda lakukan?

Individu B3 Apa yang anda rasakan


merasa ketika selesai membeli suatu
menyesal barang?
setelah Apakah anda pernah
membeli menimbun barang dengan
suatu barang jenis yang sama? apa yang
anda rasakan?

3. Jenis wawancara

Jenis wawancara yang peneliti gunakan adalah survey interview


dikarenakan tujuan dari survey interview selaras dengan tujuan peneliti
yaitu untuk mengungkap fakta, membuat interpretasi, menarik
kesimpulan, dan memberikan saran di masa depan. Survey interview
disusun secara detail dan terstruktur serta memiliki kekuatan dalam
realibilitas dan replicability.

4. Subjek wawancara

Kriteria: Dewasa awal umur 20-30 tahun yang senang berbelanja


Inisial: AM
Usia: 21 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan

5. Interviewer

Nama: Alifah Hana Salsabila


NIM: 202110230311549

6. Waktu, Tempat dan durasi Pelaksanaan interview

10 Januari 2023, tempat tinggal subjek, Apartemen Begawan, durasi


interview selama 17 menit 20 detik

BAB IV. HASIL ASSESSMEN


A. Hasil Observasi

1. Gambaran umum subjek observasi


Identitas:
a. Inisial: AM
b. Usia: 21 tahun
c. Jenis Kelamin: Perempuan
Deskripsi subjek saat pelaksanaan observasi
a. Subjek tinggal di salah satu apartemen di Malang
b. Hidup berkecukupan

2. Deskripsi hasil observasi


No Target perilaku Data yang relevan Interpretasi
1. Subjek membeli jenis 1. Berdasarkan hasil Berdasarkan data
barang yang sama observasi yang yang sudah
namun hanya diperoleh melalui didapatkan, perilaku
berbeda merk dalam teknik pencatatan yang dimunculkan
kurun waktu singkat. data rating scale, subjek sudah sesuai
subjek sering dengan target
membeli jenis barang perilaku. Hal ini
yang sama namun dibuktikan dengan
hanya berbeda merk perilaku subjek yang
dalam kurun waktu sering membeli jenis
singkat barang yang sama
namun hanya
berbeda merk dalam
kurun waktu singkat
2. Hasil observasi
di e-commerce
tersebut diperoleh
Shopee dan Zalora.
dari riwayat belanja
subjek di e-
commerce Shopee
dan Zalora selama 6
bulan terakhir

3. Barang yang dibeli


selama 6 bulan
terakhir di Shopee
yaitu:

- Celana:

(5/9/22,16.09 WIB ;
2pcs)

(8/9/22 ; 18.46 WIB ;


1 pcs)

- Jepit rambut:

(09/09/22 ; 14.53 WIB


; 2pcs)

4. Barang yang dibeli


selama 6 bulan
terakhir di Zalora
yaitu:

- Sandal:

(05/09/22 1 pasang)
(08/09/22 1 pasang)

(09/09/22 1 pasang)

(07/12/22 1 pasang)

(10/12/22 1 pasang)

- Sepatu:

(04/11/22 1 pasang)
(15/11/22 1 pasang)

- Piyama:

(21/10/22 3pcs)

2. Subjek membeli 1. Berdasarkan hasil Berdasarkan data


barang secara observasi yang yang sudah
berulang yang diperoleh melalui didapatkan, perilaku
sebelumnya telah teknik pencatatan yang dimunculkan
dimiliki dengan data rating scale, subjek sudah sesuai
kegunaan yang sama subjek sering dengan target
membeli barang perilaku. Hal ini
secara berulang yang dibuktikan dengan
sebelumnya telah perilaku subjek yang
dimiliki dengan subjek sering
kegunaan yang sama membeli barang
secara berulang yang
sebelumnya telah
2. Hasil observasi dimiliki dengan
tersebut diperoleh kegunaan yang sama
dari banyaknya di Shopee, Zalora,
jumlah barang milik maupun toko offline.
subjek dengan
kegunaan yang sama
dan riwayat belanja
subjek di e-
commerce Shopee
dan Zalora selama 1
tahun terakhir

3. Barang yang
sebelumnya telah
dimiliki dengan
kegunaan yang sama
namun membeli baru
yaitu:
a. Shopee

- Celana:

(29/03/22 ; 00.43 WIB


; 1 pcs)

(16/06/22 ; 17.46 WIB


; 1pcs)

(5/9/22 ; 16.09 WIB ;


2pcs)

(8/9/22 ; 18.46 WIB ;


1 pcs)

- Jepit rambut:

(06/06/22 ; 20.02 WIB


; 1pcs)

(09/09/22 ; 14.53 WIB


; 2pcs)

- Bando:

(06/06/22 ; 20.02 WIB


; 2pcs)

- Parfum:

