Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENILAIAN KINERJA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah :
PENGEMBANGAN SDM

OLEH :

KELOMPOK 5

Dinda Ayu Styaningrum 11190810000006


Akhmad Rifai Ikhsanudin
Khodi Yoga Mulya Wardhana
Tiara Dwi Nur Rachma Putri 11190810000095

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan


karunia dan hidayah-Nya sehingga makalah dengan judul “Penilaian Kinerja”, ini
dapat diselesaikan. Adapun maksud dan tujuan makalah ini diajukan untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Pengembangan SDM.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada Bapak Bahrul Yaman S.Sos., M.Si selaku dosen Pengembangan SDM yang
telah membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca umumnya. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kata sempurna
karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, 10 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penilaian Kinerja......................................................................... 4

2.2 Proses Penilaian Kinerja............................................................................... 5

2.3 Metode-Metode Penilaian Kinerja................................................................ 6

2.3 Mengatasi Kesalahan Penilaian Dalam Penilaian Kinerja............................ 6

2.3 Pedoman Untuk Penilaian yang Efektif........................................................ 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………... 17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwa sumber daya manusia merupakan
salah satu sumber keunggulan dan elemen penting perusahaan agar
mampu bersaing untuk meraih tujuan yang sudah ditetapkan. Sehingga,
pengelolaan sumber daya manusia bagi suatu perusahaan adalah sebuah
keharusan karena merupakan salah satu unsur manajemen.
Manusia akan selalu aktif dan dominan dalam setiap kegiatan
perusahaan, karena menjadi perencana, pelaku, dan penentu terwujudnya
tujuan perusahaan itu sendiri.Tujuan sebuah perusahaan tidak mungkin
dapat dicapai tanpa peran aktif semua sumber daya manusia yang ada.
Walaupun perusahaan mempunyai mesin-mesin yang canggih, hal tersebut
tidak serta merta menjanjikan perusahaan tersebut dapat menjalankan
perusahaan dengan lancar.
Mengatur setiap karyawan adalah sulit dan kompleks karena
mereka mempunyai pikiran, keinginan, latar belakang dan perasaan yang
berbeda untuk dibawa ke dalam perusahaan. Mereka tidak dapat begitu
saja diatur dan dikuasai sepenuhnya seperti mengatur mesin. Manajemen
sumber daya manusia dipilih sebagai salah satu cara untuk mengelola dan
mengatur karyawan dalam sebuah karyawan. Salah satu bagian dari
manajemen sumber daya manusia adalah penilaian kinerja karyawan yang
dipandang sangat perlu untuk dilakukan dalam periode tertentu sebagai
bahan evaluasi kinerja dan pembanding standar kerja (standar operasional
perusahaan) yang telah ditetapkan sebelumnya.
Jika penilaian kinerja karyawan tidak dilakukan perusahaan akan
sulit mengidentifikasi permasalahan terkait kegiatan-kegiatan perusahaan
yang mungkin timbul karena faktor sumber daya manusia perusahaan itu
sendiri yang kurang kompeten dan berkualitas.
Dengan demikian penilaian kinerja ini dapat digunakan sebagai
bahan keputusan perlu tidaknya perusahaan melakukan pelatihan dan
pengembangan karyawannya guna meningkatkan kualitas dan

