Disusun oleh :
Fitra Sasi Romadhon
NPM : 22101081158
Kelas : Manajemen 4
Penulis,
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PEMBAHASAN
A. Tujuan Penilaian Kinerja............................................................................. 1
B. Mensejajarkan Penilaian Kinerja dengan Kegiatan..................................... 2
C. Pertimbangan Hukum danlam Penilaian Kinerja........................................ 3
D. Kriteria Penilaian......................................................................................... 6
E. Penilai, Karyawan yang Dinilai, Waktu dan Prosedur Penilaian................ 10
F. Proses Penilaian Kinerja.............................................................................. 11
G. Pelatihan untuk Penilaian............................................................................ 11
BAB II PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................. 12
ii
BAB I
PEMBAHASAN
A Tujuan Penilaian Kinerja
1. Mengetahui keterampilan dan kemampuan karyawan.
2. Sebagai dasar perencanaan bidang kepegawaian khususnyapenyempurnaan
kondisi kerja, peningkatan mutu dan hasil kerja.
3. Sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan karyawan seoptimal
mungkin, sehingga dapat diarahkan jenjang/rencana kariernya, kenaikan
pangkat dan kenaikan jabatan.
4. Mendorong terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan dan
bawahan.
5. Mengetahui kondisi organisasi secara keseluruhan dari bidang kepegawaian
khususnya kinerja karyawan dalam bekerja.
6. Secara pribadi, karyawan mengetahui kekuatan dan kelemahannya sehingga
dapat memacu perkembangannya. Bagi atasan yang menilai akan lebih
memperhatikan dan mengenal bawahan/karyawannya, sehingga dapat lebih
memotivasi karyawan.
7. Hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan dapat bermanfaat bagi penelitian dan
pengembangan di bidang kepegawaian.
Manfaat Penilaian Kinerja
1. Meningkatkan prestasi kerja.
Dengan adanya penilaian, baik pimpinan maupun karyawan memperoleh
umpan balik dan mereka dapat memperbaiki pekerjaan/prestasinya.
2. Memberi kesempatan kerja yang adil.
Penilaian akurat dapat menjamin karyawan memperoleh kesempatan
menempati sisi pekerjaan sesuai kemampuannya.
3. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan.
Melalui penilaian kinerja, terdeteksi karyawan yang kemampuannya rendah
sehingga memungkinkan adanya program pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan mereka.
4. Penyesuaian kompensasi.
Melalui penilaian, pimpinan dapat mengambil keputusan dalam menentukan
perbaikan pemberian kompensasi, dan sebagainya.
5. Keputusan promosi dan demosi.
Hasil penilaian kinerja dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
untuk mempromosikan atau mendemosikan karyawan.
6. Mendiagnosis kesalahan desain pekerjaan.
Kinerja yang buruk mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain
pekerjaan. Penilaian kinerja dapat membantu mendiagnosis kesalahan
tersebut.
7. Menilai proses rekrutmen dan seleksi.
Kinerja karyawan baru yang rendah dapat mencerminkan adanya
penyimpangan proses rekruitmen dan seleksi.
1
Atau secara singkat manfaat penilaian kinerja adalah untuk:
1. Perbaikan kinerja.
2. Penyesuaian kompensasi.
3. Keputusan penempatan.
4. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan.
5. Perencanaan dan pengembangan karier.
6. Kekurangan dalam proses penyusunan karyawan.
7. Kesempatan kerja yang sama.
8. Tantangan dari luar.
9. Umpan balik terhadap sumber daya manusia.
2
1. Organisasi tidak selalu berhasil memanfaatkan penilaian kinerja secara
strategis pada kegiatan yang dilakukannya. Alasannya, pimpinan tidak
sepenuhnya memahami dasar penilaian kinerja.
2. Pimpinan belum/kurang mampu melihat hasil pelaksanaannya, Kajian yang
dilakukan memperlihatkan bahwa sebagian besar organisasi tidak memberi
insentif organisasi kepada pimpinan untuk melaksanakan tugas dengan baik
dalam menilai kinerja karyawan.