(10/01/22 15.47 WIB


1pcs)

(16/06/22 18.47 WIB


1pcs)

(05/09/22 18.50 WIB


1pcs)

- Lipcream:

(17/03/22 16.23 WIB


1pcs)

(31/03/22 16.12 WIB


1pcs)

(16/05/22 21.07 WIB


1pcs)

(14/05/22 00.30 WIB


1pcs)

b. Zalora
- Sandal:

(10/02/22 1 pasang)

(19/04/22 1 pasang)

(23/04/22 1 pasang)

(25/06/22 1 pasang)

(05/09/22 1 pasang)

(08/09/22 1 pasang)

(09/09/22 1 pasang)

(07/12/22 1 pasang)

(10/12/22 1 pasang)

- Sepatu:

(18/02/22 1 pasang)

(06/04/22 1 pasang)

(10/04/22 1 pasang)

(25/06/22 1 pasang)

(04/11/22 1 pasang)

(15/11/22 1 pasang)

- Piyama:

(21/10/22 3pcs)

c. Barang di apartemen

- Hair mask, 3pcs

- Tote bag, 3pcs

- Sling bag, 5pcs

3. Subjek mempunyai 1. Berdasarkan hasil Berdasarkan data


banyak barang observasi yang yang sudah
dengan jenis yang diperoleh melalui didapatkan, perilaku
sama namun jarang teknik pencatatan yang dimunculkan
digunakan data rating scale, subjek cukup sesuai
subjek kadang dengan target
mempunyai banyak perilaku. Hal ini
barang dengan jenis dibuktikan dengan
yang sama namun perilaku subjek yang
mempunyai banyak
jarang digunakan barang dengan jenis
yang sama namun
2. Hasil observasi jarang digunakan.
tersebut diperoleh
dari barang yang
subjek miliki di
apartemen namun
hanya disimpan dan
jarang digunakan. Hal
ini juga divalidasi oleh
subjek pada saat
wawancara subjek
mengatakan
"Semester satu beli
sepatu ini, semester 2
beli sepatu ini gitu.
Kalau tas sling bag
yang paling sering
aku pakai yang ini,
yang lainnya jarang
(menunjuk salah satu
diantara lima tas sling
bag)."

3. Beberapa barang
dengan jenis yang
sama namun jarang
digunakan ditemukan
oleh peneliti di
apartemen subjek
pada saat observasi
tanggal 28 Desember
2022 yaitu:

- Lipcream

- Jepit rambut

- Karet rambut

- Hair mask

- Sepatu

- Sandal

- Totebag

- Sling bag

4. Subjek tidak 1. Berdasarkan hasil Berdasarkan data


membuat list observasi yang yang sudah
perencanaan diperoleh melalui didapatkan, perilaku
pembelian teknik pencatatan yang dimunculkan
data rating scale, subjek sesuai
subjek selalu tidak dengan target
membuat list perilaku. Hal ini
perencanaan dibuktikan dengan
pembelian perilaku subjek yang
tidak pernah
2. Hasil observasi membuat list
tersebut diperoleh perencanaan
dari tidak pembelian.
ditemukannya catatan
list pembelian baik di
hp maupun di buku.
Hal ini juga divalidasi
oleh subjek pada saat
wawancara subjek
mengatakan
"sebenernya ga yang
terlalu kayak
direncanain beli ini
itu, tergantung
kebutuhannya apa
yauda dibeli. Untuk
nulis list di note atau
hp gitu engga".
5. Subjek membeli 1. Berdasarkan hasil Berdasarkan data
barang lebih banyak observasi yang yang sudah
saat ada event diperoleh melalui didapatkan, perilaku
diskon teknik pencatatan yang dimunculkan
data rating scale, subjek kurang
subjek jarang sesuai dengan target
membeli barang lebih perilaku. Hal ini
banyak saat ada dibuktikan dengan
event diskon perilaku subjek yang
subjek jarang
2. Hasil observasi membeli barang lebih
tersebut diperoleh banyak saat ada
dari riwayat belanja event diskon.
subjek di e-commerce
Shopee dan Zalora.

