DOSEN PENGAMPU
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 2
NAMA:
AMILIA 17612057
Puji syukur kehadirat Tuhan yang mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini, atas rahmat dan hidayah-nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang dengan judul “instrument evaluasi kinerja” disusun guna
memenuhi tugas Ibu Dian Fadliyanti, SE., MM. pada mata kuliah Evaluasi kinerja dan
kompensasi. Selain itu penulis berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca.
penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan 13
3.2 Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Evaluasi kinerja pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kadar
profesionalisme karyawan serta seberapa tepat pegawai telah menjalankan fungsinya. Penilaian
kinerja dimaksudkan untuk menilai dan mencari jenis perlakuan yang tepat sehingga karyawan
dapat berkembang lebih cepat sesuai dengan harapan. Oleh karena itu, banyak karyawan yang
kinerjanya menurun dan pada akhirnya harus mengundurkan diri karena kompensasi yang tidak
sesuai. Dengan adanya kasus seperti inilah bagi instansi pemerintahan, maupun perusahaan
swasta, evaluasi kinerja sangat berguna untuk menilai kuantitas, kualitas, efisiensi perubahan,
motivasi, para aparatur serta melakukan pengawasan dan perbaika.
Salah satu persoalan penting dalam pengelolaan sumber daya manusia. Dalam organisasi
adalah evaluasi kinerja pegawai dan pemberian kompensasi. Ketidak tepatan dalam melakukan
evaluasi kinerja akan berdampak pada pemberian kompensasi yang pada akhirnya akan
mempengaruhi perilaku dan sikap karyawan, karyawan akan merasa tidak puas dengan
kompensasi yang didapat sehingga akan berdampak terbalik pada kinerja pegawai yang
menurun dan bahkan karyawan akan mencoba mencari pekerjaan lain yang memberi
kompensasi baik. Hal ini cukup berbahaya bagi perusahaan apabila pesaing merekrut atau
membajak karyawan yang merasa tidak puas tersebut karena dapat membocorkan rahasia
perusahaan atau organisasi.
Setiap instasi tidak akan pernah luput dari hal pemberian balas jasa atau kompensasi yang
merupakan salah satu masalah penting dalam menciptakan motivasi kerja aparatur, karena untuk
meningkatkan kinerja aparatur dibutuhkan pemenuhan kompensasi untuk mendukung motivasi
para aparatur. Dengan terbentuknya motivasi yang kuat, maka akan dapat membuahkan hasil
atau kinerja yang baik sekaligus berkualitas dari pekerjaan yang dilaksanakannya.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi kinerja?
2. Apa itu fungsi dan tujuan evaluasi kinerja
3. Apa itu instrument evaluasi kinerja?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Fungsi dan tujuan evaluasi kinerja
Adapun fungsi dan tujuan evaluasi kinerja adalah:
1. Memberikan balikan (feedback). Melalui evaluasi kinerja organisasi mengetahui seberapa
pegawai telah memenuhi kinerjanya. Bagi pegawai evaluasi kinerja memberi balikan
informasi menegnai seberapa baik dia telah melaksanakan tugasnya dari awal sampai
akhir tahun kerja.
2. Memotivasi kinerja terbaik. Evaluasi kinerja memotivasi pegawai untuk menghasilkan
kinerja terbaik. Proses evaluasi kinerja menunjukkan pegawai apa yang dianggap oleh
perusahaan sebagai kinerja terbaik. Sebab individu pegawai ingin di anggap sebagai
orang yang mampu menunjukkan kinerja superior, proses evaluasi kinerja
melengkapinya dengan alat untuk mencapainya
3. Mendorong pelatihan dan pementoran. Para manager diharapkan manjadi pelatih yang
baik bagi tim pekerjanya dan menjadi mentor bagi protagennya. Evaluasi kinerja
mengidentifikasi bidang-bidang pegawai yang lemah dan perlu dilatih dan menjadi
mentor dan memberi contoh baik bagi para pegawai sebagai protagennya.