1
produktivitas serta memperbaiki kinerja karyawan agar lebih baik lagi dan
pada akhirnya membawa perusahaan semakin maju untuk mencapai
tujuannya
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Penilaian Kinerja?
2. Apa saja Proses Penilaian Kinerja?
3. Apa saja Metode Penilaian Kinerja?
4. Cara Mengatasi Kesalahan Penilaian Dalam Penilaian Kinerja?
5. Apa saja Pedoman Untuk Penilaian yang Efektif?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian penilaian kinerja?
2. Untuk megetahui proses penilaian kinerja?
3. Untuk mengetahui metode penilaian kinerja?
4. Untuk mengetahui cara mengatasi kesalahan penilaian dalam penilaian
kinerja?
5. Untuk mengetahui pedoman untuk penilaian yang efektif?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penilaian Kinerja
Kebanyakan organisasi telah menginvestasikan dana yang besar
pada perekrutan, seleksi, orientasi, dan pelatihan karyawan, sehingga
organisasi pasti ingin mempertahankan karyawan-karyawan tersebut,
terutma sekali pada karyawan dengan kinerja yang tinggi. Dua kinerja
manajemen sumber daya manusia yang memegang peranan penting dalam
hal tersebut adalah mengelola kinerja karyawan dan mengembangkan
program kompensasi yang fair. Untuk mengetahui kinerja karyawan
organisasi harus melakukan penilaian kinerja secara berkala. Hampir tidak
ada hal yang dilakukan penyelia yang lebih beresiko dari menilai kinerja
bawahan. Karyawan cenderung optimis terhadap nilai mereka dan mereka
memahami bahwa kenaikan gaji, karier, ketenangan pikiran tergantung pada
bagaimana penilaian anda terhadap mereka. Dan hanya sedikit proses
penilaian yang dinggap karyawan adil.
Menurut Dessler (2016) Yang dimaksud penilaian kinerja
(performance appraisal) adalah mengevaluasi kinerja karyawan dimasa
sekarang dan atau di masa lalu secara relatif terhadap standar kinerjanya.
Menurut Robbins & Coulter (2016) sistem manajemen kinerja (performance
management system) adalah sistem yang menetapkan standar kinerja yang
digunakan dalam mengevaluasi kinerja karyawan. Bagaimana manajer
mengevaluasi kinerja karyawannya, disinilah fungsi metode penilaian
kinerja yang beragam dibutuhkan.
Alasan dilakukan penilaian kinerja adalah
 Untuk membuat keputusan dalam manajemen SDM seperti promosi,
transfer dan pemecatan.
 Untuk memastikan bahwa kinerja setiap karyawan sesuai dengan
sasaran keseluruhan perusahaan.
 Memungkinkan manajer dan bawahannya mengembangkan rencana
untuk mengoreksi defisiensi, dan untuk menguatkan kekuatan
bawahan.

3
 Memberikan kesempatan untuk meninjau rencana karier karyawan
dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan yang
ditampilkan.
 Untuk mengidentifikasi adanya kebutuhan akan pelatihan, dan
langkah-langkah perbaikan yang dibutuhkan.
2.2 Proses Penilaian Kierja
Penilaian kinerja berarti mengevaluasi kinerja karyawan dimasa
sekarang dan atau di masa lalu secara relatif terhadap standar kinerjanya.
Terdapat tiga langkah dalam proses penilaian kinerja (performance appraisal
process), yaitu:
1. Menetapkan standar kinerja.
2. Menilai kinerja aktual karyawan secara relatif terhadap standar.
3. Memberikan umpan balik kepada karyawan.
Ke tiga tersebut penting dalam penilaian kinerja yaitu menjadi dasar
pokok dari proses tersebut, dan yang akan menentukan efektivitas sistem
evalusi kinerja.
Dalam proses penilaian kinerja harus mampu mengidentifikasi
standar-standar kinerja, mampu mengukur kriteria-kriteria yang digunakan
untuk melakukan penilaian dan mampu memberikan umpan balik kepada
pekerja mengenai hasil penilaian untuk meningkatkan kinerjanya pada masa
mendatang dan memperbaiki kinerja yang dinggap tidak sesuai dengan
standar.
1. Standar kinerja (performance standart) adalah patokan-patokan yang
akan digunakan sebagai dasar aktual penilaian kinerja karyawan.
2. Pengukuran kinerja (performance measure), didefinisikan sebagai
rating atau angka yang digunakan untuk memberikan penilaian
terhadap kinerja seseorang.
3. Pemberian umpan balik (feedback) yang diberikan kepada karyawan
sebagai hasil dari penilaian kinerja mereka. Hal tersebut berkaitan
dengan hal-hal apa yang harus ditingkatkan dan standar apa yang
belum terpenuhi dan keberhasilankeberhasilan apa yang telah
dicapai.