3. Beberapa barang
yang subjek beli pada
saat event diskon
yaitu:

- Sandal

09/09/22 1 pasang

- Bando:
06/06/22 20.02 2pcs

- Jepit rambut:

06/06/22 20.02 1pcs

6. Subjek membuka 1. Berdasarkan hasil Berdasarkan data


aplikasi toko online observasi yang yang sudah
secara berulang diperoleh melalui didapatkan, perilaku
teknik pencatatan yang dimunculkan
data rating scale, subjek cukup sesuai
subjek kadang dengan target
membuka aplikasi perilaku. Hal ini
toko online secara dibuktikan dengan
berulang perilaku subjek yang
terkadang membuka
2. Hasil observasi aplikasi toko online
tersebut diperoleh secara berulang
dari riwayat fitur
"Terakhir Dilihat"
pada e-commerce
Shopee selama 30
hari terakhir dengan
jumlah 44 barang
7. Subjek banyak 1. Berdasarkan hasil Berdasarkan data
menimbun barang observasi yang yang sudah
dengan jenis yang diperoleh melalui didapatkan, perilaku
sama teknik pencatatan yang dimunculkan
data rating scale, subjek cukup sesuai
subjek kadang dengan target
(cukup banyak) perilaku. Hal ini
menimbun barang dibuktikan dengan
dengan jenis yang perilaku subjek yang
sama cukup banyak
menimbun barang
2. Hasil observasi dengan jenis yang
tersebut diperoleh sama.
dari banyaknya
jumlah barang milik
subjek dengan jenis
yang sama di kos dan
jarang digunakan
selama 1 tahun
terakhir

3. Barang yang ditimbun


subjek dengan jenis
yang sama yaitu:

- Lipcream

- Jepit rambut
- Karet rambut

- Hair mask

- Sepatu

- Sandal

- Totebag

- Sling bag

3. Kesimpulan Hasil Observasi


Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, pada aspek
kognitif subjek telah memenuhi ketiga indikator perilaku. yaitu subjek
membeli barang tanpa berpikir panjang, kurang mempertimbangkan
kegunaan barang, dan tidak merencanakan pembelian. Pada
indikator pertama tegolong sering, indikator kedua tergolong sering
dan kadang, dan indikator ketiga tergolong selalu.
Pada aspek afektif subjek telah memenuhi ketiga indikator
perilaku. yaitu terdapat dorongan perasaan untuk melakukan
pembelian, merasa senang dan bersemangat saat membeli suatu
barang, dan merasa menyesal setelah membeli suatu barang. Pada
indikator pertama tergolong jarang, indikator kedua tergolong kadang,
dan indikator ketiga tergolong kadang.
Berdasarkan data yang telah didapat, dapat disimpulkan
bahwa subjek telah memenuhi seluruh aspek dan indikator, sehingga
subjek termasuk kedalam impulsive buying.

B. Hasil Wawancara

1. Deskripsi Hasil

No Aspek Indikator Data yang relevan Interpretasi

1. Kognitif Individu “Kalau offline belanja di Berdasarkan data


membeli store langsung tuh yang sudah
barang tanpa nggak pikir panjang sih, didapatkan, subjek
berpikir kayak ya udah pada hari sudah sesuai dengan
panjang itu juga, terus paling indikator perilaku. Hal
muter-muter liat barang- ini dibuktikan dengan
barang dulu, terus lihat verbatim wawancara
yang lain, terus kalau yang menunjukkan
misalkan mau yang itu bahwa subjek
ya udah itu aja gitu, jadi membeli barang tanpa
nggak terlalu pikir berpikir panjang
panjang sih kalau
belanja di store langsung
ya” (A1, A3)
“Kalau online entah
kalau misal harganya
lagi tinggi banget nih
pasti aku agak nunggu
diskon. Nah itu kan bisa
buat untuk dipikir lagi.
Tapi kalau offline
kayaknya nggak” (A1,
A3)

Individu kurang “Ohh, itu ada 1,2, 3, 4” Berdasarkan data


mempertim- (subjek menghitung dan yang sudah
bangkan menunjukkan tas sling didapatkan, subjek
kegunaan bag yang ia beli online cukup sesuai dengan
barang dan satu ia beli offline, indikator perilaku. Hal
total tas ada 5pcs) (A2) ini dibuktikan dengan
verbatim wawancara
“Pernah, yang itu yang yang menunjukkan
kayak ya cuma sekedar bahwa subjek kurang
lucu aja gitu” (subjek mempertimbangkan
menunjuk barang yang kegunaan barang
ia beli karena lucu) (A2)

Individu tidak “Iya langsung beli saat Berdasarkan data


merencanakan itu juga” (A3) yang sudah
pembelian didapatkan, subjek
“Kayak bener-bener
sudah sesuai dengan
spontan, misal tujuannya
indikator perilaku. Hal
cuma beli satu barang,
ini dibuktikan dengan
yang satunya kayak
verbatim wawancara
spontan ih pengen kali
yang menunjukkan
ya gitu” (A3)
bahwa subjek tidak
merencanakan
“Sebenarnya nggak yang
pembelian
terlalu direncanain beli
ini beli itu (A3)”.

