Anda di halaman 1dari 53

DESAIN ASSESSMENT TOOLS DAN INTERVENSI LEVEL INDIVIDU

Mengukur Kompetensi Pengendalian diri (Self-Control, SCT) dan Membangun Hubungan


Kerja (Relationship Building, RB) pada Profesi Guru dengan Menggunakan Teknik
Behavioral Event Interview (BEI) dan Roleplay

Disusun Oleh :

Dyah Shanty Prameswari 111911133023

Laila Nafisatus Sholicha 111911133054

Uun Hidayah 111911133062

Yunika Intan Savilla 111911133029

Ananda Rizki Tasyakirani 111911133114

Rohmat Thoriqul Izza 111911133210

ASESMEN DAN INTERVENSI INDUSTRI ORGANISASI KELAS C-1

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2021
DAFTAR ISI

BAB I 4
PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang 4
BAB II 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1. Kompetensi 6
2.1.1. Pengendalian Diri / Self-Control (SCT) 6
2.1.2. Membangun Hubungan Kerja / Relationship Building (RB) 9
2.2. Desain Tools Assessment 11
2.2.1. Behavioral Event Interview (BEI) 11
2.2.2. Role Play 13
BAB III 15
DESIGN TOOLS ASSESSMENT 15
3.1. Kompetensi Pengendalian Diri / Self-Control (SCT) 15
3.1.1 Instrumen BEI (SCT) 15
3.1.2 Instrumen Roleplay (SCT) 15
3.1.3 Skala Kompetensi Pengendalian Diri / Self-Control (SCT) 16
3.2. Kompetensi Membangun Hubungan Kerja / Relationship Building (RB) 17
3.2.1 Instrumen BEI (RB) 17
3.2.2 Instrumen Roleplay (RB) 17
3.2.3 Skala Kompetensi Membangun Hubungan Kerja / Relationship Building (RB)18
BAB IV 20
HASIL DAN PEMBAHASAN 20
4.1. Hasil Analisis Behavioral Event Interview (BEI) 20
4.1.2. Pembahasan Hasil Analisis Behavioral Event Interview 22
4.2. Hasil Analisis Roleplay 23
4.2.1. Pembahasan Hasil Analisis Roleplay 24
BAB V 27
KESIMPULAN DAN SARAN 27
5.1. Kesimpulan 27
5.2. Saran 27
BAB VI 28
INTERVENSI 28
6.1 Latar Belakang 28
6.2 In House Training 28

2
6.3 Teknik Evaluasi 28
6.4 Rancangan Intervensi 30
DAFTAR PUSTAKA 35
LAMPIRAN 37
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN 37
Verbatim 39

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Guru adalah profesi yang menjadi poros utama dalam kegiatan belajar mengajar.
Individu yang berprofesi sebagai guru harus memiliki kemampuan menjalin hubungan
komunikasi dengan siswa hingga rekan kerja dengan profesi yang sama. Selain itu, guru
diharuskan memiliki kompetensi yang mendukung saat menghadapi siswa dengan berbagai
macam latar belakang dan kemampuan dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu,
dibutuhkan asesmen dan intervensi untuk mengetahui dan mengelola kompetensi sumber
daya manusia yang berprofesi sebagai guru untuk evaluasi individu ketika bekerja.

Menurut Cambridge Advanced Learner’s Dictionary, kompetensi berarti


“kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik” atau “keterampilan penting yang
diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan”. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut,
jelaslah bahwa kompetensi memiliki definisi yang jelas, yang menekankan pada orang-orang
yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang sesuai agar dapat melakukan suatu
pekerjaan atau tugas dengan persyaratan tertentu. Pada sumber lain, kompetensi memiliki
definisi kemampuan untuk melakukan tugas dan peran yang dibutuhkan sesuai standar yang
diharapkan (Eraut, 1998). Kompetensi yang dimiliki oleh sumber daya manusia sangat
beragam, mulai dari pengetahuan teoritis, kemampuan praktis, dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan maksimal. Individu yang
kompeten dapat membuat sebuah hasil dari suatu pekerjaan menjadi lebih meyakinkan.

Kompetensi individu dalam organisasi dapat diidentifikasi melalui beberapa teori dan
asesmen yang tersedia. Pada asesmen kali ini, penulis menggunakan kamus kompetensi
Spencer & Spencer. Kamus kompetensi berfungsi sebagai acuan bagi organisasi maupun
perusahaan baik dalam melakukan seleksi, asesmen, hingga evaluasi jabatan (Spencer &
Spencer, 1993). Kamus kompetensi Spencer berisi 20 poin manajerial, yaitu : achievement
and order, initiative, concern to order, information seeking, customer service orientation,
interpersonal understanding, relation building, organizational awareness, impact and
influence, development other, relation building, organizational commitment, flexibility, self

4
confidence, expertise, conceptual thinking, analytical thinking, team leadership, teamwork,
dan self control.

Penulis memilih dua kompetensi manajerial Spencer untuk diberlakukan asesmen dan
sebagai acuan untuk merancang intervensi, yaitu Kompetensi Pengendalian diri (Self-Control,
SCT) dan Membangun Hubungan Kerja (Relationship Building, RB).
Kompetensi-kompetensi tersebut dipilih karena penulis ingin Kompetensi-kompetensi
tersebut dipilih karena penulis ingin melakukan asesmen terhadap kinerja dan metode-metode
yang digunakan oleh guru saat mengajar siswa dengan perilaku yang bervariasi, serta
melakukan asesmen hubungan kerja antar guru.

Alat asesmen yang akan digunakan untuk mengukur kompetensi SCT dan RB berupa
Behavioral Event Interview (BEI) dan roleplay. Behavioral Event Interview (BEI) adalah
teknik yang meminta kandidat untuk menggambarkan situasi atau pengalaman yang mereka
miliki pada pekerjaan sebelumnya. Behavioral Interview termasuk dalam kategori wawancara
terstruktur yang bertujuan untuk menyesuaikan kandidat secara objektif dan membandingkan
kandidat dalam sebuah posisi dengan menanyakan serangkaian pertanyaan yang berhubungan
dengan pekerjaan yang ingin dilamar, hal ini berlaku untuk seluruh kandidat (Society For
Human Resource Management, 2016). Roleplay merupakan simulasi dimana para asesi akan
dihadapkan pada situasi tertentu; misalnya berhadapan dengan masalah perilaku siswa yang
kurang kondusif.

Desain asesmen ini dirancang untuk individu yang berprofesi sebagai guru secara
umum. Rancangan desain asesmen ini mengacu pada indikator kompetensi dalam kamus
kompetensi Spencer yang dapat membantu penguji melakukan asesmen yang sesuai dengan
kompetensi yang ingin diamati dan diuji. Diharapkan setelah dilakukannya asesmen ini
individu semakin mengetahui nilai kompetensi yang dimilikinya dan dapat menemukan cara
untuk meningkatkan kinerjanya.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan untuk melakukan tugas dan peran yang


dibutuhkan sesuai standar yang diharapkan (Eraut, 1998). Kompetensi menurut
Stephen Robbin (2007) ialah sebuah kemampuan intelektual dan kemampuan fisik
individu dalam mengerjakan segala tugas di suatu pekerjaan. Setiap individu tentunya
memiliki pekerjaan yang berbeda-beda dan masing-masing memiliki keahlian khusus
yang menggunakan kemampuan intelektual ataupun fisik bahkan dapat menggunakan
keduanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mangkunegara (2005) yang menyatakan
bahwa kompetensi merupakan faktor dasar dari individu yang memiliki kemampuan
lebih sehingga membuat dirinya berbeda atau khusus dibandingkan dengan individu
yang memiliki kemampuan rata-rata. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
selain memiliki kekhususan dalam kemampuan, individu juga mempunyai tingkat
kemampuan yang lebih tinggi dari orang lain pada umumnya dan bukan sebuah
kemampuan yang pasif melainkan kemampuan dalam melakukan sesuatu atau
bertindak.

2.1.1. Pengendalian Diri / Self-Control (SCT)

A. Definisi Self Control

Self control atau kontrol diri merupakan salah satu kompetensi pribadi yang
perlu dimiliki oleh setiap individu. Perilaku yang baik, konstruktif, serta
keharmonisan dengan orang lain dipengaruhi oleh kemampuan individu untuk
mengendalikan dirinya. Self control yang berkembang dengan baik pada diri individu
akan membantu individu untuk menahan perilaku yang bertentangan dengan norma
sosial. (Skinner dalam Mulyani, 2009) menyatakan bahwa “Central to our concept of
self control is the ability to override or change one’s inner responses, as well as to
interrupt undesired behavioral tendencies and refrain from acting on them”. Pusat
dari konsep pengendalian diri adalah kemampuan untuk mengesampingkan atau
mengubah tanggapan batin, serta untuk menekan kecenderungan perilaku yang tidak

6
diinginkan dan menahan diri dari tindakan menyimpang. Tingkah laku individu
ditentukan oleh dua variabel yakni variabel internal dan variabel eksternal. Sekuat
apapun stimulus dan penguat eksternal, perilaku individu masih bisa dirubah melalui
proses kontrol diri (Skinner dalam Mulyani, 2009). Artinya meskipun kondisi
eksternal sangat mempengaruhi, dengan kemampuan kontrol diri individu dapat
memilih perilaku mana yang akan ditampilkan.

Berdasarkan paparan para ahli, dapat disimpulkan self control merupakan


kemampuan individu yang bermanfaat untuk mencegah, mengatur, dan mengelola
dorongan dalam diri agar tidak melanggar standar moral yang berlaku untuk
mendapatkan manfaat yang lebih besar.

B. Jenis-Jenis Self Control

Self control memiliki beberapa jenis, Block dan Block (Goleman, 2002)
mengemukakan tiga jenis self control yakni:

1. Over control, merupakan kontrol diri yang dilakukan oleh individu secara
berlebihan yang menyebabkan individu banyak menahan diri dalam bereaksi terhadap
stimulus. Individu dengan over control cenderung kesulitan mengekspresikan dirinya
dalam menghadapi segala situasi yang ia hadapi.

2. Under control, merupakan suatu kecenderungan individu untuk melepaskan


impulsivitas dengan bebas tanpa perhitungan yang masak. Under control pada diri
individu akan sangat rentan menyebabkan dirinya lepas kendali dalam berbagai hal
dan menyebabkan kesulitan untuk mempertimbangkan pengambilan keputusan secara
bijaksana.

3. Appropriate control, merupakan kontrol individu dalam upaya mengendalikan


impuls secara tepat. Appropriate control sangat dibutuhkan individu agar mampu
berhubungan secara tepat dengan diri dan lingkungannya. Jenis kontrol diri ini akan
memberikan manfaat bagi individu karena kemampuan mengendalikan impuls
cenderung menghasilkan dampak negatif yang lebih kecil.

C. Individu dengan Karakteristik Self Control

7
Individu yang memiliki self control yang baik akan menunjukkan karakteristik
khusus dalam merespon segala hal yang menghampirinya. gambaran individu yang
menggunakan self control yakni:

1. Tetap bertahan mengerjakan tugas walaupun terdapat hambatan atau gangguan.


Individu akan tekun terhadap tugas yang dikerjakannya walaupun ia merasa kesulitan
karena adanya hambatan baik dari dalam maupun dari luar dirinya.

2. Dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku dimana ia berada.
Kecenderungan individu dalam menaati aturan dan norma yang berlaku
mencerminkan kemampuannya dalam mengendalikan diri meskipun sebenarnya
individu ingin melanggar aturan dan norma tersebut.

3. Tidak menunjukkan perilaku yang dipengaruhi kemarahan (mampu mengendalikan


emosi negatif). Kemampuan merespon stimulus dengan emosi positif membantu
individu untuk terbiasa mengendalikan dirinya dalam berperilaku sesuai harapan
lingkungan.

4. Toleransi terhadap stimulus yang tidak diharapkan untuk memperoleh manfaat atau
keuntungan yang besar.

D. Aspek-Aspek Self Control

Aspek-aspek self control biasa digunakan untuk mengukur self control


individu. Menurut Logan dkk. (dalam Sia Tjundjing, 2001) dijelaskan bahwa terdapat
tiga aspek self control, yakni behavioral control, cognitive control, dan decisional
control.

1. Behavioral Control (Kontrol Perilaku)

Behavioral control merupakan kemampuan individu dalam mengendalikan


diri pada suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku
ini dirinci menjadi dua komponen yakni kemampuan mengatur pelaksanaan
(regulated administration) dan kemampuan memodifikasi perilaku (stimulus
modifiability). Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan kemampuan individu
dalam menentukan siapa yang akan mengendalikan situasi atau keadaan, apakah
dirinya sendiri atau aturan perilaku dengan menggunakan sumber eksternal.
Sedangkan kemampuan memodifikasi perilaku merupakan kemampuan untuk

8
mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki akan
dihadapi oleh individu.

2. Cognitive Control (Kontrol Kognitif)

Cognitive control diartikan sebagai kemampuan individu dalam


mengendalikan diri untuk mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara
menginterpretasi, menilai, atau menghubungkan suatu kejadian ke dalam suatu
kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis untuk mengurangi tekanan yang
dihadapi. Aspek ini terdiri dari dua komponen, yakni memperoleh informasi
(information gain) dan melakukan penilaian (appraisal). Dengan informasi yang
dimiliki oleh individu mengenai keadaan yang tidak menyenangkan, individu dapat
mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian
berarti individu berusaha menilai dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa
dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subjektif.

3. Decisional Control (Kontrol Keputusan)

Decisional control merupakan kemampuan individu dalam mengendalikan diri


untuk memilih suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujui.
Kontrol diri akan sangat berfungsi dalam menentukan pilihan, baik dengan adanya
suatu kesempatan maupun kebebasan pada diri individu untuk memilih berbagai
kemungkinan tindakan.

2.1.2. Membangun Hubungan Kerja / Relationship Building (RB)

A. Definisi

Hubungan kerja adalah hubungan antara buruh dan pemberi kerja atau dengan
antar sesama pekerja yang memiliki unsur adanya pekerjaan, upah dan perintah.
Hubungan kerja terjadi setelah adanya perjanjian kerja antara buruh dengan majikan
atau pemberi kerja. Hubungan kerja adalah suatu hubungan hukum yang dilakukan
oleh minimal dua subjek hukum mengenai suatu pekerjaan. Subjek hukum yang
melakukan hubungan kerja adalah pengusaha/pemberi kerja dengan pekerja/buruh.
Hubungan kerja merupakan inti dari hubungan industrial (Phillip, 1993).

B. Membangun Hubungan Kerja yang Harmonis

9
Dalam upaya menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara pengusaha
dengan karyawan, atau antara satu karyawan dengan karyawan yang lain, perusahaan
berkomitmen mematuhi norma dan aturan ketenagakerjaan yang berlaku dalam
praktek hubungan industrial yang meliputi:

1. Pengakuan Keberadaan Serikat Pekerja

Perusahaan/Instansi menempatkan serikat pekerja sebagai organisasi mandiri


dan mitra dalam mewujudkan hubungan harmonis antara Karyawan dengan Instansi.
Hubungan dengan serikat pekerja didasari atas rasa saling percaya bahwa kedua belah
pihak memiliki kepentingan dan tujuan bersama. Instansi secara terencana melakukan
komunikasi dan hubungan rutin dengan serikat pekerja, membantu pengembangan
organisasi dan kegiatan serikat pekerja.

2. Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

PKB merupakan bagian dari upaya menciptakan hubungan harmonis antara


Instansi dengan karyawan yang secara umum diwakili serikat pekerja. Melalui PKB,
instansi dan serikat pekerja menetapkan kesepakatan-kesepakatan yang terkait dengan
kesejahteraan karyawan. PKB merupakan hasil perundingan antara Instansi dengan
serikat pekerja. Dalam perundingan, perusahaan menunjuk perwakilannya dari para
pemimpin-pemimpin di organisasi perusahaan dengan memperhatikan asas
representasi.

3. Disiplin dalam Bekerja

Instansi menyiapkan aturan-aturan baik yang bersumber dari aturan eksternal


maupun internal, yang mengatur secara umum mengenai disiplin keseharian kerja
maupun yang mengatur tata cara melakukan suatu pekerjaan. Setiap atasan wajib
mengetahui dan memahami aturan tersebut serta memastikan bahwa setiap
karyawannya memahaminya. Dalam hal terjadi pelanggaran atas aturan, atasan wajib
memberikan pembinaan agar kesalahan atau pelanggaran tersebut tidak berulang,
termasuk memberikan hukuman yang sudah diatur Instansi apabila kesalahan atau
pelanggaran tersebut memiliki konsekuensi sanksi sebagai upaya korektif. Pembinaan
dalam bentuk bimbingan berkelanjutan juga wajib dilakukan atasan kepada
karyawannya untuk memastikan bahwa karyawan mampu memberikan kinerja
sekurang-kurangnya sesuai dengan target kerja yang disepakati. Dalam hal bimbingan

10
yang dilakukan tidak memberikan perubahan kinerja, maka atasan dapat memberikan
hukuman kepada karyawan sesuai dengan aturan yang berlaku (Soetojo, 1984).

2.2. Desain Tools Assessment

2.2.1. Behavioral Event Interview (BEI)

A. Definisi

Behavioral Event Interview (BEI) adalah teknik yang meminta kandidat untuk
menggambarkan situasi atau pengalaman yang mereka miliki pada pekerjaan
sebelumnya. Dalam BEI, pewawancara mengumpulkan informasi berharga dari
tanggapan pengalaman tentang kinerja masa lalu untuk memprediksi kinerja masa
depan.

Penting untuk menilai apakah kandidat menunjukkan sifat yang sesuai dengan
budaya tempat kerja. Pertanyaan BEI mengumpulkan tanggapan pengalaman
kehidupan nyata yang menyediakan cara untuk mengevaluasi keterampilan,
pengetahuan, dan perilaku versus pandangan filosofis. Tanggapan kandidat adalah
indikasi sebenarnya tentang bagaimana kandidat akan berperilaku dan tampil dalam
situasi yang berhubungan dengan pekerjaan di masa depan. Penilaian kompetensi
perilaku merupakan bagian integral dari proses manajemen kinerja di organisasi
berkinerja tinggi.

B. Tujuan

Tujuan Behavior Event Interview adalah mengetahui apa sebenarnya yang


dilakukan orang dalam berbagai situasi kritis yang mereka hadapi, bukan apa yang
mereka akan mereka lakukan, selain itu tujuan BEI adalah mengidentifikasi gambaran
situasi-situasi yang paling kritis yang telah pernah alami dalam bekerja seperti situasi
atau jenis tugas apa yang dilakukan, siapa yang terlibat, apa yang dilakukan waktu itu,
dan apa yang sedang dicapai sehingga dapat diketahui karakteristik dari orang
tersebut yang sesungguhnya. BEI dapat digunakan oleh staf SDM dan manajer. Dapat
digunakan secara efisien dalam merger, restrukturisasi perusahaan atau outplacement.
Penggunaan teknik BEI dalam implementasinya diintegrasikan dengan standar
kompetensi yang ingin diukur.

11
C. Teknik

Teknik dalam menanyakan pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara tersebut


biasanya menggunakan teknik STAR yang meliputi Situation (situasi seperti apa yang
ada pada saat itu), Task (tugas apa yang dibutuhkan dalam penyelesaian tugas
tersebut), Action (aksi apa yang dipilih dalam menyelesaikannya), Result (hasil apa
yang didapatkan) (Wikansari , 2014).

Teknik wawancara terstruktur ini memiliki dua prinsip yang selaras dengan sifat dari
BEI itu sendiri, diantaranya:

1. Kinerja masa lalu merupakan indikator terbaik untuk menilai apakah


seseorang memiliki kompetensi yang dibutuhkan.
2. Perilaku masa lalu merupakan indikator terbaik untuk memprediksi perilaku
yang menghasilkan kinerja di masa datang.
D. Kelebihan dan Kelemahan BEI

Kelebihan

a. Memungkinkan mampu mengidentifikasi kompetensi calon pegawai atau pelamar


kerja, dibandingkan model seleksi lain seperti survei, panel, dan observasi.
b. Efektif untuk mengidentifikasi kompetensi yang diharapkan dibandingkan dengan
metode lain (survei, sistem pakar, observasi, dan panel).
c. Mempunyai tingkat kepresisian yang ditinggi tentang bagaimana kompetensi
diungkapkan. Metode BEI dapat dengan tepat memperlihatkan bagaimana seorang
pekerja bertindak dalam menghadapi suatu masalah. Bebas dari perbedaan rasial, jenis
kelamin, kultur.
d. Dapat memberikan gambaran yang sangat spesifik tentang tingkah laku kerja yang
efektif maupun yang tidak efektif yang merupakan masukan yang sangat berharga
bagi sistem seleksi dan pelatihan yang dikembangkan perusahaan.

Kelemahan

a. Memiliki kekurangan dalam segi alokasi waktu yang begitu lama, karena sifat BEI
individual tidak mungkin dilakukan secara klasikal, begitu juga dalam segi
pembiayaan karena BEI juga perlu melatih para pewawancara (interviewer) agar
mampu melakukan prosedur BEI secara benar.

12
b. Membutuhkan pewawancara ahli. Pewawancara mesti dilatih terlebih dahulu agar bisa
menghasilkan kualitas penelitian yang diharapkan.
c. Kehilangan beberapa aspek kerja. Karena metode BEI hanya berfokus pada
situasi-situasi kritis yang dijumpai pekerja maka BEI kemungkinan beberapa aspek
pekerja yang kurang penting tapi masih relevan dengan pekerjaan.
d. Tidak praktis untuk menganalisis untuk jenis pekerjaan yang banyak, waktu yang
lama, biaya yang lama dan persyaratan keahlian yang ketat akan membuat metode
BEI tidak praktis untuk menganalisis jumlah pekerjaan yang banyak. (Kessler R,
2006).

