NIM : B1B120148
A. MANAJEMEN KINERJA
1. Pengertian Penilaian Kinerja
Evaluasi kinerja atau penilaian prestasi karyawan yang dikemukakan Leon C. Menggison
(1981:310) dalam Mangkunegara (2000:69) adalah sebagai berikut: ”penilaian prestasi
kerja (Performance Appraisal) adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk
menentukkan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas
dan tanggng jawabnya”.
Selanjutnya Menurut Siswanto (2001:35) penilaian kinerja adalah: ” suatu kegiatan yang
dilakukan oleh Manajemen/penyelia penilai untuk menilai kinerja tenaga kerja dengan
cara membandingkan kinerja atas kinerja dengan uraian / deskripsi pekerjaan dalam suatu
periode tertentu biasanya setiap akhir tahun.”
Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja adalah
penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan
dan kinerja organisasi. Disamping itu, juga untuk menentukan kebutuhan pelatihan kerja
secara tepat, memberikan tanggung jawab yang sesuai kepada karyawan sehingga dapat
melaksanakan pekerjaan yang lebih baik di masa mendatang dan sebagai dasar untuk
menentukan kebijakan dalam hal promosi jabatan atau penentuan imbalan.
1. Kepemimpinan. Ini termasuk salah satu parameter penting dalam sistem penilaian
kinerja karyawan. Leadership atau kepemimpinan ini sangat berguna di dalam sebuah
pekerjaan. Faktor ini dinilai pada kinerja utama karyawan untuk melihat potensi
mereka dalam memimpin. Bakat tersebut berguna tak hanya dalam tanggung jawabnya
menyelesaikan pekerjaannya sendiri tetapi juga seorang yang punya jiwa
kepemimpinan dapat memberikan pengaruh positif terhadap lingkungan
kerjanya.nContoh, karyawan tersebut dapat memotivasi rekan kerja lainnya sehingga
mereka pun selalu semangat dalam bekerja dan memberikan yang terbaik untuk
perusahaan.
2. Disiplin. Cara mengevaluasi kinerja karyawan bisa dilihat dari kedisiplinan mereka.
baik dalam urusan menyelesaikan pekerjaan sampai mengikuti berbagai peraturan
yang telah dibuat manajemen perusahaan. Karyawan dengan attitude tersebut dapat
termasuk parameter yang baik dalam penilaian kinerja mereka. Disiplin ketika
membuat perencanaan pekerjaannya tentu akan sangat berpengaruh terhadap ketepatan
waktu dalam menyelesaikan tanggung jawab mereka. Apakah seorang karyawan telah
mengikuti semua sistem yang ada juga penting untuk dinilai. Tentu perusahaan tidak
menginginkan karyawan yang asal — asalan, bertindak semaunya, bahkan
membangkang.
3. Kualitas Pekerjaan. Dalam menyelesaikan tanggung jawab yang telah diberikan, tak
hanya kecepatan tetapi tentunya kualitas pekerjaan dari karyawan pun butuh
dipertimbangkan. Penilaian atas hasil pekerjaan ini diperlukan agar standar mutu
perusahaan tetap terjaga. Ini juga untuk mengetahui apakah karyawan paham soal
standar yang disyaratkan tersebut atau tidak. Segi kualitas pekerjaan mereka harus
tetap stabil dan kalau bisa semakin baik setiap harinya. Dari sini pula dapat dinilai niat
dan kemauan para karyawan dalam berkontribusi untuk kemajuan perusahaan.
6. Kepercayaan Diri. Kepercayaan diri karyawan dapat juga menjadi salah satu cara
mengevaluasi kinerja mereka. Hal tersebut berguna dalam melihat sejauh mana
mereka kontribusi mereka ketika menyelesaikan pekerjaannya. Bisa diambil contoh
ketika karyawan percaya diri dengan hasil kerjanya, mereka tidak akan terlalu
bergantung terhadap karyawan lain. Dengan begitu, flow pekerjaan masing — masing
karyawan pun tidak terganggu. Cara membuat karyawan lebih percaya diri dengan
hasil kerja mereka bisa dengan memberikan pujian apabila memang kualitas yang
diberikan sangatlah bagus. Selain itu, ketika melakukan kesalahan, berikanlah arahan
agar bisa bekerja lebih baik lagi ketimbang memarahi.
