Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH HARGA DIRI (SELF ESTEEM) TERHADAP

KECENDERUNGAN PERILAKU IMPULSE BUYING KOSMETIK


MAHASISWI UPI YAI

PENULISAN KARYA ILMIAH

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia YAI untuk


memenuhi nilai tugas mata kuliah Bimbingan Penulisan Karya Ilmiah

Oleh:

WORO SYIFA AULIANANDA

1524090095

Hari/jam kuliah : Jumat, 09.30 – 11.00

Dosen : Zainun Mu’tadin, S.Psi., M.Psi.

1|Page
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAI
JAKARTA
2018
ABSTRAK

Bagi sebagian orang berbelanja sudah menjadi gaya hidupnya. Berkaitan dengan

gaya hidup, individu yang memiliki harga diri rendah akan berusaha untuk

meningkatkan harga dirinya dengan berbagai cara. Rendahnya harga diri

seseorang mengakibatkan seseorang membeli barang-barang yang dianggap

menarik seperti mempercantik diri dengan membeli kosmetik. Berbagai motivasi

yang temporer seperti menginginkan penghargaan, dukungan atau membuat

nyaman diri sendiri dapat menimbulkan belanja impulsif. Penelitian ini bertujuan

untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh harga diri terhadap perilaku

impulsive buying kosmetik pada mahasiwi upi yai.

2|Page
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah dan pokok bahasan, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian serta

sistematika penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Seseorang memiliki kecenderungan untuk tertarik membeli sesuatu produk


yang dipajang di etalase toko, terutama apabila produk tersebut sudah pernah di
lihat sebelumnya di majalah atau di iklan media lain. Hal tersebut didorong oleh
perasaan untuk memiliki atau memakai pakaian yang dianggap sedang menjadi tren
atau bahan pembicaraan di masyarakat. Keinginan tersebut semakin besar terutama
apabila produk tersebut dipakai oleh artis atau tokoh terkenal lainnya, sehingga
terkadang seseorang membeli suatu barang secara impulsif atau biasa disebut
dengan pembelian impulsif. Pernyataan tersebut didasari oleh persentase
masyarakat Jakarta yang datang berkunjung di mol untuk berbelanja sebesar 51%
dibandingkan aktivitas lainnya (dalam anonim, 2009).
Pembelian impulsif merupakan pembelian yang tidak direncanakan yang
kurang lebih adalah tindakan belanja yang berbeda dengan perencanaan
pembelanjaan seseorang. Pernyataan tersebut didukung oleh Iyer (2007), yang
menyatakan bahwa pembelian impulsif adalah suatu fakta kehidupan dalam
perilaku konsumen yang dibuktikan sebagai suatu kegiatan pembelian yang
berhubungan dengan lingkungan dan keterbatasan waktu dalam berbelanja, dimana

3|Page
rute pembelian yang mereka lakukan semestinya berbeda. Rute tersebut dapat
dibedakan melalui hierarki impuls yang memperlihatkan bahwa perilaku
didasarkan pada respon afektif yang dipengaruhi oleh perasaan yang kuat (Mown
dan Minor, 2002).
Berbagai motivasi yang temporer seperti menginginkan penghargaan,
dukungan atau membuat nyaman diri sendiri dapat menimbulkan belanja impulsif.
Motivasi yang lebih berstruktur dapat juga mendorong timbulnya belanja impulsif.
Dittmar (dalam Verplanken & Herabadi, 2001) mengemukakan bahwa belanja
impulsif mengekspresikan simbol identitas diri. Pendekatan identitas ini mungkin
menjelaskan perbedaan kelompok maupun individual dalam mempengaruhi jenis
barang-barang yang dibeli secara impulsif.
Manusia merupakan mahluk hidup yang memiliki segala keunikan dan tidak
lepas dari proses pembahasan ruang psikologi. Diri manusia secara umum sering
dibicarakan dalam kehidupan, dan adanya pernyataan yang diungkapkan oleh
Tesser (2001) bahwa diri manusia merupakan topik yang sering dibahas, khususnya
dalam disiplin ilmu psikologi. Diri juga dijabarkan dengan berbagai istilah dan
salah satu topiknya yang cukup populer yaitu harga diri. William James (1890) yang
memberikan definisi pertama tentang harga diri, menyatakan bahwa harga diri
merupakan suatu konstruk unidimensi yang berkaitan dengan perasaan yang
dirasakan seorang individu.
Hal tersebut juga sejalan dengan pernyataan Hogg (2002) yang mengartikan
harga diri sebagai perasaan tentang evaluasi terhadap diri individu tersebut.
Menurut Weiten dan Llyod (2006) harga diri diartikan sebagai keseluruhan
pengukuran harga diri seseorang sebagai individu. Menurut Shavelson (1976) harga
diri merupakan sesuatu yang dapat dievaluasi, dengan kata lain individu tidak hanya
dapat mendeskripsikan dirinya tetapi juga membuat evaluasi diri pada berbagai
situasi, dan pada situasi khusus harga diri dapat terlihat sebagai sesuatu yang stabil.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelian impulsif seperti yang
diungkapkan oleh Hadjali, Salimi, dan Ardestani (2012) yaitu demografi situasional
meliputi lingkungan pembelian seperti dekorasi toko, aroma ruangan, sajian musik,
warna cat tembok dan lainnya memiliki dampak yang signifikan terhadap