2.2.2. Role Play

A. Definisi

Sandra de Young dalam Nursalam dan Efendi (2008) menyatakan bahwa


metode role playing atau dikenal dengan bermain peran merupakan salah satu bentuk
drama. Dalam metode ini, siswa diminta untuk bermain suatu drama, secara spontan
untuk memperagakan peran – perannya dalam berinteraksi. Peran yang dilakukan
berhubungan dengan masalah maupun tantangan dan hubungannya dengan manusia.
(Tangdilintin, 2008) menyatakan bahwa metode role playing dapat juga disebut
sebagai sosiodrama. Dia menyatakan bahwa metode ini dapat menunjukkan dampak
dari tekanan yang kita berikan ke orang lain, mampu menunjukkan suatu kondisi
kehidupan yang nyata, dan menghentikan sementara suatu drama secara tepat untuk
mencari tahu dan merefleksikan perasaan yang ditunjukkan oleh peran tersebut.
(Fatmawati, 2015) menyatakan role playing atau bermain peran merupakan suatu
model pembelajaran yang meminta siswa untuk melaksanakan suatu peran sesuai
dengan skenario yang telah disusun. Tujuannya untuk mencapai kompetensi yang
dibutuhkan dalam pembelajaran.

B. Tujuan

Tujuan role play atau bermain peran yaitu mengajarkan tentang empati pada subjek
(Ismail, 1998). subjek diajak untuk mengalami dunia dengan cara melihat dari sudut
pandang orang lain. subjek diminta untuk membayangkan dirinya di posisi orang lain
agar bisa menyelami perasaan dan sikap yang ditunjukkan oleh orang lain, memahami
dan peduli terhadap tujuan dan perjuangan dari orang lain, dan mencoba untuk

13
berperan yang tidak biasa. Dalam artian memainkan peran orang lain yang mungkin
dapat berbeda dengan karakteristik yang ada dalam dirinya.

C. Teknik

Peneliti membuat skenario suatu kejadian atau perkara. Kemudian partisipan diminta
untuk memberikan tanggapan apabila ia berada pada posisi yg sesuai dengan skenario
yang telah dibuat. Tanggapan atau respon partisipan diusahakan semirip mungkin
dengan kejadian sesungguhnya jika kemungkinan skenario tersebut benar-benar
terjadi.

D. Kelebihan dan Kelemahan dari Metode Role Playing


● Kelebihan
a. Permainan yang diperankan sendiri, membantu dalam memahami masalah – masalah
yang sedang dihadapi.
b. Bagi peserta yang memainkan peran sebagai orang lain, maka peserta tersebut dapat
menempatkan dirinya sendiri seperti watak dari karakter yang dimainkan itu.
c. Mampu merasakan perasaan yang dialami oleh orang lain. Hal tersebut mampu
menumbuhkan sikap saling memperhatikan orang lain
● Kekurangan
a. Apabila pelatih tidak menguasai metode bermain peran dalam setiap sesi yang
diadakan dalam pelatihan, maka akan menjadikan metode bermain peran ini menjadi
tidak berhasil.
b. Langkah – langkah dalam metode bermain peran yang tidak dipahami trainer dengan
baik, dapat menimbulkan kekacauan selama kegiatan berlangsung (Santoso, 2010).

14
BAB III

DESIGN TOOLS ASSESSMENT

3.1. Kompetensi Pengendalian Diri / Self-Control (SCT)

3.1.1 Instrumen BEI (SCT)

Instrumen BEI (Behavioral Event Interview)

PENGENDALIAN DIRI (SELF- CONTROL)

Aspek Pertanyaan

S Pernahkah anda mengalami suatu keadaan yang membuat anda merasa marah
namun anda mencoba menahan atau mengkondisikan amarah anda? Coba
ceritakan lebih lanjut mengenai pengalaman tersebut.

T Kira-kira bagaimana respon yang anda lakukan dalam menanggapi keadaan


tersebut?

A Bagaimana cara anda dalam menyelesaikan masalah tersebut?

R Apakah cara tersebut berhasil dalam menyelesaikan situasi yang anda alami?
Bagaimana hasilnya?

Note : Sebagai follow-up dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, setiap jawaban


kandidat dapat digali lebih dalam (probing) dengan menggunakan kata tanya
“apa” atau “bagaimana”, untuk mendorong kandidat menjelaskan dengan
lebih detail.

3.1.2 Instrumen Roleplay (SCT)

Skenario roleplay:

15
Anda sedang mengajar di salah satu kelas yang terkenal dengan keramaian dan
kenakalan murid-muridnya. Saat anda masuk ke dalam kelas, suasana cenderung tidak
kondusif sehingga beliau menghimbau semua murid untuk tenang dan tidak ramai. Semua
murid pun terdiam sehingga anda lanjut mengajar. Namun setelah 5 menit berceramah,
kondisi kelas kembali tidak kondusif dan hanya ada beberapa siswa saja yang memperhatikan
pembelajaran. Anda menghimbau untuk semua murid agar memperhatikan pembelajaran
yang dijelaskan. Namun terdapat dua murid yang duduk sebangku yaitu murid A dan B
sedang asyik mengobrol saat jam pelajaran berlangsung. Beberapa saat kemudian nada suara
antara murid A dan murid B semakin meninggi dan ternyata kedua murid itu sedang
bertengkar. Bayangkan saya adalah murid A, silahkan tanggapi perkataan saya secara nyata
dan kita dapat mengobrol seperti biasa karena disini tidak ada benar atau salah.

3.1.3 Skala Kompetensi Pengendalian Diri / Self-Control (SCT)

Level Penjelasan indikator perilaku pemegang jabatan

0 Menghindari stress. Menghindari situasi atau menghindari orang yang dapat


menimbulkan emosi.

1 Menahan godaan . Bertahan terhadap godaan dan mengendalikan diri untuk


tidak bereaksi secara negatif atau berbuat yang tidak patut.

2 Mengendalikan emosi. Melampiaskan perasaan dengan sangat marah, frustasi


dan stress, tapi tidak melakukan tindakan destruktif baik bagi diri sendiri maupun
orang lain.

3 Bersikap tenang. ingin marah sekali, merasa frustasi, atau stress, tapi
mengendalikan ekspresi dan tindakan dengan tenang

4 Mengelola stress dengan efektif. Menggunakan teknik manajemen stress untuk


menghindari reaksi yang berlebihan secara efektif.

5 Memberikan respon yang membangun .mengontrol emosi, dan memberikan


tindakan yang membangun / konstruktif untuk merespon permasalahan yang ada.

6 Menenangkan orang lain. Dalam situasi stress, menenangkan orang lain seperti
cara menenangkan dirinya sendiri

16
3.2. Kompetensi Membangun Hubungan Kerja / Relationship Building (RB)

3.2.1 Instrumen BEI (RB)

Instrumen BEI (Behavioral Event Interview)


Kompetensi Membangun Hubungan Kerja / Relationship Building (RB)

Dimensi intensitas tindakan yang dilakukan untuk mempengaruhi orang lain

Aspek Pertanyaan

S ● Apakah hubungan anda dengan rekan kerja baik? pernahkan kalian


menghabiskan waktu bersama diluar jam kerja? seperti jalan-jalan
bersama, makan bersama di luar atau mungkin saling berkunjung
kerumah?
● Apa saja yang kalian bicarakan saat sedang bertemu?
● Saat rekan kerja anda memiliki masalah pribadi, apakah anda pernah
mencoba membantunya dalam menyelesaikan permasalahannya?

T Apa tugas dan tanggung jawab anda saat dihadapkan dengan situasi seperti
itu?

A Apa yang anda lakukan untuk menyelesaikan tugas-tugas dan tanggung


jawab tersebut?

R Lalu bagaimana hasil yang anda dapat setelah melakukan usaha-usaha untuk
menyelesaikan tugas dan tanggung jawab tersebut?

Note : Sebagai follow-up dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, setiap jawaban kandidat


dapat digali lebih dalam (probing) dengan menggunakan kata tanya “apa” atau
“bagaimana”, untuk mendorong kandidat menjelaskan dengan lebih detail.

3.2.2 Instrumen Roleplay (RB)

Skenario Roleplay

Suatu hari, untuk pertama kalinya, anda mengalami perselisihan dengan salah satu
guru senior di tempat kerja anda. Perselisihan tersebut terjadi karena pandangan anda

17
mengenai cara mengajak peserta didik berbeda dengan pandangan senior anda. Anda
beranggapan bahwa proses belajar mengajar harusnya berjalan santai, bagi anda, dekat dan
membangun hubungan yang baik dengan siswa itu penting, namun para senior anda
beranggapan bahwa yang anda lakukan itu salah. Menurut senior anda, saat siswa melakukan
kesalahan, mereka wajib dihukum, sedang menurut anda, seorang guru harus tau alasan siswa
melakukan kesalahan, guru juga perlu tau apa yang dirasakan siswa. Senior-senior anda
masih memiliki pemikiran yang konvensional, sedang anda tipe guru yang open minded dan
terus mengikuti perkembangan zaman.

Beberapa hari setelah terjadinya perselisihan, senior anda mengundang seluruh guru
dan staff untuk datang kerumahnya karena senior anda memiliki acara. Bayangkan, saya
adalah senior anda, silahkan tanggapi perkataan-perkataan saya seolah-olah anda sedang
berbicara langsung pada senior tersebut, tidak ada benar dan salah. Kita dapat mengobrol
sesantai mungkin (percakapannya bakal ku probing, menyesuaikan sikon dan subject).

3.2.3 Skala Kompetensi Membangun Hubungan Kerja / Relationship Building (RB)

Dimensi A. Intensitas tindakan yang dilakukan untuk mempengaruhi orang lain

Level Penjelasan indikator perilaku pemegang jabatan

0 (Menghindari kontak). Mengucilkan diri dan menghindari interaksi sosial.

1 (Menerima undangan). Menerima undangan atau tawaran persahabatan lainnya,


tapi tidak mengembangkan tawaran tersebut untuk membangun hubungan kerja.

2 (Membuat kontrak yang berhubungan dengan pekerjaan). Mempertahankan


hubungan pekerjaan (dalam hal ini dimaksudkan untuk hal yang berkaitan dengan
pekerjaan) termasuk obrolan yang tidak terstruktur, tetapi masih mengenai
hubungan dengan pekerjaan.

3 (Kadang Menyelenggarakan kontak informal). Kadang menyelenggarakan


hubungan yang informal atau tidak resmi di lingkungan kerja, mengobrol tentang
anak-anak, olahraga, berita dan sebagainya.

4 (Membangun kesepakatan). Sering menyelenggarakan kontak informal atau


tidak resmi di lingkungan kerja, baik dengan teman maupun dengan konsumen.

18
Dengan sengaja melakukan usaha untuk membangun kesan hubungan yang baik.

5 (Kadang kala melakukan kontak/kegiatan sosial). Kadang kala mengadakan


kegiatan untuk membina persahabatan dengan teman atau konsumen di luar
lingkungan kerja, di klub, tempat makan, dll..

6 (Sering melakukan kegiatan sosial/kontak sosial). Sering mengadakan kegiatan


untuk membina persahabatan dengan teman atau konsumen di luar lingkungan
kerja, di klub, tempat makan, dll..