8. Kerja Sama dalam Tim. Parameter mengevaluasi kinerja karyawan perlu dilihat juga
dari cara mereka bekerja sama dengan rekan kerja lainnya. Kemampuan mereka dalam
bekerja sama dengan karyawan lain ini sangat berperan dalam menentukan kinerja
mereka. Kalau tidak bisa bekerja sama dengan rekan satu timnya, tentu pekerjaan bisa
jadi berantakan dan tidak terselesaikan. Kemampuan individu menyelesaikan
tanggung jawab mereka masing — masing memang penting, namun demikian kerja
sama juga dibutuhkan di beberapa pekerjaan. Dengan kerja sama tim yang efektif,
terbuka peluang untuk pengalam berharga ataupun mengatasi segala persoalan yang
berkaitan di dalam berbagai pekerjaan. Selain itu pula, tiap departemen dalam suatu
perusahaan memerlukan sinergi di dalam tim mereka untuk mencapai target secara
keseluruhan. Tentunya hal itu bisa terjadi apabila terjalin kerja sama yang baik.
9. Kemampuan Menyampaikan Ide. Contoh, ketika brainstorm ide — ide kreatif
sangatlah dibutuhkan. Dari sini bisa dilihat karyawan mana yang aktif menyampaikan
idenya untuk dinilai sebagai bagian dari parameter penilaian kinerja. Kemampuan
menyampaikan gagasan kepada orang lain cukup penting karena akan mempunyai
nilai sendiri bagi seorang karyawan. Bisa saja berangkat dari ide yang dimiliki
karyawan tersebut dapat diciptakan inovasi atau produk baru demi membawa
kemajuan perusahaan. Itulah tadi 9 kriteria penilaian kinerja karyawan untuk melihat
sejauh mana karyawan kompeten dalam memenuhi kebutuhan perusahaan. Menjadi
karyawan yang baik termasuk cara untuk berkontribusi terhadap perusahaan, mulai
dari menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan sampai menaati peraturan yang ada.
Jadilah karyawan yang selalu memberikan kualitas pekerjaan di atas standar agar
potensi kamu pun juga bisa dihargai. Ini akan menjadi loncatan yang bagus untuk
perkembangan karir kamu ke depannya.
Kira-kira, apa ya yang menjadi hambatan dalam penilaian evaluasi prestasi yang adil?
1. Perubahan Satandar
Standar yang tidak konsisten dan berubah-ubah akan mempengaruhi pengukuran
prestasi karyawan. Sebagai contoh, manajer mungkin cenderung memberikan
penilaian yang baik terhadap karyawan yang kelihatannya penurut dibandingkan
karyawan yang suka membantah, meskipun karyawan tersebut mempunyai prestasi
yang bagus
2. Hallo-Effect
Hallo effect terjadi apabila penilaian manajer terhadap prestasi karyawan secara
keseluruhan hanya bergantung pada satu atau beberapa aspek saja. Efek tersebut
merupakan efek berantai. Biasanya hal ini terjadi karena pemimpin melibatkan emosi
dalam melakukan penilaian, menilai terlalu lunak atau keras, melibatkan prasangka
pribadi, serta menilai berdasarkan data atau fakta dari waktu yang paling akhir saja
B. MANAJEMEN KARIR
Manajemen karir : Segala upaya yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi
untuk mengelola pergerakan karir karyawan sesuai dengan jabatan yang ada.
Pengembangan karir : segala upaya yang dilakukan secara berkelanjutan baik itu dari
perusahaan atau individu agar memperbesar peluang kesempatan karir dan kesadaran
pada tujuan karir yang ingin dicapai.