3. Ambisi mengenai siapa yang memiliki tanggung jawab untuk mengelola
sumber daya manusia. Apakah manajemen kinerja masuk ke dalam bidang
bagian sumber daya manusia atau bagian lini?
Sikap seorang job analisis dalam melaksanakan analisis pekerjaan antara lain:
1. Memperkenalkan diri dan menjelaskan maksudnya menunjukkan perhatian
terhadap pekerjaan karyawan yang melakukan pekerjaan.
2. Menghindari memberi petunjuk pekerjaan.
3. Mengumpulkan informasi lengkap dalam tujuan program.
4. Memeriksa informasi yang sudah diperoleh dengan mengajukan informasi dari
karyawan yang diteliti kepada karyawan lain yang melakukan pekerjaan sama.
5. Berbicara dengan bahasa mereka sesuai tingkat pendidikannya.
C Pertimbangan Hukum dalam Penilaian Kinerja
1. Informasi kinerja menentukan penggajian, promosi, pemutusan hubungan
kerja, transfer, dan bentuk keputusan kunci lain yang mempengaruhi kesejah-
teraan karyawan maupun produktivitas organisasi. Semua pihak mempu nyai
kepentingan besar untuk menjaga agar informasi bermutu dimanfaat- kan
untuk keputusan penting semacam ini. Banyak keputusan pengadilan dan
perundangan memberi tuntutan bagaimana mengumpulkan dan memanfaatkan
informasi kinerja yang menyajikan kegiatan sah sekaligus melindungi hak
karyawan. Undang-undang yang sangat relevan adalah Civil Right Acts (1964
dan 1991), Americans with Disabilities Act (1990), dan Age Dis- crimination
in Employment Act (1967).
3
2. Penilaian harus didasarkan kriteria yang berkaitan pekerjaan yang dapat
diidentifikasi. Cara terbaik untuk menentukan apakah kriteria penilaian ber-
kaitan dengan pekerjaan adalah dengan melakukan analisis jabatan. Dengan
menggunakan argumen valid, karyawan dapat menunjukkan bahwa sistem.
penilaian kinerja dirancang untuk memastikan agar nilai kinerja mencermin-
kan komponen penting pekerjaan. Bila kriteria penilaian yang benar sudah
mantap, dibuat standar untuk menentukan tingkat kinerja karyawan pada
masing-masing kriteria pekerjaan. Untuk memastikan bahwa seluruh aspek
kinerja pekerjaan dinilai, dibutuhkan beberapa kriteria. Dalam kasus semacam
ini, standar kinerja harus dibuat untuk masing-masing kriteria. Pembuatan
standar berperan penting untuk pertimbangan hukum, dan juga selaras dengan
prinsip manajemen guna memastikan kinerja pekerjaan yang layak.
4
3. Kenyataan, karena kesulitan penelitian dan penentuan standard waktu dan
penentuan standard kinerja, maka biasanya menggunakan dasar
pengalaman, penilaian dan rata-rata yang telah dicapai sebelumnya oleh
karyawan yang dianggap terampil bekerja.
Aspek dan Kriteria Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
Dalam melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan/prestasi kerja,
karyawan harus memiliki pedoman dan dasar penilaian, yang dapat dibedakan
dalam aspek penilaian. Aspek penilaian adalah hal yang pada dasarnya merupakan
sifat atau ciri yang dapat menunjukkan pelaksanaan suatu pekerjaan tertentu dapat
berjalan dengan lancar dan berhasil dengan baik. Ciri pelaksanaan pekerjaan yang
berhasil digunakan kembali untuk menilai setiap pelaksanaan pekerjaan yang
bersangkutan secara rutin.
