Anda di halaman 1dari 13

CONCEPTUAL PAPER

FINANCIAL MANAGEMENT BEHAVIOR:


HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY, SELF-CONTROL, DAN
COMPULSIVE BUYING

Mukhibatul Hikmah1, Saparila Worokinasih2, Cacik Rut Damayanti3


Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Indonesia
Email: mukhiologi@gmail.com1, saparila75@gmail.com2, cacikr@gmail.com3

ABSTRACT
The ability to manage finances potentially affect a person's financial condition and psychological
condition in the future. This study aims to determine the impact of self-efficacy and self-control on
financial management behavior and its impact on compulsive buying behavior. The study was conducted
by collecting and analyzing related journals for the research objectives. Based on literature studies
conducted, self-efficacy and self-control affect financial management behavior and compulsive buying.
The studies also show that self-efficacy influences self-control, increasing the level of self-efficacy in a
person can prevent her/him in compulsive actions such as compulsive buying.
Keywords: Financial Management Behavior; Self-efficacy; Self-control; Compulsive Buying

ABSTRAK
Kemampuan dalam mengelola keuangan dapat berpengaruh terhadap kondisi finansial maupun kondisi
psikologis seseorang di masa mendatang. Studi ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari self-efficacy
dan self-control terhadap financial management behavior serta dampaknya terhadap perilaku
compulsive buying. Studi dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis jurnal yang berhubungan
dengan tujuan penelitian. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan, self-efficacy dan self-control
berpengaruh terhadap financial management behavior dan compulsive buying. Hasil studi literatur juga
menunjukkan bahwa self-efficacy berpengaruh terhadap self-control, dengan demikian dengan
meningkatkan tingkat self-efficacy dalam diri seseorang dapat menghindarkannya dalam tindakan
kompulsif seperti compulsive buying.
Kata Kunci: Financial Management Behavior; Self-efficacy; Self-control; Compulsive Buying

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Special Issue (Ekosistem Start Up) 2020| 151
https://profit.ub.ac.id
konsumsi kompulsif. O'Guinn dan Faber
PENDAHULUAN
menggambarkan pelaku yang terlibat dalam
Kegiatan membeli barang merupakan
kegiatan compulsive buying sebagai individu
kegiatan yang lazim dilakukan dalam
yang membeli sesuatu namun tidak dengan
kehidupan sehari-hari. Namun terkadang
tujuan untuk memperoleh utilitas atau jasa dari
terdapat kegiatan membeli barang yang tidak
yang dibeli, melainkan untuk mencapai
direncanakan dan kegiatan tersebut dilakukan
kepuasan melalui proses pembelian itu sendiri.
secara berulang. Perilaku pengulangan
Compulsive buying didorong oleh faktor
pembelian tersebut biasa disebut dengan
psikologis seperti rendahnya tingkat self-
compulsive buying. Compulsive buying atau
esteem, dan emosi negatif, namun juga dapat
disebut juga dengan oniomania kemungkinan
menyebabkan masalah finansial yang juga
besar dipengaruhi oleh impulsitivitas dan
dapat berkaitan dengan tekanan psikologis
kompulsitivitas. Compulsive buying dapat
pelakunya (Helen, 2019). Achtziger, Hubert,
didefinisikan sebagai bentuk abnormal dalam
Kenning, Raab, & Reisch (2015) mengatakan
berbelanja sebagaimana dikemukakan oleh
compulsive buying dapat membawa dampak
Dittmar (2005) yang menyatakan terdapat
negatif pada hubungan pribadi, hubungan
empat tipe kelainan terkait dengan perilaku
dengan rekanannya, domain konsep diri seperti
pembelian, yaitu: impulse control, compulsive,
merasa bersalah, tekanan psikologis, dan juga
addiction, depression. Compulsive buying
dapat menyebabkan utang.
diperkirakan telah mempengaruhi 2-8% orang-
Financial management behavior yang
orang dewasa di Amerika Serikat dan negara
meliputi proses menganggarkan, menabung,
barat lainnya (Horváth, Büttner, Belei, &
berinvestasi, mengeluarkan dan mengawasi
Adigüzel, 2015). Compulsive buying juga
penggunaan uang merupakan salah satu faktor
menjangkiti beberapa orang dewasa di Asia.
yang dapat mempengaruhi perilaku compulsive
Maskhuroh & Renanita (2018) melaporkan
buying. “Money management was a significant
sekitar 19% dari responden di China dan 25%
predictor of increased wealth, as well as
responden di Thailand merupakan compulsive
decreased debt and compulsive
buyers. Social Learning Theory pertama kali
buying”(Donnelly, Iyer, & Howell, 2012).
dikenalkan oleh Albert Bandura tahun 1969 dan
Individu yang memiliki kemampuan untuk
menjelaskan mengenai bagaimana individu
mengatur keuangannya akan merasakan
mempelajari perilaku yang menenkankan pada
kepuasan finansial yang lebih tinggi, tingkat
peran kognitif dan perkembangan manusia itu
financial stress dan compulsive buying yang
sendiri (Lajuni, Bujang, Karia, & Yacob, 2018).
relatif rendah. Individu dengan tingkat
Perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh
financial management behavior yang tinggi
pengaruh lingkungan, faktor pribadi, dan atribut
akan memikirkan kembali ketika hendak
dari perilaku itu sendiri yang saling
melakukan keputusan pembelian sehingga
mempengaruhi atau dipengaruhi. Social
pembelian atas barang atau jasa tepat sesuai
Learning Theory dapat diterapkan dalam
kebutuhan. Banyak faktor yang dapat
perilaku keuangan melalui self-efficacy yang
mempengaruhi kemampuan financial
telah diakui secara luas di berbagai perilaku
management individu, salah satunya ialah self-
yang relevan dengan pengurangan risiko
control. Hipotesis dari Behavioral Life Cycle
keuangan (Ozmete & Hira, 2011). Ilmuwan
(BLC) yang diperkenalkan oleh Shefrin dan
sosial dalam bidang yang berhubungan dengan
Thaler menyatakan bahwa perilaku keuangan
konsumen telah mengadopsi Social Learning
seseorang ditentukan oleh kemampuannya
Theory dalam studinya untuk menjelaskan
untuk mengendalikan impuls dan biaya yang
perilaku kompulsif yakni oleh Valence,
terkait dengan melakukan self-control
D'Astous, & Fourtier, 1988 dan perilaku
(Strömbäck, Lind, Skagerlund, Västfjäll, &
keuangan oleh Hira, 1997; Martin & Bush,
Tinghög, 2017).
2000; Talang, Garrison, & Copur, 2010 (Lajuni
Self-control memiliki peran penting
et al., 2018).
dalam menentukan dan mengarahkan perilaku
O'Guinn dan Faber dalam Weinstein,
tiap individu termasuk perilaku kompulsif
Maraz, Griffiths, Lejoyeux, & Demetrovics
maupun perilaku seseorang dalam mengelola
(2016) mengemukakan bahwa compulsive
keuangannya. Self-control mengacu pada upaya
buying merupakan salah satu ekspresi dari
untuk mengesampingkan atau mengubah
kategori perilaku yang disebut dengan
kecenderungan respon dominan dari seseorang