4. Memperbaiki keseluruhan kinerja organisasi. Ini merupakan tujuan terpenting evaluasi
kinerja. Evaluasi kinerja memungkinkan organisasi mengomunikasikan harapan
organisasi terhadap tim-tim kerjda dan para anggotanya dan mengetahui seberapa baik
mereka memenuhi harapan tersebut. Jika setiap pegawai memenuhi harapan tersebut
dapat dipastikan kinerja organisasi akan tercapai, dan organisasi sukses dalam mencapai
tujuannya.
5.
4
Definisi Standar Kinerja menurut Para Pakar (Ahli)
Para pakar telah mengemukakan defnisi mengenai standar kinerja, yaitu sebagai berikut:
5
Standar kinerja adalah tolak ukur minimal kinerja yang harus dicapai karyawan secara
individual atau kelompok pada semua indikator kinerjanya. Dalam defnisi ini, standar kinerja
adalah tolak ukur minimal, artinya jika prestasi kinerja karyawan dibawah standar kinerja
minimal tersebut, maka kinerjanya tidak dapat diterima, buruk atau sangat buruk. Jika prestasi
kinerja seorang pegawai berada tepat atau diatas ketentuan standar minimal kinerjanya, maka
kinerjanya dapat diterima dengan predikat sedang, baik, atau sangat baik.
Beragam defenisi dari para ahli mengenai standar kinerja, diantaranya menyatakan
standar kinerja merupakan pernyataan tentang situasi yang terjadi ketika pekerjaan dilakukan
secara efektif. Hal ini memberikan gambaran bahwa ketika karyawan berproses menyelesaikan
pekerjaannya, ada pedoman tentang langkah atau cara urutan dalam melakukan kerja agar tepat
sasaran. Tujuannya agar pekerjaan efektif dan efesiensi sesuai visi misi yang sudah ditetapkan
dan ingin dicapai perusahaan. Standar kinerja memberikan penjelasan kepada karyawan
mengenai tindakan yang harus dilakukan apabila berada didalam kondisi tertentu yang mungkin
terjadi dalam pekerjaannya. Dengan standar kinerja karyawan dan pemimpin dapat mengetahui
kapan suatu tujuan perusahaan tercapai.
Secara umum tujuannya adalah untuk menciptakan budaya para individu (karyawan) dan
kelompok (unit - untit kerja) untuk memikul tanggungjawab bagi usaha peningkatan proses kerja
dan kemampuan yang berkesinambungan. Dan secara khusus tujuannya dapat diajabarkan
sebagai berikut:
6
6. Membangun kesepakatan sasaran dalam bentuk target dan standar kinerja untuk
meningkatkan pencapaian sasaran.
7. Memfokuskan perhatian kepada kompetensi yang diperlukan sehingga dapat
meningkatkan kinerja.
8. Menghargai dan mempertahankan karyawan yang berprestasi dan berkualitas.
Dalam melalukan evaluasi kinerja diperlukan standar yang disebut standar kinerja
(performance standard). Standar kinerja adalah sesuatu yang esensial, karena evaluasi kinerja itu
dilakukan dengan jalan membandingkan kinerja ternilai dengan standar yang sudah ditetapkan.
Dengan kata lain evaluasi kinerja tak mungkin dilakukan tanpa ada standar kinerja. Evaluasi
kinerja yang dilakukan tanpa standar kinerja sebagai acuan, maka hasilnya tidak mempunyai
nilai. Standar kinerja itu sangatlah penting dan harus ada karena standar kinerja merupakan
tingkat kinerja yang diharapkan dalam suatu organisasi, dan merupakan pembanding atau
“tujuan” atau “target” tergantung pada pendekatan yang diambil.
Standar kinerja yang baik itu harus realistis, dapat diukur, mudah dipahami dengan jelas
sehingga bermanfaat baik bagi organisasi maupun bagi karyawan. Standar kinerja harus
7
ditetapkan lebih dahulu sebelum memulai pekerjaan. Standar kinerja yang didefenisikan dengan
jelas memastikan setiap orang yang terlibat dalam pekerjaan organisasi mengetahui tingkat
pencapaian kinerja yang diharapkan.