Aspek Penilaian
Aspek yang umumnya perlu dinilai dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 35
Aspek Penilaian
Tingkat Aspek
Tingkat Operator 1. Prestasi kerja
2. Tanggung jawab
3. Ketaatan
4. Kejujuran
5. kerjasama
Tingkat Foreman 1. Prestasi kerja
2. Tanggung jawab
3. Ketaatan
4. Kejujuran
5. Kerjasama
6. Kepemimpinan
Tingkat Supervisor 1. Prestasi kerja
2. Tanggung jawab
3. Ketaatan
4. Kejujuran
5. Kerjasama
6. Prakarsa (inisiatif)
7. Kepemimpinan
Tingkat Kepala Bagian ke Atas 1. Prestasi kerja
2. Tanggung jawab
3. Ketaatan
4. Kejujuran
5. Kerjasama
6. Prakarsa
7. Kepemimpinan
5
Aspek yang dinilai pada dasarnya masih dapat dikembangkan/dirinci,
sehingga membantu/memudahkan pelaksanaan penilaian.
D Kriteria Penilaian
Dengan kriteria penilaian tertentu, masing-masing aspek dapat dinilai. Dari
jumlah penilaian, akan diketahui karyawan yang tingkat prestasinya: sangat baik,
normal, kurang memuaskan, tidak memuaskan atau dengan ungkapan lain, tingkat
prestasinya: sangat baik, baik, cukup, sedang dan kurang. Dalam melakukan
penilaian, sebaiknya dilakukan seobyektif mungkin. Akan lebih baik apabila
sudah dimiliki dan disepakati suatu standard. Tetapi kenyataannya adalah
kesepakatan yang ditentukan oleh pimpinan dengan memberikan bobot (nilai)
yang sama terhadap aspek yang dinilai sama (misalnya: 1).
Berikut ini adalah tabel kriteria penilaian:
Tabel 36
Kriteria Penilaian
Tingkat Prestasi pengertian Nilai Tingkat
(TP) Prestasi
Istimewa Tingkat prestasi jauh diatas normal 5
Sangat baik Tingkat prestasi agak di atas normal 4
Normal Tingkat prestasi sesuai standar 3
Kurang memuaskan Tingkat prestasi agak dibawah 2
normal/standart
Tidak memuaskan Tingkat prestasi di bawah 1
persyaratan umum
6
Tanpa memandang tipe kriteria mana yang diukur dalam proses penilaian,
sistem manajemen kinerja menjadi strategis sejauh kriteria ini dihubungkan secara
jelas dengan sasaran organisasi. Hubungan ini hampir selalu membutuhkan
lompatan inferensial (bersifat keputusan).
Kriteria Tunggal dan Majemuk
Pengkoordinasian kegiatan pasar mungkin merupakan satu-satunya tugas
jabatan tertentu. Namun, yang lebih sering, tugas terdiri dari berbagai tanggung
jawab dan pekerjaan terkait. Salah satu teori kinerja menganjurkan bahwa
sekumpulan bidang kinerja yang jumlahnya terbatas dapat digunakan untuk
mencakup seluruh aspek hampir semua jabatan. Teori ini mendefinisikan kinerja
sebagai apa yang dilakukan orang, bukan apa yang dihasilkan.
Domain pemikiran yang mencakup semua aspek kinerja adalah:
1. Kinerja tugas khusus jabatan.
2. Kinerja non tugas khusus jabatan (termasuk tugas yang dilaksanakan oleh
setiap orang dalam kelompok besar jabatan atau keluarga jabatan).
3. Komunikasi tertulis dan lisan.
4. Upaya (yang ditunjukkan secara konsisten, sering dan bahkan pada kondisi
berlawanan).
5. Disiplin pribadi (misal: tidak melakukan pelanggaran berat, mengikuti aturan)
6. Pemberian kemudahan bagi rekan sejawat dan kinerja tim (misal: memberi
dukungan dan pelatihan, bertindak sebagai model peran yang baik).
7. Penyeliaan dan kepemimpinan (yang secara positif mempengaruhi kinerja
bawahan).Manajemen dan administrasi (misal: mengutarakan tujuan bagi
organisasi memantau pencapaian tujuan, mengalokasikan sumber daya).
