Proses
Evaluasi Kinerja
MANAJEMEN KINERJA
PENILAIAN KINERJA
Menurut Robbins (1996) yang dikutip oleh Rivai dan Basri dalam
bukunya yang berjudul performance apprasial, pada halaman 15 menya-
takan bahwa ada tiga kriteria dalam melakukan penilaian kinerja individu
yaitu:
d
ibujuk
/dipik
at
agar
masuk
dan
berta
han di
dalam
organi
sasi,
merek
a
harus
melak
ukan
tugas-
tugas
peran
merek
a
denga
n cara
yang
handa
l, dan
merek
a
harus
mem
beri-
kan
kontri
busi
spontan dan perilaku inovatif yang berbeda di luar tugas
formal mereka. Tiga perilaku dasar itu hendaknya
disertakan dalam penilaian kinerja Ketiga perilaku dasar di
atas, selanjutnya oleh Simamora (2004:339–340) diperjelas
sebagai berikut: (1) Kebutuhan pertama dari setiap
organisasi adalah memikat sejumlah orang ke dalam
organisasi dan menahan mereka di dalam perusahaan dalam
jangka waktu tertentu. Hal itu berarti bahwa agar organisasi
berfungsi secara efektif, organisasi itu haruslah
meminimalkan tingkat putaran karyawan, ketidakhadiran,
dan keterlambatan. Maka dari itu, dalam mengevaluasi
kinerja, ketidakha- diran, keterlambatan dan lamanya masa
kerja patut dicermati. (2) Supaya organisasi efektif, organisasi
haruslah meraih penyelesaian tugas yang handal dari
anggota-anggotanya. Dengan kata lain tolak ukur minimal
kuantitas dan kualitas kinerja harus dicapai. Pengevaluasian
kuantitas dan kualitas bermakna sekedar menghitung
kuantitas barang yang diha- silkan dan banyaknya kesalahan
atau kerusakan. (3) Perilaku lainnya yang juga mempengaruhi
efektivitas sebuah organisasi adalah perilaku inovatif dan
spontan, diantaranya meliputi: (a) kerjasama, yaitu tingkat
permintaan bantuan individu dari rekan-rekan sejawatnya
dan bantuannya untuk men- capai tujuan organisasi, (b)
tindakan protektif, yaitu tingkat penghilangan ancaman
terhadap organisasi oleh para karyawan, (c) gagasan
konstruktif, yaitu tingkat pemberian sumbangan berbagai
gagasan konstruktif dan kreatif para karyawan untuk
memperbaiki organisasi, (d) pelatihan diri, yaitu tingkat
keterikatan para karyawan dalam program pelatihan diri
untuk membantu organisasi mengisi kebutuhannya akan
tenaga yang terlatih secara lebih baik, dan (e) sikap yang
menguntungkan, yaitu tingkat upaya para karyawan dalam
mengembangkan sikap yang menguntungkan terhadap
organisasi di antara mereka sendiri, pelanggan, dan
masyarakat umum …”.
pekerj
a
a
n
y
a
n
g
ti
d
a
k
d
a
p
at
di
u
k
u
r
ki
n
e
rj
a
n
y
a
d
engan ukuran yang objektif karena melibatkan aspek- d.
aspek kualitatif. (3) Judgment-performance evaluation. H
Penilaian kinerja berdasarkan judgment, yaitu tipe a
penilaian kinerja yang me- nilai atau mengevaluasi kinerja si
pekerja berdasarkan deskripsi perilaku yang spesifik l
seperti quantity of work, quality of work, job knowl- p
edge, cooperation, initiative, reliability, interpersonal e
competence, loyality, dependability, personal qualities ni
dan yang sejenisnya. la
ia
n
Siagian (1995:225–226) menyatakan bahwa penilaian y
prestasi kerja adalah: Suatu pendekatan dalam melakukan a
penilaian prestasi kerja para pegawai yang di dalamnya n
terdapat berbagai faktor seperti: g
di
1) Penilaian dilakukan pada manusia sehingga disamping la
memiliki kemampuan tertentu juga tidak luput dari k
berbagai kelemahan dan kekurangan; u
k
2) Penilaian yang dilakukan pada serangkaian tolak ukur a
tertentu yang realistik, berkaitan langsung dengan n
tugas seseorang serta kriteria yang ditetapkan dan s
diterapkan secara obyektif; e
c
3) Hasil penilaian harus disampaikan kepada pegawai yang
ar
dinilai dengan lima maksud:
a
a. Apabila penilaian tersebut positif maka penilaian b
tersebut men- jadi dorongan kuat bagi pegawai yang e
bersangkutan untuk lebih berprestasi lagi pada masa
yang akan datang sehingga kesempatan meniti karier
lebih terbuka baginya.
kepeg
a
w
ai
a
n
s
e
ti
a
p
p
e
g
a
w
ai
s
e-
hi
n
g
g
a
ti
d
a
k
a
d
a
in
fo
r
m
asi yang hilang, baik yang sifatnya meng- untungkan
maupun merugikan pegawai bersangkutan;
2)
P
e
n
g
a
m
bi
la
n
k
e
p
u
t
u
s
a
n
a
dministrasi seperti: seleksi, promosi, reten- tion,
demotion, transfer, termination, dan kenaikan gaji.
87
Adapun secara umum tujuan penilaian kinerja sebagai berikut:
3) Pemeliharaan sistem.
(3) Perusahaan.
1) Meningkatkan motivasi.
2) Meningkatkan kepuasan hidup.
4) Umpan balik dari kinerja lalu yang kurang akurat dan konstruktif.
10) Suatu pemahaman jelas dari apa yang diharapkan dan apa yang
perlu untuk dilaksanakan untuk mencapai harapan tersebut.
antara lain:
Performance Standard
f. Kelayakan hukum yaitu kriteria itu harus sesuai dengan hukum yang
berlaku.
3) Central tendency, yaitu penilai tidak ingin menilai terlalu tinggi dan
juga tidak terlalu rendah kepada bawahannya (selalu berada di
tengah- tengah). Toleransi penilai yang terlalu berlebihan tersebut
menjadikan penilai cenderung memberikan penilaian dengan nilai
yang rata-rata.
Tujuan
3. Mengubah kinerja, perilaku kerja, dan sifat pribadi yang ada hu-
bungannya dengan pekerjaan ternilai yang tidak memenuhi
persya- ratan standar kinerjanya;
Keterampilan Penilai
(b) Menyampaikan hasil evaluasi kinerja. Pada fase ini, penilai menye-
rahkan nilai hasil penilaian kinerja ternilai yang tercantum pada in-
strumen evaluasi kinerja kepada ternilai. Penilai memberikan pen-
jelasan secara lisan mengenai nilai tersebut disertai data hasil
observasi penilai mengenai proses pelaksanaan pencapaian kinerja
ternilai.
(1) Tell and sell approach. Telaah kinerja karyawan dan mencoba untuk
meyakinkan karyawan untuk berusaha lebih baik di masa
mendatang. Teknik ini sangat baik untuk karyawan baru.
(b) Beri tahu setiap karyawan bahwa wawancara evaluasi kinerja adalah
untuk mengembangkan kinerja, bukan aktivitas pendisiplinan atau
menghukum.
(d) Telaah kinerja secara formal paling tidak setahun sekali dan lebih
sering untuk karyawan baru atau mereka yang kinerjanya buruk.
BANDING
Pengertian
Dilihat dari prosesnya, terjadi interaksi antara yang memberi pela- yanan dengan yang
diberi pelayanan. Dalam hal umum atau pelayanan publik, pemerintah sebagai lembaga
birokrasi mempunyai fungsi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, sedangkan
masyarakat seba- gai pihak yang memberikan mandat kepada pemerintah mempunyai hak
untuk memperoleh pelayanan dari pemerintah.
Hal yang paling rumit dari pelayanan adalah kualitasnya yang sangat dipengaruhi oleh
harapan pelanggan, karena harapan pelanggan sangat bervariasi tergantung pada kondisi
yang sedang dialaminya, seperti yang disampaikan oleh Olsen dan Wyckoff (dalam Zulian
Yamit, 2001:22) bah- wa: “Harapan pelanggan dapat bervariasi dari pelanggan satu
dengan pelanggan yang lain walaupun pelayanan yang diberikan konsisten. Jadi, kualitas
pelayanan adalah perbandingan antara harapan konsumen dengan kinerja pelayanan.”
Berdasarkan uraian tentang kinerja dan pelayanan sebagaimana di- sampaikan di muka,
selanjutnya dapat diberikan kesimpulan bahwa kiner- ja pelayanan pegawai merupakan
tingkat keberhasilan pegawai dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk melayani
pelanggan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga diperoleh kepuas-
an bagi pemberi dan penerima pelayanan.