“Eee kalau nulis kayak


gitu nggak, gaada” (A3)

2. Afektif Dorongan “Ya yang pasti senang, Berdasarkan data


perasaan belanja pasti senang yang sudah
untuk kan” (B1, B2) didapatkan, subjek
melakukan sudah sesuai dengan
pembelian “Jadi yaa happy aja” indikator perilaku. Hal
(B1, B2) ini dibuktikan dengan
verbatim wawancara
“Hmmm pokoknya misal yang menunjukkan
ada kayak barang lucu ih bahwa terdapat
pingin” (B1, B2) dorongan perasaan
untuk melakukan
pembelian pada
subjek

Individu “Ya yang pasti senang, Berdasarkan data


merasa belanja pasti senang yang sudah
senang dan kan” (B1, B2) didapatkan, subjek
bersemangat sudah sesuai dengan
saat membeli “Jadi yaa happy aja” indikator perilaku. Hal
suatu barang (B1, B2) ini dibuktikan dengan
verbatim wawancara
“Hmmm pokoknya misal yang menunjukkan
ada kayak barang lucu ih bahwa subjek merasa
pingin” (B1, B2) senang dan
bersemangat saat
membeli suatu barang

Individu “Kalau waktu di kasir nih Berdasarkan data


merasa ya, pasti kayak ih habis yang sudah
menyesal berapa nih ya, kalau didapatkan, subjek
setelah misalnya barangnya satu sudah sesuai dengan
membeli suatu kan masih bisa dikira- indikator perilaku. Hal
barang kira oh ternyata ini dibuktikan dengan
harganya segini, cuman verbatim wawancara
kalau misal beli barang yang menunjukkan
yang cukup banyak, bahwa subjek merasa
waktu nunggu itu sambil menyesal setelah
mikir ih kok habis segini membeli suatu barang
habis segitu, pasti gitu”
(B3)

“Tapi perasaan lega itu


cuman setelah pas
selesai bayar, cuman
kalau pas cek ATM,
hmmm duitku mau habis
gitu” (B3)

“Iya ada sedikit perasaan


menyesal” (B3)

“Eee mungkin karena ya


emang nggak sesuai
ekspektasi aja gitu,
ekspektasi aku udah
tinggi tuh di suatu
barang” (B3)

“Aku merasa kayak ih


sia-sia banget ini beli ni
topi gitu” (B3)

2. Kesimpulan Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, pada


aspek kognitif subjek telah memenuhi ketiga indikator perilaku, yaitu
subjek membeli barang tanpa berpikir panjang, kurang
mempertimbangkan kegunaan barang, dan tidak merencanakan
pembelian.
Pada aspek afektif subjek telah memenuhi ketiga indikator
perilaku, yaitu terdapat dorongan perasaan untuk melakukan
pembelian, merasa senang dan bersemangat saat membeli suatu
barang, dan merasa menyesal setelah membeli suatu barang.
Berdasarkan data yang telah didapat, dapat disimpulkan
bahwa subjek telah memenuhi seluruh aspek dan indikator, sehingga
subjek termasuk kedalam impulsive buying.

BAB V. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, perilaku subjek sudah


sesuai dengan teori impulsive buying yang dikemukakan oleh Verplanken dan
Herabadi (2001), menurut Verplanken konsumen membeli produk dengan berbagai
macam alasan untuk membelinya bukan karena barang yang ingin dibeli itu
memang diperlukan. Hal ini sesuai dengan perilaku subjek saat membeli beberapa
barang dengan jenis dan kegunaan yang sama di toko online maupun offline. Saat
wawancara subjek juga mengatakan bahwa terkadang ia membeli barang hanya
karena lucu atau warnanya bagus. Verplanken dan Herabadi (2001) mendefinisikan
impulsive buying sebagai pembelian yang tidak rasional dan cenderung pembelian
yang dilakukan ialah tidak terencana, terjadi secara tiba-tiba, hal ini terjadi karena
dorongan emosional yang sangat kuat dalam dirinya. Hal ini juga dibuktikan dengan
hasil observasi dan wawancara subjek, ketika ia berbelanja offline jarang berpikir
panjang dan cenderung membeli barang secara spontan, tidak pernah menulis list
perencanaan pembelian, serta ia membeli barang tersebut karena merasa senang.
Selain itu, menurut Verplanken dan Herabadi (2001) dorongan emosional tersebut
dikaitkan dengan perasaan intens yang terjadi untuk ingin membeli sebuah barang
yang diinginkan untuk membeli suatu produk dengan segera, mengabaikan
konsekuensi negatif, merasakan kepuasan, dan mengalami konflik di dalam
pemikiran. Hal ini sesuai dengan perilaku subjek yang dimana ia kurang
mempertimbangan kegunaan barang yang ia beli hingga menjadi jarang digunakan,
serta saat wawancara subjek juga mengatakan bahwa saat berbelanja offline jika ia
melihat barang yang menurutnya lucu ia akan membelinya lalu merasa senang dan
lega, namun setelah melihat saldo di ATM subjek cukup merasa menyesal sudah
membeli barang tersebut.

