Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Financial Literacy Terhadap Compulsive Buying

(Studi Kasus Mahasiswa Sebagai Generasi Z)

Nama Penulis……………..
Progam Studi………., Fakultas…………….., Universitas……….
Alamat Kampus: ………………………………………………….
E-mail penulis:

A. KONTEKS DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan
dampak yang masif bagi semua lini kehidupan, termasuk pola hidup
masyarakat. Perkembangan ilmu teknologi terutama internet melahirkan
banyak golongan yang memiliki perilaku berbeda. Di antara golongan
yang hidup di era internet adalah mahasiswa. Mereka yang masif
menggunakan teknologi internet untuk membantu kehidupan sehari-hari.
Ketersediaan informasi di pelbagai platform teknologi membuat
kehidupan mahasiswa berubag secara signifikan terutama perubahan
perilaku dalam pencarian informasi dalam pengambilan keputusan
pembelian. Hal itu disebabkan karena Digitalisasi diberbagai bidang
termasuk ekonomi yang membuat generasi ini sebagian besar mengubah
perilaku belanjanya dari luring menjadi daring sehingga dapat memangkas
energi, waktu, biaya dan fleksibilitas karena tidak terikat ruang dan waktu.
00000Adanya digitalisasi ekonomi adalah salah satu penyebab yang
membuat sebagian besar masyarakat berubah menjadi lebih konsumtif dari
sebelumnya, Mahasiswa mendapatkan banyak kemudahan termasuk dalam
hal mengambil keputusan dalam pembelian. Mahasiswa adalah titik
penentu kuat perilaku pembelian online yang semakin lama semakin
masif. Terbukti dalam penelitian yang menemukan bahwa Mahasiswa
menyumbang persentase pembelian online tertinggi, diikuti oleh Generasi

1
X dan bomers. Studi menunjukkan mahasiswa banyak menghabiskan
waktu secara daring untuk melihat, mengamati, meneliti, berfantasi,
mengingat penjualan promosi dan testimoni, memeriksa apa yang
dikenakan selebriti dan kemudian membayangkan bagaimana penampilan
mereka dengan pemakaian produk yang sama. Sehingga Mahasiswa telah
mengembangkan gaya berbelanja yang berbeda dibandingkan dengan
generasi-generasi pendahulunya, Hal ini berdampak pada perilaku
konsumtif yang kompulsif, yakni keinginan atau dorongan yang kuat
untuk berbelanja secara berlebihan tanpa tujuan yang ideal.
Pembelian kompulsif merupakan suatu fenomena psiko-ekonomi
yang menimpa kehidupan banyak orang terutama mahasiswa yang lahir di
era internet yang mana dalam proses pembelian kompulsif, calon pembeli
mengarah langsung ke produk tertentu dan kemudian melakukan
pembelian dengan cepat tanpa suatu pertimbangan. Perilaku pembelian
kompulsif secara tidak sadar terjadi ketika individu terlibat dalam aktivitas
yang berkaitan dengan uang dan gaya hidup. Pembelian kompulsif ini
merupakan pembelian yang tidak direncanakan yang terjadi secara tiba-
tiba, dan dapat menjadi suatu hal adiktif yang menyebabkan kecanduan,
Pembelian kompulsif, atau compulsive buying ini merupakan fenomena
yang dapat terjadi pada semua generasi namun lebih banyak dilakukan
oleh generasi yang mengalami perubahan yaitu usia remaja yang
menginjak usia dewasa awal yang sebagian besar sebenarnya masih tidak
memiliki kemampuan finansial untuk memenuhi kebutuhannya.
00000Studi menunjukkan bahwa pembelian kompulsif terjadi sekitar 60%
dari seluruh belanja online. Tren ini merupakan hasil dari akses yang
mudah ke produk, harga yang lebih murah, cara pembelian yang relatif
mudah, dan kurangnya tekanan sosial. Akan tetapi, Pembelian kompulsif
tidak akan terjadi jika mahasiswa paham tentang pendapatan yang
dimilikinya. Mengingat mayoritas mahasiswa masih memperoleh
penghasilan dari orang tua, maka sebaiknya direncanakan terlebih dahulu
dalam melakukan pembelian yaitu melihat kebutuhan bukan keinginan.

