1. Latar belakang
Konsumtif adalah kecenderungan untuk menghamburkan uang tanpa
memikirkan tujuan dan manfaatnya. Konsumtif adalah kegiatan
menghamburkan uang tanpa rencana maupun tujuan yang matang. Definisi
lain dari konsumtif adalah perilaku atau gaya hidup serba mewah. Dapat
diamati, di era digital saat ini, konsumtif adalah sebuah fenomena biasa,
khususnya di kota-kota besar.
Perilaku konsumtif adalah sikap yang destruktif. Pada dasarnya, keadaan
finansial seseorang sebaiknya diatur sedemikian rupa untuk
mempersiapkan diri saat ada keadaan darurat. Sebagaimana perilaku
konsumtif adalah kegiatan menghamburkan uang. Salah satu perilaku
konsumtif yaitu membeli barang secara impulsif. Maksud dari impulsif
adalah tindakan pembelian secara mendadak oleh seseorang tanpa
memikirkan konsekuensinya. Selain menjadi impulsif, perlu diingat bahwa
perilaku konsumtif adalah gaya hidup serba mewah. Kebiasaan membeli
barang yang tidak diperlukan erat kaitannya dengan mengikuti tuntutan
sosial. Seseorang dengan tingkat konsumerisme memiliki rasa gengsi yang
besar atas penampilan dirinya dan anggapan lingkungan sosial.
2. Penyebab
Mahasiswa yang merantau seringkali menghadapi sejumlah faktor yang
dapat mempengaruhi perilaku konsumtif mereka. Faktor-faktor ini dapat
menjadi pemicu penting yang menjadikan lingkungan perantauan sebagai
lingkungan yang rentan terhadap konsumsi berlebihan. Berikut adalah
beberapa faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumtif di antara
mahasiswa yang merantau :
● Tekanan Teman Sebaya: Lingkungan perantauan sering kali
dipenuhi dengan teman-teman sebaya yang memiliki gaya hidup
yang cenderung konsumtif. Mahasiswa yang merasa ingin diterima
dan berinteraksi dalam kelompok mungkin merasa terdorong untuk
mengikuti pola konsumsi teman-teman mereka, bahkan jika hal itu
di luar kemampuan keuangan mereka.
● Keterbatasan Keuangan: Merantau seringkali berarti menghadapi
biaya hidup yang lebih tinggi. Keterbatasan keuangan ini dapat
menyebabkan stres finansial, tetapi juga dapat mengakibatkan
perilaku konsumtif yang bertujuan untuk mencapai citra sosial
tertentu atau untuk menunjukkan status ekonomi yang lebih tinggi.
● Pengaruh Media Sosial: Dalam era media sosial, mahasiswa yang
merantau secara konstan terpapar oleh gambaran gaya hidup
mewah yang sering dipamerkan oleh teman-teman atau figur
publik di platform tersebut. Ini dapat menciptakan dorongan untuk
mengikuti tren konsumtif yang mungkin tidak sesuai dengan
keuangan mereka.
● Pengaruh Periklanan: Perusahaan-perusahaan seringkali
menggunakan iklan untuk mempromosikan produk-produk mewah.
Mahasiswa yang merantau yang tidak memiliki pengetahuan yang
cukup tentang manajemen keuangan dapat lebih rentan terhadap
iklan dan tergoda untuk membeli barang-barang yang sebenarnya
tidak diperlukan.
● Perasaan Perlu Tampil: Lingkungan perantauan dapat menciptakan
tekanan sosial yang membuat mahasiswa merasa perlu untuk
tampil baik dan menciptakan citra diri yang lebih baik di hadapan
teman-teman mereka. Hal ini dapat mendorong mereka untuk
membeli barang-barang mahal demi meningkatkan rasa percaya
diri dan citra sosial mereka.
● Kurangnya Pendidikan Keuangan: Banyak mahasiswa tidak
memiliki pemahaman yang memadai tentang manajemen keuangan
yang baik ketika mereka pertama kali merantau. Kurangnya
pemahaman ini dapat membuat mereka kurang waspada terhadap
risiko perilaku konsumtif dan pengeluaran yang berlebihan.
● Stres Akademik dan Emosional: Tekanan akademik yang tinggi
dan tantangan emosional yang dihadapi mahasiswa yang merantau
dapat memicu perilaku konsumtif sebagai bentuk pelampiasan atau
penghiburan dari stres yang mereka alami.
4. Solusi
Adapun berbagai cara untuk mengatasi perilaku konsumtif antara lain,
yaitu:
- Membuat daftar prioritas kebutuhan,
Bertujuan agar kita dapat mengetahui dan mementingkan kebutuhan
sehari-hari. Karena, dengan memprioritaskan kebutuhan, kita dapat
menghindari pemborosan uang pada barang atau layanan yang sebenarnya
tidak dibutuhkan.
- Menabung
Salah satu langkah tepat untuk menghindari terjadinya pemborosan,
mempunyai investasi di masa depan, perlindungan dari krisis finansial.
- Membuat anggaran belanja.
Bertujuan untuk mengelola uang secara tepat dan benar. Anggaran belanja
membantu kita melihat dengan jelas berapa banyak uang yang kita miliki
dan seberapa banyak yang kita habiskan. Ini membantu kita untuk tidak
mengeluarkan lebih dari yang kita mampu.
- Pahami dan terapkan tentang literasi keuangan
Literasi keuangan menurut Program International for Student Assesment
(PISA, 2012) adalah pengetahuan dan pemahaman terhadap konsep
keuangan dan resiko, keahlian, motivasi dan kepercayaan diri untuk
menerapkan pengetahuan dan pemahaman untuk membuat keputusan atas
berbagai aspek keuangan, untuk memperbaiki kesejahteraan financial
seseorang atau kelompok dan untuk ikut serta dalam kegiatan ekonomi.
Pengendalian diri dalam hal pengelolaan keuangan merupakan sebuah
aktivitas yang mendorong seseorang untuk melakukan penghematan
dengan menurunkan pembelian impulsive (Putra, dkk, 2012). Pengelolaan
keuangan pribadi juga menuntut adanya pola hidup yang memiliki
prioritas. Literasi keuangan akan membantu individu menjadi konsumen
yang lebih baik, kritis melihat kualitas, harga dan pelayanan dari suatu
produk.
- Mengubah perilaku konsumtif menjadi perilaku produktif
Sebenarnya tidak salah kalau seseorang berperilaku konsumtif asalkan
produk yang dibeli tidak hanya semata-mata untuk kesenangan saja,
namun bisa diubah menjadi produktif. Sebagai contoh: seseorang gemar
belanja fashion (baju) namun sebagian akan dijual kembali dengan cara
mencicil, selain itu bisa baju-baju tersebut dikreasikan lagi supaya nilai
jualnya tinggi, juga pada produk yang lainnya. Jadi kegemaran belanja
yang identik dengan konsumtif diubah menjadi produktif dan bertujuan
untuk mengelola keuangan dengan baik.