7 (Mengadakan kontak yang melibatkan keluarga). Kadang kala membawa teman


atau konsumen untuk berkunjung ke rumah.

8 (Membina persahabatan akrab dan pribadi). Sering menjamu teman atau


konsumen di rumah, menjalin hubungan yang akrab dengan mereka atau
menggunakan hubungan personal ini untuk memperluas jaringan bisnis.

19
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Analisis Behavioral Event Interview (BEI)

Self-Control (SCT)/Pengendalian Diri

Level Indikator Perilaku Verbatim

Level 2 Mengendalikan 1. Subjek merasakan 1. “Biasanya itu yang bikin


emosi emosi ketika apa marah itu kalau anak-anak ga
yang mau merhatiin apa yang aku
disampaikannya sampaikan di kelas, kadang
tidak disambut baik kan. ini background sekolah
atau tidak yang aku ajar itu kan latar
diperhatikan oleh belakang nya pondok jadi
para siswa. Subjek siswa yang sekolah disitu itu
mengendalikan merupakan santri yang
emosinya dengan dimana kegiatan di pondok
cara mengingat juga kan padat. Nah jadi
kembali background ketika masuk di sekolah
para siswa. Hal SMP itu kadang mereka ada
tersebut yang ngantuk terus ga fokus,
membuatnya kayak capek banyak
bersimpati terhadap pelajaran sebelumnya sampai
siswa dan bisa malam terus paginya mereka
meredam emosi harus sekolah. Jadi kadang
yang dirasakannya itu yang bikin aku kayak
ketika mengajar. marah karena mereka ga
merhatiin aku. Terus kalau
2. Ketika situasi di sudah di kondisi seperti itu
kelas menjadi tidak biasanya aku redam emosi
kondusif dengan cara aku lihat latar

20
dikarenakan para belakang mereka “oiya
siswa yang tidak mereka kan sudah capek,
fokus dengan mereka tenaganya diforsir
pembelajaran, terus” jadi ya aku harus
subjek mengarahkan sadar, harus saling mengerti,
pembelajaran pada aku gabisa maksain mereka
topik pembahasan buat harus selalu fokus
yang lain. pembelajaran aku. Jadi ya
Melakukan sesi harus cari tau gimana
sharing cerita-cerita caranya mereka bisa fokus di
dengan siswa, setiap pembelajaran yang aku
kemudian berikan. Gitu aja sih, coba
mengambil solusi saling mengerti keadaan
dan kesimpulan dari antara guru dengan siswa
sesi tersebut. nya.

2. “Gaada sih cuman saling


mengerti aja, karena kan
kalau nggak mengerti siswa
nanti komunikasi nya juga
bakalan sulit. Kadang aku
juga ajakin mereka ngobrol
kenapa bisa sampe ngantuk,
kenapa bisa sampe ga fokus
gitu kan, mereka kalau udah
cerita ya aku tanggepin cerita
mereka, terus kasih solusi ke
mereka gimana enaknya buat
di aku, dan gimana enaknya
buat mereka. Itu aja sih”

Relationship Building (RB)/Membangun Hubungan Kerja

Level 5 Kadang kala .Subjek membuat “Kalau saling berkunjung iya,

21
melakukan agenda bersama dengan biasanya kalau hari libur kayak
kontak/kegiatan rekan kerjanya ketika ada agenda nanti makan bakso
sosial hari libur. Kemudian disini yaaa gitu ya hanya sebatas
subjek biasanya juga itu sih, kadang juga karena kan
makan bersama rekan rumahnya jauh-jauh jadi biasanya
kerjanya ketika jam kalau jam istirahat di kantor itu
istirahat kantor. kita pesennya bakso atau mie
atau makanan-makanan apa gitu
nanti bisa dimakan sama-sama.
Gitu biasanya”

4.1.2. Pembahasan Hasil Analisis Behavioral Event Interview

a. Kompetensi Self Control (Pengendalian Diri)

Berdasarkan hasil wawancara menggunakan metode Behavioral Event Interview


(BEI) untuk mengukur kompetensi “Pengendalian Diri / Self-Control (SCT), didapatkan hasil
bahwasanya subjek berada pada level 2, yaitu “mengendalikan emosi”. Dijelaskan lebih
lanjut bahwasanya seseorang pada level ini akan menunjukkan perilaku “melampiaskan
perasaan dengan sangat marah, frustasi dan stress, tapi tidak melakukan tindakan destruktif
baik bagi diri sendiri maupun orang lain”. Subjek menyatakan bahwasanya jika ia marah pada
muridnya yang membuat keributan dikelas, tidak memperhatikan atau bahkan tidur di kelas
dan tidak mengerjakan tugas, maka subjek akan mencoba untuk meredam amarahnya, subjek
akan mencoba untuk memahami posisi dan kondisi dari siswanya. Terlebih sekolah tempat
bekerja subjek merupakan gabungan dari suatu pondok pesantren, jadi jika siswa tidak
memperhatikan di kelas maka subjek akan bertanya terlebih dahulu pada siswa “mengapa
mereka tidak memperhatikan bahkan ada yang tidur”. Kebanyakan siswa menjawab
bahwasanya mereka cukup kelelahan karena kegiatan di pondok pesantren cukup padat
sehingga mereka tidak mengerjakan pekerjaan rumah dan juga tidur dikelas. Namun jika
subjek sudah berada di puncak kemarahan, maka subjek akan meminta siswa untuk maju ke
depan kelas lalu subjek akan meminta siswa untuk menjelaskan kembali apa yang telah
dipaparkan oleh subjek. Jika siswa tidak bisa menyampaikan kembali penjelasan yang sudah
disampaikan subjek, maka subjek akan meminta siswa untuk menulis surat permintaan maaf
pada buku pelajarannya lalu siswa diminta untuk meminta tanda tangan seluruh guru yang

22
ada di kantor. Namun, pada akhirnya subjek akan kembali berdiskusi dengan siswa jika
terjadi masalah, lalu subjek akan mencoba mencari jalan keluar untuk permasalahan tersebut.

b. Kompetensi Relationship Building (Membangun Hubungan Kerja)

Selanjutnya, dalam mengukur kompetensi “Membangun Hubungan Kerja /


Relationship Building (RB) pada dimensi “intensitas tindakan yang dilakukan untuk
mempengaruhi orang lain”, didapatkan hasil bahwa subjek berada pada level 5, yaitu
“kadangkala melakukan kontak/kegiatan sosial”. Didefinisikan lebih lanjut bahwasanya
dalam level ini, subjek akan memperlihatkan perilaku “sering mengadakan kegiatan untuk
membina persahabatan dengan teman di luar lingkungan kerja, di club atau restoran, dsb.”.
Pemilihan level tersebut berdasarkan pernyataan subjek yang mengatakan bahwa dirinya
terkadang keluar untuk makan bersama dengan guru/rekan kerjanya. Alasan subjek hanya
beberapa kali makan bersama adalah jarak rumah subjek dengan sekolah yang cukup jauh,
karena itu subjek pun tidak pernah mengajak rekan kerjanya untuk berkunjung ke rumah.
Biarpun begitu, subjek menambahkan bahwasanya tidak jarang rekan kerjanya bercerita
tentang permasalahan pribadinya pada subjek. Dari respon yang diberikan subjek saat
wawancara, dapat dilihat bahwa saat rekan kerja subjek sedang menceritakan masalah
pribadinya pada subjek, subjek selalu mencoba untuk memahami posisi rekan kerjanya dan
subjek selalu mencoba menjadi pendengar yang baik bagi rekan kerjanya dengan cara
menaruh ponselnya saat rekan kerjanya sedang bercerita, hal ini dilakukan subjek agar rekan
kerjanya merasa bahwa rekan kerjanya sedang diperhatikan. Selain itu, subjek juga
menambahkan bahwa jika memang harus, maka subjek akan memberikan reaksi non-verbal
seperti memeluk rekan kerjanya saat rekan kerjanya menangis saat sedang menceritakan
permasalahannya.

4.2. Hasil Analisis Roleplay

Self-Control (SCT)/Pengendalian Diri

Level Indikator Perilaku Verbatim

5 Memberikan Subjek memberikan “Intan.. itu kenapa kok


respon yang respon terhadap suaranya jadi keras gitu ?
membangun perilaku siswanya yang Kenapa ? Ada apa disana ?

23
tidak sesuai dengan Kamu berantem ? Kenapa ?
arahannya sebelumnya Kok jadi berisik, kan tadi bu
dan mengingatkan guru sudah bilang diam dulu di
kembali siswanya untuk dengarkan !”
fokus.

6 Menenangkan Subjek menggunakan “Ayo sudah jangan berisik


orang lain hak dan wewenangnya berisik lagi, didengarkan bu
untuk menenangkan guru ! Fokus ! Hadap depan
siswanya di kelas. gausa ngomong sama
sebelah-sebelahnya ! Udah..?
bisa tenang ? Okey kalau bisa
tenang dilanjut ya”

Relationship Building (RB)/Membangun Hubungan Kerja

4 Membangun Subjek melakukan “eee mohon maaf atas perihal


kesepakatan klarifikasi atas yang kemarin, mungkin
kesalahpahaman yang menurut.. apa yang saya
terjadi sebelumnya dan lakukan kemarin mungkin
menjalin kesepakatan kurang sopan bagi ibu”
dengan rekan kerjanya “Hehehe iya bu saya mohon
maaf, kan juga seperti kemarin
cuman yaaa tujuan kita disini
kan sama-sama untuk eee
mencerdaskan anak didik kita..
hehe saya mohon maaf sekali
lagi ya bu yaa”

4.2.1. Pembahasan Hasil Analisis Roleplay

a. Kompetensi Self Control (Pengendalian Diri)

24
Berdasarkan hasil asesmen individu dengan metode roleplay untuk mengukur
kompetensi “pengendalian diri” pada indikator perilaku pemegang jabatan, kami
menyepakati bahwa subjek berada pada level 5, yaitu “memberikan respon”. Hal ini
dikarenakan dalam proses roleplay kami menemukan beberapa perilaku yang
mendukung keputusan tersebut, antara lain:

● Ketika mengetahui adanya keramaian dan perdebatan antara murid A dan


murid B maka guru (kandidat) langsung dengan mengontrol emosi dan
memberikan tindakan yang membangun. Dalam hal mengontrol emosi, guru
bertindak dengan bertanya sedang terjadi apa, alasan hal itu terjadi, dan
memberikan peringatan beberapa kali untuk tidak berisik atau mengobrol serta
fokus pada pembelajaran yang berlangsung.

● Dalam hal memberikan tindakan yang membangun, guru memberikan


hukuman dengan menjelaskan kembali apa yang diterangkan apabila tidak
bisa maka akan diberi hukuman berupa menulis surat perjanjian untuk tidak
mengulangi dengan ditanda tangani guru-guru di sekolah. Guru menyadari
bahwa peringatannya tidak berpengaruh sehingga menghimbau kedua murid
untuk maju dan menjelaskan pembelajaran yang diajarkan. Guru juga
menyadari kedua murid tidak paham karena tidak fokus maka diperintah untuk
mengambil kertas dan bolpoin untuk menulis permintaan maaf kemudian
ditandatangani guru-guru yang ada di kantor.