BAB VI. EVALUASI & SARAN


Keterbatasan penelitian ini adalah saat observasi hanya dilakukan dengan
melihat riwayat belanja subjek serta barang-barang yang ia miliki, sedangkan saat
wawancara hanya kepada subjek yang berkaitan saja. Dari keterbatasan penelitian
ini, diharapkan penelitian selanjutnya dapat melakukan observasi secara langsung
pada saat subjek berbelanja dan juga wawancara orang-orang terdekat subjek.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi diri bagi subjek
bahwa dewasa awal sangat rentan memiliki kecenderungan impulsive buying.
Subjek dari penelitian ini kelak diharapkan mampu mengurangi kecenderungan ini
dengan meningkatkan kontrol diri, lebih mempertimbangkan kegunaan barang, dan
membuat list perencanaan pembelian sebelum berbelanja. Subjek juga diharapkan
kelak mampu mengendalikan kecenderungan impulsive buying.

DAFTAR PUSTAKA

Kollat, D. T. dan Willett, R. P. (1967). Consumer Impulse Purchasing


Behaviour. Journal of Marketing Research, 4(1), (Feb), pp. 21-31.

Rock, D. W. (1987). The Buying Impulse. Journal of Consumer Research, 14,


189-199.

Loudon, D.L dan Bitta, Albert J.D. (1993). Consumer Behavior Concepts and
Applications (4th ed.). New York : McGraw-Hill.

Verplanken, B. & Herabadi, A. (2001). Individual Differences in Impulse


Buying Tendency: Feeling and no Thinking. European Journal of
Personality. 15, S71-S83.

Japarianto, E. & Sugiharto, S. (2011). Pengaruh Shopping Life Style dan


Fashion Involment Terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat
High Income Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol. 6, No.1.

Rook, D. W., Fisher, R. J. (1995). Normative influences on impulse buying


behaviour. Journal of Consumer Reaserach, Vol. 22. No. 3, 305-313.

Herabadi, A. G., Verplanken, B., van Knippenberg, A. (2009). Consumption


Experience of Impulsive Buying in Indonesia: Emotional Arousal and
Hedonistic Considerations. Asian Journal of Social Psychology 12,
20-31.

Coley, A., Burgess, B. (2003). Gender Diffrences in Cognitive and Affective


Impulsive Buying. Journal of Fashion Marketing and Management.
Vol. 7 No. 3 pp 282 – 295.

Noor, S. (2011). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesisi, Disertasi, dan Karya


Ilmiah. Rawamangun, Jakarta: Kencana

Samuel, Hatane. (2007). Pengaruh Stimulus Media Iklan, Uang Saku, Usia
Dan Gender Terhadap Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif
(Studi Kasus Produk Pariwisata). Jurnal Manajemen Pemasaran,
2(1), hal: 31-42.
LAMPIRAN

a. Guide observasi yang sudah disetujui oleh dosen pengampu

b. Data kasar metode pencatatan data observasi


c. Hasil analisis dan koding verbatim wawancara

No. Interviewer / Dialog


Interviewee

1. Iter Assalamualaikum wr.wb selamat siang kak. Sebelumnya


terimakasih atas ketersedian waktu anda. Perkenalkan nama saya
Alifah Hana saya adalah mahasiswa Psikologi di Universitas
Muhammadiyah Malang yang sedang melakukan penugasan pada
mata kuliah wawancara dan observasi. Tujuan wawancara yang
akan saya lakukan disini untuk survey dan melihat bagaimana
perilaku anda saat sedang berbelanja. Pada saat wawancara nanti
saya akan menanyakan beberapa pertanyaan, oleh karena itu saya
meminta anda untuk menjawab semua pertanyaan dengan sejujur
jujurnya berdasarkan apa yang sudah anda jalani. Proses pada
wawancara ini akan berlangsung dengan waktu yang kondisional
kurang lebih 20 menit. Disini saya meminta persetujuan anda akan
adanya perekaman suara selama proses wawancara ini
berlangsung. Hasil dari rekaman tersebut tidak akan
disalahgunakan selain untuk kepentingan praktikum ini. Selain itu
kami juga meminta ketersediaan anda untuk menandatangani
informed consent yang tersedia. Pada sesi wawancara ini anda
diberikan kesempatan untuk bertanya ketika pertanyaan yang saya
ajukan kurang jelas. Apakah ada yang ingin anda tanyakan
terlebih dahulu sebelum kita memulai wawancara ini?

2. Itee Hmmm tidak ada

3. Iter Oke mungkin dari yang pertama dulu nih Kak, jadi waktu Kak Ardita
melihat suatu barang yang menarik di toko online maupun offline
apa yang terlintas pertama kali di pikiran Kak Ardita dan apa yang
Kak Ardita Lakukan?