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Special Issue (Ekosistem Start Up) 2020| 152
https://profit.ub.ac.id
yang mengganggu ataupun yang menghasilkan Rahyuda, 2017). Selain itu, kombinasi
perilaku yang tidak diinginkan (Achtziger et al., hubungan yang meneliti self-efficacy, self-
2015). Self-control dapat mengendalikan control terhadap variabel financial management
impulsitivitas dan kompulsitivitas dikarenakan behaviour dan compulsive buying menjadikan
individu yang memiliki self-control yang baik penelitian ini berbeda dengan penelitian-
dapat menahan godaan atau keinginan yang penelitian sebelumnya yang hanya menguji
tiba-tiba muncul karena sebelumnya telah masing-masing variable secara parsial seperti
menetapkan tujuan dan selalu memantau setiap penelitian Farrell et al., (2015), Horváth et al.,
tindakannya agar tujuan tersebut tercapai. (2015), dan Strömbäck et al., (2017).
Penelitian dari Achtziger et al., (2015)
menemukan bahwa orang dengan tingkat self- KAJIAN PUSTAKA
control yang rendah memiliki kecenderungan Perilaku compulsive buying pada
untuk melakukan compulsive buying. umumnya dianggap sebagai kecenderungan
Selain self-control yang memiliki kronis untuk menghabiskan uang di luar
hubungan dengan compulsive buying dan kebutuhan seseorang dan diakui sebagai
financial management behavior, terdapat suatu masalah yang banyak berkembang di kalangan
konsep dalam perilaku psikologi yakni self- mahasiswa Amerika Serikat dan konsumen
efficacy yang memiliki hubungan dengan pada umumnya (Palan, Morrow, Trapp, &
financial management behavior. Konsep self- Blackburn, 2011). Salah satu faktor utama yang
efficacy yang diperkenalkan oleh Bandura sering dikaitkan dengan peningkatan jumlah
sekitar tahun 1994 mengacu ada keyakinan pelaku compulsive buying adalah bahwa kita
individu atas kemampuannya untuk mengatur, hidup dalam budaya yang menganut
melakukan, dan menyelesaikan serangkaian materialisme. Budaya ini membuat individu
tindakan yang dibutuhkan atas sasuatu yang memiliki keinginan untuk mengkosumsi barang
diinginkan (Farrell, Fry, & Risse, 2015). atau jasa yang memberikan status dan
Konsep self-efficacy jika diterapkan dalam kekuasaan yang kemudian menampilkannya ke
konteks financial management behavior publik sebagai salah satu cara untuk memenuhi
dikenal dengan istilah financial self-efficacy. kebutuhan diri berupa kesenangan.
Financial self-efficacy didefinisikan sebagai Compulsive buying secara medis
keyakinan pada kemampuan seseorang untuk didefinisikan sebagai gangguan kontrol impuls,
mengubah perilaku keuangan ke arah yang gangguan mental yang ditandai oleh impuls
lebih baik (Daness& Haberman dalam yang tidak dapat menahan untuk terlibat dalam
Herawati, Candiasa, Yadnyana, & Suharsono, perilaku berbahaya atau tidak berperasaan
2018). Financial self-efficacy menjadikan untuk menangkal situasi emosi negatif seperti
individu memilki rasa percaya diri yang lebih depresi, kecemasan dan kesepian. Di bidang
besar dalam memanajemen keuangannya pemasaran, compulsive buying didefinisikan
sehingga tujuan individu dapat tercapai. sebagai pembelian kronis, berulang-ulang yang
Penelitian yang telah dilakukan oleh Farrell et menjadi respons utama terhadap peristiwa atau
al., (2015); Herawati et al., (2018) perasaan negatif. Banyak penelitian yang telah
menunjukkan bahwasanya financial self- mengaitkan beberapa variabel yang berbeda
efficacy mampu mempengaruhi perilaku seperti materialism, self-control, self-esteem
keuangan seseorang. dengan compulsive buying. Studi literatur yang
Penelitian dengan topik financial dilakukan dalam penelitian ini ialah untuk
management behavior telah banyak dilakukan menggambarkan hubungan self-control,
dan terus mengalami perkembangan sejalan financial management behavior, dan
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. compulsive buying dan juga hubungan antara
Banyak peneliti terutama di Indonesia yang financial self-efficacy dan financial
telah mengaitkan financial management management.
behavior hanya sebatas pada kemampuan Hubungan antara self-control dan
kognitif seperti financial literature dan compulsive buying dalam studi ini dapat
financial knowledge tanpa memperhatikan diketahui dari hasil penelitian Achtziger et al.,
faktor non kognitif yang juga turut berpengaruh (2015) dan Horváth et al., (2015). Penelitian
terhadap financial management behavior. dari Achtziger et al., (2015) diperoleh hasil self-
Seperti penelitian dari (Herdjiono & Damanik, control menjadi prediktor negatif dari
2016), (Dwiastanti, 2015), dan (Putri & compulsive buying atau dengan kata lain self-