- Penjelasan indikator perilaku pemegang jabatan

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru


memberikan respon yang membangun berupa hukuman dan berusaha untuk
mengontrol emosi agar suasana kelas tetap kondusif. Guru menyadari kelas ramai
kemudian memberikan peringatan agar tidak ramai beberapa kali. Namun tetap ada
dua murid yang mengobrol sehingga mengganggu pembelajaran yang berlangsung.
Disini guru langsung memberikan respon peringatan kepada mereka berdua dengan
bertanya apa yang terjadi dan apa yang diributkan. Kedua murid tetap tidak
menghiraukan sehingga guru memberikan tindakan tegas dengan memerintah murid
A dan B untuk maju kedepan dan memberikan spidol yang dibawa guru untuk
menjelaskan mengenai pembelajaran yang diberikan. Namun keduanya tidak

25
mengetahui karena sibuk mengobrol dan bertengkar sehingga guru memberikan
hukuman lain. Guru memerintah untuk mengambil kertas dan bolpoin kemudian
kedua murid diperintah untuk menulis permintaan maaf serta diperintah untuk
meminta tanda tangan guru-guru yang ada di kantor. Guru tidak membatasi berapa
tanda tangan guru-guru lain, guru memberikan perintah untuk mendapatkan
sebanyak-banyaknya guru yang ada di kantor.

c. Kompetensi Relationship Building (Membangun Hubungan Kerja)

Berdasarkan respon dan jawaban subjek ketika sedang menjalani proses


roleplay, kami mengkategorikan subjek berada pada level 2, yaitu membuat kontrak
yang berhubungan dengan pekerjaan dalam skala RB. Hal ini dikarenakan dalam
proses roleplay kami menemukan beberapa perilaku yang mendukung keputusan
tersebut, antara lain:

● Sesuai naskah roleplay, subjek merespon masalah dengan senior di tempat


kerja dengan memberi bingkisan dan menyampaikan permohonan maaf
mengenai konflik yang terjadi sebelumnya. Setelah itu, subjek menjelaskan
alasannya berperilaku dan bersikap yang dinilai kurang berkenan oleh senior
pada hari sebelumnya bahwa hal tersebut dilakukan untuk menjaga kinerja
dalam mengajar anak didik.
● Sikap tersebut kami kategorikan ke dalam level 2, karena subjek tetap
bertujuan memaksimalkan performa mengajar dengan cara menjaga hubungan
dengan rekan kerja.

26
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah didapat melalui BEI dan roleplay, subjek
memerlukan intervensi pada kompetensi Self Control. Kami memilih metode intervensi
training (pelatihan) untuk membantu subjek meminimalisasi kemungkinan anak didik subjek
membuat emosi subjek menjadi negatif sebagai pencegahan. Kemudian, untuk mengatasi
apabila emosi subjek tidak dapat dibendung, diberikan intervensi Breathing exercise for
anger management.

5.2. Saran

Setelah dilakukan proses analisis, didapatkan hasil bahwasanya subjek masih


memerlukan pengemangan pada kompetensi self-control/pengendalian diri. Kompetensi ini
perlu dikembangkan karena biarpun subjek dapat mengendalikan dirinya, namun pada waktu
tertentu subjek menyatakan bahwa jika siswa tidak memperhatikan maka subjek akan
kembali marah. Sehingga kami merekomendasikan dilakukan in house training untuk
mengembangkan kemampuan subjek mengenai metode pembelajaran yang interaktif agar
siswa dapat menaruh perhatian lebih saat pembelajaran berlangsung dan dalam training ini
akan diberikan pula materi oleh psikolog mengenai regulasi emosi agar subjek lebih mampu
mengenali dan mengendalikan emosinya.

27
BAB VI

INTERVENSI

6.1 Latar Belakang

Guru adalah profesi yang bertugas untuk mendidik orang lain dengan beban tanggung
jawab yang cukup tinggi. Sebagian besar waktu yang dimiliki guru diabadikan sepenuhnya
untuk kepentingan tugas dan pengabdiannya sebagai pendidik, pelatih, dan pengajar (Sofyan,
2011; Kashamira & Sudarji, 2013). Selain ilmu, sopan santun, dan semangat mengajar guru
wajib memiliki keterampilan untuk menguasai diri dalam kegiatan belajar mengajar.
Kompetensi tersebut termasuk ke dalam kompetensi Self Control (SCT) atau pengendalian
diri (Spencer & Spencer, 1993). Dalam mengembangkan kompetensi SCT, peneliti memilih
intervensi dengan metode in house training.

6.2 In House Training

In House Training merupakan program pelatihan yang diselenggarakan di tempat


sendiri, sebagai bentuk upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menjalankan
pekerjaan dan mengoptimalkan segala potensi yang ada (Sujoko, 2012), sehingga dalam
pelatihan ini merujuk dalam mengupayakan kemampuan guru.

6.3 Teknik Evaluasi

Evaluasi hasil pelatihan merupakan tahap yang sangat penting dalam pelatihan karena
memberikan umpan balik efektivitas training yang dapat digunakan untuk memperbaiki
desain pelatihan. Kirkpatrick, D.L. dan Hamblin mengungkapkan bahwa evaluasi pelatihan
adalah usaha pengumpulan informasi secara sistematis untuk mengukur hasil pelatihan
berdasarkan informasi tersebut. (Kirkpatrick, 2006).

Evaluasi pelatihan harus dirancang bersamaan dengan perancangan pelatihan,


berdasarkan pada perumusan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Evaluasi pelatihan
mencoba mendapatkan informasi mengenai hasil-hasil program pelatihan, kemudian
menggunakan informasi itu dalam penilaian apakah pelatihan telah mencapai tujuan pelatihan

28
secara keseluruhan. Evaluasi pelatihan memberikan umpan balik dari peserta yang sangat
membantu dalam memutuskan kebijakan mana yang akan diambil untuk memperbaiki
pelatihan tersebut. Umpan balik yang diperoleh meliputi reaksi peserta, hasil pembelajaran
peserta, perubahan perilaku di tempat kerja dan hasil yang diperoleh. Salah satu model
evaluasi yang umum digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap pelatihan adalah
Kirkpatrick Analysis. Ini adalah model evaluasi pelatihan yang dikembangkan pertama kali
oleh Daniel L. Kirkpatrick pada tahun 1959. Kirkpatrick Analysis mengidentifikasikan empat
level yang berbeda untuk melakukan evaluasi pelatihan. Keempat level tersebut adalah:

1. Level 1 – Reaksi

Mengukur tingkat kepuasaan peserta terhadap pelaksanaan pelatihan.


Indikator-indikator yang dijadikan acuan untuk pengukuran ini adalah: materi,
fasilitas, konsumsi, dan instruktur saat pelatihan.

2. Level 2 – Pembelajaran

Mengukur apakah peserta dapat memperhatikan dan memahami materi yang


diberikan oleh instruktur. Data evaluasi ini diperoleh dengan membandingkan hasil
dari tes awal sebelum pelatihan (pre-test) dengan hasil dari tes akhir sesudah pelatihan
(post-test).

3. Level 3 – Perilaku

Mengetahui apakah pengetahuan, keahlian, dan sikap yang diajarkan saat


pelatihan benar-benar dimanfaatkan dan diaplikasikan ke dalam perilaku kerja peserta
sehari-hari dan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan
kinerja/kompetensi di unit kerja masing-masing.

4. Level 4 – Hasil

Mengetahui apakah terjadi peningkatan performansi atau kinerja organisasi


setelah pelatihan. Tujuan dari pengumpulan informasi pada level ini adalah untuk
menguji dampak terhadap kelompok kerja atau organisasi secara keseluruhan.

Metode Kirkpatrick Analysis memberikan arah yang jelas dalam melakukan evaluasi
pelatihan dengan memberikan titik berat yang penting pada hasil (outcome) pelatihan
terhadap kinerja organisasi. Metode ini memberikan petunjuk yang jelas mengenai hal-hal
yang harus diukur untuk mengevaluasi efektivitas pelatihan sehingga metode ini

29
menyederhanakan proses evaluasi pelatihan yang dapat menjadi sangat kompleks. Dengan
demikian, metode ini mudah digunakan dan sangat populer dalam organisasi.

6.4 Rancangan Intervensi

A. Waktu dan Tempat

Intervensi menggunakan in house training ini akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :

a. Tahap 1 : dilaksanakan selama 1 (satu) hari.


b. Tahap 2 : dilaksanakan selama 1 (satu) hari.

In house training ini akan dilaksanakan di sekolah tempat subjek mengajar


dan pelatihan ini juga dapat diikuti oleh guru pelajaran lainnya.

B. Tujuan pelatihan
a. Peserta lebih mampu mengontrol dirinya saat menghadapi situasi yang
membuat emosi.
b. Peserta dapat menjadikan kelas lebih hidup dan menciptakan lingkungan
belajar yang menyenangkan dan interaktif.
c. Peserta dapat mengembangkan kemampuan mengajar dan pengelolaan emosi.
C. Peserta dan fasilitator pelatihan

Peserta dalam pelatihan ini dikhususkan pada subjek yaitu guru TIK
(Teknologi, Informasi dan Komunikasi), tetapi disarankan pula guru mata pelajaran
lain untuk mengikuti pelatihan ini. Untuk fasilitatornya, dapat mendatangkan seorang
psikolog untuk mengisi materi regulasi emosi dan fasilitator (penulis) untuk
memberikan metode-metode belajar yang interaktif.

D. Perlengkapan
- Ruangan untuk training
- Laptop
- LCD
- Modul teka teki silang
- Modul puzzle
E. Struktur Program
1. In house training tahap 1

30
Materi dalam in house training untuk meningkatkan kompetensi
self-control / pengendalian diri ini berupa pemberian psikoedukasi oleh
psikolog tentang regulasi emosi agar peserta (guru) lebih mengerti mengenai
emosi yang ia rasakan dan bagaimana cara yang efektif untuk menangani
emosi yang meledak-ledak dengan efektif. Setelah pemberian psikoedukasi
oleh psikolog, proses pelatihan dapat dilanjutkan dengan pemberian materi
mengenai metode pembelajaran teka teki silang secara berkelompok yang
interaktif dan asik untuk menghidupkan kelas sehingga siswa lebih menikmati
pembelajaran dan tidak melakukan hal-hal yang bisa membuat guru marah.

Output yang diharapkan setelah pelaksanaan in house training tahap 1 :

1. Meningkatnya level kompetensi pengendalian diri yang dimiliki guru


2. Meningkatnya pemahaman serta mengimplementasikan materi terkait
dengan kompetensi pengendalian diri untuk melaksanakan tugas
sebagai guru
3. Mengetahui cara efektif untuk meningkatkan dan mempertahankan
kompetensi pengendalian diri
2. In house training tahap 2

Pada tahap ini akan dilakukan praktek mengenai metode pembelajaran


yang sudah diberikan pada tahap 1. Peserta akan mencoba
mengadministrasikan apa yang sudah diberikan pada pelatihan tahap 1, jadi
jika peserta mengalami kesulitan atau tidak mengerti cara
mengadministrasikan nya maka dapat didiskusikan dan ditanyakan langsung
saat pelatihan tahap 2.