4. Itee Hmmm paling yang terlintas kalo ii barangnya bagus gitu, terus
mikirnya kayak aku cocok nggak ya pakai itu, kayak gitu. Jadi pas
diliat looknya dulu kan, kita lihat penampilannya kayak gimana
dulu, pastikan menarik nah yang menarik sih

5. Iter Nah dari penampilan yang menarik tadi, apa sih kira-kira barang
yang membuat Kak Ardita merasa oh ini menarik?

6. Itee Hmm kalau barang, sandal atau baju gitu aku biasanya

7. Iter Nah dari sandal atau baju ini apa kira-kira kriteria yang bikin Kak
Ardita itu merasa ih ini menarik nih?

8. Itee Hmmm mungkin modelnya kayak gimana gitu ya, terus ee


warnanya, dan harga biasanya. Kalau misal eh bagus nih tapi tiba-
tiba harganya kek wih mahal gitu kan kadang suka kayak gitu

9. Iter Okei, nah terus saat membeli barang nih Kak Ardita, misal barang-
barang yang udah Kak Ardita sebutin tadi itu, hal-hal apa aja yang
Kak Ardita itu pertimbangkan untuk membeli suatu barang?

10. Itee Paling utama sih harganya dulu dipertimbangin, ini worth it nggak
ya buat barang kayak gini doang harganya, terus eee kegunaannya
sama warnanya, warna netral-netral aja gitu. Tapi aku juga suka
beli yang warna gak netral sih tapi lebih baik warna netral gitu loh.
Biar bisa dipakai sehari-hari biar cocok pakai baju apapun gitu

11. Iter Oke berarti tadi ada warna, terus harga, dan kegunaannya. Nah
dalam waktu kurun berapa lama Kak Ardita itu akhirnya
menentukan akan oke aku mau beli barang ini gitu?

12. Itee Sebenarnya beda sih kalau offline sama online ya belanjanya,
paling kalau online tuh ya udah masukin ke keranjang belanja dulu
kan masih bisa dipikir cuma kalau offline belanja di store langsung
tuh nggak pikir panjang sih, kayak ya udah pada hari itu juga, terus
paling muter-muter liat barang-barang dulu, terus lihat yang lain,
terus kalau misalkan mau yang itu ya udah itu aja gitu, jadi nggak
terlalu pikir panjang sih kalau belanja di store langsung ya (A1, A3)

13. Iter Kalau online gimana Kak?

14. Itee Kalau online entah kalau misal harganya lagi tinggi banget nih pasti
aku agak nunggu diskon. Nah itu kan bisa buat untuk dipikir lagi.
Tapi kalau offline kayaknya nggak (A1, A3)
15. Iter Ooo berarti kalau misalnya offline kalau lihat terus ngerasa cocok
langsung beli?

16. Itee Iya langsung beli saat itu juga (A3)

17. Iter Oke kalau online tadi kan Kak Ardita bilang mungkin nunggu agak
diskon, eee itu biasanya dalam kurun waktu berapa tuh Kak antara
sehabis melihat barang tersebut sampai akhirnya memutuskan
untuk checkout?

18. Itee Hmmm kayaknya sebulan mungkin ya, nggak ngeh juga itu kapan
aku masukin pas sebelum diskon sama udah diskon. Entah pas
atau hari mau natal gitu-gitu kan banyak diskon, kalau nggak pas
akhir tahun, lebaran gitu kan pasti kan ada kayak yang diskon-
diskon, mungkin tergantung hari-hari tertentu aja

19. Iter Mungkin boleh tau Kak contoh barang apa yang biasanya dibeli
langsung waktu offline tadi?

20. Itee Hmm ini pas aku beli langsung (menunjukkan beberapa tas yang
dimiliki subjek). Terus kayak kebutuhan sehari-hari juga

21. Iter Nah untuk tas nih Kak berarti kira-kira apa alasan Kak Ardita itu
membeli barang atau tas ini langsung gitu?

22. Itee Aku tuh sebenarnya sebelum kuliah suka pakai tas kecil-kecil, aku
nggak suka pakai tas gede-gede kan kayak ribet, eee ya warnanya
sih, warna terus kayak bentuknya, dan ukurannya kecil gitu, jadi
aku mau beli gitu

23. Iter Oke, sebelum Kak Ardita beli tas yang kecil ini, apakah Kak Ardita
sudah punya beberapa tas dengan jenis dan bentuk yang sama?

24. Itee Eee, kayaknya kecil cuman bentuknya beda gitu. Itu juga di rumah
bukan di apartemen sini, di sini aku cuma bawa 3

25. Iter Okei, jenis tas sling bag seperti ini itu Kak Ardita punya berapa?

26. Itee 4 mungkin, tapi di sini aku cuma bawa 2. Tapi kalau yang ini
belinya offline (menunjukkan tas yang subjek beli offline) kalau
yang ini belinya online (menunjukkan tas yang subjek beli online)

27. Iter Nah kalau tas yang dibeli online nih Kak sekarang ada berapa nih
yang sudah dibeli dengan jenis yang sama yang sling bag ini?