4
2.3 Metode-Metode Penilaian Kinerja
1. Metode Skala Penilaian Grafis (graphic rating scales)
Metode yang paling sederhana dan paling populer untuk menilai kinerja
karyawan. Dalam metode ini orang yang memberikan penilaian
diharuskan memberikan penilaian terhadap kinerja individu dengan
menggunakan skala angka dari rendah ke tinggi.
2. Metode Peringkat Alternasi (Alternation Ranking Method)
Penilaian kinerja dengan metode peringkat alternasi adalah mengurutkan
semua pekerja dari yang memiliki kinerja paling baik sampai dengan
yang memiliki kinerja paling buruk berdasarkan ciri tertentu. Memilih
yang teringgi kemudian yang terendah, kemudian diperingkat.metode
tersebut merupakan metode yang paling populer, yang dilakukan dengan
cara:
a) Pertama sebutkan semua bawahan yang akan dinilai, dan abaikan
nama-nama dari karyawan yang tidak cukup dikenal untuk
diperingkat.
b) Indikasikan karyawan yang paling tinggi pada dimensi kinerja
yang akan diukur dan karyawan yang paling rendah.
c) Pilihlah yang kedua paling tinggi dan yang kedua paling rendah,
secara bergantian antara yang tertinggi dan yang terendah hingga
semua karyawan diperingkat.
3. Metode Perbandingan Berpasangan (Paired Comparison Method)
Metode perbandingan berpasangan dilakukan dengan cara memeringkat
karyawan dengn membuat bagan dari semua kemungkinan pasangan
karyawan untuk setiap ciri dan mengindikasikan mana karyawan yang
lebih baik dari pasangan tersebut.
a) Misalnya untuk setiap ciri (kuantitas kerja, kualitas kerja, dsb),
bandingkan antara setiap karyawan dengan setiap karyawan
lainnya, Misalnya lima karyawan yang akan diperingkat dari
semua kemungkinan pasangan karyawan untuk setiap ciri.
b) Kemudian pilih yang merupakan karyawan yang paling baik dari
pasangan tersebut.

5
c) Dari bagan tersebut akan terlihat karyawan mana yang paling baik
dalam setiap ciri tersebut.
4. Metode Insiden Kritis (Critical Incident Method)
Dalam metode insiden kritis, penyelia menyimpan catatan yang baik
(positif) atau yang tidak diinginkan/ negatif (insiden kritis) dari perilaku
terkait pekerjaan karyawan. dan kemudian meninjaunya dengan
karyawan tersebut pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya
misalnya setiap kurun waktu enam bulan atau lebih.
5. Formulir Naratif (Narrative Form)
Metode formulir naratif adalah metode yang memungkinkan penilai
memberikan penilaian tertulis dalam bentuk naratif atau esai tertulis.
6. Skala Penilaian Bersadarkan Perilaku (Behaviorally Anchored Rating
Scale/ BARS)
BARS yaitu metode yang menggabungkan penilaian naratif dengan
penilaian kuantitatif rating scale. Masing-masing rate disertai dengan
penjelasan naratif secara spesifik mengenai contoh dari perilaku baik dan
buruk.
Lima langkah dalam menggunakan metode BARS
a) Tulis insiden kritis, mintalah pada pemegang pekerjaan/
penyelia untuk menulis ilustrasi spesifik (insiden kritis) dari
kinerja efektif dan tidak efektif dari pekerjaan.
b) Kembangkan dimensi kinerja, suruhlah orang-orang
mengelompokkan insiden-insiden tersebut ke dalam 5- 10
dimensi kerja (misalnya keterampilan penjualan).
c) Realokasi insiden, untuk memverifikasi pengelompokan ini
suruhlah timnya yang juga mengetahui pekerjaan tersebut untuk
melakukan realokasi insiden kritis yang ada ke kelompok
menurut mereka paling sesuai. Pertahankan insiden kritis jika
sebagian besar kelompok kedua ini memasukkannya ke dalam
kelompok yang sama dengan yang pertama.
d) Berikan skala untuk insiden tersebut, kelompok kedua ini
kemudian memeringkat perilaku yang dideskripsikan