Output yang diharapkan setelah pelaksanaan in house training tahap 2 :

1. Peserta pelatihan dapat menguasai teknik dari metode yang sudah


diberikan oleh fasilitator.
2. Peserta pelatihan dapat suasana pembelajaran yang menyenangkan.

31
F. Jadwal pelaksanaan pelatihan

In house training tahap 1

Jam Kegiatan Narasumber /


Fasilitator

Hari : Senin, 10 Januari 2022

07:30 - 08.00 Persiapan perlengkapan Panitia


Penyelenggara

08:00 - 08:15 Pembukaan/sambutan Kepala Sekolah

08:15 - 10:30 Pemberian Psikoedukasi Psikolog


Pemberian psikoedukasi ini dapat diisi dengan
materi mengenai regulasi emosi bagi peserta
pelatihan. Dengan prosedur :
1. Rapport building
2. Materi 1 “Bari berkenalan dengan emosi”
3. Materi 2 “Kenali dan kelola emosi”
4. Materi 3 “Apa yang Aku dan Dia suka”
5. Materi 4 “Menjadi guru yang proaktif dan
berkomunikasi dengan positif”
6. Materi 5 “Think positive!”
7. Materi 6 “Relaksasi otot dan relaksasi
kesadaran emosional”

10:30 - 10:45 Istirahat

10:45 - 12:30 Materi mengenai metode pembelajaran yang Fasilitator (penulis)


interaktif
● Fasilitator nantinya akan
mempresentasikan metode belajar yang
akan membuat kelas lebih hidup. Salah
satu metode belajar yang bisa digunakan

32
adalah Research and development /
pengembangan multimedia interaktif.
Nantinya fasilitator akan
mempresentasikan materi menggunakan
software macromedia flash. Dalam
presentasi tersebut akan disampaikan
materi mengenai metode pembelajaran
interaktif. (Penjabaran metode
pembelajaran lebih lengkap pada
JURNAL “Pengembangan Media
Pembelajaran Interaktif pada Mata
Pelajaran TIK di SMP N 2 Painan
Provinsi Sumatera Barat (Mulyono,
Darman, & Desriwandi, 2019)”
● Fasilitator menggunakan modul teka teki
silang dalam mempresentasikan
pembelajaran yang menarik. Pembelajaran
ini dilakukan secara berkelompok dengan
minimal 2 orang guru. Setiap kelompok
akan menjawab pertanyaan berisikan
materi pembelajaran yang kemudian akan
dijawab pada tabel teka teki silang.
Kelompok yang selesai terlebih dahulu
akan mendapatkan nilai tambahan atau
reward.

12:30 - 13:00 Ishoma

13:00 - 13:45 Fasilitator memberikan materi metode Fasilitator (penulis)


pembelajaran menggunakan modul puzzle yang
berisi gambar ikon-ikon perangkat lunak dan
perangkat keras komputer. Setiap kelompok
dihimbau untuk menyusun bagian-bagian puzzle
agar menjadi gambar yang utuh kemudian

33
menyebutkan nama perangkat pada gambar
puzzle tersebut. Kelompok yang dapat menjawab
lebih dulu akan mendapatkan nilai atau reward.

13:45 - 14:15 Evaluasi kegiatan dan penutup Kepala sekolah,


fasilitator (penulis)
dan psikolog

In house training tahap 2

Hari : Selasa, 11 Januari 2022

07:30 - 08.00 Persiapan perlengkapan Panitia


Penyelenggara

08:00 - 10:00 Tanya jawab, administrasi peserta pelatihan dan Fasilitator (penulis)
mengulas metode pembelajaran Research and
development / pengembangan multimedia
interaktif

10:00 - 10:30 Istirahat

10:30 - 12:30 Tanya jawab, administrasi peserta pelatihan dan Fasilitator (penulis)
mengulas metode pembelajaran menggunakan
modul teka teki silang dan modul puzzle yang
sudah dicoba oleh guru.

12:30 - 13:00 Evaluasi kegiatan dan penutup Fasilitator (penulis)

34
DAFTAR PUSTAKA

Babcoks, Philip. 1993, A Merriam webster’s third new international dictionary of the English
language un a bridged, Merriam Webster inc, publishers, Springfield, massa chusetts, U.S.A.

Eraut, M. (1998). Concepts of competence. Journal of Interprofessional Care, 12(2),


127–139. https://doi.org/10.3109/13561829809014100

Goleman, Daniel. 2000, Emitional Intelligence (terjemahan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

Kashamira, C., & Sudarji, S. (2013). Humor Pada Guru Berdasarkan Tinjauan Psikologi
Ulayat.Psibernetika, 74–87. https://journal.ubm.ac.id/index.php/psibernetika/article/view/561

Mulyono, H., Darman, R. A., & Desriwandi, F. (2019). Pengembangan Media Pembelajaran
Interaktif pada Mata Pelajaran TIK di SMP N 2 Painan Provinsi Sumatera Barat. JIPI,
166-174.

Nursalam, dan Efendi, F. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Surabaya: Salemba Medika.

Purba, D. (2021). Penerapan In House Training Untuk Meningkatkan Kemampuan Guru


Dalam Menyusun Instrumen Penilaian Sikap di SMP Negeri 3 Tigapanah Tahun Pelajaran
2019/2020. Jurnal Sekolah PGSD.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 10. Rosda

Robbins, Stephen P. 2006. Prilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh. Jakarta: PT Indeks


Kelompok Gramedia.

Santoso, B. 2010. Skema dan Mekanisme Pelatihan: Panduan Penyelenggaraan Pelatihan.


Jakarta: Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANG).

Soetojo Prawirohamidjojo. 1984, Hukum Perikatan, Bina Ilmu, Surabaya.

Spencer, L. M., & Spencer, S. M. (1993). Kamus Kompetensi dalam Bekerja. 1–36.

Tangdilintin, P. 2008. Pembinaan Generasi Muda. Yogyakarta: kanisius.

35
Tjundjing, Sia. 2001, Hubungan Antara IQ, EQ, dan SQ dengan Prestasi Studi Pada Siswa
SMU. Jurnal Anima Vol.17 no.1.

36
LAMPIRAN

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama lengkap : Ayu Fatichatul
Ula Tanggal lahir : 3 September 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Guru
Alamat : Gunungan RT 1 RW 14 Nguling, Pasuruan, Jawa Timur

Menyatakan SETUJU dan BERSEDIA untuk terlibat dan berpartisipasi aktif sebagai
subjek wawancara penelitian dari awal hingga akhir penelitian.

Penelitian tersebut akan dilaksanakan oleh :

1. Dyah Shanty P. (111911133023) 4. Yunika Intan Savilla (111911133029)

2. Laila Nafisatus S. (111911133054) 5. Ananda Rizki Tasyakirani (111911133114)

3. Uun Hidayah (111911133062) 6. Rohmat Thoriqul Izza (111911133210)

Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Kegiatan tersebut merupakan


bagian dari tugas akhir penelitian kami yang berjudul “Mengukur Kompetensi
Membangun Hubungan Kerja (Relationship Building) dan Pengendalian Diri
(Self-Control) dengan Menggunakan Behavioral Event Interview (BEI) dan
Roleplay” dalam mata kuliah Asesmen dan Intervensi Organisasi.

Dalam kegiatan ini, saya telah menyadari, memahami, dan menerima bahwa :

1. Saya bersedia terlibat penuh dan aktif selama proses wawancara berlangsung.
2. Identitas dan informasi yang saya berikan DIRAHASIAKAN dan tidak akan
disampaikan terbuka kepada umum di luar dari kelompok.
3. Saya tidak masalah jika selama wawancara dilakukan record video untuk kepentingan

37
dokumentasi

Saya dalam keadaan SADAR dan TIDAK ADA PAKSAAN dari pihak manapun dalam
menandatangani surat persetujuan ini sehingga saya bersedia untuk mengikuti wawancara
dari awal hingga selesai.

Pasuruan, 7 Desember 2021

Perwakilan Pelaksana Mengetahui Subjek

(Yunika Intan Savilla) (Ayu Fatichatul Ula)

38
Verbatim

Subjek : Mbak Tayuk (Guru TIK SMP)


Interviewer : Intan

Interviewer Subjek

“Pernahkah anda mengalami suatu keadaan “Pernah di kondisi kayak gitu


yang membuat anda merasa marah? Namun
anda mencoba untuk menahan atau
mengkondisikan emosi amarah anda”

“Coba ceritakan lebih lanjut mengenai “Oh, ini kalau lagi pas di kelas gitu ya?”
pengalaman tersebut”

“Ya” “Biasanya itu yang bikin marah itu kalau


anak-anak ga mau merhatiin apa yang aku
sampaikan di kelas, kadang kan. ini
background sekolah yang aku ajar itu kan
latar belakang nya pondok jadi siswa yang
sekolah disitu itu merupakan santri yang
dimana kegiatan di pondok juga kan padat.
Nah jadi ketika masuk di sekolah SMP itu
kadang mereka ada yang ngantuk terus ga
fokus, kayak capek banyak pelajaran
sebelumnya sampai malam terus paginya
mereka harus sekolah. Jadi kadang itu yang
bikin aku kayak marah karena mereka ga
merhatiin aku. Terus kalau sudah di kondisi
seperti itu biasanya aku redam emosi
dengan cara aku lihat latar belakang mereka
“oiya mereka kan sudah capek, mereka
tenaganya diforsir terus” jadi ya aku harus

39
sadar, harus saling mengerti, aku gabisa
maksain mereka buat harus selalu fokus
pembelajaran aku. Jadi ya harus cari tau
gimana caranya mereka bisa fokus di setiap
pembelajaran yang aku berikan. Gitu aja
sih, coba saling mengerti keadaan antara
guru dengan siswa nya”

“Oh gitu, jadi kira-kira yang mbak Tayuk “Iya”


lakukan atau menanggapi keadaan tersebut
itu dengan mengerti bagaimana siswa,
kesibukan siswa gitu ya”

“Mungkin ada respon lain selain itu ?” “Gaada sih cuman saling mengerti aja,
karena kan kalau nggak mengerti siswa
nanti komunikasi nya juga bakalan sulit.
Kadang aku juga ajakin mereka ngobrol
kenapa bisa sampe ngantuk, kenapa bisa
sampe ga fokus gitu kan, mereka kalau udah
cerita ya aku tanggepin cerita mereka, terus
kasih solusi ke mereka gimana enaknya buat
di aku, dan gimana enaknya buat mereka.
Itu aja sih”

“Okey, jadi caranya mbak Tayuk untuk “Iya, heeh”


menyelesaikan masalah tadi itu dengan
mengobrol kemudian memberikan nasehat
gitu kayak tadi yang kayak mbak Tayuk
bilang itu memberikan solusi ke siswa nya..
gitu?”