8. Manajemen dan administrasi (misal: mengutarakan tujuan bagi organisasi
memantau pencapaian tujuan, mengalokasikan sumber daya).
Pembobotan Kriteria
Penetapan waktu pengukuran kinerja harus mencerminkan pertimbangan
strategis. Dua aspek penetapan waktu adalah lamanya siklus dan tanggal
penilaian. Sebagian besar organisasi membutuhkan waktu peninjauan kinerja
formal dengan interval enam bulan sampai satu tahun. Tipe siklus reguler ini
masuk akal karena sesuai dengan kondisi alami organisasi. Namun, beberapa
pakar berpendapat, periode evaluasi yang dibutuhkan untuk mengenali tingkat
kinerja seseorang yang sedang melaksanakan pekerjaan. Untuk jabatan rendah dan
sederhana, rentang waktu mungkin hanya beberapa menit untuk jabatan
manajemen senior, periode waktu yang pas mungkin beberapa tahun.
Menilai kinerja dalam siklus yang secara kasar memperkirakan
karakteristik jabatan bisa menguntungkan. Jika kinerja dinilai sebelum dapat
diukur secara logis, kesalahan penilaian mungkin terjadi. Jika periode waktu
terlalu lama, motivasi dan kinerja mungkin rusak berat. Hal ini berpengaruh bagi
orang yang kinerjanya buruk, yang kemungkinan tidak tahu bagaimana
memperbaiki kinerja sampai akhirnya waktu sudah terlambat. Periode evaluasi
mungkin tergantung pada tujuan penilaian. Untuk tujuan komunikasi dan evaluasi,
7
fokusnya harus pada kinerja karyawan saat ini selama satu periode kinerja. Untuk
keputusan promosi jabatan dan pelatihan, pengujian kinerja selama beberapa
periode penilaian mungkin bermanfaat. Jika kinerja meningkat dengan mantap
atau tetap tinggi, promosi dibenarkan. Jika kinerja tetap rendah diperlukan
pelatihan.
Banyak organisasi melaksanakan penilaian kinerja berdasarkan kapan
karyawan bergabung dengan organisasi. Pendekatan ini, yang disebut model ulang
tahun, menyebar beban kerja untuk melakukan penilaian, agar tugas penilaian
tidak menumpuk. Namun, model ulang tahun biasanya tidak mengikat, kinerja
individu atau tim terhadap keseluruhan kinerja organisasi, dan dengan demikian
mengurangi manfaat strategis proses penilaian.
Pendekatan umum lainnya disebut titik fokus. Dalam sistem ini, seluruh
karyawan dinilai pada waktu yang kira-kira sama, biasanya pada akhir tahun
fiskal/ tahun kalender. Keuntungan utama sistem ini, penyelia bertemu seluruh
individu, memberitahu mereka, dan memahami bagaimana perbandingan kinerja
mereka dalam periode waktu yang sama. Manajemen puncak dapat
membandingkan kinerja berbagai SBU (Unit Bisnis Strategis) untuk menilai
seberapa baik mereka memenuhi sasaran organisasi. Informasi perbandingan
semacam ini sangat penting jika informasi kinerja digunakan untuk mengambil
keputusan mengenai kompensasi. Salah satu kelemahan utama tinjauan titik fokus
adalah tinjauan ini menghasilkan beban kerja yang besar dalam satu waktu. Beban
ini dapat dikurangi dengan dua cara:
1. Dengan mempunyai kriteria yang jelas mana yang digunakan untuk
mengevaluasi kinerja.
2. Dengan memastikan bahwa bawahan dan penyelianya sama-sama mem-
punyai tanggung jawab untuk mendefinisikan kriteria kinerja dan
mendokumentasikan pencapaian yang berkaitan dengan standar kinerja,
Kelemahan utama lain tinjauan titik fokus adalah tinjauan ini menciptakan
siklus produktivitas artifisial yang mencerminkan waktu penilaian.