6
berdasarkan insiden dalam hal sejauh mana insiden tersebut
secara efektif atau tidak efektif mewakili kinerja pada dimensi
tersebut (biasanya skala 7 hingga 9 poin).
e) Kembangkan instrumen final pilih sekitar 6-7 insiden sebagai
jangkar perilaku dimensi tersebut.
7. Management By Objectives (MBO)
MBO mengharuskan manajer untuk menetapkan sasaran organisasi
spesifik yang relevan dan dapat diukur dengan setiap karyawan. MBO
metujuk pada penetapan sasaran dan program penilaian multi langkah
yang mencakup seluruh perusahaan.
Langkah-langkah MBO adalah sebagai berikut:
a) Menetapkan sasaran organisasi, menetapkan rencana perusahaan
menyeluruh untuk tahun berikutnya dan menetapkan sasaran-
sasarannya.
b) Menetapkan sasaran departemen, kepala departemen dan
penyelia secara bersama-sama menetapkan sasaran untuk
departemen mereka.
c) Mendiskusikan sasaran departemen, kepala departemen
mendiskusikan sasaran departemen dengan bawahan mereka dan
meminta mereka untuk mengembangkan sasaran individual
mereka sendiri.
d) Mendefinisikan hasil yang diharapkan (menetapkan sasaran
individual), kepala departemen dan bawahan mereka
menetapkan target kinerja jangka pendek untuk setiap karyawan.
e) Melakukan tinjauan kinerja, setelah satu periode kepala
departemen membandingkan hasil aktual dengan hasil yang
diharapkan dari setiap karyawan.
f) Memberikan umpan balik, kepala departemen mengadakan
pertemuan tinjauan kinerja berkala dengan bawahan. Disini
mereka mendiskusikan kinerja bawahan dan membuat rencana
untuk meralat atau melanjutkan kinerja orang tersebut.

7
8. 360 degree, apabila umumnya penilaian diberikan oleh atasan saja, maka
dalam metode ini penilaian diberikan secara 360 derajat yang berarti dari
semua pihak yang meliputi atasan, bawahan, teman sekerja, penilaian
oleh diri sendiri, pelanggan serta semua pihak yang terlibat dalam proses
kerja individu.
9. Penilaian kinerja terkomputerisasi dan berbasis situs
Pada saai ini sudah banyak pemberi kerja yang menggunakan sistem
penilaian terkomputerisasi atau berbasis internet. Disini manajer
menyusun catatan terkomputerisasi mengenai bawahan sepanjang tahun,
dan kemudian menggabungkannya untuk penilaian karyawan tersebut
pada beberapa ciri kinerja. Penilain seperti ini mengombinasikan
beberapa metode penilaian. Biasanya menggunakan metode grafis
berdasarkan insiden kritis.
2.4 Mengatasi Kesalahan Penilaia Dalam Penialain Kinerja
Beberapa kesalahan bisa saja terjadi dalam penilaian kinerja dan
apabila tidak ditangani dengan baik maka akan memberikan hasil penilaian
yang tidak objektif.
Kesalahan-kesalahan yang pada umumnya sering terjadi adalah:
1. Halo Effect yaitu penilaian yang hanya didasarkan pada satu kriteria
saja dan mengabaikan kriteria-kriteria yang lain sehingga hasil
penilaian menjadi tidak objektif. Menyadari adanya masalah
tersebut merupakan langkah untuk menghindarinya, bisa juga
menghindarinya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan.
2. Cendral Tendency yaitu penilaian yang tidak mau memberikan nilai
ekstrim. Penilai hanya memberi angka rata-rata atau angka tengah-
tengah saja. Sehingga hasil penilaian tidak bisa memperlihatkan
siapa yang menonjol dan siapa yang kurang menonjol kinerjanya.
Pemeringkatan karyawan dengan menggunakan skala penilaian
grafis dapat mengurangi masalah tersebut, karena dengan
memeringkatnya berarti tidak dapat menilai mereka semua secara
rata-rata.