“Mungkin ada cara lain untuk “Cara yang lain…. sejauh ini belum pernah.
menyelesaikan masalah mbak Tayuk dalam Maksudnya cara yang lain kayak gimana
ngajar tadi ?” yah?”

40
“Ya kan tadi mbak Tayuk cerita “Yang dilakukan secara nyata…. eemmm…
permasalahannya saat mengajar itu tidak apa yaaa”
kondusif ya istilahnya, kemudian responnya
mbak Tayuk sendiri mendengarkan gimana
permasalahan siswa mengerti siswa
kesibukannya siswa itu ga cuman sekolah
aja. Nah cara penyelesaiannya mbak Tayuk
yang dilakukan secara nyata gitu”

“Yang mbak Tayuk lakukan dalam “Selain ngajak mereka ngobrol itu ya…”
menyelesaikan masalah itu”

“He’em..” “Sejauh ini aku cuman ngajak mereka


ngobrol soalnya kan kalau mau diberi
treatment yang lain aku masih kurang tau
gimana caranya buat biar aku bisa redam
amarah ku, kecuali aku bisa mengerti
keadaan orang. Kalau aku ngerti keadaan
orang kan nanti jadinya aku ga marah gitu
ke orang yang bersangkutan. Bisanya
cuman gitu”

“Kalau cara lebih spesifik nya bagaimana “Ooohh… mereka kan biasanya cerita,
sih menyelesaikan situasi yang terjadi, awalnya itu biasanya aku pancing kayak
kayak tadi yang mbak Tayuk bilang tadi malam kegiatannya ngapain aja kok
mendengarkan siswa nya. Gimana sih cara sekarang jadi ngantuk? La aku biasanya
lebih spesifik saat mendengarkan siswa kaya gitu kan terus sama mereka nanti
nya?” biasanya diceritain, tadi malam itu selesai
kegiatan sampai jam segini kadang sampai
jam 10 gitu kan, terus kan mereka juga
harus piket kamar, masih harus bebersih diri
gitu baru bisa tidur. Terus paginya bangun
jam 3 terus habis gitu setelah jam 3 sampai
pagi itu ada aja kegiatannya mereka harus

41
berangkat sekolah. Terus itu ya setelah ada
cerita seperti itu ya aku kasih saran,
mungkin mereka bisa bilang ke ustad-ustad
nya mungkin bisa dipendekkan jam nya
biasanya kegiatannya selesai jam 10
mungkin bisa dipendekkan lagi sampai jam
9. Baru setelah jam 9 itu mereka bisa
bebersih diri bisa istirahat, nah seperti itu
jadi kan lebih banyak waktu nya. Jadi
setelah kita cerita-cerita terus aku kasih
saran gitu kadang aku juga bilang ke pihak
pondok nya jadi ada kolaborasi gitu lo
antara pihak pondok nya dan pihak
sekolahnya. Kan juga kita masih 1 yayasan
gimana caranya supaya anak-anak ini gak
merasa diberatkan dalam 1 hal gitu.
Biasanya seperti itu sering ngobrol sama
guru-guru yang lain juga.

“Terus bagaimana hasilnya? Apakah “Alhamdulillah sih pelan-pelan berhasil ya,


berhasil?” karena kan setiap bulan ada obrolan dengan
antara pihak pondok, pihak sekolah
umumnya juga kan jadi gimana solusi yang
paling tepat untuk masalah seperti itu.
Karena hal-hal itu ga cuman dialami di aku
aja tapi di guru-guru SMP kebanyakan juga
ngalaminya seperti itu, anak-anak banyak
yang ngantuk terus kadang ga ngerjakan PR,
karena terlalu padatnya kegiatan di pondok,
kayak gitu gitu kan. Jadi setelah banyak
kejadian kayak gitu akhirnya kita diskusi
sama-sama, karena kan kalo dimarahi juga
ga baik juga kan buat si anak nya. Udah

42
capek di pondok kayak gini, kayak gini
terus di sekolah masih harus
dimarah-marahi itu kan juga ga baik buat
mental anaknya. jadi ya ambil jalan
tengahnya buat cari jalan keluar yaa salah
satu dari pondok atau SMP itu juga harus
mengalah. Jadi saran nya itu akhirnya kalau
anak-anak SMP yang dari pondok itu
diusahakan gaada pekerjaan yang harus
dibawa pulang / PR gitu, jadi usahakan
gaada PR buat mereka. Jadi jam nya itu
bener-bener di padatkan semua tugas-tugas
ya harus selesai di kelas gitu. Terus juga
cara mengajarnya juga harus diubah
bagaimana cara nya supaya mereka itu
merasa nyaman dan pembelajaran terasa
menyenangkan. Sejauh ini setelah ada
obrolan seperti itu anak-anak juga udah
mulai mengerti gimana menempatkan diri
mereka. Kalau waktu nya sekolah ya
mereka harus siap dengan sekolah, kalau
waktu nya di pondok ya mereka harus siap
dengan ada nya kegiatan di pondok. Itu aja
sih

“Ya terus hasil nyata nya mungkin “Heem, anak-anak lebih aktif pada
anak-anak lebih aktif atau bagaimana ?” akhrinya, setelah diberi “yawes gausa ada
PR untuk semua pembelajaran yang ada di
SMP, semuanya harus selesai di kelas” itu
mereka lebih seneng karena kan gaada
beban buat mereka lagi pas ke pondok nya
itu. Jadi waktu di kelas ya mereka semangat
gaada PR gaada tugas banyak-banyak buat

43
mereka gitu”

“Okey, nah ini ada roleplay, jadi ada cerita “Oh terus Intan jadi murid yang sedang
kemudian nanti mbak Tayuk nanti marah itu tadi ?”
menanggapi. Nah tolong dengerin dulu ya..

“Anda sedang mengajar di salah satu kelas


yang terkenal dengan keramaian dan
kenakalan murid-murid nya. Saat anda
masuk ke dalam kelas, suasana cenderung
tidak kondusif sehingga anda menghimbau
seluruh murid untuk tenang dan tidak ramai.
Semua murid pun terdiam sehingga anda
melanjutkan mengajar, namun setelah 5
menit berceramah kondisi kelas kembali
tidak kondusif dan hanya ada beberapa
siswa yang memperhatikan pembelajaran.
Kemudian anda menghimbau agar semua
murid memperhatikan pembelajaran yang
dijelaskan. Namun terdapat 2 murid yang
duduk sebangku yaitu murid A & murid B
sedang asyik ngobrol saat pembelajaran
berlangsung. Beberapa saat kemudian nada
antara murid A dan murid B ini semakin
tinggi dan ternyata kedua murid ini sedang
bertengkar bayangkan saya adalah murid A
silahkan mbak Tayuk menanggapi perkataan
saya secara nyata dan kita dapat mengobrol
seperti biasa karena disini tidak ada benar
atau salah. Jadi disini mbak Tayuk jadi guru
nya”

“Iya murid A, gimana menurut mbak Tayuk “Hehehe.. okey jadi ini kayak main peran
?” gitu ya hehe”

44
“Iya bener hehe” “Tadi… lo ini langsung mulai ? hehehe”

“Lo iya mulai” “Intan.. itu kenapa kok suaranya jadi keras
gitu ? Kenapa ? Ada apa disana ? Kamu
berantem ? Kenapa ? Kok jadi berisik, kan
tadi bu guru sudah bilang diam dulu di
dengarkan ! Ayo sudah jangan berisik
berisik lagi, didengarkan bu guru ! Fokus !
Hadap depan gausa ngomong sama
sebelah-sebelahnya ! Udah..? bisa tenang ?
Okey kalau bisa tenang dilanjut ya”

“Sudah biasanya gitu”

“Oh gitu, mungkin ada eee, jadi cuman “Heem”


memperingatkan gitu ya mbak”

“Atau mungkin ada cara lain kayak eee “Oh biasanya kalau udah diperingati satu
selain memperingati murid, karena kan tadi kali, dua kali itu masih tetep ya ga kasih
uda diperingati berkali-kali tapi tetep aja respon baik terus aku itu yang diem, aku
ternyata ada yang bertengkar yang diem lama, sampe nanti kan nak-anak
itu kan “loh kok bu guru diem jadinya?”.
Nah kan nanti jadinya mikir kayak gitu,
nanti lama-lama mereka juga jadi diem.
Kalau kadang itu gabisa, masih aja ribut
sendiri sama temen di bangku nya itu ya aku
suruh maju orang yang bikin ribut itu, suruh
njelasin apa yang tadi aku jelasin, biasanya
sih gitu.

“Kalau muridnya tidak bisa menjelaskan “Oohh.. kalau udah gabisa disuruh hukuman
lagi gimana ? kayak ga memperhatikan lagi mereka gabisa nah itu aku suruh tulis
terus mbak Tayuk kayak gimana ?” biasanya. suruh nulis dikertas “Saya berjanji
tidak akan mengulangi hal ini” gitu, terus

45
nanti aku suruh keliling ke guru-guru yang
ada di sekolah itu buat tanda tangan guru
nya. Baru nanti dikasih ke aku lagi biasanya
gitu”

“Oowkey, kalau soal permasalahan murid A “Karena bertengkar tadi ?”


& B ini gimana tanggapan mbak Tayuk
sebagai guru ?”

“Iya” “Dicari pemicu nya dulu biasanya apa,


karena kan gaada asap kalau gaada api
biasanya gitu kan, jadi ditanyai dulu kenapa
bisa sampek berantem kayak gitu. Biasanya
kan di anak se usia SMP itu kan kadang
masih suka pinjem-pinjem bulpen, terus
malah bulpen nya dibuat mainan malah
kadang ga dikembaliin, itu kadang kan ya
yang bikin mereka jadi berantem di
tengah-tengah pembelajaran itu, kadang
juga lempar-lempar tip-ex kayak gitu itu.
Hal-hal kecil itu aja kadang bisa bikin
mereka berantem gitu kan. Nah terus kalau
ada mereka yang kayak begitu suruh maju
dan minta maaf. Dicari tau dulu
permasalahannya apa, terus kalau cuman
hal-hal sepeleh terus mereka maju dan
saling memaafkan, sudah gitu aja”

“Okeeh mbak, oke lanjut ke pertanyaan “Alhamdulillah baik”


berikutnya

“Nah apakah hubungan mbak Tayuk dengan


rekan kerja baik?”

46
“Kemudian pernahkah kalian itu “Eeemm sejauh ini sih belum”
menghabiskan waktu bersama diluar jam
kerja ?”