28. Itee Ohh, itu ada 1,2, 3, 4 (subjek menghitung dan menunjukkan tas
sling bag yang ia beli online) (A2)

29. Iter Oke berarti totalnya ada 5 jenis tas yang sama, baik yang dibeli
online maupun offline. Nah sekarang selain tas mungkin ya, bisa
jadi jenis barang apapun itu, pernahkah Kak Ardita dalam waktu
dekat membeli barang secara spontan? Bisa online maupun offline
30. Itee Pernah, dan menyesal sih pernah. Karena kayak bener-bener
spontan, misal tujuannya cuma beli satu barang, yang satunya
kayak spontan ih pengen kali ya gitu. (A3)

31. Iter Mungkin boleh disebutin Kak barangnya apa?

32. Itee Topi, ada nih di dalam sini (subjek menunjukkan barang tersebut).
Jadi niatnya beli sandal, terus kayak lihat topi nih eh lucu, cuman
pas datang kok ga sreg, itu sih salah satu barang yang menyesal
aku beli.

33. Iter Oke, hmmm sebelum Kak Ardita belanja, itu Kak Ardita apa punya
list perencanaan pembelian?

34. Itee Hmmm eee keknya si, sekarang misa lagi butuh tas gede, ya udah
gitu. Sebenarnya nggak yang terlalu direncanain beli ini beli itu
(A3). Jadi tergantung kebutuhannya apa dan ya udah dibeli gitu.

35. Iter Apa mungkin ada nulis di note atau di HP terkait perencanaan
pembeliannya?

36. Itee Eee kalau nulis kayak gitu nggak, gaada (A3)

37. Iter Okei, nah ini tadi nih apa yang Kak Ardita rasain ketika membeli
suatu barang?

38. Itee Ya yang pasti senang, belanja pasti senang kan (B1, B2), terus
kayak ya udah puas aja gitu sama barang yang udah datang. Kalau
offline mungkin lebih enaknya bisa dipegang gitu ya, jadi kayak
tahu bahannya kayak gimana, warna aslinya kayak gimana. Itu
suatu kelebihan kalau offline sih, kalau online kan kita nggak tau
cuma tahu dari foto aja gitu kan. Jadi yaa happy aja (B1, B2)

39. Iter Hmmm okei, nah ini, faktor-faktor apa saja yang mendorong
melakukan pembelian tersebut?

40. Itee Hmmm, kayaknya kebutuhan sih, tergantung kebutuhannya. Misal


kalau mau ke kampus nih, kalau dulu tuh pas mau kuliah pasti kita
kayak beli-beli gitu kan, nah jadi kebutuhan saat itu apa ya udah itu
dibeli aja gitu

41. Iter Oke jadi faktor yang mendorong itu ya yang sesuai kebutuhan gitu
ya. Nah kalau misalnya dari yang Kak Ardita rasain nih, kira-kira
waktu membeli barang itu, perasaan apa yang mendorong Kak
Ardita akhirnya memutuskan membeli barang tersebut?

42. Itee Hmmm pokoknya misal ada kayak barang lucu ih pingin (B1, B2),
tapi juga aku pikir lagi ini bakal aku pakai terus nggak ya, jadi
walaupun barangnya lucu aku tetap mikir 2x. Cuman selain itu
warna juga mendorong banget.

43. Iter Jadi berarti kayak faktor warna yang Kak Ardita suka gitu ya?
44. Itee Heem iya dari warnanya

45. Iter Terus pernah nggak Kak Ardita ini merasa ada keinginan
menggebu-gebu untuk membeli sesuatu? lalu apa yang Kak Ardita
lakukan?

46. Itee Pasti pernah lah, kayak pengen banget beli barang itu. Terus
kadang tuh suka nanya ke bunda gitu kan "ini bagus nggak ya",
Jadi kalau misalnya kayak pingin banget, tapi ini kayaknya eee apa
ya, cuma bagus di aku doang kali ya mikirnya, jadi aku pasti kayak
nanya dulu gitu, baru kalau oke aku beli.

47. Iter Berarti nanya ke orang lain dulu ini oke atau enggak gitu baru beli?
Tapi kalau untuk menentukan sendiri bagaimana?

48. Itee Heem, kalau untuk menentukan sendiri ya pernah. Kadang misal
bagus yang A nih, tapi aku milih yang B sesuai sama keinginanku

49. Iter Okei, terus saat membeli suatu barang, bisa online bisa offline, apa
yang Kak Ardita rasakan saat membeli suatu barang secara
spontan?