8
3. Leniency, yaitu penilai terlalu murah hati dalam memberikan
penilaian sehingga dia cenderung memberi nilai yang bagus dan
kurang objektif. Pemeringkatan memaksa penyelia untuk
membedakan antara mereka yang berkinerja tinggi dan rendah.
4. Stricness, kebalikan dari leniency yaitu terlalu buruk dalam
memberikan penilaian sehingga cenderung memberi penilaian yang
jelek yang tidak objektif. Demikian juga pada stricness,
pemeringkatan memaksa penyelia untuk membedakan antara
mereka yang berkinerja tinggi dan rendah.
5. Personal Prejudive/ Stereotyping, penilaian yang tidak didasarkan
pada kinerja individu melainnkan didasarkan pada kelompok tempat
individu tersebut berasal. Penyelia atau penilai bisa menghindarinya
dengan mengikuti pelatihanpelatihan.
6. Efek kekinian (Recency Effect), kesalahan jenis ini terjadi karena
penilai memfokuskan diri pada perilaku individu yang paling akhir
saja, jadi tidak melihat perilaku individu selama ia bekerja. Untuk
menghindarinya agar tidak terjadi penilaian yang demikian adalah
dengan mengakumulasi insiden kritis sepanjang tahun.
2.5 Pedoman Untuk Penilaian yang Efektif
Bagaimanapun penilaian masihlah merupakan sesuatu yang bersifat
impersonal sehingga bisa terpengaruh oleh kelemahan-kelemahan yang ada
pada manusia, untuk meminimalkan pertimbangkan pedomanpedoman
berikut ini:
1. Pahami permasalahan dalam metode penilaian, dengan demikian
akan membantu anda menghindarinya.
2. Gunakan alat penilaian yang tepat, karena masing-masing alat
memiliki pro dan kontra, contoh metode peringkat menghindari
tendensi sentral tetapi bisa menyebabkan perasaan tidak enak krtika
faktanya kinerja karyawan semuanya tinggi.
3. Buatlah catatan harian mengenai kinerja karyawan.

9
4. Buat kesepakatan pada sebuah rencana, tujuan dari penilaian
haruslah untuk meningkatkan kinerja yang tidak memuaskan dan
untuk menguatkan kinerja yang baik.
5. Jadilah penyelia yang adil dan efektif, secara baik ataupun buruk
kualitas interaksi interpersonal antara penyelia dan karyawan akan
berdampak pada penilaian.

10
BAB III
FAKTA DAN DATA
3.1 Studi Kasus
Menilai Kenerja Kurir di Atlantic Association Of Pathologists (AAP)

Atlantic Association of Pathologists (AAP) didirikan pada tahun 1992


sebagai laboratorium patologi regional untuk mencari laba. Sejak
permulaan, AAP telah memperoleh kontrak dengan lima dari enam rumah
sakit di wilayah Atlanta dan telah mengembangkan lingkup sampai ke
Amerika Setikat hagian tenggara. Dengan mensentralisasikan operasi
laboratorium, yang menggunakan penilaian melalui komputer paling akhir.
Dan mencapai omset dengan cepat, AAP telah meraih skala ekonomis.
Akibatnya AAP teIah tumbuh menjadi empat kali ukuran awalnya dan
sekarang mempunyai 321 karyawan.
Salah satu kebutuhuan utama AAP adalah mengangkut bahan percobaan
dari Iokasi pengambilan ke oprasi pusat. Untuk memenuhi kebutuhan ini,
AAP memperkerjakan kurir yang mengambil dan mengantar bahan
pereobaan dan barang-barang Iain antara AAP dan kliennya. Posisi kurir
adalah posisi awal masuk yang membutuhkan sedikit skali pendidikan atau
pelatihan. Posisi ini membutuhkan kemampuan untuk memenuhi batas
waktu yang ketat dan catatan pengantaran yang sama.
Sejak bergabung, kebutuhan akan kurir telah meningkat enam kali, dan
sekarang jumlah kurir ada tiga puluh. Sayangnya keluar-masuknya juga
tinggi. Bukan tidak Iazim kurir tidak masuk kerja untuk suatu aplusan.
AAP juga telah memecat sepuluh kurir karena kinerja kerja yang rendah
dalam tiga tahun terakhir. Karena pengambilan harus mengandalkan
lembur, dengan beberapa kurir bekerja lebih dari dari enam puluh jam
seminggu. Ketidak konsistenan layanan telah mengakibatkan AAP
kehilangan salah satu kontraknya dengan rumah sakit. Keluhan ini
mengenai layanan yang lamban, sikap kasar dan kurangnya pengetahuan
di pihak kurir telah diterima dari dokter pribadi dan dokter hewan yang
dilayani. Karena keunggulan bersaing AAP terletak pada kemampuannya