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Special Issue (Ekosistem Start Up) 2020| 153
https://profit.ub.ac.id
control berpengaruh negatif signifikan tehadap Biljanovska, ia meneliti pengaruh perbedaan
compulsive buying. Hubungan negatif antara individu dalam self-control dan faktor non-
self-control dan compulsive buying kognitif lainnya (optimism, deliberative
menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat self- thinking dan demographic variable) terhadap
control individu maka kecenderungan untuk financial behavior dan financial well-being.
melakukan compulsive buying semakin rendah, Hasil penelitiannya mengatakan bahwa
sejalan dengan orang dengan tingkat self- individu dengan tingkat self-control yang tinggi
control yang tinggi dilaporkan memiliki lebih dan memiliki kecenderungan untuk
sedikit masalah dengan compulsive buying. merencanakan masa depan mampu mengelola
Senada dengan penelitian dari Achtziger keuangannya dengan baik. Hasil analisis dari
et al., (2015), penelitian dari Horváth et al., jurnal Biljanovska & Palligkinis (2013) dan
(2015) juga menunjukkan self-control memiliki Strömbäck et al., (2017) tersebut didukung oleh
pengaruh terhadap perilaku compulsive buying penelitian Choi, Laibson, & Madrian (2011)
dan menyatakan bahwasanya non compulsive yang menemukan bahwasanya orang dengan
buyerss menerapkan self-control yang berbeda tingkat self-control yang rendah memiliki
dengan compulsive buyerss. Hasil penelitian kemungkinan yang rendah untuk menyimpan
Achtziger dan Horvath ini didukung oleh cukup uang untuk masa pensiun yang berarti
penelitian-penelitian sebelumnya yang tidak mampe mengelola keuangannya dengan
menyatakan bahwasanya compulsive buyers baik. Dengan demikian, self-control memiliki
memiliki tingkat self-control yang lebih rendah dampak positif terhadap financial management
(Claes et al., Raab, Elger, Neuner, dan Weber behavior.
dalam Horváth et al., (2015). Self-control Selain self-control memiliki hubungan
sebagai sumber psikologis umum yang dengan financial management behavior dan
diperlukan untuk mengontrol pikiran, perasaan, compulsive buying, financial management
impulsitivitas dan juga perilaku yang tidak behavior juga memiliki hubungan dengan
diinginkan digambarkan sebagai kemampuan compulsive buying. Banyak literatur financial
seseorang untuk tidak memiliki kebiasaan management terutama yang berfokus pada
buruk, menahan godaan, dan mampu mengatasi manfaat dari mengelola uang menyebutkan
sikap impulsif. Ketika seseorang gagal bahwa individu yang berhasil mengelola uang
mengontrol dirinya atau memiliki tingkat self- melaporkan merasakan kepuasan finansial yang
control yang rendah, seseorang dapat berlaku lebih tinggi, lebih sedikit tekanan finansial,
kurang optimal. Oleh karena itu, kemampuan tingkat compulsive buying yang rendah, dan
untuk mengontrol diri dipercaya sebagai salah tingkat kepuasan hidup yang lebih (Donnelly et
satu faktor utama kesuksesan jangka panjang al., 2012). Peneliti membahas mengenai money
seseorang dalam berbagai aspek kehidupan management dan financial management
(Strömbäck et al., 2017). behavior dan kemudian menggabungkan
Beberapa jurnal melakukan yang keduanya menjadi money management karena
melakukan eksplorasi hubungan antara self- korelasi yang cukup tinggi antar kedua
control dan financial management behavior konstruk. Money management menjadi
maupun dengan compulsive buying ialah prediktor yang signifikan atas terjadinya
Biljanovska & Palligkinis (2013) dan peningkatan kekayaan, penurunan utang dan
Strömbäck et al., (2017). Individu dengan self- compulsive buying (Donnelly et al., 2012).
control yang baik lebih cenderung teratur Begitu pula penelitian Pham, Yap, & Dowling
menyimpan uang dari gaji atau pendapatan (2012) yang melakukan penelitian dengan
mereka, yang berarti bahwa mereka lebih siap mengaitkan tingkat materialism dalam
dalam mengelola pengeluaran yang tidak menyelidiki hubungan financial management
terduga dan lebih cenderung memiliki cukup practices dan compulsive buying. Hasil
uang untuk masa pensiun mereka (Biljanovska penelitian menunjukkan bahwa financial
& Palligkinis, 2013). Hasil penelitian tersebut management practices tidak berdampak pada
menunjukkan bahwa self-control memiliki efek compulsive buying pada saat tingkat
positif pada perilaku keuangan umum dengan materialism seseorang rendah dan financial
melebarkan cakupan saving behavior ke dalam management practices memiliki efek
financial behavior. Sesuai dengan preposisi penyangga pada compulsive buying pada saat
yang telah dibuat, penelitian dari Strömbäck et tingkat materialism tinggi.
al., (2017) juga mendukung penelitian dari

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Special Issue (Ekosistem Start Up) 2020| 154
https://profit.ub.ac.id
Self-control sebagai faktor non-kognitif Financial self-efficacy juga turut
dalam konsep psikologi dapat mengarahkan berpengaruh terhadap compulsive buying.
seseorang untuk berperilaku dengan bijaksana. Dalam jurnal Kaur (2018) dijelaskan bahwa
Seseorang dengan kemampuan self-control self-efficacy yang lebih rendah lebih rentan
yang baik tidak akan memiliki masalah dengan terhadap stress, kecemasan, dan ketidakpuasaan
impulsive buying maupun compulsive buying dalam dirinya sehingga akan terdorong untuk
dan akan lebih bijak dalam mengelola keuangan melakukan pembelian di luar kontrol.
(financial management behavior). Secara Ketidakmampuan untuk mengelola emosi
langsung, kemampuan self-control tersebut mendorong adanya tindakan
mengarahkan sesorang untuk memiliki perilaku compulsive buying sebagai salah satu cara untuk
managemen keuangan yang baik dan mengatasi tekanan psikologis tersebut.
meminimalisasi perilaku compulsive buying.
Faktor non-kognitif lainnya yang diprediksi Compulsive Buying
dapat mempengaruhi financial management Perilaku kompulsif merujuk pada
behavior dan compulsive buying adalah self- perilaku yang bertentangan dengan kehendak
efficacy yang dalam konteks kuangan dikenal seseorang secara sadar. Selanjutnya perilaku
dengan istilah financial self-efficacy. Self- tersebut didorong oleh dorongan yang tidak
efficacy dan self-control memiliki korelasi dapat ditahan dan mengarah pada efek
positif di bidang olahraga yang juga dapat berbahaya pada individu. Terdapat dua kriteria
diaplikasikan dalam bidang lainnya termasuk yang harus terpenuhi sebelum
dalam konteks keuangan. Hasil penelitian dari mengklasifikasikan perilaku sebagai perilaku
Chen (2018) tersebut didukung oleh Self- kompulsif, yakni perilaku harus berulang dan
efficacy and Self-regulation Theories milik harus memberikan masalah bagi individu
Bandura yang menjelaskan bahwa self-control (Walker & Charles dalam Pandey, 2016)
dipengaruhi oleh self-efficacy dan terdapat Perilaku kompulsif pada awalnya tampak
korelasi positif yang signifikan. Semakin tinggi memberikan bantuan secara instan atas
tingkat self-efficacy seseorang, maka semakin kecemasan atau tekanan emosional yang
tinggi pula tingkat self-control yang dialami akan tetapi kepuasan yang diperoleh
dimilikinya. secara instan tersebut mengarah pada
Financial self-efficacy yang merupakan konsekuensi negatif dalam jangka panjang.
keyakinan atas kemampuannya dalam Salah satu bentuk perilaku kompulsif dalam
melakukan tindakan mencapai sesuatu dapat kegiatan pembelian disebut dengan pembelian
membuat seseorang yakin pada kemampuan diri kompulsif atau compulsive buying.
untuk mengubah financial management Compulsive buying tumbuh dari 2% ke
behavior yang lebih baik. Kepercayaan diri angka 16% dari populasi umum dan diyakini
yang cukup tinggi dapat mempengaruhi sebagai masalah psikologis dan kejiwaan yang
seseorang untuk membuat keputusan keuangan serius (Dittmar dalam Lee & Workman, 2015).
yang tepat yang artinya financial self-efficacy Hasil penelitian tersebut membuat peningkatan
berpengaruh terhadap financial management yang cukup signifikan jumlah penelitian yang
behavior. Penelitian dari Herawati et al. (2018) meneliti mengenai compulsive buying sebagai
menunjukkan bahwa financial self-efficacy gangguan yang ditandai dengan masalah
berpengaruh positif signifikan terhadap kontrol impuls sebagaimana telah dijelaskan
financial behavior, artinya setiap peningkatan oleh Kraeplin dan Bleuler pada awal tahun
financial self-efficacy selalu diikuti dengan 1900-an. Compulsive buying dijelaskan sebagai
peningkatan financial behavior. Penelitian pembelian ekstensif dan berulang yang tidak
tersebut mendukung penelitian dari Farrell et al. dapat dikendalikan. Compulsive buying terjadi
(2015) yang menyatakan bahwa perempuan cenderung dipengaruhi oleh suasana hati negatif
dengan tingkat financial self-efficacy yang lebih daripada suasana hati yang positif. Berdasarkan
tinggi memiliki kemungkinan yang lebih kuat penelitian yang dilakukan oleh Maskhuroh &
untuk memiliki investasi, hipotek atau rekening Renanita (2018), penyebab individu melakukan
tabungan, sementara lebih kecil compulsive buying beraneka ragam, dimulai
kemungkinannya untuk memiliki kartu kredit dari stress, gangguan suasana hati dan
atau pinjaman atau dapat dikatakan memiliki kecemasan (masing-masing sebesar 91,7% dan
financial management behavior yang baik. 78.3% yang menyebabkan compulsive buying),
serta adanya gangguan kepribadian.