2
Hal ini terkait dengan literasi keuangan yang harus diketahui dan dipahami
oleh setiap individu. Literasi keuangan merupakan suatu pengetahuan,
keterampilan , dan sikap dalam mengatur dan mengelola keuangan untuk
mencapai kesehjateraan keuangan. Memahami implikasi keuangan yang
dihasilkan dari keputusan keuangan sangat penting untuk literasi
keuangan. Literasi keuangan juga disebut sebagai suatu pemahaman
individu terhadap rencana keuangan dalam jangka pendek maupun
panjang yang tujuannya dapat mengambil keputusan keuangan sesuai
dengan rencana tersebut. Studi menunjukkan bahwa partisipan penelitian
yang memiliki praktik pengelolaan keuangan yang buruk lebih cenderung
menjadi pembeli yang kompulsif. Sehingga literasi keuangan harus
dimiliki sebelum suatu individu memutuskan untuk melakukan suatu
tindakan pembelian agar tiap individu dapat mengatur keuangannya
dengan baik, bagaimana membuat anggaran dalam suatu kebutuhan dan
bagaimana membuat perencanaan keuangan yang sesuai dengan
kebutuhan. Sehingga dapat dikatakan bahwa literasi keuangan menjadi hal
yang wajib dikuasai oleh setiap individu, khususnya mahasiswa dimana
mereka mudah terpengaruh dalam pengambilan keputusan pembelian.

B. KAJIAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Literasi Keuangan
Remund (2010) menyebutkan literasi keuangan atau financial literacy
sebagai ukuran sejauh mana seseorang memahami konsep keuangan utama dan
memiliki kemampuan dan kepercayaan diri untuk mengelola keuangan pribadi
melalui pengambilan keputusan jangka pendek yang tepat dan perencanaan

3
keuangan jangka panjang yang tepat, sambil memperhatikan peristiwa kehidupan
dan perubahan kondisi ekonomi. Literasi keuangan menurut Paul (2016) adalah
sebuah ilmu pengetahuan di bidang keuangan yang merupakan dimensi yang tidak
terpisahkan yang terdiri dari pengetahuan , sikap, dan perilaku keuangan untuk
mencapai kesehjahteraan keuangan dalam kehidupannya sehingga literasi
keuangan merupakan bagian integral dari kehidupan seseorang karena literasi
keuangan merupakan alat yang berguna untuk membuat keputusan keuangan yang
tepat, namun dari pengalaman di berbagai negara masih menunjukkan relatif
kurang. Bill (2010) juga menemukan bahwa pengetahuan keuangan yang rendah
akan menyebabkan perencanaan keuangan yang salah, dan menyebabkan bias
dalam mencapai kemakmuran pada saat usia tidak lagi produktif. Cen dan Volpe
(2000) mendefinisikan literasi keuangan sebagai kemampuan untuk membaca,
menganalisis, mengelola, dan mengkomunikasikan tentang kondisi keuangan
pribadi yang mempengaruhi kesejahteraan materi. Hal ini termasuk kemampuan
untuk membedakan opsi keuangan dam membahas uang yang berkaitan dengan
masalah keuangan, merencanakan masa depan, dan menanggapi dengan kompeten
peristiwa yang memengaruhi keputusan keuangan sehari-hari, termasuk yang
terjadi dalam perekonomian pada umumnya. Berdasarkan beberapa pendapat ahli
disimpulkan bahawa literasi keuangan adalah pengetahuan, kemampuan dan
ketrampilan yang dimiliki seseorang dalam mengelola keuangan yang dapat
digunakan untuk membuat pilihan keuangan yang efektif. Adapun pengetahuan
keuangan yang harus dimiliki mahasiswa yaitu pengetahuan dasar keuangan
pribadi, pengetahuan pengelolaan uang, penganggaran, tabungan, yang dalam
setiap aspeknya dapat membentuk pengetahuan setiap mahasiswa dalam
pengambilan keputusan. Kapasitas literasi keuangan yang dimiliki seseorang akan
terciptanya kesejahteraan material.
Menurut Ardiansyah & Budiani, (2021) Terdapat 5 aspek yang digunakan
dalam mengukur financial literacy, yaitu money management, saving and
investment, borrowing and debt, insurance, serta retirement and planning.
Pembelian Kompulsif
Pembelian kompulsif atau compulsive buying merupakan perilaku ketika