“Kayak jalan-jalan bersama, makan bersama “Kalau saling berkunjung iya, biasanya
diluar atau mungkin saling berkunjung ke kalau hari libur kayak ada agenda nanti
rumah gitu ?” makan bakso disini yaaa gitu ya hanya
sebatas itu sih, kadang juga karena kan
rumahnya jauh-jauh jadi biasanya kalau jam
istirahat di kantor itu kita pesennya bakso
atau mie atau makanan-makanan apa gitu
nanti bisa dimakan sama-sama. Gitu
biasanya”

“Terus apa saja yang kalian bicarakan saat “Ya ngobrolin banyak sih, ngobrolin tentang
sedang bertemu selain tentang makanan ?” anak-anak gimana perkembangannya
anak-anak terus kadang ya cerita pribadi
gitu lah”

“Oke, saat rekan kerja atau mbak Tayuk “Pernah sih, ya pernah ngasih saran kayak
memiliki masalah pribadi nah apakah mbak gitu, kan kayak kalau perempuan itu gaperlu
Tayuk pernah membantunya dalam dikasih saran kalau cerita sih cukup di
menyelesaikan masalah nya ?” dengerin terus kita ngasih empati gitu aja
kan orang perempuan bisa seneng gitu kan,
mereka cuman perlu di denger. Tapi kalau
mereka minta saran ya sebisa mungkin saya
kasih saran yang menurut saya masuk akal
dan bisa mereka lakukan”

“Kemudian apa tugas dan tanggung jawab “Eee.. maksudnya situasi yang ?”
mbak Tayuk saat dihadapkan dengan situasi
seperti itu ?”

“Yaaa tadi mungkin eee temen nya mbak “Oh, aku terus harus gimana gitu ya ?
Tayuk atau rekan kerja nya mbak Tayuk hehehe”

47
yang curhat soal eee persoalannya kayak hal
pribadi nya gitu”

“Iyaa” “Yang sering cerita kan perempuan jadi ya


memperhatikan dia, kayak semua akses
kayak HP atau apapun itu harus udah
ditaruh dan cuman fokus dengerin ceritanya
dia gitu. Karena kan kita kalau ngasih
respon itu orang itu kan ngerasa “Oh iiya
aku sedang diperhatikan, aku sedang
diperdulikan” kayak gitu. Cukup seperti itu
aja sih, orang perempuan itu kan udah
ngerasa seneng uda ngerasa cukup gitu
kayak uda punya temen gitu. Terus jangan
pas mereka cerita A,B,C,D,E dan mereka
dikasih saran yang terlalu banyak juga
kadang mereka jadi kayak “Opo seh” kayak
gitu lo, jadi ya di dengerin ya dikasih
empati, dikasih tau kamu ga sendirian. Ya
sekedar itu aja sih sebenernya, kayak gitu
aja udah cukup”

“O jadi merasa tugas dan tanggung jawab “Iyah”


tadi itu sebagai pendengar sama memberi
saran gitu ya ?”

“Eee mungkin ada cara lain atauuu… apa “Gaada lagi sih, tindakanku sejauh ini
yah tugas-tugas lain sama temennya tadi ?” cuman kayak gitu aja”

“Sebatas mendengarkan sama ngasih saran “Nanti kalau sampai dia nangis ya kadang
aja gitu ya” dipeluk-peluk udah gitu ajah”

“Lalu bagaimana hasil yang anda dapat “Kebanyakan dari mereka ya merasa lega
setelah melakukan usaha-usaha untuk karena kan apa yang ada di dalam hati nya
menyelesaikan tugas dan tanggung jawab itu akhirnya bisa diutarakan gitu kan, ya

48
tersebut ? Setelah mbak Tayuk ngerasa lega kadang mereka bilang makasih
mendengarkan, ngasih nasehat gitu gimana ya gitu-gitu. Terus aku juga bisa ngehibur
hasilnya ?”” mereka aja gitu sih. Mungkin hanya sampai
situ, tapi kan setidaknya dengan adanya
orang yang bercerita dan ada yang orang
yang mau mendengarkan dengan seksama
itu kan mereka ngerasa jadi kayak lebih
plong aja gitu aja sih”

“Kalau hasilnya untuk mbak Tayuk sendiri ? “Manfaat yang aku terima biasanya aku
Manfaat yang diterima mbak Tayuk ?” belajar dari cerita mereka, karena kan
banyak hal yang ga aku alami tapi dialami
oleh orang lain. Jadi nanti aku bisa
memposisikan diriku gimana kalau aku
mengalami posisi yang kayak temenku
ceritakan itu aku bisa memprediksi “Oh aku
harus kayak gini”. Karena aku dulu ngasih
saran temenku kayak gini berarti mungkin
saran itu juga bisa aku lakukan sendiri
ketika aku mengalami hal yang sama. kayak
gitu sih”

“Okey, kita lanjut ke roleplay lagi ya. Jadi “Okey”


tolong dengerin”

“Suatu hari untuk yang pertama kali nya “Oke, jadi Intan jadi seniornya sekarang
anda mengalami perselisihan dengan salah yah”
satu guru senior di tempat kerja anda.
Perselisihan tersebut terjadi karena
pandangan anda terhadap cara mengajar..
eee.. maksudnya mengajak peserta didik
berbeda dengan pandangan senior anda.
Anda beranggapan bahwa proses belajar itu
harusnya berjalan santai, bagi anda dekat

49
dan membangun hubungan dengan siswa itu
penting. Namun para senior ini eee
beranggapan bahwa yang anda lakukan itu
salah, menurut senior anda saat siswa
melakukan kesalahan siswa wajib dihukum,
sedangkan menurut anda seorang guru harus
tau alasan siswa melakukan kesalahan. Guru
juga perlu tau apa yang dirasakan siswa.

Senior-senior anda masih memiliki


pemikiran yang konvensional, sedangkan
anda tipe guru yang open minded dan terus
mengikuti perkembangan zaman. Beberapa
hari setelah terjadinya perselisihan senior
anda mengundang seluruh guru dan seluruh
staff untuk datang kerumahnya, karena
senior anda memiliki acara.

Nah bayangkan saya adalah senior anda,


silahkan tanggapi perkataan-perkataan saya
seolah-olah anda sedang berbicara dengan
senior tersebut.

Tidak ada benar atau salah, kita dapat


mengobrol sesantai mungkin”

“Iya” “Yaa, ngobrol apa yaaa…

“Selamat sore ibu..”

“Iyaa bu’ “Eeee ini gaada timbal baliknya gitu


ngobrol?”

“Eee iya ini tak tanggepin… “iyaa bu” “Okee.., ini saya ada sedikit bingkisan untuk

50
ibu”
gitu
“Sebenernya gapernah di posisi kayak gini
ya jadi bingung yaa”

“Gaapa coba aja hehe” “hehehe, oke terima kasih bu”

“Oo.. iya makasih, taruh aja disana” “eee mohon maaf atas perihal yang kemarin,
mungkin menurut.. apa yang saya lakukan
kemarin mungkin kurang sopan bagi ibu”

“Eeee ya gapapa sih mbak, tapi kan saya “Hehehe iya bu saya mohon maaf, kan juga
disini lebih tua gitu jadi ya lain kali jangan seperti kemarin cuman yaaa tujuan kita
diulangin lagi” disini kan sama-sama untuk eee
mencerdaskan anak didik kita.. hehe saya
mohon maaf sekali lagi ya bu yaa”

“Iya mbak, gapapa” “Heeh, gitu aja sih, aku juga bingung”

gitu aja kali ya

“Hehehe, soalnya gapernah juga ya mbak “Iya gapernah, soalnya ya alhamdulillah


ya” senior-senior nya itu baik-baik semua. Terus
juga kalo junior-junior nya lagi ngobrolin
permasalahan yang ada di kelas itu mereka
kayak “Oh iya ya sekarang kan kayak gini”.
Coba deh sekarang kamu kasih tau ini
enaknya diapain diapain biasanya kayak
gitu. Selalu ngasih wadah buat kita keluarin
banyak ekspresi gitu lo. Apalagi kepala
sekolahnya top banget”

“Oo gitu, okey. Jadi cara mbak Tayuk itu “Iyaa, saling menghormati aja sih”
ngobrol terus minta maaf gitu ya, karena
beliau ini tetap senior, jadi gimana pun

51
meskipun beda pandangan tetap minta maaf
gitu ya ?

“Kalau seandainya senior nya ini tetap “Dilihat dulu permasalahannya kayak
kekeh “Anak itu harus dihukum mbak” gimana, kalau semisal anaknya itu pantas
kayak gitu mbak Tayuk gimana ?” buat dapat hukuman ya akhirnya gapapa di
hukum. Kalau seandainya permasalahan
yang ditimbulkan si murid itu sepele ya
gaperlu dihukum sih seharusnya, dan itu
nanti bisa diobrolkan dengan guru-guru
yang lain kan apa perlu si anak ini dihukum
apa engga gitu”

“Okey, oiya tadi yang roleplay yang awal “Iya mangkannya aku kan kayak orang gila
gak tak tanggepin ya mbak ?” hahahaha”

“Hehehee lupa Ya Allah, tapi skenario nya “Masih kok, yang itu yang berantem itu kan
masih inget ngga ?” ?”

“Iya heeh heeh, ya terus mbak Tayuk tadi ee “Iya terus kan aku suruh maju ke depan”
roleplay nya kan dinasehati. Nah terus aku
tetep bertengkar nih sama temenku”

“Iya coba, maaf aku ga ngeh soalnya. Coba “Oke ini yang nyuruh ke depan ya ?”
mbak Tayuk itu apa suruh aku ke depan”

“Heem” “Intan kok masih berisik aja itu sama


temennya itu ? Ayo sini kalian maju ke
depan kalian berdua. cepat ! Jelaskan tadi
apa yang diributkan ayo jelaskan ! Ayo ke
depan, ini spidol nya kamu bawa”

“Iya bu, tapi ini saya ga mendengarkan tadi “Nah kan..,kan tadi udah diingatkan berapa
bu karena temen saya ini lo ngajak kali udah di bilang 2x ya ayo perhatikan ke
berdebat” depan ! Masih aja kamu itu. Sekarang kalau
kayak gini gimana ? Disuruh njelaskan gak

52
mau gak bisa”

“Iya maaf bu, lain kali ga diulangin” “Sekarang ayo diambil kertas nya, diambil
kertasnya sama bolpen nya, kamu ambil !
Tulis kata permintaan maaf mu nanti minta
tanda tangan ke ke semua guru yang ada di
kantor

“Iya bu, ini berapa tulisan bu ? gak banyak “Cari guru sebanyak yang kamu temui di
kan bu ?” kantor, kamu tulis kata permintaan maaf mu
terus kamu minta tanda tangan ke mereka”

“Yang ada di kantor aja ya bu ?” “Yaaa.. emang mau satu sekolahan ?”

“Teman saya juga di hukum kan ini ? Ga “Iya kamu sama temenmu, kan kamu yang
adil kalau saya sendirian” buat ulah”

“Loh tapi kan bukan saya bu sebenarnya “Iya kan tapi sama aja kamu juga
yang buat ulah bu, si temen ku ini” ikut-ikutan kan, kamu nanggepin dia kan.
Udah tau dia salah masih diikutin. Tadi bu
guru udah ingetin kamu berapa kali. Rudy
juga kamu ngobrol apa aja sama Intan ?”

“Oh aku biasanya limit ya”

“Iya udah sih tapi” “Oh udahan ? hehehe”

“Dah sih mbak “Ehehehe oke Tan”

“Makasi” “Sama-sama”

53

Anda mungkin juga menyukai