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Special Issue (Ekosistem Start Up) 2020| 155
https://profit.ub.ac.id
Salah satu motif individu terlibat dalam malu yang dialami setelah individu melakukan
compulsive buying ialah untuk melepaskan atau pembelian secara berlebihan.
mengurangi kecemasan yang dirasakannya Compulsive buying yang diperkirakan
yang pada akhirnya akan terbebas dari stress telah mempengaruhi 2-8% orang-orang dewasa
dan merasakan bahagia. Motivasi utama dari di Amerika Serikat dan negara barat lainnya
pembelian kompulsif lebih sering pada Horváth et al. (2015) ini juga menjangkiti
pemenuhan kebutuhan psikologis bukan pada beberapa orang dewasa di Asia. Maskhuroh &
manfaat dari produk atau jasa yang dibeli. Renanita (2018) melaporkan sekitar 19% dari
Sehingga compulsive buying sering responden di China dan 25% responden di
diidentikkan sebagai kompensasi atau hadiah Thailand merupakan compulsive buyers.
atas keadaan yang tidak menyenangkan Wanita dilaporkan lebih banyak mengalami
tersebut. compulsive buying daripada pria (Lee &
Salah satu penyebab terjadinya Workman, 2015). Hal ini dikarenakan wanita
compulsive buying ialah masalah psikologis kemungkinan untuk memperoleh kesenangan
namun compulsive buying juga dapat dari kegiatan berbelanja jauh lebih besar
menagkibatkan masalah psikologis baru. daripada yang pria dapatkan. Kesempatan
Compulsive buying yang terjadi berulang berbelanja juga menjadi salah satu alasan
memiliki dampak negatif baik secara psikologis mengapa compulsive buying lebih banyak
maupun secara finansial. Dampak negatif menjangkiti wanita karena wanita melakukan
secara psikologis dari compulsive buying ialah lebih banyak kegiatan berbelanja untuk rumah
mengarah pada rasa bersalah, kegelisahan, tangga seperti belanja bulanan.
stress bahkan depresi sedangkan masalah Compulsive buying memiliki sifat adiktif
finansial mengacu pada pengeluaran yang tidak terhadap pelakunya sehingga compulsive
terkontrol, kesusahan untuk memulai investasi buyers kerap merasakan keinginan untuk
bahkan dapat menyebabkan hutang yang relatif membeli sesuatu dan memiliki ketergantungan
tinggi. Baik dampak psikologis maupun berbelanja yang tinggi yang mengarah pada
dampak finansial tersebut jika terjadi dalam hilangnya self-control. Compulsive buyers
jangka waktu yang cukup lama dapat berimbas sering menunjukkan tingkat impulsivitas yang
kepada lingkungan sosialnya. Mеnurut tinggi atas perilaku pembeliannya tanpa
O’Guinn dаn Fаbеr dalam Akhadiyah (2017) memperhatikan antara kebutuhan dan
menjelaskan bahwa compulsivе buying keinginan. Alasan tersebut yang menjadikan
mеmiliki karakteristik 1) Mеmpunyаi kеinginаn compulsive buying sering diasumsikan
yаng kuаt untuk mеndаpаtkаn sеsuаtu; 2) berkaitan dengan masalah self-control. Alasan
Mеmpunyаi kеinginаn kuаt untuk tersebut dibuktikan dengan penelitian dari
mеnggunаkаn bаrаng yаng bаru; 3) Аdаnyа Achtziger et al. (2015) dan Horváth et al. (2015)
pеrаsааn yаng tidаk tеrkontrol untuk mеlаkukаn yang menyatakan bahwa self-control
pеmbеliаn; 4) Biаsа pеrgi bеrbеlаnjа sеtiаp kаli berpengaruh signifikan terhadap compulsive
muncul dorongаn untuk mеlаkukаn pеmbеliаn. buying.
Sedangkan Edward dalam Felicia, Self-control sebagai sumber daya
Elvinawaty, & Hartini (2014) mengemukakan psikologis digunakan untuk mengendalikan
pendapat mengenai aspek-aspek dari perilaku compulsive buying sebagaimana self-
compulsive buying terdiri dari: 1) Tendency to control mengacu pada upaya untuk mengubah
spend, mengarah pada kecenderungan individu kecenderungan respon dominan seseorang atas
untuk berbelanja dan membeli secara suatu perilaku. Melawan kebiasaan buruk,
berlebihan; 2) Compulsion/drive to spend, menahan godaan, dan disiplin terhadap diri
dorongan yang terdapat dalam diri individu, sendiri merupakan cerminan kemampuan untuk
kesenangan, tindakan kompulsif, dan melakukan self-control. Tingkat self-control
impulsivitas dalam berbelanja dan pola dalam antar individu berbeda dan dapat diukur dengan
membeli; 3) Feeling (joy) about shopping and Self Control Scale (SCS) yang dikembangkan
spending, individu akan menikmati aktivitas Tangney, Baumeister dan Boone (Achtziger et
berbelanja dan membeli; 4) Dysfunctional al., 2015). SCS dikembangkan dengan tujuan
spending, tingkat disfungsi lingkungan dari untuk mendapatkan instrumen yang mengukur
individu sebagai akibat dari perilaku berbelanja indeks pengendalian diri secara keseluruhan
pihak yang bersangkutan; 5) Post-purchased dengan mengukur empat domain utama dari
guilt, terdapat perasaan penyesalan dan rasa