Perencanaan karir : cara-cara yang akan dilakukan oleh individu untuk mengarahkan
karirnya dengan cara yang bisa memberikan kepuasan kepada individu.
4. Peningkatan kesejahteraan
Program pengembangan merupakan bentuk jaminan peningkatan kesejahteraan
bagi karyawan. Pelatihan, pengalaman dan pembelajaran yang diterima
karyawan menjadi modal untuk berprestasi dan meraih jabatan/posisi yang
lebih tinggi. Hal tersebut tentu juga berpengaruh pada meningkatnya gaji
karyawan.
Meningkatnya kesejahteraan karyawan juga mempengaruhi kinerja dan
loyalitas karyawan terhadap perusahaan Anda. Sehingga mereka bisa
memberikan kontribusi yang lebih besar untuk kemajuan perusahaan.
5. Pola Karir
Upaya pengembangan sumber daya manusia di dilakukan secara cermat, obyektif, dan
berkesinambungan melalui enam tahapan proses manajemen SDM dengan tujuan
memberikan arahan dan pedoman kepada organisasi (dalam hal ini Manajemen SDM)
supaya memiliki “sumberdayamanusiayang tepat,padaposisiyangtepatdiwaktu
yangtepat”.Ke enam tahapan proses manajemen SDM tersebut, adalah :
a. Perencanaan SDM,
b. Iklim organisasi,
c. Sistem imbal jasa dan penghargaan,
d. Rekrutasi, seleksi, dan penempatan,
e. Pengembangan karir, dan
f. Manajemen kinerja.
Dalam perencanaan karir bagi karyawan dalam suatu organisasi, tidak terlepas dari empat
pihak yang terlibat. Ini biasa penulis sampaikan dalam training maupun pelatihan
mengenai Career Path Planning & Management. Empat pihak ini terlibat sama
pentingnya, meskipun bagian terbesar ada pada satu pihak.
Siapa saja empat pihak itu? Ini penjelasannya.
1. Karakter pribadi
2. Masalah keuangan
3. Kurangnya networking
4. Tidak mendapatkan dukungan dari keluarga
5. Tidak memiliki mentor yang baik
6. Kurangnya skill dan pengetahuan
7. Tidak memiliki tujuan yang pasti
8. Rasa insecure
9. Kemampuan komunikasi yang kurang baik
10. Kurang kemauan
11. Sikap antikolaborasi
12. Rasa menyesal yang berlebihan
13. Kurangnya self awareness
14. Terlalu sering pindah kerja
15. Kurangnya informasi
C. KOMPENSASI
1. Pengertian Kompensasi
Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima baik berupa fisik maupun non fisik.
Kompensasi juga berarti seluruh imbalan yang diterima oleh seorang pekerja/karyawan
atas jasa atau hasil dari pekerjaannya dalam sebuah perusahaan dalam bentuk uang atau
barang, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Istilah ini amat sangat berhubungan dengan imbalan finansial (financial reward) yang
diberikan kepada seseorang atas dasar hubungan pekerjaan.
2. Jenis-Jenis Kompensasi
a. Kompensasi Lansung
Kompensasi langsung adalah segala macam imbalan yang berwujud uang seperti gaji,
macam-macam tunjangan, THR, insentif, komisi, bonus, pembayaran prestasi,
pembagian laba perusahaan, dan opsi saham. Selain itu, segala jenis pendapatan yang
menambah penghasilan bruto tahunan karyawan dan dikenai Pajak Penghasilan Pasal
21 (PPh Pasal 21).
c. Kompensasi Non-Finansial
Kompensasi jenis ini tidak ada kaitannya dengan uang, melainkan kompensasi yang
dapat bernilai positif dan berharga untuk karyawan. Misalnya, perusahaan
menyediakan pelatihan kecakapan karyawan, lingkungan kerja yang nyaman,
memiliki supervisi yang profesional dan kompeten, tim kerja yang solid dan suportif,
jenjang karier yang pasti, cuti lebih banyak, jam kerja yang fleksibel, dan
penghargaan terhadap prestasi karyawan.
4. Mengefisiensi Biaya
Tujuan yang satu ini dimaksudkan, jika sebuah perusahaan merencanakan atau
mengadakan program kompensasi yang rasional, maka akan membantu perusahaan
atau organisasi tersebut mendapatkan dan mempertahankan sumber daya manusia
pada tingkat biaya yang layak. Dengan upah, insentif, bonus, dll yang kompetitif,
perusahaan akan memperoleh keseimbangan dari etos kerja karyawan yang
meningkat.
Untuk dapat memberikan sebuah tingkat kompensasi yang baik kepada karyawan, bagian
manajemen keuangan harus memiliki pengelolaan keuangan dan akuntansi yang baik.
Dalam dunia kerja di Indonesia, terdapat 6 perbedaan gaji dan upah yaitu:
b. Tingkat jabatan
Perbedaan gaji dan upah selanjutnya terletak pada tingkat jabatan. Secara umum,
dalam sebuah perusahaan terdapat level pekerja sesuai dengan hierarki organisasi.
Ada yang bekerja di level bawah dan level atas. Hak dan tanggung jawab keduanya
tentu berbeda. Gaji umumnya diberikan kepada level atas seperti manajer dan
karyawan tetap. Sedangkan upah diberikan kepada pekerja yang mungkin bertugas
seminggu sekali seperti petugas kebersihan.
3. Penggolongan Upah
1. Penggolongan upah
Di Indonesia sendiri, upah yang diberikan kepada pekerja di Indonesia ada beberapa
jenis, tiap jenis upah memiliki cara pembayarannya sendiri, berikut ini adalah jenis-
jenisnya:
a. Sistem upah menurut waktu. Dalam pembayaran upah berdasarkan waktu, upah
dibayarkan berdasarkan lamanya seseorang melakukan pekerjaannya, upah ini dapat
diberikan secara harian, mingguan, atau bulanan.
b. Sistem upah borongan. Upah borongan adalah upah yang diberikan pada awal
pengerjaan suatu hal sampai dengan hal tersebut selesai, tanpa adanya penambahan
upah jika ada penambahan pekerjaan.
c. Sistem Co-Partnership. Sistem ini memberikan upah kepada pekerjanya berupa
saham atau obligasi perusahaan. Dengan memberikan obligasi atau saham,
perusahaan berharap pekerja mempunyai rasa memiliki kepada perusahaan sehingga
bisa lebih produktif.
d. Sistem Upah Premi. Sistem ini memungkinkan pekerja untuk mendapatkan upah
khusus karena prestasi di luar kelaziman, misalnya bekerja pada hari libur, melakukan
pekerjaan yang sangat berbahaya, atau memiliki suatu keterampilan yang sangat
khusus.
e. Sistem Upah Berkala. Upah ditentukan dari tingkat kemajuan atau kemunduran hasil
penjualan, jika penjualan meningkat maka upah akan meningkat, begitu pula
sebaliknya.
Dalam Islam juga telah diatur mengenai persyaratan yang berkaitan dengan upah (ujrah)
sebagai berikut:
1. Pemberian upah harus dilakukan dengan cara musyawarah dan konsultasi terbuka,
sehungga dapat terwujudkan di dalam diri setiap individu pelaku ekonomi, rasa
kewajiban moral yang tinggi dan dedikasi yang loyal terhadap kepentingan umum.
2. Upah harus berupa mal mutaqawwim dan upah tersebut harus dinyatakan Secara
jelas.
7. Pengertian Insentif
Insentif adalah salah satu jenis komisi yang diberikan perusahaan kepada karyawannya.
Tidak seperti bonus, insentif diberikan berdasarkan pada keuntungan bisnis, melainkan
lebih karena kontribusi karyawan tersebut dalam suatu tugas, baik tugas berkaitan profit
maupun non-profit, seperti pelatihan, kepanitiaan acara perusahaan, dan sebagainya.
Menurut KBBI, pengertian insentif adalah tambahan pemasukan di luar gaji yang
didapatkan pekerja atas tindakan suatu tugas. Jadi, insentif itu adalah bentuk kompensasi
dari perusahaan kepada tenaga kerja sebagai tambahan penghasilan di luar gaji atau upah
bulanan sebagai penghargaan atas kerja kerasnya dalam bekerja.
a. Bagi perusahaan
Tujuan dari pelaksanaan insentif dalam perusahaan khususnya dalam kegiatan
produksi dalah untuk meningkatkan produkstivitas kerja karyawan dengan jalan
mendorong/ merangsang agar karyawan:
Bekerja lebih bersemangat dan cepat.
Bekerja lebih disiplin.
Bekerja lebih kreatif.
b. Bagi karyawan.
Dengan adanya pemberian insentif karyawan akan dapat mendapat keuntungan:
Standar prestasi dapat diukur secara kuantitatif.
Standar prestasi di atas dapat digunakan sebagai dasar pemberian balas jasa yang
diukur dalam bentuk uang.
Karyawan harus lebih giat agar dapat menerima uang lebih besar.
9. Program-Program Insentif
a. Komisi
Komisi atau imbalan ditetapkan dengan persentase tertentu yang dibayarkan.
Biasanya perusahaan sudah mengatur diawal mengenai komisi yang akan diberikan
jika target tercapai. Sebaliknya ketika karyawan bekerja tidak memenuhi target, maka
komisi tersebut tidak dapat diberikan.
b. Profit sharing
Profit sharing merupakan salah satu tipe insentif yang dimana karyawan akan
mendapat bagian dari keuntungan perusahaan. Jenis ini bekerja dengan memberikan
sekian persen dari laba, sehingga setiap karyawan akan mendapatkannya dalam satu
periode tertentu.
c. Bonus
Bonus tidak memiliki penghitungan yang pasti, dan tidak harus seorang karyawan
memenuhi targetnya dalam bekerja. Bonus diberikan atas keinginan perusahaan.
Jumlah yang diberikannya pun tergantung dari kebijakan perusahaan.
d. Gain sharing
Gain sharing, biasanya diberikan dengan tujuan untuk mengajak karyawan agar
mencapai tujuan bersama di dalam perusahaan. Gain sharing merupakan pembagian
perolehan yang telah dirancang untuk produktivitas perusahaan yang lebih baik.
e. Jaminan sosial
Jaminan sosial, biasanya diberikan perusahaan sebagai reward yang sifatnya kolektif.
Biasanya perusahaan memberikan jaminan sosial untuk kesejahteraan karyawannya
dalam bentuk pengobatan, rumah dinas, angsuran pembayaran barang, dan
sebagainya.
f. Time of benefit
Time of benefit, yaitu pembayaran kepada karyawan berupa gaji meskipun dalam
keadaan tidak masuk kerja. Tipe insentif ini diberikan dalam keadaan tertentu seperti
cuti , tidak bekerja karena sakit, kecelakaan, kehamilan, dan sebagainya.
a. Bonus Tahunan
Banyak perusahaan menggantikan peningkatan pendapatan karyawan berdasarkan
jasa dengan pemberian bonus kinerja tahunan, setengah tahunan atau triwulanan.
Umumnya bonus ini lebih sering dibagikan sekali dalam setahun. Bonus memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan dengan peningkatan gaji. Pertama, bonus
meningkatkan arti pembayaran karena karyawan menerima upah dalam jumlah yang
besar. Seorang karyawan yang bijaksana dapat mempertinggi nilai bonus dengan
menginvestasikannya secara cermat, tetapi kecil kemungkinan karyawan melakukan
hal ini ketika suatu peningkatan disebar sepanjang tahun (pada tiap bulan) berupa
gaji/insentif. Kedua, bonus memaksimalkan hubungan antara bayaran dan kinerja.