Siapa yang Harus Melakukan Evaluasi
Sumber data kinerja terdiri dari: penyelia, karyawan, rekan
sejawat/anggota tim, bawahan, pelanggan, dan pantauan komputer. Relevansi
masing-masing sumber perlu dipertimbangkan sebelum ditetapkan metode.
pemberian peringkat. Hal terpenting dalam menentukan siapa yang harus
melaksanakan penilaian adalah jumlah dan jenis hubungan kerja yang dimiliki
penilai dengan orang yang dievaluasi. Kuantitas dan kualitas pengetahuan. tugas
mungkin bervariasi sesuai tingkat organisasi, demikian juga dengan kedekatan
karyawan dan pemberi peringkat. Anggota tim, pelanggan, dan karyawan melihat
perilaku tugas individu dari sisi berbeda.
Idealnya penilaian kinerja karyawan didasarkan atas kinerja sesungguhnya
pada unsur kritis/penting yang telah didefinisikan melalui analisis jabatan.
Evaluasi kinerja memerlukan ukuran kinerja yang dapat diandalkan, yakni rating
yang digunakan untuk menilai kinerja. Agar bermanfaat, ukuran harus mudah
8
digunakan, andal, dan mencatat perilaku kritis yang menentukan kinerja. Ukuran
yang dapat diandalkan memungkinkan orang lain yang menggunakan ukuran yang
sama untuk membandingkan standar yang sama guna memperoleh kesimpulan
yang sama tentang kinerja, sehingga reliabilitas sistem penilaian kinerja
meningkat.
Penilaian Atasan
Istilah atasan dalam konteks ini mengacu pada pimpinan langsung
karyawan yang sedang dievaluasi. Banyak organisasi beranggapan, pimpinan
lebih mengetahui pekerjaan dan kinerja karyawan daripada siapapun, karena itu
organisasi memberi seluruh tanggung jawab penilaian kepada orang ini. Penilaian
pimpinan mempunyai kelemahan:
1. Karena pimpinan biasanya punya kekuasaan untuk memberi imbalan dan
hukuman, karyawan merasa terancam.
2. Evaluasi sering merupakan proses satu arah yang membuat karyawan defensif.
3. Pimpinan tidak mempunyai kemampuan interpersonal yang diperlukan untuk
memberi umpan balik yang baik. Maka, sedikit terjadi pengarahan karyawan
cenderung tidak sungguh-sungguh mendengarkan umpan balik negatif yang
diberikan kepada mereka dan timbul pembenaran tindakan.
Sifat Penilaian dan Kriteria Penilaian
Sesuai dengan tujuan penilaian kinerja, maka sifat penilaian yang baik
adalah terbuka dan rahasia. Penilaian kinerja sebaiknya terbuka bagi karyawan
bersang- kutan, maksudnya setiap karyawan yang dinilai berhak mengetahui
penilaian yang dilakukan oleh pimpinan terhadap dirinya. Di samping dia berhak
menge- tahui, karyawan dapat mengajukan keberatan atas nilainya, apabila
menurut anggapannya penilaian tersebut kurang sesuai. Dalam mengajukan
keberatan sebaiknya menyatakan fakta dan alasan yang logis. Agar karyawan
mampu memahami penilaian, perlu ada penjelasan dari bagian kepegawaian atau
bagian yang ditunjuk, tentang berbagai bidang yang dinilai dalam organisasi
tersebut. Apabila hal itu dapat dilakukan secara timbal balik, maka akan dapat
diambil manfaatnya.
Manfaat yang dapat diambil di antaranya:
1. Setiap karyawan yang dinilai akan mengetahui kemampuannya melalui nilai
kurang/cukup/baik. Dengan mengetahui kekurangannya berarti dia dapat
memperbaiki, untuk waktu yang akan datang.