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Special Issue (Ekosistem Start Up) 2020| 156
https://profit.ub.ac.id
self-control, yakni: pikiran, emosi, kinerja dan dilakukannya kegiatan pemantauan ialah dapat
impuls. menyebabkan seseorang sedikit menabung dan
Adanya pengukuran mengenai self- dapat menghambat pencapaian tujuan yang
control tersebut dapat membuat penelitian telah ditetapkan sebelumnya.
mengenai hubungan self-control dan Unsur dari kegiatan self-control mengacu
compulsive buying beragam dikarenakan para pada kemampuan seseorang untuk
peneliti dapat menggunakan empat domain mempertahankan perhatian dan fokus pada
umum dari self-control ataupun domain lain standar dan tujuan yang telah ditetapkan dalam
yang lebih spesifik seperti langsung menghadapi godaan dan menahan keinginan
mengaitkannya dengan money spending atau berkomitmen atas apa yang telah
behavior. Horváth et al. (2015) dan Biljanovska ditetapkan (Biljanovska & Palligkinis, 2013).
& Palligkinis (2013) turut memberikan Seseorang akan dihadapkan pada
kerangka komponen yang dapat digunakan kemampuannya untuk menolak pembelian yang
dalam upaya pengendalian diri dengan tidak diperlukan setelah tujuan membeli rumah
memperkenalkan tiga komponen yakni (a) ditetapkan dan memantau pengeluarannya
standar dan tujuan, (b) pemantauan melalui kegiatan monitoring demi tercapainya
(monitoring), dan (c) kapasitas untuk tujuan tersebut. Ketiga komponen yang telah
menerapkan kontrol (komitmen). Untuk dijelaskan ini harus dilakukan secara bersamaan
mengetahui hubungan self-control dan sehingga self-control dapat dilakukan dan
compulsive buying juga dapat dilakukan dengan tujuan dapat tercapai.
menggunakan aspek impulsif (urgensi, Kegiatan pembelian dan tindakan yang
kurangnya kegigihan, dan kurangnya mengangkat status sosial atau sifat materialism
perencanaan) yang juga memiliki korelasi dalam compulsive buying sering dihadapkan
positif dengan compulsive buying. dengan kurangnya self-control yang dapat
Kemampuan menentukan standar dan mengakibatkan konsekuensi negatif seperti
tujuan mengacu pada kemampuan seseorang hutang (Achtziger et al., 2015). Memperkuat
untuk merencanakan masa depan, dalam hal ini tingkat self-control pada individu dapat
individu dapat menunjukkan perilaku dalam berdampak pada berkurangnya kecenderungan
jangka pendek maupun dalam jangka panjang compulsive buying. Peningkatan self-control
seperti perilaku menabung ketika seseorang dapat membuat individu menahan keinginannya
memiliki tujuan untuk membeli rumah yang kuat untuk membeli sesuatu sehingga
(Biljanovska & Palligkinis, 2013). Individu mereka cenderung berhemat dan menyimpan
yang memiliki standar dan tujuan yang jelas uangnya dengan harapan memiliki kondisi
atas apa yang mereka inginkan memiliki keuangan yang lebih baik daripada individu
kemungkinan yang kecil untuk terlibat dalam dengan tingkat self-control yang rendah. Selain
impulsive buying atau pengeluaran secara itu, individu dengan tingkat self-control yang
berlebih. Dengan demikian, individu tersebut baik memiliki rasa cemas yang rendah terhadap
memiliki kemampuan untuk mengelola harta hal-hal yang berbau finansial dan merasa aman
bendanya dengan lebih baik, lebih mungkin secara psikologis terkait kondisi finansial saat
untuk menabung, memiliki tingkat kekayaan ini dan yang akan datang (Strömbäck et al.,
bersih yang lebih tinggi. Kondisi tersebut yang 2017).
akan membuat individu terhindar dari masalah Meskipun berpengaruh signifikan
finansial. terhadap compulsive buying, namun self-control
Kegiatan monitoring atau pemantauan bukanlah satu-satunya faktor yang
mengacu pada kemampuan individu untuk mempengaruhi perilaku compulsive buying
menelusuri perilaku yang relevan. Dalam hal seseorang. Selain self-control, terdapat faktor
perilaku keuangan dan pengambilan keputusan, lain yang dapat mempengaruhi compulsive
kegiatan pemantauan mengarah pada buying diantaranya adalah power prestige dan
bagaimana seseorang mengalokasikan sumber credit card misuse (penyalahgunaan kartu
daya keuangan dalam rumah tangga kredit) yang berpengaruh positif signifikan
(Biljanovska & Palligkinis, 2013). Jika individu terhadap compulsive buying (Palan et al., 2011).
tidak memperhatikan “kemana uang mereka Penawaran seperti pemberian potongan harga
pergi,” maka akan timbul kecenderungan untuk yang dilakukan oleh toko atau suatu merk
membelanjakan uang tersebut pada pembelian (Pandey, 2016) budget constraints, materialism
yang tidak dibutuhkan. Dampak dari tidak dan pembelian impulsif (Omar, 2014) juga

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Special Issue (Ekosistem Start Up) 2020| 157
https://profit.ub.ac.id
dapat mempengaruhi perilaku compulsive Strömbäck et al. (2017) tidak hanya
buying seseorang. Singh & Nayak (2016) turut menguji hubungan self-control dan financial
meneliti mengenai compulsive buying dengan behavior namun juga mengembangkan
menggunakan hubungan orangtua dan anak. konstruk psikologi selain self-control dalam
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kohesi penelitiannya, yakni optimism dan tendency to
dan konflik antara orangtua dan anak secara think deliberatively. Pengembangan tersebut
tidak langsung berpengaruh terhadap memberikan pengetahuan baru bahwasanya
peningkatan perilaku compulsive buying sang tidak hanya self-control yang mampu
anak. Kedua variabel tersebut dapat memengaruhi seseorang untuk menabung yang
berpengaruh terhadap compulsive buying merupakan bagian dari financial management
dengan meggunakan peran self-esteem sebagai behavior namun juga optimism dan tendency to
variabel mediasi. think deliberatively turut mempengaruhinya.
Self-control berpengaruh terhadap financial
Financial Management Behavior management behavior baik tanpa variabel
Selain berpengaruh signifikan terhadap kontrol maupun dengan variabel kontrol berupa
compulsive buying, self-control juga income, age, sex, education dan financial
berhubungan dengan financial management literacy. Financial literacy, age dan income
behavior. Individu dengan tingkat self-control berpengaruh positif terhadap financial behavior
yang lebih tinggi dan yang condong untuk dan tidak terdapat perbedaan dalam financial
merencanakan masa depannya mengelola behavior baik bagi pria maupun wanita
keuangannya dengan baik sehingga (Strömbäck et al., 2017).
kecenderungan compulsive buying akan rendah. Financial behavior adalah kegiatan
Individu dengan self-control yang baik lebih manajemen keuangan pada tingkat individu.
cenderung teratur menyimpan uang dari gaji Aspek perilaku keuangan terkait dengan empat
atau pendapatan mereka, yang berarti bahwa konsep penting dari financial management
mereka lebih siap dalam mengelola pengeluaran behavior yang baik, yakni: 1) perilaku dalam
yang tidak terduga dan lebih cenderung menulis perencanaan atau penganggaran
memiliki cukup uang untuk masa pensiun keuangan; 2) perilaku dalam menabung atau
mereka (Biljanovska & Palligkinis, 2013). Hasil melakukan investasi; 3) perilaku dalam
penelitian tersebut menunjukkan bahwa self- menggunakan atau mengeluarkan uang; 4)
control memiliki efek positif pada perilaku perilaku dalam mengevaluasi terkait
keuangan umum dengan melebarkan cakupan penggunaan anggaran (Herawati et al., 2018).
saving behavior ke dalam financial behavior. Para ilmuwan sosial sepakat bahwa cara efektif
Penggunaan tiga komponen dalam mengukur untuk memprediksi proses keuangan dan
self-control dalam penelitian Biljanovska ini perekonomian tergantung bagaimana individu
memberikan pengetahuan baru bahwasanya memahamu sikap dan perilaku masyarakat
self-control tidak hanya membahas mengenai terhadap hal-hal yang berkaitan dengan uang
bagaiamana individu menahan godaan maupun serta karakteristik berbagai kelompok sosial
menahan impuls yang ada. Komponen tersebut yang berbagi pandangan dan berperilaku sama.
adalah penetapan tujuan, pemantauan, dan Financial management behavior yang
adanya komitmen yang telah ditetapkan. efektif ialah ketika individu memiliki
Hasil penelitian tersebut didukung kemampuan untuk mengelola, mengendalikan
penelitian Strömbäck et al. (2017) bahwa self- keuangannya dan bertanggung jawab atas
control berpengaruh positif dengan financial keputusan finansial yang diambil. financial
management behavior. Orang dengan tingkat management behavior yang efektif dapat
self-control yang tinggi dalam penelitian berkontribusi terhadap kepuasan finansial dan
Strömbäck et al. (2017) digambarkan sebagai kesejahteraan finansial baik di masa depan
orang yang rutin menabung dan mempersiapkan maupun saat ini (Bamforth, Jebarajakirthy, &
dana darurat serta memiliki banyak persiapan Geursen, 2018). Sebbelum mengelola
dalam hal finansial untuk menyambut masa keuangannya, individu dituntut untuk
pensiun. Individu dengan perilaku tersebut meningkatkan kesadaran fiskalnya sehingga
dapat dikatakan bahwa orang tersebut memiliki mampu mengelola sumber daya keuangannya
saving behavior yang baik sebagai salah satu secara efisien dan efektif. Kesadaran fiskal yang
indikasi financial management behavior yang dimaksud ialah kemampuan seseorang untuk
baik.