50. Itee Kalau waktu di kasir nih ya, pasti kayak ih habis berapa nih ya,
kalau misalnya barangnya satu kan masih bisa dikira-kira oh
ternyata harganya segini, cuman kalau misal beli barang yang
cukup banyak, waktu nunggu itu sambil mikir ih kok habis segini
habis segitu, pasti gitu (B3)

51. Iter Berarti saat itu apa yang Kak Adita rasakan kak?

52. Itee Deg-degan, habis berapa ya gitu

53. Iter Oke, nah ketika ada event diskon nih kak, misal kayak 11.11,
12.12, atau natal gitu, apa yang Kak Ardita lakukan?

54. Itee Iya. Iya apalagi kalau misal barangnya online, terus udah masuk ke
keranjang, dulunya harganya masih normal, terus kalau ada hari-
hari kayak Natal gitu-gitu pastikan ada diskon, nah langsung tuh
kayak wih beli kali ya, beli kali ya

55. Iter Berarti itu apakah beli langsung banyak atau sedikit?

56. Itee Hmmm sedikit sih, nggak yang langsung banyak gitu, takutnya
kayak nggak kepakai aja gitu kalau kalap

57. Iter Oke, nah soal yang nggak kepake ini kak, pernah nggak kak beli
barang tapi itu ternyata nggak kepake gitu?

58. Itee Pernah, yang itu yang kayak ya cuma sekedar lucu aja gitu (A2)

59. Iter Hmmm berapa barang kak?

60. Itee Aku lupa ya dulu itu berapa, cuman akhir-akhir ini itu satu aja
61. Iter Ee terus ini, ketika Kak Ardita sudah membeli satu barang nih,
udah selesai, apa yang Kak Ardita rasakan?

62. Itee Yang pertama sih happy, terus tapi kalau lihat saldo beda lagi ya,
itu pasti kayak yah berkurang nih duit aku gitu kan, Jadi kalau
perasaan setelah check out gitu-gitu lega akhirnya kebeli, Tapi
perasaan lega itu cuman setelah pas selesai bayar, cuman kalau
pas cek ATM, hmmm duitku mau habis gitu (B3)

63. Iter Nah saat cek ATM nih kak, ketika tahu saldo Kak Ardita tinggal
segitu, apa yang Kak Adita rasakan?

64. Itee Iya ada sedikit perasaan menyesal (B3), tapi kalau di barangnya
suka-suka aja sih

65. Iter Lalu jika ada perasaan menyesal tersebut apa yang Kak Ardita
lakukan setelah itu?

66. Itee Ee kalau kayak gitu aku ya udahlah, ya emang lagi butuh, aku
selalu mikir kayak gitu

67. Iter Terus ini, apakah Kak Ardita pernah menimbun beberapa barang
dengan jenis yang sama?

68. Itee Hmmm mungkin sepatu kali ya, kan kayak misal eee, semester 1
belinya sepatu ini, semester 2 belinya sepatu ini, jadi kayak itu
termasuk menimbun atau enggak aku juga kurang tau sih. Jadi
kalau waktunya ganti ya udah ganti gitu

69. Iter Okei, nah itu tadi kan Kak Ardita ada bilang beli suatu barang
ternyata kayak menyesal gitu, itu kenapa Kak menyesalnya?

70. Itee Eee mungkin karena ya emang nggak sesuai ekspektasi aja gitu,
ekspektasi aku udah tinggi tuh di suatu barang (B3). Jadi waktu itu
kan aku beli online ya, di online tuh kayak bagus aja gitu kan
topinya, terus ukurannya okelah pas lah di kepalaku gitu, terus pas
dateng kok hmmm kok kegedean ya di aku, terus kayak ini tuh
terlalu berlebihan kalau dipakai keluar

71. Iter Terus apa yang Kak Ardita lakukan ke barang itu pada akhirnya?

72. Itee Aku simpan aja, pernah 1x doang dipakai, itu juga nggak di luar
pakainya, aku pakai di dalam mobil. Aku merasa kayak ih sia-sia
banget ini beli ni topi gitu (B3). Karena kayak nggak cocok aja sih
lebih tepatnya

73. Iter Baik saya rasa sudah cukup (copy closing)

74. Itee Nanti saya boleh liat hasilnya ga?

75. Iter Boleh nanti akan saya share

76. Itee Baik terimakasih


77. Iter Baik terima kasih juga Kak Ardita, Wassalamualaikum Wr.Wb.

Indikator Perilaku:
Indikator perilaku A1
Indikator perilaku A2
Indikator perilaku A3
Indikator perilaku B1
Indikator perilaku B2
Indikator perilaku B3

d. Lembar informed consent

e. Hasil rekaman (Foto pelaksanaan)

Anda mungkin juga menyukai