4
konsumen secara tiba-tiba memiliki dorongan yang tidak dapat ia hindari untuk
melakukan suatu tindakan konsumtif. Chen dan Volpe (2020) mendefinisikan
pembelian kmpulsif sebagai pembelian irasional yang terkait dengan pembelian
yang cepat dan tidak terencana, diikuti oleh konflik emosional dan dorongan
emosional. Compulsive buying juga didefinisikan sebagai keasyikan individu
dalam membeli barang, dorongan untuk melakukan pembelian yang tidak dapat
ditolak, atau membeli barang yang tidak diperlukan (Spinella, Lester & Yang,
2015). Belanja dan pembelian disertai dengan kelegaan dan kesenangan tetapi
diikuti oleh penyesalan dan rasa bersalah karena ketidaktepatan perilaku belanja
dan konsekuensi negatifnya (Muller et al., 2015). Menurut laporan pasien
compulsive buying, mereka jarang atau tidak pernah menggunakan barang yang
dibeli. Orang-orang ini tertarik pada proses belanja, browsing, memilih dan
memesan tetapi tidak dalam penggunaan barang (Muller et al, 2015).
Paul (2016) mengemukakan 5 karakteristik penting yang membedakan
perilaku konsumen kompulsif dan non-kompulsif. Ciri-ciri ini adalah: spontanitas,
kekuatan, paksaan dan intensitas, kegembiraan dan rangsangan, mengabaikan
konsekuensi Pembelian kompulsif juga disebut kegiatan belanja yang tidak
terencana yang dilakukan sebagai respons terhadap stimulus eksternal, misalnya
seperti melihat produk yang diinginkan di toko. Pembeli yang sangat kompulsif
sering kali tidak mengindahkan terhadap kemungkinan efek negatif yang dapat
muncul dari tindakan mereka (Coudary, 2017). Oleh karena itu biasanya perilaku
ini diidentifikasi melalui penjelasan untuk pemesanan barang atau produk yang
tidak direncanakan yang akan dengan mudah dilakukan di loket pembayaran
terlebih dengan masifnya jumlah e-commerce.
Pembelian kompulsif dapat terpengaruh oleh berbagai faktor baik internal
maupun eksternal seperti faktor situasional terkait produk, demografis dan faktor
sosial budaya. Menurut (Coudary, 2017) ada beberapa indikator yang digunakan
untuk mengukur perilaku pembelian kompulsif sebagai berikut:
1. Spontanitas atau pembelian yang kompulsif yakni terjadi secara tidak
terduga atau tanpa niat sebelumnya.
2. Adanya motivasi yang dating tiba-tiba dan bertindak langsung tanpa suatu

5
pertimbangan.
3. Kegembiraan dan stimulasi atau tiba-tiba menginginkan untuk membeli
yang sering diikuti oleh emosi seperti kegembiraan, mendebarkan, atau
kepuasan.
4. Mengabaikan konsekuensi atau dampak kerugian setelah membeli produk.
Dalam hasil penelitian ditunjukkan bahwa perempuan lebih rentan
melakukan pembelian dikarenakan dorongan hati. Perempuan cenderung
melakukan compulsive buying untuk menghilangkan perasaan negatif seperti
kecemasan dengan mencari pengalaman positif (Mueller et al., 2011). Individu
yang masuk dalam kategori compulsive buying biasanya berada pada usia remaja
atau awal memasuki usia dua puluh tahunan, walaupun kemungkinan ada juga
individu berusia 30 tahunan (Mitchell, 2009). Penderita compulsive buying
cenderung berada diakhir masa remaja dan awal usia dua puluhan (Black, 2007;
Cristensen dkk, 1994; Schlosser dkk, 1994). Remaja cenderung mudah
dipengaruhi oleh iklan di layar kaca, mudah terpengaruh oleh perubahan, serta
boros dalam menggunakan uang (Sari, 2006).

C. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)


Financial Literacy Pembelian Kompulsif
(Literasi Keuangan) Compulsive Buying

H1: Financial Literacy berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku


compulsive buying.

6
Ho : Financial Literacy tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku
compulsive buying.

Anda mungkin juga menyukai