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Special Issue (Ekosistem Start Up) 2020| 158
https://profit.ub.ac.id
menggunakan keterampilan dan prediktor yang signifikan atas terjadinya
pengetahuannya dalam bidang keuangan. compulsive buying. Sejalan dengan hasil
Bamforth & Geursen (2017) dalam penelitian Donnelly et al. (2012), Pham et al.
penelitiannya mengemukakan bahwasanya (2012) mengatakan bahwa financial
faktor ekonomi, faktor sosial dan faktor management practices berpengaruh terhadap
psikologis turut mempengaruhi pembentukan compulsive buying ketika individu memiliki
financial management behavior pada generasi tingkat materialism yang tinggi. Dari hasil
milenial. Biaya pendidikan yang tinggi di penelitian tersebut, dapat dipahami bahwa
Amerika dan Australia membuat banyak financial management behavior yang baik tidak
pemuda memiliki pinjaman pendidikan yang hanya memberi manfaat dalam jangka panjang
cukup tinggi. Keadaan tersebut diperparah seberti tingkat financial well-being yang tinggi
dengan menyusutnya pasar pekerjaan sehingga tetapi juga kangka pendek seperti
mereka kesusahan untuk mendapatkan menghindarkan individu dari perilaku
pekerjaan. Kompleksitas masalah tersebut kompulsif seperti compulsive buying.
membuat generasi milenial di Amerika dan Selain self-control, salah satu faktor
Australia memperhatikan pengeloloaan psikologis yang dapat mempengaruhi financial
keuangannya agar dapat mencapai kepuasan management behavior ialah self-efficacy yang
finansial yang lebih tinggi. dalam konteks keuangan disebut dengan
Pengaruh dan tekanan sosial atas norma- financial self-efficacy. Financial self-efficacy
norma finansial menagement behavior juga mengacu pada keyakinan seseorang atas
dapat mempengaruhi cara individu dalam kemampuannya sendiri untuk mencapai tujuan
memandang dan berinteraksi dengan uang. keuangannya. Financial self-efficacy dipercaya
Individu yang lahir di generasi yang berbeda dapat mendorong individu untuk membuat
(generasi Baby Boomber, Gen X dan Millenials) keputusan keuangan yang tepat sehingga akan
tentu memiliki cara yang berbeda dalam berdampak pada financial management
membuat keputusan keuangan. Perbedaan behavior. Financial self-efficacy dapat berperan
generasi dan cara tersebut berpengaruh terhadap sebagai variabel independen maupun sebagai
financial management behavior. Keputusan variabel moderator untuk mempengaruhi
tentang pengelolaan uang juga dipengaruhi oleh financial management behavior seseorang.
keadaan psikologis individu. Emosi positif Seperti hasil penelitian yang telah disampaikan,
seperti kebahagiaan dapat mengurangi selera yakni penelitian dari Farrell et al. (2015);
risiko (the appetite for risk) dan dapat Herawati et al. (2018) menunjukkan bahwa
meningkatkan waktu yang digunkan untuk individu dengan tingkat financial self-efficacy
pengambilan keputusan, perencanaan, dan yang tinggi memiliki kemungkinan yang lebih
pengendalian keuangan. Emosi positif tentang kuat untuk memili financial management
uang mendorong pengambilan keputusan yang behavior yang efektif. Financial self-efficacy
sehat dan informatif yang berkontribusi merupakan sifat psikologis yang memiliki
terhadap kepuasan hidup (Bamforth & Geursen, pengaruh signifikan terhadap beragam perilaku
2017). Sebaliknya, emosi negatif dapat keuangan. Financial self efficacy adalah
menyebabkan dapat meningkatkan stres, kemampuan untuk mendesak keyakinan atau
kecemasan, dan frustasi yang mendorong kepercayaan yang dibutuhkan konsumen dalam
individu untuk melakukan pengeluaran dengan menggunakan layanan keuangan formal yang
kontrol yang rendah. Dari penjelasan tersebut tersedia dengan tujuan hidup yang lebih baik di
dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor masa mendatang. Serupa dengan Farrell et al.
psikologis dapat berpengaruh terhadap (2015); Herawati et al. (2018), penelitian dari
financial management behavior. Asebedo, Seay, Archuleta, & Brase (2019)
Financial management behavior yang memberikan bukti yang konsisten bahwa
efektif tidak hanya berpengaruh terhadap tingkat financial self-efficacy yang lebih tinggi
kepuasan dan kesejahteraan finansial (financial mendukung perilaku keuangan yang bijaksana.
well-being) saja tetapi juga tehadap perilaku Self-efficacy selain dapat berpengaruh
kompulsif sebagai gangguan psikologis yang terhadap perilaku keuangan seseorang, self-
juga dapat mempengaruhi financial well-being efficacy juga dapat berpengaruh terhadap
seseorang. Gagasan tersebut didasarkan atas compulsive buying. Seperti yang telah
penelitian dari Donnelly et al. (2012) yang dijelaskan oleh Kaur (2018) dalam
menyatakan financial management menjadi penelitiannya, tingkat kepercayaan yang rendah