4|Page
mencondongkan ke perilaku pembelian impulsif. Faktor selanjutnya menurut
Hadjali, Salimi, dan Ardestani (2012) yaitu bantuan penjual. Pada penelitian Barratt
(1985) menemukan bahwa bantuan penjual dan bimbingan mempengaruhi minat
pelanggan untuk membeli. Seorang konsumen akan lebih tertarik untuk membeli
jika seorang penjual dapat membantu menjelaskan dan mampu mempengaruhi
konsumen tersebut.
Kosmetik dikenal manusia beabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19
,pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian ,yaitu selain kecantikan juga untuk
kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara
besar-besaran pada abad ke-20. Kosmetik termasuk dalam bagian dunia usaha.
Bahkan sekarang teknologi kosmetik begitu maju dan merupakan paduan antara
kosmetik dan obat atau yang disebut juga kosmetik medic
Faktor selanjutnya menurut Hadjali, Salimi, dan Ardestani (2012) adalah
faktor psikologis yaitu self esteem (harga diri). Tremblay (2005) dalam
penelitiannya yang membahas faktor harga diri menemukan bahwa ada hubungan
terbalik antara tingkat harga diri dan jumlah pembelian impulsif. Dalam
penelitiannya bahwa harga diri seseorang yang rendah akan memicu orang tersebut
untuk melakukan pembelian yang tidak terencana.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelian


impulsif merupakan pembelian yang tidak direncanakan yang kurang lebih adalah
tindakan belanja kosmetik yang berbeda dengan perencanaan pembelanjaan
seseorang. Para remaja seperti di UPI YAI dengan latar belakang keluarga dengan
pendapatan tinggi dari kalangan keluarga berada di Jakarta memiliki sarana yang
cukup banyak untuk melakukan pembelanjaan. Hal ini dapat dilihat dengan
menjamurnya pusat-pusat perbelanjaan. Remaja dengan harga diri yang rendah
seringkali terjebak dengan kondisi yang mengakibatkan dirinya melakukan
pembelian impulsif. Hal ini dimungkinkan merupakan bagian dari usahanya untuk
mendapatkan pengakuan dari lingkungan atas keberadaan dirinya. Berdasarkan hal
tersebut peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh harga diri terhadap
pembelian impulsive kosmetik pada mahasiswi UPI YAI?

5|Page
B. Rumusan Masalah dan Pokok Bahasan

1. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas

maka dapat dirumuskan apa yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini, yaitu:

a. “Apakah ada hubungan antara harga diri (self esteem) dan

perilaku impulsive buying?”

b. “Apakah ada hubungan self esteem dengan perilaku

impulsive buying kosmetik pada mahasiswi upi yai?”

2. Pokok Bahasan

a. Harga diri (self esteem)

Evaluasi diri yang dibuat oleh masing-masing individu,

sikap seseorang terhadap dirinya sendiri di sepanjang

dimensi positif - negatif.

b. Impulsive buying

suatu fakta kehidupan dalam perilaku konsumen yang dibuktikan

sebagai suatu kegiatan pembelian yang berhubungan dengan

lingkungan dan keterbatasan waktu dalam berbelanja, di mana rute

pembelian yang mereka lakukan semestinya berbeda.

c. Kosmetik

6|Page
Sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada

bagian luar badan kulit (kulit, rambut, kuku, bibir, dan organ

kelamin lainnya bagian luar.)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan harga diri (self esteem) dengan

perilaku impulsive buying kosmetik pada mahasiswi UPI YAI.

D. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberi:

2. Manfaat Praktis

a. Bagi konsumen dan masyarakat luas

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi konsumen dan


masyarakat luas tentang arti penting pembelian yang dilakukan secara impulsif dan
kontribusinya dengan harga diri.

b. Bagi produsen

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk


pewirausaha, penjual atau pedagang terutama untuk pihak atau perusahaan yang
berhubungan dengan dunia konsumen. Selain itu, penulis berharap agar penelitian
ini dapat dijadikan referensi dalam hal memberikan infor.masi atau masukan
kepada produsen agar meningkatkan kualitas produk dan layanan kepada
masyarakat pada umumnya dan konsumen pada khususnya.

7|Page
8|Page

Anda mungkin juga menyukai