Pengembangan standar kinerja merupakan bagian dari tugas Tim Pengembangan Sistem
Evaluasi Kinerja. Pengembangan standar kinerja dimulai dengan analisis pekerjaan. Hasil
analisis pekerjaan digunakan untuk menyusun dimensi dan indikator - indikator kinerja
pekerjaan. Indikator kinerja tersebut didefinisikan secara operasional agar dapat diukur.
Misalnya, job analysis terhadap pekerjaan teller bank menemukan dimensi pekerjaan, antara lain:
Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan standar kinerja adalah
alat, biaya, dan resiko dalam melaksanakan dimensi pekerjaan. Seorang teller Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) yang belum menggunakan automated banking system (compererized transaction
dan mesin penghitung uang), kecepatan melayani penarikan tabungan akanlebih lambat dari pada
teller bank umum yang sudah menggunakan sistem tersebut. Oleh karena itu, standar penarikan
tabungan di BPR tidak 3menit tetapi 5 menit. Standar kinerja juga perlu memperhatikan
biaya (cost) melaksanakan pekerjaan. Misalnya, jika layanan tersebut menggunakan waktu 3
menit, bank akan mengeluarkan Rp.300 untuk upah tenaga dan Rp.75 untuk listrik komputer.
8
Jika layanan dilakukan selama 2 menit, biaya keduanya hanya Rp.250. atas dasar pertimbangan
biaya layanan, bank kemudian menentukan standar kecepatan layanan dapat melayani berapa
orang dalam sehari.
Gambar 1
9
2. Faktor Motivasi
Motivasi dalam pandangan kita diukur oleh tingkat harapan sebuah cita. Orang
yang memiliki nilai harapan yang tinggi maka dia berusaha sekuat tenaga untuk
meningkatkan prestasi yang dimilikinya. Sedikit berbeda pandangan McClelland,
penulis berpandangan bahwa seorang karyawan Islami yang memiliki harapan
untuk menauladani akhlak Allah, terdorong untuk meningkatkan prestasinya bukan
hanya dalam bidang virus mental untuk meningkatkan prestasi, afiliasi, ataupun
kekuasaan, tetapi juga sejumlah prestasi nama baik Allah (asmaul husna) yang
lainnya.
Ada tujuh faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, yaitu sebagai berikut:
Ukuran kinerja merupakan alat ukur yang harus bersifat objektif, sehingga diperlukan
adanya kriteria yang sama. Beberapa tipe ukuran kinerja dapat diklasifikasikan (Wibowo,
2014:160-161) dalam (Wiguna 2017) menjadi:
1. Produktivitas
Produktivitas merupakan hubungan antara jumlah input output dibandingkan
dengan sumber daya yang dikonsumsi dalam memproduksi output. Ukuran
produktivitas misalnya: output sebanyak 55 unit diproduksi oleh kelompok yang
terdiri dari empat orang pekerja dalam waktu seminggu.
2. Kualitas
10
Kualitas mencakup ukuran internal dan ukuran eksternal. Ukuran internal seperti:
susut, jumlah ditolak dan cacat per unit. Ukuran eksternal seperti kepuasan
pelanggan atau penilaian frekuensi pemesanan ulang.
3. Ketepatan waktu
Ketepatan waktu menyangkut persentase pengiriman tepat waktu atau persentase
pesanan dikapalkan sesuai yang dijanjikan. Ukuran ketepatan waktu digunakan
untuk mengetahui apakah orang melakukan apa yang dikatakan akan dilakukan.
4. Cycle time
Cycle time menunjukkan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk maju dari satu titik
ke titik lain dalam proses. Pengukuran cycle time mengukur berapa lama sesuatu
dilakukan. Misalnya, berapa wakktu rata-rata yang diperlukan dari pelanggan
menyampaikan pesanan sampai pelanggan benar-benar menerima pesanan.
5. Pemanfaatan sumber daya
Pemanfaatan sumber daya merupakan pengukuran sumber daya yang dipergunakan
dibandingkan dengan sumber daya yang tersedia untuk dipergunakan, baik yang
diterapkan untuk mesin, komputer, kendaraan, dan bahkan orang. Dengan
mengetahui tingkat pemanfaatan, organisasi dapat mengetahui perlu atau tidaknya
penggunaan lebih banyak sumber daya.