2. Sebaiknya pimpinan yang menilai, akan menilai karyawan secara teliti dan
obyektif. Hal ini didorong oleh sifat terbuka penilaian pelaksanaan pekerjaan
tersebut.
Sifat rahasia, maksudnya bahwa penilaian hanya diketahui oleh pejabat yang
berkepentingan yaitu penilai dan karyawan yang dinilai. Walau demikian untuk
menjamin obyektivitasnya diperlukan/dibutuhkan pihak ketiga yang tidak turut
menilai tetapi mempunyai kekuatan dan hubungan dengan penilaian tersebut.
9
Sehingga pada daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan terdapat tiga pihak yang
menyetujui yaitu:
1. Pejabat yang dinilai.
2. Pejabat yang menilai.
3. Pejabat satu tingkat di atas penilai.
10
sejak tanggal diterimanya Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
tersebut.
5. Pada tahap yang sama karyawan yang dinilai wajib mengembalikan
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan kepada pejabat penilai
selambat-lambatnya dalam batas waktu tertentu (misalnya: 14 hari/2
minggu) sejak tanggal diterimanya Daftar Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan tersebut.
6. Apabila setelah karyawan yang dinilai mempelajari dan menyetujui
penilaian (butir 3), maka pejabat penilai menyampaikan Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut kepada atasan pejabat penilai
tanpa catatan/perbaikan.
7. Atasan pejabat penilai memeriksa Daftar Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan yang telah disampaikan kepadanya.
11
1. Rater Error Training/pelatihan kesalahan penilai (RET) diarahkan untuk
melatih kepekaan penilaian terhadap potensi munculnya efek kontaminasi
yang berasal dari kesalahan penilaian dan bias penilaian. Biasanya, RET men-
jelaskan kepada calon penilai tentang definisi, ilustrasi dan informasi tentang
efek tersebut.
2. Rater Accuracy Training/pelatihan akurasi penilai (RAT) bertujuan mening-
katkan akurasi penilaian dalam memberi penilaian.
BAB II
PENUTUP
KESIMPULAN
Penilaian kinerja manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses
penting yang dilakukan oleh organisasi untuk mengukur pencapaian tujuan dan
kinerja dari departemen sumber daya manusia. Proses ini membantu organisasi untuk
mengetahui sejauh mana kinerja SDM dalam mencapai tujuan perusahaan dan
mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan. Berikut adalah beberapa
kesimpulan penting tentang penilaian kinerja manajemen sumber daya manusia:
Pentingnya tujuan yang jelas: Penilaian kinerja manajemen SDM harus
didasarkan pada tujuan yang jelas dan spesifik. Tujuan tersebut harus disusun dengan
baik agar dapat diukur dan dinilai.
Proses penilaian yang sistematis: Proses penilaian kinerja manajemen SDM
harus dilakukan secara sistematis dan teratur, dengan mengumpulkan data dan
informasi yang akurat tentang kinerja departemen SDM.
Penggunaan berbagai metode: Organisasi harus menggunakan berbagai
metode penilaian, seperti penilaian kinerja, observasi, wawancara, dan tes, untuk
mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang kinerja departemen SDM.
Pemberian umpan balik yang efektif: Organisasi harus memberikan umpan
balik yang efektif dan konstruktif kepada departemen SDM untuk membantu
meningkatkan kinerjanya.
Tindakan perbaikan dan pengembangan: Hasil penilaian kinerja manajemen
SDM harus digunakan sebagai dasar untuk mengambil tindakan perbaikan dan
pengembangan dalam departemen SDM, sehingga kinerja departemen SDM dapat
meningkat dari waktu ke waktu.
Secara keseluruhan, penilaian kinerja manajemen sumber daya manusia sangat
penting untuk membantu organisasi meningkatkan kinerja departemen SDM dan
mencapai tujuan perusahaan. Proses ini harus dilakukan secara sistematis dan teratur,
dengan mengumpulkan data dan informasi yang akurat serta memberikan umpan balik
yang efektif kepada departemen SDM
12