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Special Issue (Ekosistem Start Up) 2020| 159
https://profit.ub.ac.id
atas kemampuan diri sendiri dapat memicu management behavior, dan compulsive buying.
tekanan psikologis seperti stress dan cemas. Hasil analisis dari berbagai literatur digunakan
Tekanan psikologis tersebut yang memicu untuk mengetahui pengaruh self-control dan
seseorang untuk melakukan compulsive buying. financial self-efficacy terhadap financial
Penelitian mengenai hubungan self-efficacy dan management behavior dan compulsive buying.
compulsive buying masih tergolong minim,
namun dapat merujuk pada hasil penelitian KESIMPULAN DAN SARAN
Moon, Rasool, & Attiq (2015) yang meneliti Kesimpulan
tentang Personality dan Irregular Buying Hasil studi literatur menunjukkan bahwa
Behavior. Moon et al. (2015) menjelaskan self-efficacy berpengaruh positif signifikan
bahwa dari 641 konsumen di Islamabad yang terhadap self-control. Semakin tinggi tingkat
memiliki tingkat kepercayaan yang rendah self-efficacy maka akan semakin tinggi tingkat
terhadap kemampuan pembelian menjadi self-control seseorang. Tingkat self-control dan
pembeli impulsif dan kompulsif (compulsive self-efficacy yang tinggi akan mendorong
buyer). seseorang untuk mengelola keuangannya
Hasil studi literatur menunjukkan bahwa baik dengan lebih bijak dikarenakan self-control dan
self-control maupun self-efficacy memiliki self-efficacy berpengaruh signifikan terhadap
pengaruh terhadap financial management financial management behavior. Selain
behavior dan compulsive buying. Penelitian dari berpengaruh terhadap financial management
Chen, Li, Xie, Li, & Guodong (2018) yang behavior, self-control dan self-efficacy juga
menjelaskan bahwa self-efficacy berpengaruh berpengaruh terhadap compulsive buying.
positif signifikan terhadap self-control. Self- Seseorang yang dapat mengendalikan dirinya
efficacy sebagai faktor psikologis memiliki dapat dicirikan dengan membeli barang atau
peran dalam mempengaruhi bagaimana self- jasa sesuai dengan kebutuhannya, bukan hanya
control dalam diri individu bekerja. Dari hasil untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya.
penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan Compulsive buying dapat diminimalisasi
bahwasanya self-efficacy merupakan faktor dengan cara menerapkan financial management
utama yang mempengaruhi tindakan seseorang. behavior yang baik, karena tindakan
Sehingga dengan meningkatkan tingkat self- compulsive buying dipengaruhi oleh financial
efficacy dalam diri seseorang dapat management behavior. Financial management
meminimalisasi seseorang untuk terlibat dalam behavior yang bijaksana tidak hanya akan
kegiatan compulsive buying. menghindarkan seseorang dari perilaku
kompulsif termasuk compulsive buying namun
METODE PENELITIAN juga dapat meningkatkan tingkat kepuasan dan
Penelitian penting dilakukan untuk kesejahteraan finansial seseorang.
mengetahui bagaimana pengaruh kemampuan Hasil temuan dari beberapa jurnal yang
kognitif seseorang terhadap perilaku mereka telah dianalisis tersebut memberikan kontribusi
seperti pengaruh self-efficacy dan self-control yang signifikan terhadap pemahaman financial
terhadap financial management behavior dan management behavior dan compulsive buying.
compulsive buying. Peneliti dengan melakukan Semua jurnal yang telah dianalisis sepakat
studi literatur ingin melakukan penelitian bahwa self-control dan financial self-efficacy
dengan lingkup yang lebih besar dengan berpengaruh signifikan terhadap financial
menggambarkan hubungan faktor non kognitif management behavior dan compulsive buying.
(self-control dan financial self-efficacy) dengan Dari hasil tersebut, hendaknya upaya
financial management behavior serta kaitannya peningkatan self-efficacy sebagai keyakinan
dengan fenomena yang mulai menarik perhatian atas kemampuannya untuk mencapai sesuatu
yakni compulsive buying. Penelitian dengan terus dilakukan karena self-efficacy
lingkup tersebut masih sedikit dilakukan. berhubungan langsung dengan tingkat self-
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, control seseorang. Semakin tinggi tingkat self-
peneliti ingin melakukan studi literatur efficacy maka akan diikuti oleh tingkat self-
mengenai financial management behaviour dan control yang semakin tinggi. Semakin tinggi
kaitannya dengan self-control, financial self- tingkat self-control seseorang maka individu
efficacy dan compulsive buying. Studi literatur tersebut dapat dengan lebih bijak mengatur
dilakukan dengan menelaah 10 jurnal terkait keuangan dan meminimalisasi keterlibatannya
self-control, financial self-efficacy, financial dalam tindakan compulsive buying.

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Special Issue (Ekosistem Start Up) 2020| 160
https://profit.ub.ac.id
Implikasi Teoritis untuk mengeksplorasi topik terkait, yakni
Hasil dan pembahasan dalam penelitian dengan menyertakan faktor non-kognitif
ini dapat membantu para akademisi untuk lainnya seperti materialism dan self-esteem
mengetahui model konsep baru mengenai yang kemungkinan memiliki pengaruh terhadap
penelitian dengan topik financial management financial management behavior dan compulsive
behavior. Model konsep tidak hanya buying. Penyertaan faktor kognitif dan faktor
memperkenalkan perihal perilaku keuangan sosial demografi dalam penelitian juga
namun juga membahas faktor psikologis dan disarankan untuk mendapatkan hasil penelitian
juga dampak dari perilaku keuangan dan faktor yang lebih kompleks. Financial outcomes
psikologis tersebut yakni compulsive buying. seperti financial well-being juga bisa
ditambahkan dalam model konsep penelitian
Implikasi Praktis sehingga peneliti dan pembaca mengetahui
Mengingat jumlah pembeli kompulsif lebih jauh dampak dari tindakan yang
meningkat dan menyebar dari Amerika ke dilakukannya pada saat ini.
Eropa dan kemudian ke negara-negara Asia,
maka secara global akan banyak orang yang
berisiko atas konsekuensi compulsive buying DAFTAR PUSTAKA
baik dari sisi psikologis, sosial, maupun
ekonomi. Baik pembuat kebijakan maupun Achtziger, A., Hubert, M., Kenning, P., Raab,
praktisi disarankan untuk dilakukan praktik G., & Reisch, L. (2015). Debt Out of
manajemen keuangan atau financial Control: The Links Between Self-Control,
management practices karena melihat Compulsive Buying, and Real Debts.
banyaknya manfaat yang diperoleh dari Journal of Economic Psychology.
financial management behavior yang efektif. https://doi.org/10.1016/j.joep.2015.04.00
Praktik manajemen keuangan merupakan salah 3
satu cara yang dapat ditempuh untuk Akhadiyah, R. F. (2017). PERILAKU
mengurangi bahkan menghentikan pengeluaran PEMBELIAN KOMPULSIF PRODUK
yang berlebihan dan kecil kemungkinannya FASHION ( SurveiPadaKonsumen
pembeli kompulsif terlibat dalam praktik Fashion Malang Town Square Di Kota
manajemen keuangan tersebut. Selain itu, Malang ). 48(1), 19–27.
penyediaan layanan umum dan konten online Asebedo, S. D., Seay, M. C., Archuleta, K., &
yang dapat menambah pengetahuan keuangan Brase, G. (2019). The Psychological
juga perlu untuk dipertimbangkan adanya. Predictors of Older Preretirees’ Financial
Self-Efficacy. Journal of Behavioral
Saran Finance, 20(2), 127–138.
Penelitian dilakukan hanya dengan https://doi.org/10.1080/15427560.2018.1
memasukkan faktor non kognitif sebagai faktor 492580
yang dapat berpengaruh terhadap financial Bamforth, J., & Geursen, G. (2017).
management behavior dan compulsive buying, Categorising the money management
padahal terdapat faktor kognitif dari individu behaviour of young consumers. Young
yang juga dapat berpengaruh terhadap financial Consumers, 18, 0.
management behavior dan compulsive buying, https://doi.org/10.1108/YC-01-2017-
seperti financial knowledge dan financial 00658
literacy. Penelitian juga tidak menyertakan Bamforth, J., Jebarajakirthy, C., & Geursen, G.
faktor sosial demografi dalam rumusan masalah (2018). Understanding undergraduates’
yang kemungkinan memiliki pengaruh terhadap money management behaviour: a study
financial management behavior dan compulsive beyond financial literacy. International
buying. Penggeneralisasian hasil penelitian juga Journal of Bank Marketing, 36.
menjadi keterbatasan dalam penelitian ini https://doi.org/10.1108/IJBM-05-2017-
karena perbedaan negara, kalangan dan juga 0104
perbedaan budaya dapat mempengaruhi hasil Biljanovska, N., & Palligkinis, S. (2013).
penelitian ini. Control Thyself: Self-Control Failure and
Berhubungan dengan keterbatasan Household Wealth. SSRN Electronic
penelitian tersebut, berikut terdapat saran-saran Journal.
yang dilakukan untuk para peneliti yang tertarik https://doi.org/10.2139/ssrn.2341701