6. Biaya
Biaya merepresentasikan hubungan antara jumlah biaya keseluruhan (tenaga kerja,
mesin dan material) yang dikeluarkan perusahaan dengan jumlah output yang
diproduksi dalam waktu produksi yang telah ditentukan (Besanko et al, 2013:11).
Ukuran biaya sangat berguna untuk melakukan kalkulasi dalam dasar per unit.
Namun, banyak perusahaan memiliki sedikit informasi mengenai biaya per unit.
Pada umumnya, dilakukan kalkulasi biaya secara menyeluruh. Ukuran kinerja
berdasarkan ukuran uang dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memaksimalkan income, meminimalkan pengeluaran dan meningkatkan
tingkat pendapatan.
Selain menggunakan ukuran tangible standard (sasaran yang dapat ditentukan alat
ukurnya) seperti: standar kualitas, kuantitas, waktu dan biaya, kinerja karyawan juga dapat
11
diukur menggunakan intangible standard (sasaran yang tidak dapat ditetapkan alat ukurnya),
diantaranya seperti (Hasibuan, 2014:95-96):
1. Kepemimpinan
Kepemimpinan diukur berdasarkan kemampuan pemimpin untuk memimpin,
berpengaruh, mempunyai pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat
memotivasi orang lain atau bawahannya untuk bekerja secara efektif.
2. Kedisiplinan
Kedisiplinan karyawan diukur berdasarkan kepatuhan terhadap peraturan-peraturan
yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan
kepadanya.
3. Kerjasama
Kerjasama diukur melalui kesediaan karyawan untuk berpartisipasi dan
bekerjasama dengan karyawan lainnya secara vertikal, horizontal, di dalam, dan di
luar pekerjaan, sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.
4. Kecakapan
Kecakapan dinilai dari kemampuan karyawan dalam menyatukan dan
menyelaraskan bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat di dalam
penyusunan kebijakan dan di dalam situasi manajemen.
5. Tanggung jawab
Tanggungjawab diukur dari kesediaan karyawan dalam mempertanggung-jawabkan
kebijakan, pekerjaan, dan hasil kerjanya, sarana dan prasaran yang dipergunakan,
serta perilaku kerjanya.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
Standar kinerja adalah tolak ukur minimal kinerja yang harus dicapai karyawan secara
individual atau kelompok pada semua indikator kinerjanya. Dalam defnisi ini, standar kinerja
adalah tolak ukur minimal, artinya jika prestasi kinerja karyawan dibawah standar kinerja
minimal tersebut, maka kinerjanya tidak dapat diterima, buruk atau sangat buruk. Jika prestasi
kinerja seorang pegawai berada tepat atau diatas ketentuan standar minimal kinerjanya, maka
kinerjanya dapat diterima dengan predikat sedang, baik, atau sangat baik. Secara umum
tujuannya adalah untuk menciptakan budaya para individu (karyawan) dan kelompok (unit - untit
kerja) untuk memikul tanggung jawab bagi usaha peningkatan proses kerja dan kemampuan yang
berkesinambungan.
Standar kinerja itu sangatlah penting dan harus ada karena standar kinerja merupakan
tingkat kinerja yang diharapkan dalam suatu organisasi, dan merupakan pembanding atau
“tujuan” atau “target” tergantung pada pendekatan yang diambil.
3.2 Saran
Terkait dengan yang telah dibahas, team penulis menyarankan agar apa yang telah
dipelajari ini dapat kita terapkan dalam diri kita mansing – mansing. Agar kita bisa menjadi
seorang karyawan yang memliki potensi atau sebagai seorang pemimpin yang bisa memberikan
motivasi terhadap karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Moeheriono. 2012. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. 4th ed. Jakarta: Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Wiguna, Alfaza. 2017. “Perancangan Standar Kinerja Karyawan Pada Perusahaan Kertas Daur
14
Ulang Buono Pulp Di.” 2(6).
https://dokumen.tips/documents/standar-kinerja.html
https://www.academia.edu/18900465/STANDAR_KINERJA_DAN_PENILAIAN_KINERJA
http://repository.uin-suska.ac.id/2692/4/BAB%20III.pdf
15