Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH IMPULSIVE BUYING

TERHADAP KESEHATAN MENTAL PADA


REMAJA DI YOGYAKARTA

Fidela Tamala Dewanti


516 1111 183
Latar Belakang Masalah
Menurut Santrock (2012) pada masa
Era globalisasi yang Sehingga peilaku impulsive
remaja, cenderung menyukai berbagai
semakin pesat dengan buying yang tidak terkontrol akan
hal baru yang cukup menantang bagi
adanya kecanggihan merugikan individu tersebut, dan
dirinya, hal tersebut dikarenakan remaja
internet dapat berpengaruh pada mental
berupaya untuk mencapai kemandirian
individu tersebut
dan menemukan identitas dirinya.

BAB
III

Adanya kemajuan ini dapat


Perilaku membeli dapat dikatakan sebagai Impulsive
memudahkan masyarakat dalam
buying, yang dapat didefinisikan sebagai
membeli produk yang diinginkan
kecenderungan individu untuk membeli secara
melalui online shop, terutama
spontan, reflektif atau kurang melibatkan pikiran,
pada remaja.
segera, dan kinetic.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
01 impulsive buying terhadap kesehatan mental remaja
di Yogyakarta.

Dapat memberikan edukasi pada remaja, terkait


02 impulsive buying dan kesehatan mental

Dapat mengurangi perilaku impulsive buying yang


03 terjadi pada remaja yang berdampak pada kesehatan
mental
Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai teori impulsive buying dan kesehatan mental,
khususnya pada remaja, serta diharapkan dan dapat diterapkan dalam ilmu psikologi klinis untuk dapat
memahami dengan baik dalam hal pengaruh impulsive buying dengan kesehatan mental pada remaja di
Yogyakarta.

Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran terhadap pemecahan masalah
yang berkaitan dengan impulsive buying dan kesehatan mental pada remaja di Yogyakarta.
Apa sih impulsive buying itu ?

Menurut Murray dalam Dholakia, 2000

Impulsive buying dapat didefinisikan


sebagai kecenderungan individu untuk membeli
secara spontan, reflektif atau kurang melibatkan
pikiran, segera, dan kinetic. Individu yang sangat
impulsive lebih mungkin terus mendapatkan
stimulus pembelian yang spontan, daftar belanja
lebih terbuka serta menerima ide pembelian yang
tidak direncanakan secara tiba-tiba
Aspek-aspek impulsive buying
Verplanken dan Herabadi (2001), mengemukakan bahwa Impulse Buying memiliki
dua aspek, yakni aspek kognitif dan aspek afektif.

1. Aspek Kognitif
Aspek kognitif yaitu aspek dimana individu kurang mampu
mempertimbangkan dan merencanakan sesuatu ketika melakukan
pembelian . pembeli terfokus pada harga diri suatu produk dan
keuntungan yang diperoleh ketika membeli produk tersebut.

2. Aspek Afektif
Aspek afektif adalah aspek paling kuat yang melekat pada
diri pembeli ketika melakukan impulsive buying. Aspek afektif
menjelaskan bahwa pembeli melakukan impulse buying , karena
memiliki perasaan senang dan gembira ketika menginginkan suatu
barang untuk dibeli serta memiliki kesuliatan untuk meninggalkan
keinginannya itu.
Factor-factor impulsive buying

Loudon dan Bitta (1993) mengungkapkan factor-faktor yang


mempengaruhi impulsive buying, yaitu :

1. S 2.
produk dengan karakteristik harga pemasaran dan marketing yang
murah, kebutuhan kecil atau marginal, meliputi distribusi dalam jumlah
produk jangka pendek, ukuran kecil,
dan toko yang mudah dijangkau
T W banyak outlet yang self service, iklan
melalui media massa yang sangat
sugestibel dan terus menerus, iklan
dititik penjualan, posisi display dan

O3.
lokasi toko yang menonjol.

karakteristik konsumen seperti


kepribadian jenis kelamin, sosial
demografi atau karakteristik sosial
ekonomi.
Apa yang Anda ketahui tentang kesehatan mental ?