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Special Issue (Ekosistem Start Up) 2020| 161
https://profit.ub.ac.id
Chen, X., Li, B., Xie, J., Li, Y., & Guodong, Z. Knowledge, Parental Income Terhadap
(2018). The Big Five, Self-efficacy, and Financial Management. Jurnal
Self-control in Boxers. Manajemen Teori Dan Terapan
https://doi.org/10.1101/361295 Universitas Musamus, 9(3), 226–241.
Choi, J., Laibson, D., & Madrian, B. (2005). Horváth, C., Büttner, O., Belei, N., & Adigüzel,
$100 Bills on the Sidewalk: Suboptimal F. (2015). Balancing the Balance: Self-
Investment in 401(k) Plans. Control Mechanisms and Compulsive
Dittmar, H. (2005). A New Look Buying. Journal of Economic Psychology,
at ?Compulsive Buying?: 49.
Self?Discrepancies and Materialistic https://doi.org/10.1016/j.joep.2015.05.00
Values as Predictors of Compulsive 4
Buying Tendency. Journal of Social and Kaur, S. (2018). Compulsive Buying Behaviour
Clinical Psychology - J SOC CLIN in relation to Self Control and Generalized
PSYCHOL, 24, 832–859. Self Efficacy among Young Professionals.
https://doi.org/10.1521/jscp.2005.24.6.83 Journal Homepage: International Journal
2 of Research in Social Sciences, 8(3),
Donnelly, G., Iyer, R., & Howell, R. (2012). 2249–2496.
The Big Five personality traits, material Lajuni, N., Bujang, I., Karia, A. A., & Yacob,
values, and financial well-being of self- Y. (2018). Religiosity, Financial
described money managers. Journal of Knowledge, And Financial Behavior
Economic Psychology, 33, 1129–1142. Influence On Personal Financial Distress
https://doi.org/10.1016/j.joep.2012.08.00 Among Millennial Generation. Jurnal
1 Manajemen Dan Kewirausahaan, 20(2),
Dwiastanti, A. (2015). Financial Literacy as the 92–98.
Foundation for Individual Financial Lee, S.-H., & Workman, J. (2015). Compulsive
Behavior. Journal of Education and buying and branding phenomena. Journal
Practice, 6(33), 99–105. Retrieved from of Open Innovation: Technology, Market,
http://www.eric.ed.gov/contentdelivery/s and Complexity, 1.
ervlet/ERICServlet?accno=EJ1083664 https://doi.org/10.1186/s40852-015-
Farrell, L., Fry, T., & Risse, L. (2015). The 0004-x
significance of financial self-efficacy in Maskhuroh, S., & Renanita, T. (2018).
explaining women’s personal finance Pembelian Kompulsif Ditinjau dari
behaviour. Journal of Economic Kontrol Diri Guru Sekolah Dasar. Jurnal
Psychology. Ilmu Perilaku, 2, 15.
https://doi.org/10.1016/j.joep.2015.07.00 https://doi.org/10.25077/jip.2.1.15-
1 24.2018
Felicia, F., Elvinawaty, R., & Hartini, S. (n.d.). Moon, M., Rasool, H., & Attiq, S. (2015).
Kecenderungan Pembelian Kompulsif: Personality and Irregular Buying
Peran Perfeksionisme dan Gaya Hidup Behavior: Adaptation and Validation of
Hedonistik. Psikologia: Jurnal Pemikiran Core Self Evaluation Personality Trait
Dan Penelitian Psikologi, 9(3). Model in Consumer Impulsive and
Helen, D. (2019). Preventing compulsive Compulsive Buying Behavior. Journal of
shopping among young South-Africans Marketing and Consumer Research, 15,
and Germans. Young Consumers, 20(1), 121–131.
29–43. https://doi.org/10.1108/YC-08- Omar, N. A. (2014). Compulsive buying and
2018-0842 credit card misuse among credit card
Herawati, N., Candiasa, I., Yadnyana, I., & holders: The roles of self-esteem,
Suharsono, N. (2018). Factors That materialism, impulsive buying and budget
Influence Financial Behavior Among constraint. Intangible Capital, 10, 446.
Accounting Students in Bali. Ozmete, E., & Hira, T. (2011). Conceptual
International Journal of Business analysis of behavioral theories/models:
Administration, 9, 30. Application to financial behavior.
https://doi.org/10.5430/ijba.v9n3p30 European Journal of Social Sciences, 18,
Herdjiono, I., & Damanik, L. A. (2016). 386–404.
Pengaruh Financial Attitude, Financial

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Special Issue (Ekosistem Start Up) 2020| 162
https://profit.ub.ac.id
Palan, K. M., Morrow, P. C., Trapp, A., &
Blackburn, V. (2011). Compulsive
Buying Behavior in College Students: The
Mediating Role of Credit Card Misuse.
Journal of Marketing Theory and
Practice, 19(1), 81–96.
https://doi.org/10.2753/MTP1069-
6679190105
Pandey, S. (2016). The Effect of Deals and
Moods on Compulsive Buying: A Study
on Young Indian Consumers. Global
Business Review, 17.
https://doi.org/10.1177/09721509156198
21
Pham, T., Yap, K., & Dowling, N. (2012). The
impact of financial management practices
and financial attitudes on the relationship
between materialism and compulsive
buying. Journal of Economic Psychology,
33, 565–573.
https://doi.org/10.1016/j.joep.2011.12.00
7
Putri, N. M. D. R., & Rahyuda, H. (2017).
Pengaruh Tingkat Financial Literacy dan
Faktor Sosiodemografi terhadap Perilaku
Keputusan Investasi Individu. E-Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Udayana, 6(9), 3407–3434.
Singh, R., & Nayak, J. (2016). Effect of family
environment on adolescent compulsive
buying: mediating role of self-esteem.
Asia Pacific Journal of Marketing and
Logistics, 28, 396–419.
https://doi.org/10.1108/APJML-05-2015-
0082
Strömbäck, C., Lind, T., Skagerlund, K.,
Västfjäll, D., & Tinghög, G. (2017). Does
self-control predict financial behavior and
financial well-being? Journal of
Behavioral and Experimental Finance,
14.
https://doi.org/10.1016/j.jbef.2017.04.002
Weinstein, A., Maraz, A., Griffiths, M.,
Lejoyeux, M., & Demetrovics, Z. (2016).
Compulsive Buying—Features and
Characteristics of Addiction.
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-
800634-4.00098-6

Profit: Jurnal Administrasi Bisnis| Special Issue (Ekosistem Start Up) 2020| 163
https://profit.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai