Oleh :
1. Lusi Nurmawati
2. Lia Agustina
3. Khusnul Kholid
4. Ahmad Gilang P.
5. Fatku Rohman
i
Kata Pengantar
Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis berhasil menyelesaikan
makalah yang berjudul “Analisis Kebijakan Fiskal” dengan tepat waktu.Penyusunan
makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas pembuatan makalah mata kuliah
Ekonomi Makro. Makalah ini berisi tentang analisis kebijakan fiscal di Indonesia.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
secara langsung maupun tidak langsung telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Terutama penulis ucapkan terimaksih kepada Ibu Hanik yang telah membimbing
pembuatan makalah ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat
ganda atas segala bantuan yang telah diberikan.
Makalah ini saya harap dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan seluruh pihak yang
memerlukan, terutama penulis sendiri. Dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak agar dapat memperbaikinya. Akhir kata penulis ucapkan
terima kasih, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Menurut Wibowo (2007) kinerja berasal dari pengertian performance.
Adapula yang memberikan pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi
kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya
hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan secara langsung.
Menurut Mathis dan Jackson (2006) berpendapat bahwa kinerja
(performance) pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh
karyawan. Kinerja karyawan yang umum untuk kebanyakan pekerjaan meliputi
elemen yaitu kuantitas dari hasil, kualitas dari hasil,ketepatan waktu dari hasil,
kehadiran dan kemampuan bekerja sama.
Menurut Rivai dan Basri (2004) penilaian kinerja merupakan kajian
sistematis tentang kondisi kerja karyawan yang dilaksanakan secara formal yang
dikaitkan dengan standar kinerja yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja atau performance
evaluation merupakan :
1. Alat yang paling baik untuk menentukan apakah karyawan telah memberikan
hasil kerja yang memadai dan melaksanakan aktivitas kinerja sesuai dengan
standar kinerja;
2. Satu cara untuk penilaian kinerja dengan melakukan penilaian mengenai
kekuatan dan kelemahan karyawan;
3. Alat yang baik untuk menganalisis kinerja karyawan dan membuat
rekomendasi perbaikan.
3
e. Mengenal karyawan yang berpotensi untuk menerima tanggung jawab yang
lebih besar, baik untuk masa serkarang maupun masa yang akan datang, dan
memberikan bimbingan mengenai apa yang harus dilakukan untuk memastikan
bahwa potensinya bisa makin berkembang.
4
3. Reliability
Hasil penilaian yang diperoleh menunjukkan konsistensi yang tinggi. system
yang digunakan harus dapat diandallkan, dipercaya bahwa mengunakan tolok ukur
yang objektif, shaheh, akurat, konsisten dan stabil;
4. Acceptability
Jenis dan tingkat perilaku kerja yang dinilai dapat diterima oleh kedua belah
pihak (atasan dan bawahan)
5. Practicality
Mudah dimengerti dan digunakan oleh manajer dan pegawai tidak rumit dan
tidak terbelit-belit.
5
b) Valid atau mengukur apa yang sebenarnya hendak diukur dari penilaian
kinerja tersebut.
c) Bersifat empiris, bukan berdasarkan perasaan semata.
d) Sensitivitas kriteria. Kriteria itu menunjukkan hasil yang relevan saja, yaitu
kinerja, bukan hal-hal lainnya yang tidak berhubungan dengan kinerja.
e) Sistematika kriteria. Hal ini tergantung dari kebutuhan organisasi dan
lingkungan organisasi. Kriteria yang sistematis tidak selalu baik. Organisasi
yang berada pada lingkungan yang cepat berubah mungkin justru lebih baik
menggunakan kriteria yang kurang sistematis untuk cepat menyesuaikan diri
dan begitu juga sebaliknya.
f) Kelayakan hukum yaitu kriteria itu harus sesuai dengan hukum yang berlaku.
6
mungkin ingin menekankan pengembangan karyawan ,sementara organisasi-
organisasi lainya mungkin ingin fokus pada keputusan-keputusan administratif,
seperti penyesuanian bayaran. Terlalu banyak sistem penilaian kinerja yang gagal
karna manajemen berharap terlalu banyak pada suatu metode dan tidak menetapkan
secara spesifik apa yang ingin dicapaidari sistem tersebut.
mengidentifikasi tujuan-tujuan
penilaian spesifik
Menilai Kinerja
7
2. Metode Komparatif
Metode komparatif memerlukan para manajer untuj membandibgkab secara
langsung kinerja karyawan mereka terhadap satu sama lain. Metode komparatif
terdiri dari :
a. Peningkatan peringkat: menentukan daftar semua karyawan dari yang
tertinggi sampai yang terendah dalam kinerja.
b. Distribusi paksa: metode penilaian kinerja dimana penilai dari kinerja
karyawan didistribusikan sepanjang kurva berbentuk lonceng.