Taylor & Brown (1988) menyatakan bahwa :

Manusia yang memiliki kesehatan


mental adalah manusia yang memiliki
kemampuan menerima dirinya dan lingkungannya
tanpa merasa kecewa dan mengeluh. Mereka
dapat menerima sifat-sifat yang ada pada dirinya
yang mungkin berbeda dengan gambaran ideal
dirinyatanpa merasa terbebani.
Sejalan dengan pendapat diatas, dikemukakan oleh Veit and Ware (1983) menyatakan bahwa keadaan
mental yang sejahtera sebagai indicator kesehatan mental itu mencangkup dua aspek, yaitu :

1.
Aspek terbebasnya individu dari
tekanan psikologi (psychological
distress), yang dicirikan dengan
tingginya tingkat kecemasan, depresi
dan kehilangan control

Aspek 2.
.Aspek terdapatnya kesejahteraan
psikologi (psychological well-being ),
yang dicirikan dengan adanya
perasaan positif secara umum, kondisi
emosional dan kepuasan hidup.
Factor-factor Kesehatan Mental

Darajat (dalam Bukhori, 2006) mengungkapkan bahwa kesehatan


mental dipengaruhi oleh dua factor, yaitu :

1. Factor Eksternal
Merupakan factor yang berasal dari luar diri individu yang terdiri dari:
keadaan ekonomi, budaya dan kondisi lingkungan, baik lingkungan
keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pendidikan.

2. Faktor Internal
Merupakan factor dari dalam diri individu, yang terdiri dari: kepribadian,
kondisi fisik, perkembangan dan kematangan, kondisi psikologis,
keberagaman, sikap menghadapi problema hidup dan keseimbangan
dalam berpikir.
Gejala Kesehatan Mental Yang Terganggu

Menurut (Catole & Carol, 2008) Gangguan mental yaitu semua perilaku dan keadaan emosi
yang menyebabkan seseorang menderita, atau perilaku merusak diri sendirj, dan akan memiliki dampak
negatif yang serius terhadap kinerja seseorang atau kemampuan berinteraksinya dengan orang lain atau
suatu komunitas.

Banyak konflik batin. Dada rasa tersobek-sobek oleh pikiran dan emosi yang
bertentangan. Hilangnya harga diri dan kepercayaan diri. Selalu tidak aman dan
merasa dikejar oleh sesuatu pikiran atau perasaan yang tidak jelas , hingga ia
merasa cemas dan takut.

Komunikasi sosial terputus dan adanya disorientasi sosial. Timbul


delusi-delusi yang menakutkan. Selalu iri hati dan curiga

Ada gangguan intelektual dan gangguan emosional yang


serius. Penderita mengalami ilusi, halusinasi berat dan
delusi.
pada penelitian ini sampel yang digunakan untuk mewakili populasi adalah 155 remaja perempuan maupun laki-laki.

Metode Penelitian
Metode Kuantitatif
Metode ini disebut metode kuantitatif karena data Populasi
penelitian berupa angka-angka dan analisis
- Remaja akhir perempuan / laki2
menggunakan statistic.
- 17 – 21 tahun
- Menggunakan Online shop

Sampel
Identifikasi Variabel
V. Independent / V. Bebas : Impulsive Buying Sampel yang digunakan untuk mewakili
populasi kurang lebih 155 remaja
V. Dependent / V. Terikat : Kesehatan Mental
perempuan maupun laki-laki.

Teknik sampling : Random sampling

Metode Analisis Data


Metode Pengumpulan Data
Menggunakan SPSS 22 1. Skala impulsive buying

2. Skala kesehatan mental

Dengan model : Skala Likert


Thank you
Any questions ?

Anda mungkin juga menyukai