11
menyediakan layanan laboratorium diluar Iokasi dengan cepat dan efislen,
kyra burs, manajer sumber daya manusia, telah menargetkan layanan kurir
sebagai satu perioritas utamanya. Sejak direkrut dua bulan lalu, ia telah
menulis kembali dan membakukan uraian pekerjaan kurir. Selanjutnya ia
berencana menangani sistem penilaian kinerja AAP. Namun, pejabat-
pejabat koprasi menolak rencananya. Komentar berikut ini merupakan ciri
khas pandangan manajemen: "ini posisi 'murahan' dengan keterampilan
rendah. Yang dilakukan kurir hanayalah mengantar dan jika mereka tidak
mengerjakannya, perusaahan dapat menggantinya"
Kyra telah menemukan bahwa biaya lembur kurir AAP adalah
$100.000 tahun Ialu, atau sekitar 25% dari total penggajian kurir. Seleksi
kurir baru memerlukan lebih dari 250 jam dan biayanya lebih dari
$50.000. Masalah peningkatan kurir menjengkelkan karena 70% waktu
kurir dihabiskan untuk naik kendaraan dari dan ke AAP tanpa
sepengetahuan penyelia. Oleh karena itu, sulit mendapatkan gambaran
yang jelas apa sebetulnya yang terjadi pada Iokasi klien. Masalah potensial
Iainnya adalah bahwa kurir mempunyai lebih dari satu penyelia. Selain
penyelia langsung, mereka juga melapor kepada pejabat teknologi
administrasi dari bagian kurir tersebut dan kepada seseorang dokter medis
yang mengkoordinir layanan medis.
Inti permasalahan kinerja adalah sistem penilaian kineja AAP Saat
ini, termasuk formulir kinerja Saat ini. Sebagian penyelia mengeluh bahwa
umpan balik dari tidak spesifik pada pekerjaan karyawan. Mereka juga
menunjukkan, banyak tingkatan daftar tingkah laku tidak saling terpisah,
sehingga mereka terpaksa mengecek dua karaktenstik perilaku dalam satu
bidang. Misalnya, ketika mengevaluasi tanggung jawab, penilaian kadang-
kadang terpaksa mengecek karakteristiknya.
Sistem juga menjdi masalah dengan adanya bias penilai. Bagi dua
puluh kurir yang dinilai ratingnya selama periode penilaian kinerja
terakhir, skor rata-ratanya adalah 3,8, yang secara signifikansikan di atas
skor rata-rata yang diharapkan yaitu 3,0. Tidak seorang kurir pun
mendapaktan skor dibawah 2,0. Meskipun skor tinggi mungkin telah

12
diheri penjelasan dalam beberapa kasus, skor itu bahkan diberikan kepada
karyawan yang ingin dipecat. Membuar kesulitan membenarkan
pemberhentian individu karena kemerosotan kinerja. Namun, kurir sebagai
suatu kelompok, yang rata-rata 4,1. Kurir yang menerima rating yang
tinggi untuk semua dimensi Iainnya. Hal yang membuat persoalan
bertambah buruk, anggaran sumber daya manusla dibatasi, dan sedikit
sekali uang tersedia untuk melatih penilai. Dilengkapi dengan pengetahuan
yang suram ini, kyra duduk di bangkunya, merenungkan apa yang harus ia
lakukan.

13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penilaian kinerja adalah kegiatan menajer untuk mengevaluasi
perilaku prestasi kerja karyawan serta menetapkan kebijakan selanjutnya.
Penilaian perilaku meliputi penilaian kesetiaan, kejujuran, kepemimpinan,
kerja sama, loyalitas, dedikasi, dan partisipasi karyawan. Menilai perilaku
ini sulit karena tidak ada standar fisiknya, sedangkan untuk penilaian hasil
kerja relatif lebih mudah karena ada stndar fisik yang dapat dipakai
sebagai tolak ukurnya, seperti meter, liter, dan kilogram. Aspek penting
dari suatu sistem penilaian kerja adalah memiliki standar yang
jelas.Sasaran utama dari adanya standar tersebit ialah teridentifikasinya
unsur-unsur krital suatu pekerjaaan. Standar itulah yang merupakan tolak
ukur seseorang melakukan pekerjaannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Manajemen Sumber Daya Manusia, Gary Dessler, Terjemahan, Penerbit Pt.


Prenhallindo Jakarta

Widyaningrum, M. E., & Siswati, E. (2017 ). MANAJEMEN SUMBER DAYA


MANUSIA . Surabaya: Ubhara Manajemen Press.

15

Anda mungkin juga menyukai