Tidak seperti peningkatan gaji permanen, bonus harus diperoleh secara ters-menerus
dengan kinerja di atas rata-rata dari tahun ke tahun, sebagai contoh: Bank-bank besar
terdapat memberikan bonus atau terkadang disebut juga jasa produksi hingga
mencapai 3 kali gaji bruto setiap tahunnya, yang dibayarkan setelah neraca diaudit.
b. Insentif langsung.
Tidak seperti sistem bayaran berdasarkan kinerja yang lain, bonus langsung tidak
didasarkan pada rumus, kriteria kinerja khusus, atau tujuan. Imbalan atas kinerja yang
kadang-kadang disebut bonus kilat ini dirancang oleh 95 persen dari seluruh
perusahan itu mengakui lama kerja (88 persen), Pertasi istimewa (64 persen), dan
gagasan inovatif (42 persen). Seringkali penghargaan itu berupa sertifikat, plakat,
uang tunai, obligasi tabungan, atau karangan bunga.
c. Insentif Individu
Insentif individu adalah bentuk bayaran insentif paling tua dan paling populer. Dalam
jenis program ini, standar kinerja individu ditetapkan dan dikombinasikan
sebelumnya, dan penghargaan didasarkan pada output individu. Insentif individu
digunakan oleh sebagian kecil (35 persen) dari total perusahaan dalam seluruh
kelompok industri kecuali perusahaan sarana umum. Perusahaan-perusahaan sarana
umum lebih lambat menerapkan program-program semacam ini karena sejarah
regulasi mereka membatasi otonomi tenaga kerja.
d. Insentif Tim
Insentif tim berada di antara program individu dan program seluruh oorganisasi
seperti pembagian hasil dan pembagian laba. Sasaran kinerja ddisesuaikan secara
spesifik dengan apa yang perlu dilaksanakan tim kerja. Secara strategis, insentif tim
menghubungkan tujuan individu dengan tujuan kkelompok kerja (biasanya sepuluh
orang atau kurang), yang pada gilirannya bbiasanya dihubungkan dengan tujuan-
tujuan finansial.
e. Pembagian keuntungan
Program pembagian keuntungan terbagi dalam tiga kategori. Pertama, pprogram
distribusi sekarang menyediakan persentase untuk dibagikan tiap ttriwulan atau tiap
tahun kepada karyawan. Kedua, program distribusi yang dditangguhkan
menempatkan penghasilan dalam suatu dana titipan untuk pensiun, pemberhentian,
kematian, atau cacat. Inilah jenis program yang tumbuh paling pesat kerena
keuntungan dari segi pajak. Ketiga, program gabungan sekitar 20 persen perusahaan
dengan program pembagian keuntungan mempunyai program gabungan. Program ini
membagikan sebagai keuntungan langsung kepada karyawan, dan menyisihkan
sisanya dalam rekening yang ditentukan.
f. Bagi hasil.
Program bagi hasil (gainsharing) dilandasi oleh asumsi adanya kemungkinan
mengurangi biaya dengan menghilangkan bahan-bahan dan buruh yang mubazir,
dengan mengembangkan produk atau jasa yang baru atau yang lebih bagus, atau
bekerja lebih cerdas. Biasanya, program bagi hasil melibatkan seluruh karyawan
dalam suatu unit kerja atau persahaan.
Ada beberapa cara, metode, ataupun skema dalam menentukan sistem bagi hasil antara
pihak pengusaha dan investor, yaitu:
a. Profit Sharing
Profit sharing adalah jenis sistem bagi hasil di mana keuntungan yang berasal dari
jumlah pendapatan yang telah dikurang dengan biaya operasional. Dengan begitu,
hasil yang diperoleh merupakan keuntungan atau laba bersih.
c. Revenue Sharing
Revenue sharing adalah jenis pendapatan yang umumya berlaku dalam sistem
perbankan. Hal ini dihitung dari total pendapatan pengelolaan di mana belum
dikurangi dengan biaya operasional dan komisi. Pola ini dapat digunakan untuk
keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah berdasarkan perjanjian
atau akad antara kedua belah pihak.