3. Metode Naratif
Dokumentasi dan diskripsi adalah inti dari metode kejadian penting, esai,
dan tinjauan lapangan. Metode ini menguraikan tindakan karyawan dan juga dapat
mengidentifikasikan penilaian actual. Metode naratif terdiri dari :
a. Metode kejadian penting, dalam metode ini kejadian penting manajer
menyimpan cacatan tertulis mengenai tindakan dalam kinerja karyawan baik
yang menguntungkan maupun yang merugikan selama periode penilaian.
b. Esai, atau metode penilaian “bentuk bebas”, mengharuskan seorang manajer
untuk menulis esai pendek yang menguraikan kinerja setiap karyawan
selama periode penilaian.
c. Tinjauan lapangan, tinjauan lapangan lebih berfokus pada siapa yang
melakukan evaluasi dalam penggunaan metode ini. Batasan utama dari
tinjauan lapangan adalah sejauh mana tingkat kendali pihak luar dalam
melakukan proses penilaian ini.
4. Metode Perilaku / Tujuan
Metode perilaku / tujuan ini terdiri dari:
a. Pendekatan penilaian prilaku: menilai lebih pada perilaku karyawan
dibandingkan karakteristik lainnya.
b. Manajemen berdasarkan tujuan: menentukan tujuan-tujuan kinerja yang di
sepakati oleh seorang karyawan dan manajernya untuk dicapai dalam jangka
waktu tertentu.
Metode
Penilaian
Kinerja
Metode Naratif Metode Perilaku/ Tujuan
9
4. Sikap Lunak/Sikap Keras
Memberikan nilai tinggi tanpa alasan yang bisa diterima disebut sikap lunak
(leniency).Perilaku ini seringkali dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari
kontroversi mengenai penilaian.Hal ini paling umum terjadi ketika kriteria yang
sangat subjektif (dan sulit untuk dipertanggungjawabkan) digunakan, dan penilai
harus mendiskusikan hasil evaluasi dengan para karyawan. Sebuah studi riset
menemukan bahwa ketika para manajer mengetahui mereka mengevaluasi para
karyawan untuk keperluan administratif, seperti kenaikan bayaran, mereka akan
cenderung melunak dibandingkan ketika mengevaluasi kinerja untuk mewujudkan
pengembangan karyawan.Namun,sikap lunak bisa menyebabkan kegagalan untuk
mengenali kekurangan-kekurangan yang bisa diperbaiki. Praktik tersebut juga
menurunkan anggaran prestasi dan mengurangi imbalan yang tersedia bagi para
karyawan unggul.
Terlalu kritis terhadap kinerja karyawan dalam bekerja disebut sebagai sikap
keras (strictness). Meskipun sikap lunak biasanya lebih umum dibandingkan sikap
keras, beberapa manajer atas inisiatif mereka sendiri, menerapkan evaluasi secara
lebih ketat dibandingkan standar perusahaan. Perilaku ini bisa dikarenakan tidak
adanya pemahaman atas berbagai faktor evaluasi. Situasi terburuk terjadi ketika
perusahaan memiliki para manajer lunak dan keras sekaligus dan tidak melakukan
apapun untuk menyamakan ketidaksetaraan. Di sini, mereka yang berprestasi rendah
mendapatkan kenaikan bayaran yang relatif tinggi dan promosi dari atasan yang
lunak,sementara manajer yang keras kurang menghargai para karyawan yang lebih
berprestasi.
5. Central Tendency Error
Kecenderungan memberi nilai tengah (Central tendency), terjadi bila pekerja
di beri nilai rata-rata secara tidak tepat atau di tengah-tengah skala penilaian. Praktik
ini bisa didorong oleh beberapa sistem skala penilaian yang mengharuskan evaluator
untuk memberi alasan penilaian ekstrim tinggi dan ekstrim rendah.Delapan sistem
tersebut,penilai bisa menghindari kemungkinan munculnya kontroversi ataun kritik
dengan hanya memberikan nilai rata-rata. Namun karena penilaian tersebut
cenderung mengumpul dalam rentang benar-benar memuaskan, para karyawan
jarang mengeluhkan hal ini.Bagaimanapun juga, kesalahan tersebut ada dan
mempengaruhi ketetapan evaluasi.
6. Bias Perilaku Terakhir
Bias perilaku terbaru (recent behavior bias) , perilaku atau kinerja yang
paling akhir akan lebih mudah diingat daripada perilaku yang telah lama. Penilai
cenderung lebih banyak menilai kinerja yang tampak menjelang atau pada saat
proses penilaian dilakukan. Seharusnya penilaian kinerja mencakup periode waktu
tertentu.
7. Bias Peribadi ( Stereotyping )
Kekurangan ini muncul ketika para manajer membiarkan perbedaan –
perbedaan individual seperti jender, ras, atau usia mempengaruhi penilaian yang
mereka berikan. Masalah ini bukan saja menghancurkan semangat kerja karyawan,
10
namun juga jelas – jelas ilegal dan dapat menimbulkan proses hukum yang
memakan biaya. Pengaruh Bias Budaya, atau streotyping, secara pasti bisa
mempengaruhi penilaian. Para manejer memunculkan gambaran – gambaran mental
mengenai apa yang dianggap sebagai karyawan ideal dan para karyawan yang tidak
sesuai dengan gambaran tersebut bisa dinilai secara tidak adil.
8. Manipulasi Evaluasi
Dalam beberapa kasus , para manejer mengendalikan hampir semua aspek
proses penilaian dan dengan demikian berada dalam posisi yang bisa memanipulasi
sistem. Sebagai contoh, seorang atasan mungkin ingin memberikan kenaikan
bayaran kepada karyawan tertentu. Guna membenarkan tindakan tersebut, sang
atasan bisa tanpa dasar yang kuat memberikan nilai yang rendah kepada si
karyawan. Dalam kedua kasus tersebut, sistem sistim terdistrosi dan tujuan
penilaian kinerja tidak dapat dicapai. Di samping itu, pada contoh yang terakhir di
pengadilan. Jika organisasi tersebut tidak mampu secara layak mendukung evaluasi
tersebut, organisasi itu bisa menderita kerugian finansial yang signifikan.
9. Kecemasan Karyawan
Proses penilaian juga bisa menciptakan kecemasan bagi karyawan yang
dinilai. Peluang – peluang promosi, penugasan – penugasan kerja yang lebih baik,
dan peningkatan kompetensi bisa bergantung pada hasil penilaian. Hal tersebut
menimbulkan bukan hanya kegelisahan, namun juga penolakan total. Sebuah
pendapat menyatakan bahwa jika anda menyurvei para karyawan pada umumnya,
mereka akan mengatakan kepada anda bahwapenilaian kinerja adalah cara
manajemenuntuk mengungkapkan semua hal buruk yang mereka lakukan sepanjang
tahun.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami tulis dari makalah ini yaitu :
1. Elemen-elemen utama dalam sistem penilaian kinerja Werther &
Davis (1996) adalah; Performance Standart, Criteria for Managerial
Performance dan Performance Measures.
2. Proses penyusunan penilaian kinerja yaitu; mengidentifikasi tujuan-
tujuan penilaian spesifik, menetapkan kriteria-kriteria kinerja dan
mengkomunikasikannya kepada para karyawan, memeriksa pekerjaan yang
dijalankan, menilai kinerja dan mendiskusikan penilaian bersama karyawan.
3. Adapun metode penilaian kinerja menurut Mathis dan Jackson
(2006) yaitu; metode penelitian kategori (skala penelitian grafis dan
checklist), metode komparatif (penentu peringkat dan distribusi paksa),
metode naratif (metode kejadian penting dan esai) dan metode
perilaku/tujuan (pendekatan penilaian perilaku dan manajemen).
4. Masalah-masalah dalam penilaian kinerja menitik beratkan pada
beberapa bidang permasalahan yang paling umum yaitu; ketidaknyamanan
penilai, ketiadaan obyektivitas, halo eror, sikap keras, central tendency error,
bias perilaku terakhir, bias pribadi, manipulasi evaluasi dan kecemasan
karyawan.
3.2 Saran
Adapun Saran yang dapat kami tulis dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Melihat dari pentingnya penilaian kinerja karyawan sudah sepatutnya
perusahaan atau organisasi mellakukan penilaian dengan sebaik mungkin
agar mendapat hasil yang maksimal sehingga dapat meningkatkan kinerja
karyawan dan tujuan organisasi dapat tercapai.
2. Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan sehingga penulis
berharap kritik dan saran dari pembaca agar dapat lebih baik lagi.
12
Daftar Pustaka
http://stiebanten.blogspot.com/2011/09/elemen-penilaian-kinerja.html
http://www.slideshare.net/IceuAdinata/evaluasi-kinerja-24856570
https://erfanrosyadi.blogspot.co.id/2015/04/makalah-penilaian-kinerja.html
Mathis, Robert L., Jackson H. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Salemba
Empat, Jakarta.
Mondy, R.W. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke 10, PT. Gelora
Aksara Pratama: Penerbit Erlangga.
13